Pagi harinya Khania yang tidak bisa tidur semalaman pun memutuskan untuk pergi ke pamakaman, tempat di mana semalam sang suami dimakamkan. Dia ingin menumpahkan rasa rindunya kepada sang suami lewat ziarah dan do'a.
Tiba di sebuah pemakaman Khania langsung saja keluar dari taxi setelah taxi itu berhenti. Dia berjalan menuju ke arah di mana makam suaminya berada. Tiba di depan makam Khania lalu duduk berjongkok di sebelah makam itu dan menangis, dia menumpahkan semua rasa yang ada di hatinya dengan menangis.Namun saat Khania akan berdo'a. Khania terkejut kala ia mendengar suara seseorang dengan lantang di sebelahnya."Ayo kita menikah," ucap seseorang itu tepat di sebelah Khania,Khania yang terkejut mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang sedang berbicara padanya."APA?!" teriak Khania pada lelaki yang menurut Khania tidak asing itu, dia seperti pernah melihat orang itu, tapi di mana? Khania lupa."Ayo kita menikah, Khania!" Lelaki itu mengulang kembali perkataannya kepada Khania yang sontak membuat Khania terkejut mendengarnya."Anda jangan bercanda ya! Suami saya baru saja meninggal, bahkan kuburannya saja masih basah dan belum kering! Anda meminta saya untuk menikah? Anda sudah gila?!" sahut Khania yang masih terduduk di sana tanpa ada niatan untuk bangkit dari duduknya, dia tidak akan meladeni orang yang tidak waras di sebelahnya ini."Saya serius Khania, saya tidak sedang bercanda! Ayo kita menikah," ucap lelaki itu sambil duduk berjongkok di sebelah Khania dan menatap Khania dengan wajah seriusnya."Anda orang tidak waras dari mana sih? Kabur dari RSJ ya? Dan lagi, dari mana anda tau nama saya?"Khania melihat sekeliling tempat itu, dia takut kalau dia sedang terkena prank anak-anak jaman sekarang."Saya waras 100% Khania,"Ucapan lelaki itu membuat Khania terjengkit kaget, saat ia teringat akan lelaki asing yang dia temui kemarin malam, di taman dekat pemakaman. Lelaki yang muncul secara tiba-tiba di hadapan Khania. Dengan penampilan aneh bin ajaibnya."Aah! Saya baru ingat. Anda itu yang kemarin bertemu saya di taman dekat pemakaman kan? Yang ngatain saya ODGJ?!" tanya Khania pada lelaki itu dan lelaki itu pun menganggukan kepalanya. "Pak lebih baik Anda pergi saja dari sini, saya sedang tidak mood buat bercanda."Khania melihat sekilas lelaki itu.Khania lalu kembali memfokuskan diri ke depan makam, ia akan melanjutkan berdo'anya yang sempat terhenti karena ulah lelaki aneh bin ajaib di sebelahnya ini."Saya tidak bercanda Khania! Saya serius mengajak kamu menikah, karena itu pesan terakhir yang suami kamu katakan kepada saya! Dia meminta saya untuk menjaga dan melindungi kamu dengan cara saya harus menikah sama kamu," jawab lelaki itu yang sukses membuat Khania menghentikan do'anya. Dan langsung menatap tak percaya pada lelaki di sebelahnya."Dan anda pikir saya akan percaya dengan kata-kata anda?" balas Khania."Kamu harus percaya Khania, karena apa yang saya ucapkan ini benar adanya! Saya tidak sedang berbohong karena itu yang suami kamu ucapkan kepada saya, kalau kamu tidak percaya...," lelaki itu merogoh jasnya dan mengeluarkan sebuah ponsel dari sana dan menyodorkan ponsel itu pada Khania, "Kamu lihat aja sendiri buktinya."Khania yang penasaran pun mengambil ponsel itu dan melihat apa yang ada di dalamnya, Khania terkejut saat ia melihat sebuah Vidio, Albi yang berlumuran darah.Khania dengan segera menekan tombol play dan dia sangat