Khania yang berada di kamar mandi terus menggerutu. Dia tidak tau, mau ditaruh di mana muka dia saat nanti dia berhadapan dengan Efgan.Khania lama berdiam diri di kamar mandi karena dia malu untuk berhadapan dengan Efgan. Sampai sebuah ketukan terdengar di pintu kamar mandi yang berhasil membuat Khania terjengkit kaget."Khania kamu lagi apa di dalam?! kamu gak apa-apa kan?! Khania!" tanya Efgan di luar pintu kamar mandi.Khania tidak menjawabnya karena dia benar-benar malu oleh ucapan Efgan tadi. Khania tidak menghiraukan ketukan dan teriakan Efgan."Khania jawab! Kamu baik-baik aja kan di dalam?! Kamu sudah satu jam lebih loh di dalam sana. Saya hitung sampai tiga. Kalau kamu tidak membukanya juga saya akan dobrak pintu ini!" ucap Efgan yang terdengar khawatir di luar sana. "Satu ... dua ... ti-." Belum sampai hitungan ketiga Khania sudah membuka pintunya dengan wajah yang tertunduk.Efgan yang melihat Khania membuka pintu dan berdiri di hadapanya segera saja menarik tangannya dan
Khania yang heran kenapa dia dibawa ke tempat ini menoleh ke samping. "Pak ... kita mau ngapain ke sini?" tanya Khania."Bukannya kamu sendiri yang bilang apa tawaran saya masih berlaku atau tidak?! Ya, sekarang jawabannya ada di depan kamu," sahut Efgan. Dia lalu menarik tangan Khania.Khania yang masih belum mengerti untuk apa dia di bawa ke sini menahan tangannya yang ditarik Efgan. "Tunggu Pak! Maksud Anda itu apa ya?!""Ya sekarang kita masuk, dan kita nikah di dalam!" balas Efgan tanpa beban. Dia tersenyum manis ke arah Khania yang kini menatap Efgan tidak percaya. Khania yang mendengar itu melebarkan matanya dan menatap Efgan. "Pak ... Anda masih waras kan?!"Khania tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat kelakuan Efgan yang selalu spontan itu."Hmm!! Kan kamu sendiri yang tanya sama saya! Apa tawaran saya itu masih berlaku atau tidak. Ya ini jawabannya, masih dan kita akan nikah sekarang juga."Tidak ingin membuang waktu Efgan dengan segera menarik kembali tangan Khania. Namun
Khania terkejut bukan main saat mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Efgan. Dia menatap Efgan dengan penuh tanya di atas kepalanya. "Maksud Bapak apa ya berbicara seperti itu?!"Kamu kan tadi bilang kalau sekarang kamu masih menjalani masa iddah. Jadi saya akan menungu kamu selesai masa iddah! Tapi dengan syarat kamu harus mau menandatangani surat perjanjian," jawab Efgan.Khania yang tidak mengerti menatap Efgan dengan wajah yang kebingungan. Dia tidak paham kenapa dia harus menandatangani surat perjanjian? Untuk apa?!"Kenapa saya harus menandatangani surat perjanjian?! Saya kan tidak punya hutang sama Bapak!" tanya Khania.Lagi-lagi Efgan tidak menjawab dan hanya fokus menatap ke depan. Dan itu sukses membuat darah Khania mendidih dan naik sampai ke ubun-ubun saat melihat Efgan yang bersikap seperti ini."Pak ... jawab dong! Saya nanya lho!" seru Khania Efgan menatap Khania dengan wajah yang menyebalkan. Khania yang melihat itu mencebikan bibirnya.Khania dan Efgan saling diam
Khania terkejut saat melihat sekilas isi dokumen itu. Dia menoleh ke arah Efgan dengan mengernyitkan alisnya. "Pak! Bapak serius soal perjanjian itu?!" tanya Khania yang tidak percaya jika ucapan Efgan itu tidak main-main."Hmm! Jadi sekarang kamu tanda tangan." Efgan lalu memberikan sebuah pena pada Khania"Wait!! Saya baca dulu isinya." Khania lalu membuka lembar demi lembar kertas itu dan terkejut dengan isi di dalamnya.Khania diam memandang Efgan saat dia sudah selesai membaca surat perjanjian itu, ia lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis."Maaf Pak! Saya tidak mau tanda tangan." Khania menyodorkan kembali kertas yang tadi dia baca kepada Efgan.Efgan yang mendengar itu sontak terkejut dan mendelik ke arah Khania. Ia tidak menyangka jika Khania akan menolak surat perjanjian itu. Padahal Efgan sudah memberikan keuntungan besar untuk Khania di dalam surat perjanjian itu."Kenapa?!" tanya Efgan dengan tatapannya yang tajam. Ia tidak terima jika Khania menolaknya."Karena s
