"Kyaaa! Kenapa anda menarik saya dan cium-cium bibir saya?!"
Khania berteriak kepada Efgan ketika dia sudah bangkit dari atas tubuh Efgan.Khania yang terkejut memukul-mukul tubuh Efgan yang sudah berdiri.BUKK ... BUKK!!"Aww! Sakit Khania!!" Efgan meringis kesakitan karena pukulan Khania cukup keras juga pada tubuhnya, Efgan menahan tangan Khania yang akan memukulnya lagi dan menggenggamnya dengan erat."Saya tidak mencium kamu dengan sengaja, tadi itu saya nolongin kamu yang hampir tertabrak motor.""Alaah Alasan! Bilang aja mau cari kesempatan dalam kesempitan. Iya kan?!" tuding Khania pada Efgan.Khania kesal dan tidak terima Efgan sudah menciumnya walaupun tidak disengaja."Kamu itu ya, bukannya terima kasih kerana udah ditolongin. Malah nuduh saya yang enggak-nggak," balas Efgan yang tak habis pikir dengan Khania yang seolah menuduhnya mencium bibir Khania duluan."Lah, saya gak nuduh tuh, Emang kenyataannya! Awas ya, saya akan laporin anda karena tadi itu termasuk pelecehan," ancam Khania pada Efgan dan berlalu pergi dari sana.Khania pergi meninggalkan Efgan dengan perasaan kesalnya, sungguh, dia tidak menyangka akan bertemu lelaki aneh yang sudah dengan beraninya melamar dia di depan makam suaminya dan juga menciumnya di jalan.Efgan hanya tersenyum kecil melihat keberanian Khania yang akan menuntutnya. Ia seolah menemukan hal yang baru semenjak ia bertemu Khania."Silakan laporkan saja, saya tidak takut!" ucapnya sedikit berteriak saat melihat Khania yang sudah menjauh dari hadapannya.Khania yang baru ingat tidak tau siapa lelaki itu kembali lagi menghampiri Efgan yang masih berdiri di tempatnya."Kenapa balik lagi?" tanya Efgan dengan menaikan sebelah alisnya saat melihat Khania kembali lagi menghampirinya.Khania tidak menjawab dia hanya diam berdiri menatap Efgan dengan sangat tajam. Khania merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Lalu Khania memotret wajah Efgan."Kenapa kamu memotret saya? Buat jaga-jaga ya, kalau kangen sama saya kamu tinggal liat foto itu."Efgan menaik turunkan alisnya untuk menggoda Khania yang selalu pakai urat saat berbicara dengannya, namun di sanalah keunikan Khania yang menurut Efgan Khania itu sangat berbeda dengan perempuan lainnya."Idiiih! GR banget sih anda, saya kembali lagi ke sini dan memotret anda itu buat bukti dan jaga-jaga, takutnya anda kabur ngilang gitu aja." Setelahnya Khania benar-benar pergi dari sana.Efgan yang melihat tingkah Khania terkekeh pelan, dia yakin jika dia dekat dengan Khania akan menambah moodnya. Karena dia tidak akan pernah bosan untuk menggoda Khania yang suka marah-marah dan selalu sewot terhadapnya itu.Efgan lalu merogoh ponsel di dalam jasnya dan meminta kepada seseorang di seberang sana, untuk menyelidiki pengendara sepeda motor yang tadi hampir menabrak Khania, karena dia yakin jika tadi itu adalah kesengajaan.***Sebulan kemuadian."Ya ampun tuh cowok ngapain lagi sih ke sini?" gumam Khania ketika dia melihat Efgan yang tengah duduk manis di dalam mobilnya yang terparkir di depan restoran tempat Khania bekerja.Efgan yang melihat Khania akan keluar dari dalam restoran pun keluar dari dalam mobil dan menghampiri Khania dengan tersenyum sangat manis."Apa anda tidak ada pekerjaan lain selain mengganggu saya?" tanya Khania pada Efgan yang baru saja sampai di hadapannya dengan sinis. Dia sungguh tak habis pikir melihat Efgan yang selalu ada bak jelangkung, yang datang tak diundang pulang tak diantar."Kan menjaga kamu juga salah satu pekerjaan saya," sahut Efgan dengan senyuman yang masih terpatri di bibirnya. Lalu dia membawa Khania untuk pergi dari depan restoran itu.Sampai di depan mobil. Efgan membukakan pintu mobil untuk Khania, namun Khania tidak masuk ke dalam mobil Efgan, dan malah melewati mobil itu begitu saja. Efgan tak menyerah begitu saja, dia mengikuti Khania dan menghadangnya."Anda itu pengangguran ya?! Maaf saya tidak butuh bodyguard, saya tidak sanggup untuk membayar