syok, saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Khania menangis, saat dia melihat Albi yang sedang berbicara kepada seorang lelaki yang sedang memangku Albi dan menggenggam tangannya. Fokus Khania bukan pada pembicaraan Albi, namun lebih kepada kondisi Albi yang menurut Khania sangat memilukan dan menyayat hati Khania yang melihatnya.Khania yang tidak sanggup untuk melihat lagi, langsung saja mengembalikan ponsel itu pada orang di sebelahnya."Gimana? Kamu sekarang percaya kan kalau saya itu tidak berbohong!" tanya lelaki itu."Iya! saya sekarang percaya dengan anda. Tapi bisa gak anda mengatakan semua itu nanti? Jangan sekarang di saat saya masih berduka! Otak anda di simpan di mana sih sampai anda tidak bisa mlihat sikon?!"Khania memutuskan untuk pergi dari sana karena dia sudah tidak mood lagi untuk berada di sana."Otak saya di simpan di kepala saya lah! Ya... saya kira, saya itu harus segera menikahi kamu, agar saya bisa menjaga dan melindungi kamu," ucap lelaki itu tanpa beban.Lagi-lagi ucapan lelaki itu sukses membuat Khania naik darah dan ia menghentikan langkahnya dan berbalik.Khania menatap lelaki itu dengan tatapan nyalang. "Ck, menjaga dan melindungi itu tidak harus dengan menikah juga kan? Lagian mana ada sih orang yang melamar di kuburan! Dan juga gak sehari setelah kematian suami saya juga kali. Ya ampun. Kenapa bisa suami saya menitipkan saya pada orang seperti anda."Khania sangat kesal dengan lelaki yang berada di hadapannya itu.Khania lalu membalikan badannya lagi dan melangkahkan kembali kakinya untuk pergi meninggalkan pemakaman itu.Lelaki itu pun masih setia mengikuti Khania di belakangnya. "Jadi gimana? Kalau nanti saya melamar kamu lagi di tempat yang romantis! Kamu mau terima saya?"Khania tidak menjawab ocehan lelaki tersebut, dia terus saja melangkah tanpa menghiraukan ucapan lelaki yang Khania anggap aneh bin ajaib itu.Khania yang terus saja berjalan dan akan menyebrang, tidak melihat kalau ada sepeda motor yang mengarah kepadanya.Beruntungnya Efgan lelaki yang baru saja melamar Khania sekaligus orang yang diberi amanah oleh Albi, langsung dengan sigap menarik tangan Khania sampai mereka terjatuh ke tepi jalan.Khania sangat terkejut, dia membolakan matanya saat dia menyadari kalau bibirnya mendarat di tempat yang tidak semestinya."Kyaaa! Kenapa anda menarik saya dan cium-cium bibir saya?!" Khania berteriak kepada Efgan ketika dia sudah bangkit dari atas tubuh Efgan. Khania yang terkejut memukul-mukul tubuh Efgan yang sudah berdiri. BUKK ... BUKK!! "Aww! Sakit Khania!!" Efgan meringis kesakitan karena pukulan Khania cukup keras juga pada tubuhnya, Efgan menahan tangan Khania yang akan memukulnya lagi dan menggenggamnya dengan erat. "Saya tidak mencium kamu dengan sengaja, tadi itu saya nolongin kamu yang hampir tertabrak motor.""Alaah Alasan! Bilang aja mau cari kesempatan dalam kesempitan. Iya kan?!" tuding Khania pada Efgan. Khania kesal dan tidak terima Efgan sudah menciumnya walaupun tidak disengaja."Kamu itu ya, bukannya terima kasih kerana udah ditolongin. Malah nuduh saya yang enggak-nggak," balas Efgan yang tak habis pikir dengan Khania yang seolah menuduhnya mencium bibir Khania duluan."Lah, saya gak nuduh tuh, Emang kenyataannya! Awas ya, saya akan laporin anda karena tadi itu termasuk peleceh
