Mereka tiba di ruang makan. Di sana nenek sudah duduk manis dan tersenyum ke arah Efgan dan Khania yang baru saja datang."Malam Nek." Efgan mencuim pipi sang nenek saat tiba di dekatnya."Malam juga sayang. Kok baru turun?"tanya nenek. Khania yang kini duduk di hadapan nenek akan menjawab pertanyaan sang nenek namun urung saat Efgan lebih dulu menjawabnya."Nenek kayak yang gak pernah muda aja. Nenek tau lah pengantin baru kalau di kamar ngapain aja." Efgan lalu mengedipkan sebelah matanya pada Khania.Khania yang mendengar itu sontak membelalakan matanya dan menendang kaki Efgan yang berada di sampingnya. Dia terkejut akan jawaban Efgan. Khania lalu menatap Efgan dengan sengit."Ooh iya! Nenek lupa kalau kalian pengantin baru! Nenek kira kalian akan menundanya buat nanti malam taunya ...," ucap sang nenek sambil mesem-mesem.Khania tersenyum paksa pada nenek. Dia bingung harus bicara apa. Dia lebih memilih untuk diam saja.Mereka lalu makan malam dengan khidmat dan tenang, tidak ada
Efgan yang baru keluar dari kamar mandi mengerutkan keningnya saat ia melihat Khania yang tengah fokus menatap ponselnya."Kamu lagi ngapain?!" tanya Efgan saat dia sudah berada di dekat Khania.Khania yang terkejut sontak menoleh ke arah Efgan dan dia torlonjak kaget saat dia melihat Efgan yang hanya mengenakan handuk."Kamu mandi lagi?" tanya Khania sambil memalingkan wajahnya ke arah lain."Hmm! Soalnya gerah, panas di sini!" sahutnya sambil mengambil ponsel yang ia simpan di atas nakas."Mas pake baju dulu ih!" ucap Khania yang masih memalingkan wajahnya dari Efgan.Efgan yang melihat Khania memalingkan wajahnya tersenyum jahil. "Kenapa? Takut gak bisa nahan godaan dari tubuh aku ya? Hmm, atau jangan-jangan takut khilaf." Efgan menyimpan kembali ponselnya dan duduk di samping Khania."Iih! Bukan, takutnya kamu nanti masuk angin," jawab Khania.Khania yang masih memalingkan wajahnya heran saat ia tidak mendengar jawaban dari Efgan. Khania memberanikan diri untuk menoleh dan alangkah
Efgan pulang larut malam, saat tiba di kamarnya ia tersenyum kala melihat Khania yang tengah tidur dengan posisi terlentang. Efgan menghampiri Khania dan membenarkan posisi tidurnya. Ia menatap Khania dengan intens."Kamu pasti capek banget ya?" Efgan mencium kening Khania lalu dia beranjak pergi ke kamar mandi.Setelah selesai Efgan kemudian naik ke atas kasur. Ia memiringkan tubuhnya menghadap Khania. Tangannya menyentuh wajah Khania dan ia tersenyum. "Selamat malam istriku." Efgan mencium kening, pipi dan hidung Khania lalu ia pun tidur dengan memeluk Khania.**Pagi harinya Khania mengerjapkan matanya dan terkejut saat dia melihat sebuah tangan yang melingkar di perutnya. "Aaaaaakkkhhh." Khania berteriak sambil menggeserkan tangan itu dari perutnya dengan kasar.Efgan yang terkejut mendengar teriakan Khania langsung terbangun dan ikut panik saat melihat Khania berteriak histeris. "Kamu kenapa? Ada apa?" tanyanya dengan wajah yang panik.Khania menatap Efgan dengan sengit. "Kamu ..