Seorang wanita yang sudah lanjut usia namun masih terlihat cantik di usianya berjalan menghampiri Efgan dan Khania dengan wajah penuh amarah dan kekesalan.Efgan terkejut saat melihat siapa yang kini datang menghampirinya. "Nenek!" ucapnya yang sontak membuat Khania membulatkan matanya.Khania menatap horor pada wanita itu,. Ia merasa akan dipermalukan dan ditentang lagi seperti dulu. Secara Efgan lebih segalanya dari Albi mau dari segi materi ataupun rupa."Dasar cucu durhaka! Siapa yang mengizinkan kalian menikah?!" tanya wanita itu saat ia sudah tiba di hadapan Efgan.Deg!!Jantung Khania seakan berhenti saat ia mendengar ucapan wanita yang kini ada di hadapannya itu. Ia merasa dejavu dengan keadaan saat ini. Khania merasakan ketakutan di dalam hatinya. Walaupun ia sudah menduganya.Efgan yang melihat Khania ketakutan segera membawa tangan Khania dan menggenggamnya. Dia tersenyum manis pada Khania. Lalu ia beralih menatap sang nenek yang kini berada di hadapannya. "Nenek! Kapan Nen
BUKK!!Khania menendang perut Efgan yang kini berada di atas tubuhnya. Ia lalu mendorong Efgan dengan cukup keras sampai-sampai Efgan terjungkal kebelakang."Aduuhh!!"Efgan meringis kesakitan saat bokongnya mendarat di lantai. Ia lalu mendelikkan matanya pada Khania. Ia tidak menyangka jika Khania akan menendangnya. Padahal Efgan hanya ingin menjahili Khania saja, eh tau nya dia kena bogem dari Khania."Rasain makanya jangan macam-macam sama saya." Khania lalu bangkit dari atas kasur dan berniat pergi dari kamar itu."Tunggu!" ucap Efgan sambil berdiri. "Kamu mau kemana?" tanyanya saat melihat Khania akan beranjak dari kamar.Khania menghentikan langkahnya saat Efgan bertanya padanya. Khania lalu menoleh pada Efgan dan tersenyum."Saya mau tidur di kamar sebelah. Saya takut nanti anda macam-macam lagi sama saya," jawab Khania yang kini berdiri di dekat pintu."Siapa yang mau macam-macam sama kamu? Tadi itu saya mau ambil itu." Efgan menunjuk buku yang berada di atas nakas.Khania meli
PLAAKK!!Khania memukul lengan Efgan saat ia mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Efgan. "Itu sih akal-akalan anda saja kan?! Gak mungkinlah kita kan baru nikah!" balas Khania."Justru karena kita baru nikah sudah pasti Nenek minta dibuatkan cicit," sahut Efgan yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Khania."Anda jangan ngarang ya! Udah ah saya mau mandi dulu." Khania bangkit dari atas ranjang lalu pergi ke kamar mandi.Efgan tersenyum saat melihat Khania yang sudah pergi dari hadapannya. Ia berjanji tidak akan menyia-nyiakan Khania.Khania yang sudah selesai mandi terdiam saat meyadari jika dia tidak membawa baju ganti. Ia lalu melongokan kepalanya untuk melihat. "Kamu ngapain?!" tanya Efgan saat melihat Khania yang hanya menyembulkan kepalanya saja di pintu kamar mandi."Pak! Anda bisa keluar dari kamar ini sebentar? Saya mau ganti baju!" sahut Khania.Efgan lalu tersenyum. "Ya kalau kamu mau ganti baju, tinggal ganti aja kenapa saya harus keluar?!" ucap Efgan.Khani
Mereka tiba di ruang makan. Di sana nenek sudah duduk manis dan tersenyum ke arah Efgan dan Khania yang baru saja datang."Malam Nek." Efgan mencuim pipi sang nenek saat tiba di dekatnya."Malam juga sayang. Kok baru turun?"tanya nenek. Khania yang kini duduk di hadapan nenek akan menjawab pertanyaan sang nenek namun urung saat Efgan lebih dulu menjawabnya."Nenek kayak yang gak pernah muda aja. Nenek tau lah pengantin baru kalau di kamar ngapain aja." Efgan lalu mengedipkan sebelah matanya pada Khania.Khania yang mendengar itu sontak membelalakan matanya dan menendang kaki Efgan yang berada di sampingnya. Dia terkejut akan jawaban Efgan. Khania lalu menatap Efgan dengan sengit."Ooh iya! Nenek lupa kalau kalian pengantin baru! Nenek kira kalian akan menundanya buat nanti malam taunya ...," ucap sang nenek sambil mesem-mesem.Khania tersenyum paksa pada nenek. Dia bingung harus bicara apa. Dia lebih memilih untuk diam saja.Mereka lalu makan malam dengan khidmat dan tenang, tidak ada