Khania yang sudah lemas dan tidak sanggup untuk bertahan lagi samar-samar melihat seseorang menghampirinya, seseorang itu menggenggam dan membawa tubuh Khania, setelahnya Khania kehilangan kesadarannya.**Efgan yang melihat Khania menabrak pembatas jembatan dan terjatuh ke sungai segera keluar dari dalam mobilnya dan pergi berlari ke pinggir sungai, sampai di pinggir sungai, Efgan segera berenang untuk menolongnya. Setelah beberapa saat Efgan berenang menyusuri sungai, akhirnya Efgan menemukan Khania yang tidak jauh dari dirinya. Efgan yang melihat Khania sudah lemas dan tak berdaya segera berenang menghampiri Khania dan membawanya ke atas permukaan.Efgan segera membawa tubuh Khania ke daratan, lalu dia mengecek nadinya. Dengan segera Efgan melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR dan juga memberikan bantuan napas untuk Khania. "Khania saya mohon sadarlah."Efgan masih terus berusaha menyadarkan Khania. "Khania tolong sadarlah. Jangan sampai saya merasakan penyesalan lagi,
"Khania tunggu! Sebenarnya ... ada yang ingin mencelakai kamu, dan menginginkan nyawa kamu," ucap Efgan setelah dia berpikir keras, alasan apa yang bisa membuat Khania mempercayainya tanpa harus membencinya."Maksud anda apa?" tanya Khania dengan mengernyitkan alisnya, dia tidak paham dengan apa yang lelaki di hadapannya ini bicarakan."Ada yang mengincar nyawa kamu Khania, dia ingin menghabisi kamu! Coba kamu ingat-ingat berapa kali kamu hampir celaka dan untungnya saya ada di waktu yang tepat," balas Efgan.Dia menatap manik mata Khania dengan tatapan penuh harap, ya dia berharap Khania akan percaya padanya dan meminta perlindungannya."Apa ini bukan akal-akalan anda saja, biar saya menerima anda?! Bisa saja kan anda sengaja mencelakai saya, dan berpura-pura menolong saya agar saya membalas budi kepada anda?!"Pertanyaan dari Khania membuat Efgan bingung harus menjelaskan dengan bagaimana lagi agar Khania bisa percaya kepadanya."Khania saya tidak setega dan seberani itu untuk mencel
Keesokan harinya.Khania yang baru saja selesai bekerja dan keluar dari restoran celingukan ke kanan dan ke kiri, dia seperti sedang mencari seseorang."Kamu cari siapa Khania?" tanya salah satu teman Khania yang kebetulan satu sif dengannya dan akan pulang."Aah! Enggak, aku lagi cari ojek," elak Khania yang sebenarnya dia sedang mencari mobil Efgan yang biasanya selalu ada terparkir di depan restoran. "Hmm ... Eh iya, tumben cowok ganteng yang biasa suka nangkring mobilnya di parkiran kok gak ada ya?!" tanya teman Khania yang membuat Khania terkejut sekaligus heran."Yang mana?" tanya Khania, ia sengaja bertanya karena takut salah kalau yang sedang dibicarakan oleh temannya itu Efgan lelaki yang selama ini sering mengganggu dan menguntitnya atau bukan."Itu lho! Yang sering banget gangguin kamu," sahut teman Khania lagi yang sontak membuat Khania membulatkan matanya."Kamu tau dia sering ganggu aku?" tanya Khania yang terkejut."Ya tau lah! Bahkan ya, anak-anak yang lain bilangnya d
Khania terkejut dan membelalakan matanya, saat ia melihat pisau yang tadi mengarah kepadanya tertancap di tanah, tepat di bawah kakinya. Khania lalu melihat orang yang tadi memegang pisau itu sudah terkapar tak berdaya di tanah."Khania ayo, buruan naik!" ujar Iren di atas motornya setelah ia menabrakkan motor itu pada lelaki yang tadi hampir menusuk Khania.Khania yang masih terkejut hanya diam saja, sampai tepukan di bahunya menyadarkan ia dari rasa terkejutnya. Khania melihat ke arah Iren dan menoleh ke arah samping. Seketika ia terkejut saat melihat Efgan, lelaki yang selama ini mengganggunya tengah bertarung melawan orang-orang yang tadi sudah menghadangnya."Tapi ... itu." Khania menunjuk ke arah Efgan yang tengah berkelahi dengan orang-orang yang tadi menghadang Khania."Ayo buruan sebelum dia bangun." Iren menujuk ke arah pria yang tadi menyerang Khania dengan pisau.Iren yang tidak ingin membuang waktu dengan cepat menarik tangan Khania agar Khania segera naik ke atas motor
