Efgan tiba di kantor dengan wajah yang berseri-seri dan senyuman yang terpatri di wajahnya yang rupawan itu membuat ia semakin menawan, semua karyawan yang disapanya mengerutkan dahinya dan terkejut saat melihat bos mereka yang pagi ini datang dengan wajah yang cerah."Pak Glen, itu pak bos kenapa?" tanya Arya sekretaris Efgan pada Glen yang baru saja datang.Glen mengedikkan bahunya. "Entahlah! mungkin stres, karena tadi saya liat dia lagi berantem sama bu bos," ujarnya sambil geleng-geleng kepala."Pak bos berantem sama bu bos? Kok bisa? Bukannya baru kemarin mereka menikah?!" tanya Arya lagi sambil membereskan berkas yang akan dia bawa untuk rapat."Yang saya lihat sih begitu, bu bos kayak yang marah besar sama pak bos," sahut Glen,Mereka memang selalu membicarakan bos mereka di belakang seperti ibu-ibu rempong yang suka bergosip."Tapi ... kenapa wajah pak bos nggak kelihatan tertekan dan malah terlihat bahagia?!" ucap Arya dengan wajah yang binggung.Glen mengedikkan bahunya lagi
Efgan mendongakan kepalanya saat ia mendengar suara yang tak asing. Ia tersenyum saat melihat istrinya berada di sana. "Khania." Efgan langsung berdiri dan menghampiri Khania."Ah! Eumm, maaf saya tidak tau kalau kamu lagi sibuk! Saya akan kembali lagi nanti." Khania berbalik dan akan melangkah keluar namun urung saat tangannya dicekal oleh Efgan."Kamu mau kemana?!" tanya Efgan, dia membawa Khania masuk ke dalam."Tapi ... itu Mas," ucap Khania dengan lirih namun masih bisa di dengar oleh Efgan."Kamu tenang aja, mereka semua karyawan aku, dan kita hanya sedang diskusi aja." Lalu Efgan mendudukan Khania di kursinya. "Kamu tunggu sebentar di sini ya, aku bereskan dulu pekerjaan, cuma sebentar kok," Efgan lalu kembali lagi duduk di sofa dan melanjutkan berdiskusi dengan karyawannya.Khania yang melihat Efgan tengah fokus dan serius tersenyum. Ia tidak menyangka jika suaminya itu sangat tampan jika sedang serius seperti itu. Khania lalu memukul pelan kepalanya saat
Tok ... tok ... tok.Suara ketukan menyadarkan Khania yang sudah terbuai akan tatapan Efgan yang memabukan. Khania dengan segera mendorong tubuh Efgan yang kini berada di atasnya dan bibir yang hampir menyatu.Efgan beranjak dari atas tubuh Khania sambil mendengus kesal. Karena lagi-lagi ia gagal saat ia sudah ingin melakukan itu pada Khania. Efgan membuka pintu dengan wajah yang garang. Ia menatap OB itu dengan sengit karena sudah merusak suasana. Sang OB menundukan kepalanya saat ia melihat wajah Efgan yang menyeramkan. "Permisi Pak ini pesanan anda,"Efgan menyuruh OB itu untuk meletakan makanannya di atas meja."Terima kasih." Khania mengangguk kecil pada OB itu, ia lalu tersenyum ramah."Sama-sama Bu," balas OB itu, setelahnya ia pergi dari ruangan itu.Khania yang sudah lapar dengan segera membawa makanan itu dan melahapnya tanpa menawari Efgan.Efgan yang melihat Khania makan dengan lahap tersenyum sambil duduk dan memakan makanan yang di bawa Khania. "Kamu lapar banget ya?" uc
