Khania keluar dari dalam kamar mandi. Ia melihat Efgan yang tengah berbaring membelakangi Khania. Ia kemudian mendekat ke arah kasur dan segera naik. "Mas kamu udah tidur?!" Efgan tidak menjawab dan hanya diam sambil memejamkan matanya pura-pura tidur.Khania mengguncang bahu Efgan dengan pelan. "Mas! Kamu marah?! Maaf Mas, bukan salah aku juga, kan si bulan datang?!" Khania berucap sambil memelas.Efgan yang mendengar Khania memelas sedikit melunak. Ia menolehkan kepalanya ke arah Khania."Mas jangan marah gitu dong?! Maaf, aku gak tau kalau tamu bulananku datang hari ini, biasanya dua atau tiga hari lagi! Gak tau kenapa bisa datang lebih awal." Khania membawa tangan Efgan dan menggenggamnya."Sepertinya dia sengaja datang lebih awal buat nyiksa aku!" ujar Efgan dengan ketus."Jangan marah! Ya ... anggap aja ini sebagai ujian buat Mas! Dan melatih kesabaran Mas!" balas Khania. Ia lalu membaringkan tubuhnya dan membawa tangan Efgan untuk menjadi bantalnya. "Mas! Besok kamu libur?!" ta
"Mas lagi teleponan sama siapa?!" tanya Khania yang sudah tidak bisa menyembunyikan lagi rasa penasarannya. "Bukan siapa-siapa! Kamu ngapain di sini?!" tanya Efgan sambil menyimpan ponselnya ke dalam saku piyamanya.Khania tidak menjawab dan hanya memandang Efgan dengan tatapan penuh selidik. "Mas! Jujur deh sama aku! Mas itu punya perempuan lain, kan?!" ucapnya."Perempuan lain apa sih?!" Efgan terkekeh pelan mendengar tuduhan Khania. Ia lalu membawa tangan Khania dan menggenggamnya.Khania melepas genggaman tangan Efgan. "Sweetie! Dia itu siapa Mas?! Pacar kamu? Atau dia simpanan kamu?!" tanya Khania lagi,Efgan tersenyum melihat Khania yang bersikap seperti istri posesif dan cemburuan. Ia bukannya marah tapi malah senang Khania yang seperti ini. "Kenapa? Kamu cemburu ya?!" goda Efgan."Gak usah mengalihkan topik pembicaraan. Siapa yang cemburu! Aku cuma ingin tau aja siapa itu sweetie sampai kamu berbicara manis seperti itu! Aah! Atau jangan-jangan kamu memang playboy?! Yang suka b
"Khania! Kamu kenapa?" tanya Efgan yang terkejut saat melihat khania menjatuhkan Ponselnya. Efgan lalu menghampiri Khania dan akan mengambilkan ponsel Khania yang jatuh. Baru saja ia menyentuh ponsel itu, Khania sudah lebih dulu mengambilnya. "Aku gak apa-apa Mas! Ayo kita makan. Itu nenek udah datang." Khania menunjuk ke arah nenek yang sedang berjalan menuju meja makan. Ia dengan segera memasukan handphonenya ke dalam saku celananya.Efgan mengangkat alisnya saat melihat sikap Khania yang mencurigakan. "Sini'in HP kamu." Efgan mengulurkan tangannya kepada Khania.Khania mendongakkan kepalanya menatap Efgan yang kini berdiri di sampingnya. "Buat apa Mas?!" tanya Khania.Jantung Khania berdetak dengan cepat kala ia melihat wajah Efgan yang datar dan dingin. Tidak ada raut wajah menyebalkan yang biasa Efgan tunjukan pada Khania."Sini!" bantak Efgan yang membuat Khania terlonjak kaget.Nenek yang baru tiba di ambang pintu terkejut saat mendengar Efgan membentak Khania. Ia kemudian berb
Malam harinya.Efgan baru saja pulang. Ia celingukan mencari sosok sang istri, ia merasa menyesal karena sudah berbicara yang membuat Khania marah dan kecewa kepadanya. Efgan melangkahkan kakinya menuju kamar dan tersenyum saat ia melihat Khania yang tengan duduk menonton TV di atas kasur."Malam, sayang!" Efgan menghampiri Khania lalu mengecup kening Khania.Khania tidak menjawab dan hanya diam. Ia lalu bergegas pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat untuk Efgan mandi. Walaupun ia marah tapi ia tidak melupakan tugas dan kewajibannya untuk melayani sang suami. Efgan yang melihat Khania hanya diam merasa gusar. Ia tidak menyangka jika omongan dia karena cemburu bisa membuat Khania berubah seperti ini. "Sayang, kamu marah? Maaf tadi pagi aku sudah menuduh kamu yang tidak-tidak! Aku menyesal, sayang!" ucapnya sambil memelas.Khania tidak menjawab. Ia hanya fokus pada layar TV di depannya.Efgan dengan lesu menuju kamar mandi. Ia sudah merenungkan seharian ini tentang kesalahann