Efgan mengerjapkan matanya dan terkejut saat dia melihat Khania yang tertidur dengan posisi terduduk dan kepala manelungkup di pinggir kasur.Efgan tersenyum kecil saat dia melihat tangannya digenggam oleh Khania. "Eugh!!" Khania yang merasakan pergerakan dari atas kasur terbangun dan terkejut saat melihat Efgan yang kini sedang menatapnya. "Anda sudah bangun Pak?! Saya akan panggilkan Dokter!" Khania yang akan melangkah di tahan tangannya oleh Efgan."Tidak usah! Saya baik-baik saja." Efgan lalu melihat jam di dinding. "Kamu lanjutin aja tidurnya, ini masih jam dua pagi." Khania lalu melihat jam di dinding, dan benar ini masih jam dua pagi. Khania lalu beralih menatap Efgan dan mendekatinya."Bapak butuh sesuatu?" tanya Khania dengan lembut."Iya!" jawab Efgan dengan tersenyum jahil pada Khania."Anda jangan macam-macam ya?!" ucap Khania saat dia melihat senyuman yang mencurigakan terulas di bibir Efgan.Khania memundurkan langkahnya. Dia sedikit curiga saat melihat senyuman Efgan
Efgan yang terkejut mendengar ucapan Khania mengerutkah alisnya. "Tawaran apa?!"tanyanya pada Khania.Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Khania bicarakan. Karena seingatnya dia tidak pernah menawarkan sesuatu kepada Khania."Itu ... Emm ... gak jadi deh! Kalau Bapak tidak ingat tidak apa-apa" sahut KhaniaKhania menelan kembali ucapannya saat dia melihat Efgan yang tidak ingat dengan tawarannya dulu. Dia merutuku dirinya sendiri yang nyaris mempermalukan dirinya sendiri. Lalu dia berniat pergi menuju sofa untuk beristirahat. Namun tertahan saat Efgan memegang tangannya."Lho! Tawaran apa sih?! Serius saya nanya! Jangan bikin saya penasaran dengan ucapan kamu yang menggantung itu."Efgan yang kini memegang tangan Khania segera bangun dari baringnya dan menatap Khania yang kini berdiri di sampingnya. Dia menjadi penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Khania.Khania lalu melepaskan tanganya yang di pegang oleh Efgan."Gak jadi Pak! Udah Bapak istirahat aja. Ini masih pagi
Khania yang berada di kamar mandi terus menggerutu. Dia tidak tau, mau ditaruh di mana muka dia saat nanti dia berhadapan dengan Efgan.Khania lama berdiam diri di kamar mandi karena dia malu untuk berhadapan dengan Efgan. Sampai sebuah ketukan terdengar di pintu kamar mandi yang berhasil membuat Khania terjengkit kaget."Khania kamu lagi apa di dalam?! kamu gak apa-apa kan?! Khania!" tanya Efgan di luar pintu kamar mandi.Khania tidak menjawabnya karena dia benar-benar malu oleh ucapan Efgan tadi. Khania tidak menghiraukan ketukan dan teriakan Efgan."Khania jawab! Kamu baik-baik aja kan di dalam?! Kamu sudah satu jam lebih loh di dalam sana. Saya hitung sampai tiga. Kalau kamu tidak membukanya juga saya akan dobrak pintu ini!" ucap Efgan yang terdengar khawatir di luar sana. "Satu ... dua ... ti-." Belum sampai hitungan ketiga Khania sudah membuka pintunya dengan wajah yang tertunduk.Efgan yang melihat Khania membuka pintu dan berdiri di hadapanya segera saja menarik tangannya dan