BUKK!!Khania menendang perut Efgan yang kini berada di atas tubuhnya. Ia lalu mendorong Efgan dengan cukup keras sampai-sampai Efgan terjungkal kebelakang."Aduuhh!!"Efgan meringis kesakitan saat bokongnya mendarat di lantai. Ia lalu mendelikkan matanya pada Khania. Ia tidak menyangka jika Khania akan menendangnya. Padahal Efgan hanya ingin menjahili Khania saja, eh tau nya dia kena bogem dari Khania."Rasain makanya jangan macam-macam sama saya." Khania lalu bangkit dari atas kasur dan berniat pergi dari kamar itu."Tunggu!" ucap Efgan sambil berdiri. "Kamu mau kemana?" tanyanya saat melihat Khania akan beranjak dari kamar.Khania menghentikan langkahnya saat Efgan bertanya padanya. Khania lalu menoleh pada Efgan dan tersenyum."Saya mau tidur di kamar sebelah. Saya takut nanti anda macam-macam lagi sama saya," jawab Khania yang kini berdiri di dekat pintu."Siapa yang mau macam-macam sama kamu? Tadi itu saya mau ambil itu." Efgan menunjuk buku yang berada di atas nakas.Khania meli
PLAAKK!!Khania memukul lengan Efgan saat ia mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Efgan. "Itu sih akal-akalan anda saja kan?! Gak mungkinlah kita kan baru nikah!" balas Khania."Justru karena kita baru nikah sudah pasti Nenek minta dibuatkan cicit," sahut Efgan yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Khania."Anda jangan ngarang ya! Udah ah saya mau mandi dulu." Khania bangkit dari atas ranjang lalu pergi ke kamar mandi.Efgan tersenyum saat melihat Khania yang sudah pergi dari hadapannya. Ia berjanji tidak akan menyia-nyiakan Khania.Khania yang sudah selesai mandi terdiam saat meyadari jika dia tidak membawa baju ganti. Ia lalu melongokan kepalanya untuk melihat. "Kamu ngapain?!" tanya Efgan saat melihat Khania yang hanya menyembulkan kepalanya saja di pintu kamar mandi."Pak! Anda bisa keluar dari kamar ini sebentar? Saya mau ganti baju!" sahut Khania.Efgan lalu tersenyum. "Ya kalau kamu mau ganti baju, tinggal ganti aja kenapa saya harus keluar?!" ucap Efgan.Khani
Mereka tiba di ruang makan. Di sana nenek sudah duduk manis dan tersenyum ke arah Efgan dan Khania yang baru saja datang."Malam Nek." Efgan mencuim pipi sang nenek saat tiba di dekatnya."Malam juga sayang. Kok baru turun?"tanya nenek. Khania yang kini duduk di hadapan nenek akan menjawab pertanyaan sang nenek namun urung saat Efgan lebih dulu menjawabnya."Nenek kayak yang gak pernah muda aja. Nenek tau lah pengantin baru kalau di kamar ngapain aja." Efgan lalu mengedipkan sebelah matanya pada Khania.Khania yang mendengar itu sontak membelalakan matanya dan menendang kaki Efgan yang berada di sampingnya. Dia terkejut akan jawaban Efgan. Khania lalu menatap Efgan dengan sengit."Ooh iya! Nenek lupa kalau kalian pengantin baru! Nenek kira kalian akan menundanya buat nanti malam taunya ...," ucap sang nenek sambil mesem-mesem.Khania tersenyum paksa pada nenek. Dia bingung harus bicara apa. Dia lebih memilih untuk diam saja.Mereka lalu makan malam dengan khidmat dan tenang, tidak ada