Khania terdiam untuk beberapa saat hingga suara seseorang itu terdengar lagi dan membuat Khania tersadar dari rasa terkejutnya."Apa kabar? Kamu ... ngapain di sini?!" tanya seseorang itu dengan tersenyum lebar pada Khania.Khania berniat pergi keluar dari dalam lift, namun tangannya dicekal oleh orang itu."Kamu masih marah sama aku? Kamu masih membenciku?" tanyanya lagi saat Khania tidak menjawab. Dan akan melangkah pergi dari hadapannya.Khania tidak menghiraukan ucapan orang itu dan melepas paksa tangan yang kini digenggam orang itu.Lelaki itu tidak menyerah begitu saja, ia terus mengejar Khania sampai depan lobby. "Khania aku mohon, kamu jangan seperti ini! Aku bisa jelasin semuanya, aku mau kita seperti dulu lagi Nia, aku-," ucapnya terhenti oleh Khania."Stop it! Itu masa lalu. Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini dan jangan pernah muncul lagi di hadapan saya." Khania pergi dari hadapan orang itu dengan perasaan yang campur aduk. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu denga
Di meja makan Efgan terus memperhatikan Khania yang hanya diam tanpa berucap sepatah katapun. "Jangan di tatap seperti itu istrinya! Dia gak akan hilang kok!" ejek nenek saat melihat Efgan menatap intens Khania.Efgan segera memalingkan wajahnya saat Khania menoleh ke arahnya."Kenapa Mas?" tanya Khania saat ia mendengar ucapan nenek.Efgan tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya. Setelah selesai Efgan segera membawa Khania masuk ke dalam kamar. Efgan mengunci pintu dan langsung membawa Khania duduk di sisi ranjang. "Kamu kenapa?!" tanyanya.Khania mengerutkan keningnya saat Efgan dengan tiba-tiba bertanya seperti itu. "Emangnya aku kenapa?!""Apa kamu ada masalah? Atau aku berbuat salah sama kamu? Kalau memang benar aku ada salah! Tolong kasih tau, salah aku di mana?" ujar Efgan sambil menggenggam tangan Khania"Kamu gak salah apa-apa kok Mas! Dan perasaan aku biasa aja!" jawab Khania.Efgan menatap dalam manik mata Khania, ia ingin menyelami perasaan yang kini ada di hati K
Efgan yang mendengar ucapan Khania diam mematung, ia tidak menyangka jika Khania masih perawan. Ia tau kalau Albi meninggal setelah acara pernikahan mereka. Namun Efgan pikir Khania sudah terlebih dahulu melakukan itu bersama Albi. Karena kan jaman sekarang kebanyakan perempuan sudah melakukan sex before marriage! Ya walaupun tidak semua tapi kebanyakan seperti itu.Efgan menatap Khania tidak percaya. "Kamu belum pernah melakukan sexs sebelumnya?!" tanyanya."Ya belum lah! Jangankan sexs ciuman aja aku baru melakukannya sama kamu!" ceplos Khania yang membuat Efgan lebih tercengang."Kamu bohong, kan?! Tapi yang aku rasain kamu seperti sudah pro saat ciuman!" ucap Efgan.BUKK ... BUKK!!Khania memukul-mukul tubuh Efgan yang sejak tadi terus meledeknya. "Iih kamu kok nyebelin banget sih! Ya udah kalau kamu gak percaya! Terserah!" Khania lalu naik ke atas kasur dan menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia kesal dengan tuduhan Efgan kepadanya.Efgan yang melihat Khania bersikap sepe
Khania keluar dari dalam kamar mandi. Ia melihat Efgan yang tengah berbaring membelakangi Khania. Ia kemudian mendekat ke arah kasur dan segera naik. "Mas kamu udah tidur?!" Efgan tidak menjawab dan hanya diam sambil memejamkan matanya pura-pura tidur.Khania mengguncang bahu Efgan dengan pelan. "Mas! Kamu marah?! Maaf Mas, bukan salah aku juga, kan si bulan datang?!" Khania berucap sambil memelas.Efgan yang mendengar Khania memelas sedikit melunak. Ia menolehkan kepalanya ke arah Khania."Mas jangan marah gitu dong?! Maaf, aku gak tau kalau tamu bulananku datang hari ini, biasanya dua atau tiga hari lagi! Gak tau kenapa bisa datang lebih awal." Khania membawa tangan Efgan dan menggenggamnya."Sepertinya dia sengaja datang lebih awal buat nyiksa aku!" ujar Efgan dengan ketus."Jangan marah! Ya ... anggap aja ini sebagai ujian buat Mas! Dan melatih kesabaran Mas!" balas Khania. Ia lalu membaringkan tubuhnya dan membawa tangan Efgan untuk menjadi bantalnya. "Mas! Besok kamu libur?!" ta