anda, dan juga saya bukan anak konglomerat atau pun pejabat yang butuh pengawalan."Selepas mengatakan itu Khania pergi melewati Efgan begitu saja untuk menuju motornya yang terparkir tak jauh dari mobil Efgan.Efgan menahan tangan Khania, saat dia melewatinya, Efgan yang merasa was-was, karena masih belum mengetahui siapa yang telah berniat mencelakai Khania. Dia tidak akan membiarkan Khania pergi seorang diri."Saya minta sama kamu Khania, percaya sama saya! Kamu pulang dan pergi diantar jemput saya ya," ucap Efgan mencoba untuk membujuk Khania. Dia tidak ingin terjadi sesuatu lagi terhadap Khania."Wah bener ternyata anda itu kurang kerjaan a.k.a pengangguran. Oh! Atau jangan-jangan ini modus penipuan baru ya?! Anda meminta saya untuk menikah lalu setelah menikah saya nanti akan dijual ke luar negeri, gini-gini aku itu kan cantik, kalau dijual sama orang bule, pasti laku."Khania dengan pedenya berbicara seperti itu. Sontak membuat Efgan terkekeh kecil mendengarnya."Tau dari mana kamu akan laku?! Saya yakin, kamu tidak akan laku. Jangankan ke luar negeri, dalam negeri saja, kamu gak akan laku, tidak ada yang selera dengan kamu," balas Efgan sambil terkekeh kecil. Ia benar-benar tidak menyangka Khania mendapatkan pemikiran ini dari mana."Wah ternyata memang benar niat anda tidak baik, apa jangan-jangan anda itu macam di novel-novel?! Anda seorang mafia yang suka menjual obat dan perdagangan manusia?! Bisa aja kan nanti saya dibedah dan diambil ginjal, jantung, hati dan organ lainnya," ucap Khania yang semakin menjadi menuduh EfganPLETAKK!!Efgan yang gemas terhadap Khania menyentil kening Khania dengan cukup keras, sampai Khania mengaduh kesakitan."Aduuh!"Khania meringis kesakitan dan mengusap-usap kening yang disentil oleh Efgan. Khania menatap Efgan dengan sengit. "Kamu itu makin ke sini makin ke sana omongannya, saya itu benar-benar tulus, ingin menjaga kamu Khania, bukan untuk menipu atau apa pun itu," ucap Efgan sambil terkekeh. Ia selalu dibuat tesenyum oleh tingkah Khania yang absurd."Tau ah! Yang pastinya saya minta tolong ya sama anda untuk tidak mengganggu saya lagi."Khania mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Lalu ia melanjutkan berjalan menuju motornya.Efgan yang melihat Khania akan pergi pun segera menghampiri Khania lagi, dan menahan tangannya agar dia tidak pergi meninggalkannya. "Khania saya itu khawatir sama kamu, mendiang suami kamu sudah menitipkan kamu pada saya dan saya harus menepati janji itu. Karena saya bukan lelaki yang akan mengingkari janji.""Terima kasih atas perhatian dan pertolongan anda selama ini, tapi maaf, saya tidak butuh perlindungan anda ataupun orang lain. Saya bisa menjaga diri saya sendiri, jadi anda tidak perlu repot-repot menjaga saya."Khania lalu naik ke atas motornya. Setelahnya Khania pergi begitu saja melewati Efgan yang diam mematung memandang Khania.**Di perjalanan, Khania merasakan ada sesuatu yang aneh dengan motornya, namun Khania tidak memedulikan hal itu, dan lebih memilih untuk melanjutkan perjalanannya.Dan, tepat di sebuah jembatan yang lumayan panjang dan sepi. Khania dikejutkan dengan sebuah mobil yang datang dari arah depan dengan sangat kencang, melaju ke arahnya, Khania yang terkejut, mencoba mengerem motornya namun hal itu sia-sia karena remnya tak berfungsi.Khania yang panik membanting stir ke arah kiri, Khania menabrak pagar pembatas jembatan dan Khania terjun bebas bersama motornya ke dalam sungai yang cukup dalam itu.BYUURRR!!Khania yang terjatuh ke dalam sungai itu, mencoba sekuat tenaga agar bisa mengapung ke permukaan. Walaupun dia tidak bisa berenang, namun dia dengan sekuat tenaga mencoba agar tidak tenggelam.Khania yang sudah tidak kuat lagi pun pasrah, dan berdo'a di dalam hatinya. "Ya Tuhan! Mungkinkah sekarang tiba saatnya aku menghadap-MU."Khania yang sudah lemas dan tidak sanggup untuk bertahan lagi samar-samar melihat seseorang menghampirinya, seseorang itu menggenggam dan membawa tubuh Khania, setelahnya Khania kehilangan kesadarannya.