Efgan yang baru keluar dari kamar mandi mengerutkan keningnya saat ia melihat Khania yang tengah fokus menatap ponselnya."Kamu lagi ngapain?!" tanya Efgan saat dia sudah berada di dekat Khania.Khania yang terkejut sontak menoleh ke arah Efgan dan dia torlonjak kaget saat dia melihat Efgan yang hanya mengenakan handuk."Kamu mandi lagi?" tanya Khania sambil memalingkan wajahnya ke arah lain."Hmm! Soalnya gerah, panas di sini!" sahutnya sambil mengambil ponsel yang ia simpan di atas nakas."Mas pake baju dulu ih!" ucap Khania yang masih memalingkan wajahnya dari Efgan.Efgan yang melihat Khania memalingkan wajahnya tersenyum jahil. "Kenapa? Takut gak bisa nahan godaan dari tubuh aku ya? Hmm, atau jangan-jangan takut khilaf." Efgan menyimpan kembali ponselnya dan duduk di samping Khania."Iih! Bukan, takutnya kamu nanti masuk angin," jawab Khania.Khania yang masih memalingkan wajahnya heran saat ia tidak mendengar jawaban dari Efgan. Khania memberanikan diri untuk menoleh dan alangkah
Efgan pulang larut malam, saat tiba di kamarnya ia tersenyum kala melihat Khania yang tengah tidur dengan posisi terlentang. Efgan menghampiri Khania dan membenarkan posisi tidurnya. Ia menatap Khania dengan intens."Kamu pasti capek banget ya?" Efgan mencium kening Khania lalu dia beranjak pergi ke kamar mandi.Setelah selesai Efgan kemudian naik ke atas kasur. Ia memiringkan tubuhnya menghadap Khania. Tangannya menyentuh wajah Khania dan ia tersenyum. "Selamat malam istriku." Efgan mencium kening, pipi dan hidung Khania lalu ia pun tidur dengan memeluk Khania.**Pagi harinya Khania mengerjapkan matanya dan terkejut saat dia melihat sebuah tangan yang melingkar di perutnya. "Aaaaaakkkhhh." Khania berteriak sambil menggeserkan tangan itu dari perutnya dengan kasar.Efgan yang terkejut mendengar teriakan Khania langsung terbangun dan ikut panik saat melihat Khania berteriak histeris. "Kamu kenapa? Ada apa?" tanyanya dengan wajah yang panik.Khania menatap Efgan dengan sengit. "Kamu ..
Khania dengan cepat berdiri dan mengambil air minum, lalu segera memberikannya kepada Efgan. Ia menepuk-nepuk pelan punggung sang suami."Mas, kalau makan itu pelan-pelan! Gak ada yang mau merebutnya!" ucap Khania dengan wajah tanpa dosa.Efgan yang sudah tidak tersedak lagi menatap Khania dengan wajah yang kesal. Ia kesal karena Khania tidak menyadari ucapannya lah yang sudah membuat ia tersedak."Aku tersedak karena kamu!" sahut Efgan.Khania mengernyitkah alisnya saat mendengar ucapan Efgan. "karena aku Mas?" tanya Khania sambil menunjuk dirinya sendiri.Efgan yang akan menjawab pertanyaan Khania urung saat melihat nenek yang menatap dia dengan tajam. "Ah! Nggak, kamu lanjut aja makannya," ucapnya sambil kembali meneguk air.Khania dengan patuh kembali duduk dan melanjutkan makannya. Ia makan dengan diam dan tertunduk."Kamu semalam keluar?" tanya nenek pada Efgan dengan tatapan penuh selidik."Iya, Nek! Aku keluar karena ada pekerjaan yang urgent Nek!" sahut Efgan. Ia lalu melirik
Efgan tiba di kantor dengan wajah yang berseri-seri dan senyuman yang terpatri di wajahnya yang rupawan itu membuat ia semakin menawan, semua karyawan yang disapanya mengerutkan dahinya dan terkejut saat melihat bos mereka yang pagi ini datang dengan wajah yang cerah."Pak Glen, itu pak bos kenapa?" tanya Arya sekretaris Efgan pada Glen yang baru saja datang.Glen mengedikkan bahunya. "Entahlah! mungkin stres, karena tadi saya liat dia lagi berantem sama bu bos," ujarnya sambil geleng-geleng kepala."Pak bos berantem sama bu bos? Kok bisa? Bukannya baru kemarin mereka menikah?!" tanya Arya lagi sambil membereskan berkas yang akan dia bawa untuk rapat."Yang saya lihat sih begitu, bu bos kayak yang marah besar sama pak bos," sahut Glen,Mereka memang selalu membicarakan bos mereka di belakang seperti ibu-ibu rempong yang suka bergosip."Tapi ... kenapa wajah pak bos nggak kelihatan tertekan dan malah terlihat bahagia?!" ucap Arya dengan wajah yang binggung.Glen mengedikkan bahunya lagi