"Mas lagi teleponan sama siapa?!" tanya Khania yang sudah tidak bisa menyembunyikan lagi rasa penasarannya. "Bukan siapa-siapa! Kamu ngapain di sini?!" tanya Efgan sambil menyimpan ponselnya ke dalam saku piyamanya.Khania tidak menjawab dan hanya memandang Efgan dengan tatapan penuh selidik. "Mas! Jujur deh sama aku! Mas itu punya perempuan lain, kan?!" ucapnya."Perempuan lain apa sih?!" Efgan terkekeh pelan mendengar tuduhan Khania. Ia lalu membawa tangan Khania dan menggenggamnya.Khania melepas genggaman tangan Efgan. "Sweetie! Dia itu siapa Mas?! Pacar kamu? Atau dia simpanan kamu?!" tanya Khania lagi,Efgan tersenyum melihat Khania yang bersikap seperti istri posesif dan cemburuan. Ia bukannya marah tapi malah senang Khania yang seperti ini. "Kenapa? Kamu cemburu ya?!" goda Efgan."Gak usah mengalihkan topik pembicaraan. Siapa yang cemburu! Aku cuma ingin tau aja siapa itu sweetie sampai kamu berbicara manis seperti itu! Aah! Atau jangan-jangan kamu memang playboy?! Yang suka b
"Iya Nek, aku positif hamil," jawab Khania dengan lesu."Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah Engkau telah memberikan kepercayaan lagi pada cucu dan cucu menantuku," ucap nenek dengan senang. "Efgan pasti akan sangat bahagia dengan kabar gembira ini, dan Kai pasti akan sangat senang dia kalau tau akan segera punya adik," Khania tampak tak senang."Kamu kenapa kok wajahnya seperti tidak senang gitu?" tanya nenek yang menyadari dengan raut wajah Khania yang ditekuk."Nia takut Nek," ucap Khania jujur."Apa yang kamu takutkan sayang?" tanya nenek dengan lembut."Nia takut, apa yang terjadi pada kehamilan Nia dulu nanti terulang lagi," "Sssttt, kamu gak boleh bilang begitu. Keadaan dulu dan sekarang itu berbeda. Kamu gak usah takut dan khawatir. Karena kita semua pasti akan menjaga kami dan anak yang asa di dalam kandungan kamu ini. Kamu sekarang jangan berpikiran yang buruk-buruk. Buang jauh-jauh pikiran itu dan kamu harus happy dengan kehadiran cicit Nenek ini," ucap nenek sambil menge
"Aku kenapa Nek?" tanya Khania penasaran."Apa mungkin kamu kesambet Nia? Jangan-jangan kamu itu kemasukan jin buto ijo?" ucap nenek ngawur.Khania yang mendengar itu sontak terbelalak.Pak supir yang mendengar ucapan nenek mengulum bibirnya. Ia ingin tertawa. Namun, tak berani."Ma-maksud Nenek apa? Kenapa Nenek bisa berpikiran seperti itu?" tanya Khania yang terkejut."Ya habisnya tingkah kamu itu gak biasa. Kamu biasanya gak pernah makan banyak. Tapi, hari ini Nenek lihat kamu makan banyak," ucap nenek.Khania nampak berpikir, ia mencerna ucapan nenek."Iya juga ya Nek! Aku juga merasa aneh Nek dengan diri aku belakangan ini," ucap Khania."Ya udah. Besok kita ke pak ustad buat Ruqyah kamu," usul nenek.Khania pun mengangguk-anggukan kepalanya."Iya Nek, boleh," sahut Khania.Setelah percakapan itu, tak ada lagi yang berbicara mau itu nenek ataupun Khania. Mereka sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing.Sampai akhirnya mob