**Efgan yang melihat Khania menabrak pembatas jembatan dan terjatuh ke sungai segera keluar dari dalam mobilnya dan pergi berlari ke pinggir sungai, sampai di pinggir sungai, Efgan segera berenang untuk menolongnya. Setelah beberapa saat Efgan berenang menyusuri sungai, akhirnya Efgan menemukan Khania yang tidak jauh dari dirinya. Efgan yang melihat Khania sudah lemas dan tak berdaya segera berenang menghampiri Khania dan membawanya ke atas permukaan.Efgan segera membawa tubuh Khania ke daratan, lalu dia mengecek nadinya. Dengan segera Efgan melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR dan juga memberikan bantuan napas untuk Khania. "Khania saya mohon sadarlah."Efgan masih terus berusaha menyadarkan Khania. "Khania tolong sadarlah. Jangan sampai saya merasakan penyesalan lagi,
"Khania tunggu! Sebenarnya ... ada yang ingin mencelakai kamu, dan menginginkan nyawa kamu," ucap Efgan setelah dia berpikir keras, alasan apa yang bisa membuat Khania mempercayainya tanpa harus membencinya."Maksud anda apa?" tanya Khania dengan mengernyitkan alisnya, dia tidak paham dengan apa yang lelaki di hadapannya ini bicarakan."Ada yang mengincar nyawa kamu Khania, dia ingin menghabisi kamu! Coba kamu ingat-ingat berapa kali kamu hampir celaka dan untungnya saya ada di waktu yang tepat," balas Efgan.Dia menatap manik mata Khania dengan tatapan penuh harap, ya dia berharap Khania akan percaya padanya dan meminta perlindungannya."Apa ini bukan akal-akalan anda saja, biar saya menerima anda?! Bisa saja kan anda sengaja mencelakai saya, dan berpura-pura menolong saya agar saya membalas budi kepada anda?!"Pertanyaan dari Khania membuat Efgan bingung harus menjelaskan dengan bagaimana lagi agar Khania bisa percaya kepadanya."Khania saya tidak setega dan seberani itu untuk mencel
Keesokan harinya.Khania yang baru saja selesai bekerja dan keluar dari restoran celingukan ke kanan dan ke kiri, dia seperti sedang mencari seseorang."Kamu cari siapa Khania?" tanya salah satu teman Khania yang kebetulan satu sif dengannya dan akan pulang."Aah! Enggak, aku lagi cari ojek," elak Khania yang sebenarnya dia sedang mencari mobil Efgan yang biasanya selalu ada terparkir di depan restoran. "Hmm ... Eh iya, tumben cowok ganteng yang biasa suka nangkring mobilnya di parkiran kok gak ada ya?!" tanya teman Khania yang membuat Khania terkejut sekaligus heran."Yang mana?" tanya Khania, ia sengaja bertanya karena takut salah kalau yang sedang dibicarakan oleh temannya itu Efgan lelaki yang selama ini sering mengganggu dan menguntitnya atau bukan."Itu lho! Yang sering banget gangguin kamu," sahut teman Khania lagi yang sontak membuat Khania membulatkan matanya."Kamu tau dia sering ganggu aku?" tanya Khania yang terkejut."Ya tau lah! Bahkan ya, anak-anak yang lain bilangnya d
Khania terkejut dan membelalakan matanya, saat ia melihat pisau yang tadi mengarah kepadanya tertancap di tanah, tepat di bawah kakinya. Khania lalu melihat orang yang tadi memegang pisau itu sudah terkapar tak berdaya di tanah."Khania ayo, buruan naik!" ujar Iren di atas motornya setelah ia menabrakkan motor itu pada lelaki yang tadi hampir menusuk Khania.Khania yang masih terkejut hanya diam saja, sampai tepukan di bahunya menyadarkan ia dari rasa terkejutnya. Khania melihat ke arah Iren dan menoleh ke arah samping. Seketika ia terkejut saat melihat Efgan, lelaki yang selama ini mengganggunya tengah bertarung melawan orang-orang yang tadi sudah menghadangnya."Tapi ... itu." Khania menunjuk ke arah Efgan yang tengah berkelahi dengan orang-orang yang tadi menghadang Khania."Ayo buruan sebelum dia bangun." Iren menujuk ke arah pria yang tadi menyerang Khania dengan pisau.Iren yang tidak ingin membuang waktu dengan cepat menarik tangan Khania agar Khania segera naik ke atas motor