Efgan mendongakan kepalanya saat ia mendengar suara yang tak asing. Ia tersenyum saat melihat istrinya berada di sana. "Khania." Efgan langsung berdiri dan menghampiri Khania."Ah! Eumm, maaf saya tidak tau kalau kamu lagi sibuk! Saya akan kembali lagi nanti." Khania berbalik dan akan melangkah keluar namun urung saat tangannya dicekal oleh Efgan."Kamu mau kemana?!" tanya Efgan, dia membawa Khania masuk ke dalam."Tapi ... itu Mas," ucap Khania dengan lirih namun masih bisa di dengar oleh Efgan."Kamu tenang aja, mereka semua karyawan aku, dan kita hanya sedang diskusi aja." Lalu Efgan mendudukan Khania di kursinya. "Kamu tunggu sebentar di sini ya, aku bereskan dulu pekerjaan, cuma sebentar kok," Efgan lalu kembali lagi duduk di sofa dan melanjutkan berdiskusi dengan karyawannya.Khania yang melihat Efgan tengah fokus dan serius tersenyum. Ia tidak menyangka jika suaminya itu sangat tampan jika sedang serius seperti itu. Khania lalu memukul pelan kepalanya saat
"Iya Nek, aku positif hamil," jawab Khania dengan lesu."Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah Engkau telah memberikan kepercayaan lagi pada cucu dan cucu menantuku," ucap nenek dengan senang. "Efgan pasti akan sangat bahagia dengan kabar gembira ini, dan Kai pasti akan sangat senang dia kalau tau akan segera punya adik," Khania tampak tak senang."Kamu kenapa kok wajahnya seperti tidak senang gitu?" tanya nenek yang menyadari dengan raut wajah Khania yang ditekuk."Nia takut Nek," ucap Khania jujur."Apa yang kamu takutkan sayang?" tanya nenek dengan lembut."Nia takut, apa yang terjadi pada kehamilan Nia dulu nanti terulang lagi," "Sssttt, kamu gak boleh bilang begitu. Keadaan dulu dan sekarang itu berbeda. Kamu gak usah takut dan khawatir. Karena kita semua pasti akan menjaga kami dan anak yang asa di dalam kandungan kamu ini. Kamu sekarang jangan berpikiran yang buruk-buruk. Buang jauh-jauh pikiran itu dan kamu harus happy dengan kehadiran cicit Nenek ini," ucap nenek sambil menge
"Aku kenapa Nek?" tanya Khania penasaran."Apa mungkin kamu kesambet Nia? Jangan-jangan kamu itu kemasukan jin buto ijo?" ucap nenek ngawur.Khania yang mendengar itu sontak terbelalak.Pak supir yang mendengar ucapan nenek mengulum bibirnya. Ia ingin tertawa. Namun, tak berani."Ma-maksud Nenek apa? Kenapa Nenek bisa berpikiran seperti itu?" tanya Khania yang terkejut."Ya habisnya tingkah kamu itu gak biasa. Kamu biasanya gak pernah makan banyak. Tapi, hari ini Nenek lihat kamu makan banyak," ucap nenek.Khania nampak berpikir, ia mencerna ucapan nenek."Iya juga ya Nek! Aku juga merasa aneh Nek dengan diri aku belakangan ini," ucap Khania."Ya udah. Besok kita ke pak ustad buat Ruqyah kamu," usul nenek.Khania pun mengangguk-anggukan kepalanya."Iya Nek, boleh," sahut Khania.Setelah percakapan itu, tak ada lagi yang berbicara mau itu nenek ataupun Khania. Mereka sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing.Sampai akhirnya mob