Malam harinya.Khania yang seharian ini bad mood hanya diam seharian di dalam kamar. Semua orang yang khawatir dengan Khania. Mereka semua berusaha membujuk Khania agar keluar kamar dan makan. "Sayang, buka dulu ya pintunya. Kamu makan dulu," bujuk Efgan.Namun, tak ada jawaban dari dalam kamar."Nia sayang. Buka dulu ya pintunya. Ini nenek sayang," ucap nenek sambil mengetuk pintu.Lama mereka menunggu sampai terdengar suara kunci yang dibuka dari dalam. Dan sesaat kemudian Khania pun muncul dari dalam kamar dengan pakaian yang sudah rapi."Kamu mau ke mana?" tanya nenek dan Efgan hampir bersamaan.Khania hanya diam saja tak menjawab. Ia menatap Efgan dengan tatapan yang nyalang. Lalu ia pun menoleh ke arah nenek dan tersenyum."Nia mau keluar sebentar ya Nek, mau cari bakso. Entah kenapa dari tadi Nia terus aja kepikiran bakso yang kuahnya itu pedes banget." Khania sengaja menekankan kata pedas agar suaminya mendengar.Efgan hendak menyela ucapan Khania. Namun, nenek lebih dulu men
"Kenapa Nek?" tanya Khania yang heran saat melihat nenek menatapnya dengan dalam dan intens.Nenek segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum."Enggak, jadi kamu gak ada masalah ya sama Efgan?" tanya nenek lagi."Enggak Nek, aku gak ada masalah sama mas Efgan," "Syukurlah kalau gitu," ucap nenek."Oh iya Nek, tadi aku sempat denger mobilnya mas Efgan. Apa dia tadi keluar?" tanya Khania."Iya, tadi katanya mau cari angin sebentar keluar," sahut nenek.Khania menganggukan kepalanya."Ya udah, Nenek keluar dulu ya sayang," pamit nenek sambil berdiri."Iya Nek," jawab Khania.Setelah nenek pergi. Khania segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Hallo Mas," ucap Khania saat panggilan itu sudah terhubung."Ada apa sayang?" tanya Efgan yang terdengar khawatir."Enggak ada apa-apa, cuma kangen aja sama kamu," ucap Khania yang ssontak menbuat Efgan terkejut sampai-sampai ia mengerem mobilnya mendadak. Beruntung tak ada kenda
Waktu terus berlalu, sampai tidah terasa sudah dua tahun berlalu.Khania kini tengah sibuk menyipakan pernikahan Monic dan Glen, karena banyak hal yang membuat pernikahan Monic dan Glen harus diundur sampai sekarang."Mas, kamu itu kenapa malah asyik sendiri di sini sih? Kamu gak bantuin orang-orang apa?" omel Khania saat melihat Efgan yang tengah duduk di teras depan."Aku tadi udah bantuin lho sayang. Ini lagi istirahat bentar, lagian juga kenapa aku harus ikutan sibuk gini sih?" keluh Efgan.Khania yang mendengar keluhan Efgan bukannya iba malah memelototinya."Iya, iya. Ini aku mau bantu lagi." Efgan dengan malas bangkit dari duduknya dan kembali membantu orang-orang untuk mempersiapkan pernikahan Monic yang tinggal beberapa hari lagi.Khania tersenyum saat melihat Efgan kembali bekerja. Ia pun masuk ke dalam untuk bertemu sang anak yang memang sengaja ia titipkan pada Gabriel."Gab, Kai gak rewel kan?" tanya Khania saat ia sudah tiba di dekat Gabriel
Seorang suster datang ke ruangan Khania untuk memeriksa keadaan Khania. Dan setelah Khania diperiksa suster itu pun kembali."Nek. Apa Kai baik-baik saja?" ucap Khania tiba-tiba. "Kai baik-baik aja sayang. Dia tadi Nenek titipkan sama Monic jadi kamu gak udah khawatir ya," sahut nenek sambil membelai rambut Khania."Mas, gimana keadaan Gabriel?" tanya Khania."Dia baik-baik aja, dia juga udah lewati masa kritisnya. Jadi kamu gak usah khawatir lagi ya sayang. Gabriel baik-baik aja sekarang," jawab Efgan singkat.Khania menanggukan kepalanya.Nenek tak terkejut karena sudah diberi tahu tentang Gabriel yang menyelamatkan Khania dan juga Kai. Nenek malah sangat bersyukur dan berterima kasih pada Gabriel karena sudah menolong cucu menantu dan cicitnya.Dua minggu kemudian.Khania yang tengah memberi ASI pada Kai di kamar terkejut saat tiba-tiba seseorang menutup matanya dari belakang. Ia pun tersenyum karena sudah tau jika itu ulah suaminya."Mas