Efgan mengerjapkan matanya dan terkejut saat dia melihat Khania yang tertidur dengan posisi terduduk dan kepala manelungkup di pinggir kasur.Efgan tersenyum kecil saat dia melihat tangannya digenggam oleh Khania. "Eugh!!" Khania yang merasakan pergerakan dari atas kasur terbangun dan terkejut saat melihat Efgan yang kini sedang menatapnya. "Anda sudah bangun Pak?! Saya akan panggilkan Dokter!" Khania yang akan melangkah di tahan tangannya oleh Efgan."Tidak usah! Saya baik-baik saja." Efgan lalu melihat jam di dinding. "Kamu lanjutin aja tidurnya, ini masih jam dua pagi." Khania lalu melihat jam di dinding, dan benar ini masih jam dua pagi. Khania lalu beralih menatap Efgan dan mendekatinya."Bapak butuh sesuatu?" tanya Khania dengan lembut."Iya!" jawab Efgan dengan tersenyum jahil pada Khania."Anda jangan macam-macam ya?!" ucap Khania saat dia melihat senyuman yang mencurigakan terulas di bibir Efgan.Khania memundurkan langkahnya. Dia sedikit curiga saat melihat senyuman Efgan
Efgan yang terkejut mendengar ucapan Khania mengerutkah alisnya. "Tawaran apa?!"tanyanya pada Khania.Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Khania bicarakan. Karena seingatnya dia tidak pernah menawarkan sesuatu kepada Khania."Itu ... Emm ... gak jadi deh! Kalau Bapak tidak ingat tidak apa-apa" sahut KhaniaKhania menelan kembali ucapannya saat dia melihat Efgan yang tidak ingat dengan tawarannya dulu. Dia merutuku dirinya sendiri yang nyaris mempermalukan dirinya sendiri. Lalu dia berniat pergi menuju sofa untuk beristirahat. Namun tertahan saat Efgan memegang tangannya."Lho! Tawaran apa sih?! Serius saya nanya! Jangan bikin saya penasaran dengan ucapan kamu yang menggantung itu."Efgan yang kini memegang tangan Khania segera bangun dari baringnya dan menatap Khania yang kini berdiri di sampingnya. Dia menjadi penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Khania.Khania lalu melepaskan tanganya yang di pegang oleh Efgan."Gak jadi Pak! Udah Bapak istirahat aja. Ini masih pagi
Khania yang berada di kamar mandi terus menggerutu. Dia tidak tau, mau ditaruh di mana muka dia saat nanti dia berhadapan dengan Efgan.Khania lama berdiam diri di kamar mandi karena dia malu untuk berhadapan dengan Efgan. Sampai sebuah ketukan terdengar di pintu kamar mandi yang berhasil membuat Khania terjengkit kaget."Khania kamu lagi apa di dalam?! kamu gak apa-apa kan?! Khania!" tanya Efgan di luar pintu kamar mandi.Khania tidak menjawabnya karena dia benar-benar malu oleh ucapan Efgan tadi. Khania tidak menghiraukan ketukan dan teriakan Efgan."Khania jawab! Kamu baik-baik aja kan di dalam?! Kamu sudah satu jam lebih loh di dalam sana. Saya hitung sampai tiga. Kalau kamu tidak membukanya juga saya akan dobrak pintu ini!" ucap Efgan yang terdengar khawatir di luar sana. "Satu ... dua ... ti-." Belum sampai hitungan ketiga Khania sudah membuka pintunya dengan wajah yang tertunduk.Efgan yang melihat Khania membuka pintu dan berdiri di hadapanya segera saja menarik tangannya dan
Khania yang heran kenapa dia dibawa ke tempat ini menoleh ke samping. "Pak ... kita mau ngapain ke sini?" tanya Khania."Bukannya kamu sendiri yang bilang apa tawaran saya masih berlaku atau tidak?! Ya, sekarang jawabannya ada di depan kamu," sahut Efgan. Dia lalu menarik tangan Khania.Khania yang masih belum mengerti untuk apa dia di bawa ke sini menahan tangannya yang ditarik Efgan. "Tunggu Pak! Maksud Anda itu apa ya?!""Ya sekarang kita masuk, dan kita nikah di dalam!" balas Efgan tanpa beban. Dia tersenyum manis ke arah Khania yang kini menatap Efgan tidak percaya. Khania yang mendengar itu melebarkan matanya dan menatap Efgan. "Pak ... Anda masih waras kan?!"Khania tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat kelakuan Efgan yang selalu spontan itu."Hmm!! Kan kamu sendiri yang tanya sama saya! Apa tawaran saya itu masih berlaku atau tidak. Ya ini jawabannya, masih dan kita akan nikah sekarang juga."Tidak ingin membuang waktu Efgan dengan segera menarik kembali tangan Khania. Namun