Malam harinya.Khania yang seharian ini bad mood hanya diam seharian di dalam kamar. Semua orang yang khawatir dengan Khania. Mereka semua berusaha membujuk Khania agar keluar kamar dan makan. "Sayang, buka dulu ya pintunya. Kamu makan dulu," bujuk Efgan.Namun, tak ada jawaban dari dalam kamar."Nia sayang. Buka dulu ya pintunya. Ini nenek sayang," ucap nenek sambil mengetuk pintu.Lama mereka menunggu sampai terdengar suara kunci yang dibuka dari dalam. Dan sesaat kemudian Khania pun muncul dari dalam kamar dengan pakaian yang sudah rapi."Kamu mau ke mana?" tanya nenek dan Efgan hampir bersamaan.Khania hanya diam saja tak menjawab. Ia menatap Efgan dengan tatapan yang nyalang. Lalu ia pun menoleh ke arah nenek dan tersenyum."Nia mau keluar sebentar ya Nek, mau cari bakso. Entah kenapa dari tadi Nia terus aja kepikiran bakso yang kuahnya itu pedes banget." Khania sengaja menekankan kata pedas agar suaminya mendengar.Efgan hendak menyela ucapan Khania. Namun, nenek lebih dulu men
"Kenapa Nek?" tanya Khania yang heran saat melihat nenek menatapnya dengan dalam dan intens.Nenek segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum."Enggak, jadi kamu gak ada masalah ya sama Efgan?" tanya nenek lagi."Enggak Nek, aku gak ada masalah sama mas Efgan," "Syukurlah kalau gitu," ucap nenek."Oh iya Nek, tadi aku sempat denger mobilnya mas Efgan. Apa dia tadi keluar?" tanya Khania."Iya, tadi katanya mau cari angin sebentar keluar," sahut nenek.Khania menganggukan kepalanya."Ya udah, Nenek keluar dulu ya sayang," pamit nenek sambil berdiri."Iya Nek," jawab Khania.Setelah nenek pergi. Khania segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Hallo Mas," ucap Khania saat panggilan itu sudah terhubung."Ada apa sayang?" tanya Efgan yang terdengar khawatir."Enggak ada apa-apa, cuma kangen aja sama kamu," ucap Khania yang ssontak menbuat Efgan terkejut sampai-sampai ia mengerem mobilnya mendadak. Beruntung tak ada kenda
Waktu terus berlalu, sampai tidah terasa sudah dua tahun berlalu.Khania kini tengah sibuk menyipakan pernikahan Monic dan Glen, karena banyak hal yang membuat pernikahan Monic dan Glen harus diundur sampai sekarang."Mas, kamu itu kenapa malah asyik sendiri di sini sih? Kamu gak bantuin orang-orang apa?" omel Khania saat melihat Efgan yang tengah duduk di teras depan."Aku tadi udah bantuin lho sayang. Ini lagi istirahat bentar, lagian juga kenapa aku harus ikutan sibuk gini sih?" keluh Efgan.Khania yang mendengar keluhan Efgan bukannya iba malah memelototinya."Iya, iya. Ini aku mau bantu lagi." Efgan dengan malas bangkit dari duduknya dan kembali membantu orang-orang untuk mempersiapkan pernikahan Monic yang tinggal beberapa hari lagi.Khania tersenyum saat melihat Efgan kembali bekerja. Ia pun masuk ke dalam untuk bertemu sang anak yang memang sengaja ia titipkan pada Gabriel."Gab, Kai gak rewel kan?" tanya Khania saat ia sudah tiba di dekat Gabriel
Seorang suster datang ke ruangan Khania untuk memeriksa keadaan Khania. Dan setelah Khania diperiksa suster itu pun kembali."Nek. Apa Kai baik-baik saja?" ucap Khania tiba-tiba. "Kai baik-baik aja sayang. Dia tadi Nenek titipkan sama Monic jadi kamu gak udah khawatir ya," sahut nenek sambil membelai rambut Khania."Mas, gimana keadaan Gabriel?" tanya Khania."Dia baik-baik aja, dia juga udah lewati masa kritisnya. Jadi kamu gak usah khawatir lagi ya sayang. Gabriel baik-baik aja sekarang," jawab Efgan singkat.Khania menanggukan kepalanya.Nenek tak terkejut karena sudah diberi tahu tentang Gabriel yang menyelamatkan Khania dan juga Kai. Nenek malah sangat bersyukur dan berterima kasih pada Gabriel karena sudah menolong cucu menantu dan cicitnya.Dua minggu kemudian.Khania yang tengah memberi ASI pada Kai di kamar terkejut saat tiba-tiba seseorang menutup matanya dari belakang. Ia pun tersenyum karena sudah tau jika itu ulah suaminya."Mas