"Mas, kamu itu apaan sih? Lepas gak! Aku mau temui dokter dulu," pinta Khania.Efgan tidak melepaskan tangan Khania dan malah semakin kencang mengencangkan tangan Khania."Mas!" Khania yang merasa geram pada sang suami pun memelototkan matanya. "Lepas!""Kamu gak boleh pergi dari sini!" perintah Efgan.Khania yang terheran pun hanya bisa menatap Efgan dengan tatapan bingungnya."Mas! Lepas ya, aku mohon!" pinta Khania dengan memelas. "Mas, itu dokternya udah nunggu aku. Aku gak mau kalau sampai terjadi sesuatu sama Gabriel, jadi tolong lepas ya.""Biarkan saja, aku gak mau kamu memedulikan penjahat itu! Lebih baik kita pulang dan biarkan dia mati sekalian," ucap Efgan sambil menyeret Khania.Khania yang mendengar ucapan Efgan seketika naik oitam. Ia sungguh tak terima jika Efgan menyumpahi Gabriel mati, dengan sekali hentakan Khania melepaskan cengkraman tangan Efgan.Efgan spontan menoleh ke arah Khania."Kamu jangan pernah bicara seperti itu ya
"Eh, ada apa kok ribut-ribut." Khania yang baru saja keluar dari ruangan tindakan pun keheranan saat melihat ada keributan di depan pintu. Ia pun mendengar seseorang menangis. Khania mendekat dan bertanya pada wanita asing yang sudah menolongnya itu. Karena kebetulan wanita itu berdiri dekat pintu masuk."Mbak, itu ada apa?" tanya Khania pada wanita itu. Ia bertanya karena tak bisa melihat siapa yang sedang menangis histeris itu.Wanita itu menoleh dan terkekeh, ia lalu berbisik. "Suami kamu lagi nangis," Khania mengerutkan keningnya."Nangis? Nangis kenapa? Nangisin apa?" tanya Khania lagi."Dia ngira jenazah yang baru saja keluar itu kamu, tanpa cross-check dulu," jawab wanita itu sambil tertawa geli.Khania yang penasaran pun mendekat dan benar saja. Ia melihat Efgan tengah duduk bersimpuh di depan jenazah yang entah siapa. Khania melihat Efgan yang menagis tersedu-sedu sambil menciumi tangan jenazah itu.Khania bukannya marah melihat itu, i
"Mas Efgan ke mana ya? Kok gak diangkat-angkat telepon dari aku?" Khania bergumam sambil terus mencoba menelepon suaminya. Ia lalu melirik ke arah orang yang tadi sudah menolongnya membawa Gabriel ke rumah sakit. "Sebentar ya Mbak, suami saya gak angkat teleponnya," ucapnya pada orang yang sudah menolongnya itu.Wanita cantik itu menganggukan kepalanya."Santai aja Mbak, pakai aja ponselnya." Wanita itu tersenyum hangat pada Khania.Khania tersenyum kikuk dan memilih menyerah untuk menelepon Efgan. Tapi, saat ia akan mengembalikan ponsel itu. Tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nomor Efgan yang memanggil.Khania mengurungkan nitannya untuk mengembalikan ponsel itu dan gegas mengangkat panggilan sang suami."Hallo Mas, kamu kenapa gak angkat-angkat telepon aku sih? Aku tau kamu lagi marah! Tapi, setidaknya cari kek istrinya yang gak ada di rumah. Ini mah malah anteng-anteng bae, kamu itu udah gak sayang lagi sama aku ya? Kamu gak tau kalau aku itu habis