Khania dengan cepat berdiri dan mengambil air minum, lalu segera memberikannya kepada Efgan. Ia menepuk-nepuk pelan punggung sang suami."Mas, kalau makan itu pelan-pelan! Gak ada yang mau merebutnya!" ucap Khania dengan wajah tanpa dosa.Efgan yang sudah tidak tersedak lagi menatap Khania dengan wajah yang kesal. Ia kesal karena Khania tidak menyadari ucapannya lah yang sudah membuat ia tersedak."Aku tersedak karena kamu!" sahut Efgan.Khania mengernyitkah alisnya saat mendengar ucapan Efgan. "karena aku Mas?" tanya Khania sambil menunjuk dirinya sendiri.Efgan yang akan menjawab pertanyaan Khania urung saat melihat nenek yang menatap dia dengan tajam. "Ah! Nggak, kamu lanjut aja makannya," ucapnya sambil kembali meneguk air.Khania dengan patuh kembali duduk dan melanjutkan makannya. Ia makan dengan diam dan tertunduk."Kamu semalam keluar?" tanya nenek pada Efgan dengan tatapan penuh selidik."Iya, Nek! Aku keluar karena ada pekerjaan yang urgent Nek!" sahut Efgan. Ia lalu melirik
Efgan tiba di kantor dengan wajah yang berseri-seri dan senyuman yang terpatri di wajahnya yang rupawan itu membuat ia semakin menawan, semua karyawan yang disapanya mengerutkan dahinya dan terkejut saat melihat bos mereka yang pagi ini datang dengan wajah yang cerah."Pak Glen, itu pak bos kenapa?" tanya Arya sekretaris Efgan pada Glen yang baru saja datang.Glen mengedikkan bahunya. "Entahlah! mungkin stres, karena tadi saya liat dia lagi berantem sama bu bos," ujarnya sambil geleng-geleng kepala."Pak bos berantem sama bu bos? Kok bisa? Bukannya baru kemarin mereka menikah?!" tanya Arya lagi sambil membereskan berkas yang akan dia bawa untuk rapat."Yang saya lihat sih begitu, bu bos kayak yang marah besar sama pak bos," sahut Glen,Mereka memang selalu membicarakan bos mereka di belakang seperti ibu-ibu rempong yang suka bergosip."Tapi ... kenapa wajah pak bos nggak kelihatan tertekan dan malah terlihat bahagia?!" ucap Arya dengan wajah yang binggung.Glen mengedikkan bahunya lagi
Efgan mendongakan kepalanya saat ia mendengar suara yang tak asing. Ia tersenyum saat melihat istrinya berada di sana. "Khania." Efgan langsung berdiri dan menghampiri Khania."Ah! Eumm, maaf saya tidak tau kalau kamu lagi sibuk! Saya akan kembali lagi nanti." Khania berbalik dan akan melangkah keluar namun urung saat tangannya dicekal oleh Efgan."Kamu mau kemana?!" tanya Efgan, dia membawa Khania masuk ke dalam."Tapi ... itu Mas," ucap Khania dengan lirih namun masih bisa di dengar oleh Efgan."Kamu tenang aja, mereka semua karyawan aku, dan kita hanya sedang diskusi aja." Lalu Efgan mendudukan Khania di kursinya. "Kamu tunggu sebentar di sini ya, aku bereskan dulu pekerjaan, cuma sebentar kok," Efgan lalu kembali lagi duduk di sofa dan melanjutkan berdiskusi dengan karyawannya.Khania yang melihat Efgan tengah fokus dan serius tersenyum. Ia tidak menyangka jika suaminya itu sangat tampan jika sedang serius seperti itu. Khania lalu memukul pelan kepalanya saat
Tok ... tok ... tok.Suara ketukan menyadarkan Khania yang sudah terbuai akan tatapan Efgan yang memabukan. Khania dengan segera mendorong tubuh Efgan yang kini berada di atasnya dan bibir yang hampir menyatu.Efgan beranjak dari atas tubuh Khania sambil mendengus kesal. Karena lagi-lagi ia gagal saat ia sudah ingin melakukan itu pada Khania. Efgan membuka pintu dengan wajah yang garang. Ia menatap OB itu dengan sengit karena sudah merusak suasana. Sang OB menundukan kepalanya saat ia melihat wajah Efgan yang menyeramkan. "Permisi Pak ini pesanan anda,"Efgan menyuruh OB itu untuk meletakan makanannya di atas meja."Terima kasih." Khania mengangguk kecil pada OB itu, ia lalu tersenyum ramah."Sama-sama Bu," balas OB itu, setelahnya ia pergi dari ruangan itu.Khania yang sudah lapar dengan segera membawa makanan itu dan melahapnya tanpa menawari Efgan.Efgan yang melihat Khania makan dengan lahap tersenyum sambil duduk dan memakan makanan yang di bawa Khania. "Kamu lapar banget ya?" uc
Khania terdiam untuk beberapa saat hingga suara seseorang itu terdengar lagi dan membuat Khania tersadar dari rasa terkejutnya."Apa kabar? Kamu ... ngapain di sini?!" tanya seseorang itu dengan tersenyum lebar pada Khania.Khania berniat pergi keluar dari dalam lift, namun tangannya dicekal oleh orang itu."Kamu masih marah sama aku? Kamu masih membenciku?" tanyanya lagi saat Khania tidak menjawab. Dan akan melangkah pergi dari hadapannya.Khania tidak menghiraukan ucapan orang itu dan melepas paksa tangan yang kini digenggam orang itu.Lelaki itu tidak menyerah begitu saja, ia terus mengejar Khania sampai depan lobby. "Khania aku mohon, kamu jangan seperti ini! Aku bisa jelasin semuanya, aku mau kita seperti dulu lagi Nia, aku-," ucapnya terhenti oleh Khania."Stop it! Itu masa lalu. Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini dan jangan pernah muncul lagi di hadapan saya." Khania pergi dari hadapan orang itu dengan perasaan yang campur aduk. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu denga