"Mas, kamu itu apaan sih? Lepas gak! Aku mau temui dokter dulu," pinta Khania.Efgan tidak melepaskan tangan Khania dan malah semakin kencang mengencangkan tangan Khania."Mas!" Khania yang merasa geram pada sang suami pun memelototkan matanya. "Lepas!""Kamu gak boleh pergi dari sini!" perintah Efgan.Khania yang terheran pun hanya bisa menatap Efgan dengan tatapan bingungnya."Mas! Lepas ya, aku mohon!" pinta Khania dengan memelas. "Mas, itu dokternya udah nunggu aku. Aku gak mau kalau sampai terjadi sesuatu sama Gabriel, jadi tolong lepas ya.""Biarkan saja, aku gak mau kamu memedulikan penjahat itu! Lebih baik kita pulang dan biarkan dia mati sekalian," ucap Efgan sambil menyeret Khania.Khania yang mendengar ucapan Efgan seketika naik oitam. Ia sungguh tak terima jika Efgan menyumpahi Gabriel mati, dengan sekali hentakan Khania melepaskan cengkraman tangan Efgan.Efgan spontan menoleh ke arah Khania."Kamu jangan pernah bicara seperti itu ya
"Eh, ada apa kok ribut-ribut." Khania yang baru saja keluar dari ruangan tindakan pun keheranan saat melihat ada keributan di depan pintu. Ia pun mendengar seseorang menangis. Khania mendekat dan bertanya pada wanita asing yang sudah menolongnya itu. Karena kebetulan wanita itu berdiri dekat pintu masuk."Mbak, itu ada apa?" tanya Khania pada wanita itu. Ia bertanya karena tak bisa melihat siapa yang sedang menangis histeris itu.Wanita itu menoleh dan terkekeh, ia lalu berbisik. "Suami kamu lagi nangis," Khania mengerutkan keningnya."Nangis? Nangis kenapa? Nangisin apa?" tanya Khania lagi."Dia ngira jenazah yang baru saja keluar itu kamu, tanpa cross-check dulu," jawab wanita itu sambil tertawa geli.Khania yang penasaran pun mendekat dan benar saja. Ia melihat Efgan tengah duduk bersimpuh di depan jenazah yang entah siapa. Khania melihat Efgan yang menagis tersedu-sedu sambil menciumi tangan jenazah itu.Khania bukannya marah melihat itu, i
"Mas Efgan ke mana ya? Kok gak diangkat-angkat telepon dari aku?" Khania bergumam sambil terus mencoba menelepon suaminya. Ia lalu melirik ke arah orang yang tadi sudah menolongnya membawa Gabriel ke rumah sakit. "Sebentar ya Mbak, suami saya gak angkat teleponnya," ucapnya pada orang yang sudah menolongnya itu.Wanita cantik itu menganggukan kepalanya."Santai aja Mbak, pakai aja ponselnya." Wanita itu tersenyum hangat pada Khania.Khania tersenyum kikuk dan memilih menyerah untuk menelepon Efgan. Tapi, saat ia akan mengembalikan ponsel itu. Tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nomor Efgan yang memanggil.Khania mengurungkan nitannya untuk mengembalikan ponsel itu dan gegas mengangkat panggilan sang suami."Hallo Mas, kamu kenapa gak angkat-angkat telepon aku sih? Aku tau kamu lagi marah! Tapi, setidaknya cari kek istrinya yang gak ada di rumah. Ini mah malah anteng-anteng bae, kamu itu udah gak sayang lagi sama aku ya? Kamu gak tau kalau aku itu habis