Khania yang tadinya akan membuka selimut urung saat ia mendengar ucapan Efgan."Kamu juga sih yang salah! Kenapa kamu hapus pesan dari mantan kamu itu?! Kan, aku jadi curiga dan penasaran. Dia ngirim pesan apa sama kamu? Huft!" Efgan menghela napas panjang. Ia meluapkan semua kekesalan yang ada dalam hatinya. "Apa jangan-jangan kamu berkirim pesan yang mesra sama dia? Sampai kamu menghapus pesan itu."Efgan menatap sendu ke arah Khania. "Kalau kamu di suruh milih! Kamu akan memilih siapa, aku atau mantan kamu itu? Tapi aku yakin, sih! Kamu pasti pilih aku." Efgan bermonolog. "Secara aku kan tampan, kaya. Ya walaupun gak kaya kaya banget macam sultan! Tapi lumayan lah bisa buat anak cucu kita tidak kelaparan. Aku juga pengertian, perhatian, baik dan tidak sombong."Khania yang kesal terkekeh kecil saat mendengar ucapan Efgan. Ia kemudian membuka selimutnya. Khania menatap tajam Efgan yang kini tengah terkejut melihat Khania."Kenapa kamu liatin aku segitunya? Kayak yang baru melihat set
Nenek dan semua orang yang ada di rumah segera berlari menghampiri Khania. "Ada apa? Kamu kenapa Khania?!" tanya nenek saat ia sudah dekat dengan Khania. Ia terkejut saat melihat Khania yang terduduk di lantai."Tadi aku kepeleset di tangga Nek," jawab Khania sambil meringis."Kamu gak apa-apa? Sini Nenek bantu!" Nenek hendak membantu Khania namun terhenti saat ia mendengar suara Efgan yang berteriak."KHANIA!" Efgan dengan cepat berlari ke arah Khania yang duduk terdiam di atas lantai. "Kamu kenapa?" tanyanya dengan panik sambil membawa Khania berdiri."Aww!" Khania meringis kesakitan saat Efgan membantu ia berdiri."Kamu kenapa? Mana yang sakit?!" tanya Efgan lagi sambil memeriksa tubuh Khania."Pergelangan kaki aku sakit Mas, kayaknya keseleo," sahut Khania sambil meringis kesakitan.Efgan dengan segera membopong tubuh Khania dan membawanya ke kamar. "Kamu tunggu di sini."Khania menganggukan kepalanya.Efgan lalu keluar dari dalam kamar. Tak lama kemudian ia datang dengan ice pack
Siang harinya Khania yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga bersama nenek terkejut saat bi Sumi datang dengan tergopoh-gopoh."Ada apa Bi?!" tanya nenek yang heran melihat bi Sumi."Itu Nek ... di depan ada yang mencari Non Khania," jawab bi Sumi.Khania mengerutkan dahinya saat mendengar perkataan bi Sumi. "Siapa Bi?!" tanyanya."Tidak tau Non! Tadi Bibi sudah tanya, tapi dia gak jawab. Dia wanita paruh baya, Non!" sahut bi Sumi.Khania tidak bertanya lagi dan segera bergegas ke depan. Ia terkejut saat melihat wanita yang selama ini membencinya berada di hadapannya."Ma ... Ekhem! Ibu?!" seru Khania pada Wanita yang kini berada di hadapannya."Khania!" sapanya dengan lembut sambil tersenyum.Khania mengerutkan alisnya saat melihat wanita itu tersenyum. Apa ia tidak salah lihat. Wanita ini. Ibu dari Albi! Memanggil dia dengan lembut dan tersenyum?!"A-ada apa Bu?!" tanya Khania dengan was-was."Enggak, Mami ke sini hanya ingin minta maaf sama kamu! Mami sadar jika Mami sudah ket
Efgan tidak bisa diam saja. Ia bergegas pergi dari rumah itu dengan wajah yang penuh amarah. Ia membawa mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Sampai tiba di sebuah area pemakaman. Ia memarkirkan mobilnya dengan sembarang, setelahnya ia keluar dan berlari menyusuri area pemakaman itu."KHANIAAA." Efgan berteriak sambil terus berlari menyusuri area pemakaman itu. Ia masih berharap Khania ada di sana. "Khania ... Khania," Efgan terus berteriak memanggil nama sang istri."Mas cari siapa?" tanya seorang pria paruh baya."Saya cari istri saya Pak!" jawab Efgan, ia seperti orang yang kehilangan arah, entah kenapa ada rasa takut di dalam hatinya. Namun ia hempaskan jauh-jauh rasa itu."Maaf Mas! Apa Masnya ada foto istrinya, siapa tau saja saya tadi lihat istri Masnya, kebetulan saya penjaga makam di sini," ucap pria itu.Efgan dengan segera merogoh jasnya. Namun ia baru sadar jika ponselnya tertinggal di rumah setelah ia lemparnya tadi. Ia menatap penjaga makam itu dengan memelas. "Ponsel s