Khania terdiam untuk beberapa saat hingga suara seseorang itu terdengar lagi dan membuat Khania tersadar dari rasa terkejutnya."Apa kabar? Kamu ... ngapain di sini?!" tanya seseorang itu dengan tersenyum lebar pada Khania.Khania berniat pergi keluar dari dalam lift, namun tangannya dicekal oleh orang itu."Kamu masih marah sama aku? Kamu masih membenciku?" tanyanya lagi saat Khania tidak menjawab. Dan akan melangkah pergi dari hadapannya.Khania tidak menghiraukan ucapan orang itu dan melepas paksa tangan yang kini digenggam orang itu.Lelaki itu tidak menyerah begitu saja, ia terus mengejar Khania sampai depan lobby. "Khania aku mohon, kamu jangan seperti ini! Aku bisa jelasin semuanya, aku mau kita seperti dulu lagi Nia, aku-," ucapnya terhenti oleh Khania."Stop it! Itu masa lalu. Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini dan jangan pernah muncul lagi di hadapan saya." Khania pergi dari hadapan orang itu dengan perasaan yang campur aduk. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu denga
Di meja makan Efgan terus memperhatikan Khania yang hanya diam tanpa berucap sepatah katapun. "Jangan di tatap seperti itu istrinya! Dia gak akan hilang kok!" ejek nenek saat melihat Efgan menatap intens Khania.Efgan segera memalingkan wajahnya saat Khania menoleh ke arahnya."Kenapa Mas?" tanya Khania saat ia mendengar ucapan nenek.Efgan tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya. Setelah selesai Efgan segera membawa Khania masuk ke dalam kamar. Efgan mengunci pintu dan langsung membawa Khania duduk di sisi ranjang. "Kamu kenapa?!" tanyanya.Khania mengerutkan keningnya saat Efgan dengan tiba-tiba bertanya seperti itu. "Emangnya aku kenapa?!""Apa kamu ada masalah? Atau aku berbuat salah sama kamu? Kalau memang benar aku ada salah! Tolong kasih tau, salah aku di mana?" ujar Efgan sambil menggenggam tangan Khania"Kamu gak salah apa-apa kok Mas! Dan perasaan aku biasa aja!" jawab Khania.Efgan menatap dalam manik mata Khania, ia ingin menyelami perasaan yang kini ada di hati K
Efgan yang mendengar ucapan Khania diam mematung, ia tidak menyangka jika Khania masih perawan. Ia tau kalau Albi meninggal setelah acara pernikahan mereka. Namun Efgan pikir Khania sudah terlebih dahulu melakukan itu bersama Albi. Karena kan jaman sekarang kebanyakan perempuan sudah melakukan sex before marriage! Ya walaupun tidak semua tapi kebanyakan seperti itu.Efgan menatap Khania tidak percaya. "Kamu belum pernah melakukan sexs sebelumnya?!" tanyanya."Ya belum lah! Jangankan sexs ciuman aja aku baru melakukannya sama kamu!" ceplos Khania yang membuat Efgan lebih tercengang."Kamu bohong, kan?! Tapi yang aku rasain kamu seperti sudah pro saat ciuman!" ucap Efgan.BUKK ... BUKK!!Khania memukul-mukul tubuh Efgan yang sejak tadi terus meledeknya. "Iih kamu kok nyebelin banget sih! Ya udah kalau kamu gak percaya! Terserah!" Khania lalu naik ke atas kasur dan menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia kesal dengan tuduhan Efgan kepadanya.Efgan yang melihat Khania bersikap sepe
Khania keluar dari dalam kamar mandi. Ia melihat Efgan yang tengah berbaring membelakangi Khania. Ia kemudian mendekat ke arah kasur dan segera naik. "Mas kamu udah tidur?!" Efgan tidak menjawab dan hanya diam sambil memejamkan matanya pura-pura tidur.Khania mengguncang bahu Efgan dengan pelan. "Mas! Kamu marah?! Maaf Mas, bukan salah aku juga, kan si bulan datang?!" Khania berucap sambil memelas.Efgan yang mendengar Khania memelas sedikit melunak. Ia menolehkan kepalanya ke arah Khania."Mas jangan marah gitu dong?! Maaf, aku gak tau kalau tamu bulananku datang hari ini, biasanya dua atau tiga hari lagi! Gak tau kenapa bisa datang lebih awal." Khania membawa tangan Efgan dan menggenggamnya."Sepertinya dia sengaja datang lebih awal buat nyiksa aku!" ujar Efgan dengan ketus."Jangan marah! Ya ... anggap aja ini sebagai ujian buat Mas! Dan melatih kesabaran Mas!" balas Khania. Ia lalu membaringkan tubuhnya dan membawa tangan Efgan untuk menjadi bantalnya. "Mas! Besok kamu libur?!" ta
"Mas lagi teleponan sama siapa?!" tanya Khania yang sudah tidak bisa menyembunyikan lagi rasa penasarannya. "Bukan siapa-siapa! Kamu ngapain di sini?!" tanya Efgan sambil menyimpan ponselnya ke dalam saku piyamanya.Khania tidak menjawab dan hanya memandang Efgan dengan tatapan penuh selidik. "Mas! Jujur deh sama aku! Mas itu punya perempuan lain, kan?!" ucapnya."Perempuan lain apa sih?!" Efgan terkekeh pelan mendengar tuduhan Khania. Ia lalu membawa tangan Khania dan menggenggamnya.Khania melepas genggaman tangan Efgan. "Sweetie! Dia itu siapa Mas?! Pacar kamu? Atau dia simpanan kamu?!" tanya Khania lagi,Efgan tersenyum melihat Khania yang bersikap seperti istri posesif dan cemburuan. Ia bukannya marah tapi malah senang Khania yang seperti ini. "Kenapa? Kamu cemburu ya?!" goda Efgan."Gak usah mengalihkan topik pembicaraan. Siapa yang cemburu! Aku cuma ingin tau aja siapa itu sweetie sampai kamu berbicara manis seperti itu! Aah! Atau jangan-jangan kamu memang playboy?! Yang suka b
"Khania! Kamu kenapa?" tanya Efgan yang terkejut saat melihat khania menjatuhkan Ponselnya. Efgan lalu menghampiri Khania dan akan mengambilkan ponsel Khania yang jatuh. Baru saja ia menyentuh ponsel itu, Khania sudah lebih dulu mengambilnya. "Aku gak apa-apa Mas! Ayo kita makan. Itu nenek udah datang." Khania menunjuk ke arah nenek yang sedang berjalan menuju meja makan. Ia dengan segera memasukan handphonenya ke dalam saku celananya.Efgan mengangkat alisnya saat melihat sikap Khania yang mencurigakan. "Sini'in HP kamu." Efgan mengulurkan tangannya kepada Khania.Khania mendongakkan kepalanya menatap Efgan yang kini berdiri di sampingnya. "Buat apa Mas?!" tanya Khania.Jantung Khania berdetak dengan cepat kala ia melihat wajah Efgan yang datar dan dingin. Tidak ada raut wajah menyebalkan yang biasa Efgan tunjukan pada Khania."Sini!" bantak Efgan yang membuat Khania terlonjak kaget.Nenek yang baru tiba di ambang pintu terkejut saat mendengar Efgan membentak Khania. Ia kemudian berb
Malam harinya.Efgan baru saja pulang. Ia celingukan mencari sosok sang istri, ia merasa menyesal karena sudah berbicara yang membuat Khania marah dan kecewa kepadanya. Efgan melangkahkan kakinya menuju kamar dan tersenyum saat ia melihat Khania yang tengan duduk menonton TV di atas kasur."Malam, sayang!" Efgan menghampiri Khania lalu mengecup kening Khania.Khania tidak menjawab dan hanya diam. Ia lalu bergegas pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat untuk Efgan mandi. Walaupun ia marah tapi ia tidak melupakan tugas dan kewajibannya untuk melayani sang suami. Efgan yang melihat Khania hanya diam merasa gusar. Ia tidak menyangka jika omongan dia karena cemburu bisa membuat Khania berubah seperti ini. "Sayang, kamu marah? Maaf tadi pagi aku sudah menuduh kamu yang tidak-tidak! Aku menyesal, sayang!" ucapnya sambil memelas.Khania tidak menjawab. Ia hanya fokus pada layar TV di depannya.Efgan dengan lesu menuju kamar mandi. Ia sudah merenungkan seharian ini tentang kesalahann
Khania yang tadinya akan membuka selimut urung saat ia mendengar ucapan Efgan."Kamu juga sih yang salah! Kenapa kamu hapus pesan dari mantan kamu itu?! Kan, aku jadi curiga dan penasaran. Dia ngirim pesan apa sama kamu? Huft!" Efgan menghela napas panjang. Ia meluapkan semua kekesalan yang ada dalam hatinya. "Apa jangan-jangan kamu berkirim pesan yang mesra sama dia? Sampai kamu menghapus pesan itu."Efgan menatap sendu ke arah Khania. "Kalau kamu di suruh milih! Kamu akan memilih siapa, aku atau mantan kamu itu? Tapi aku yakin, sih! Kamu pasti pilih aku." Efgan bermonolog. "Secara aku kan tampan, kaya. Ya walaupun gak kaya kaya banget macam sultan! Tapi lumayan lah bisa buat anak cucu kita tidak kelaparan. Aku juga pengertian, perhatian, baik dan tidak sombong."Khania yang kesal terkekeh kecil saat mendengar ucapan Efgan. Ia kemudian membuka selimutnya. Khania menatap tajam Efgan yang kini tengah terkejut melihat Khania."Kenapa kamu liatin aku segitunya? Kayak yang baru melihat set