Khania yang sudah lemas dan tidak sanggup untuk bertahan lagi samar-samar melihat seseorang menghampirinya, seseorang itu menggenggam dan membawa tubuh Khania, setelahnya Khania kehilangan kesadarannya.
**Efgan yang melihat Khania menabrak pembatas jembatan dan terjatuh ke sungai segera keluar dari dalam mobilnya dan pergi berlari ke pinggir sungai, sampai di pinggir sungai, Efgan segera berenang untuk menolongnya.Setelah beberapa saat Efgan berenang menyusuri sungai, akhirnya Efgan menemukan Khania yang tidak jauh dari dirinya. Efgan yang melihat Khania sudah lemas dan tak berdaya segera berenang menghampiri Khania dan membawanya ke atas permukaan.Efgan segera membawa tubuh Khania ke daratan, lalu dia mengecek nadinya. Dengan segera Efgan melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR dan juga memberikan bantuan napas untuk Khania. "Khania saya mohon sadarlah."Efgan masih terus berusaha menyadarkan Khania. "Khania tolong sadarlah. Jangan sampai saya merasakan penyesalan lagi, saya mohon Khania bertahanlah."Efgan terus memberikan CPR dan bantuan napas berulang kali kepada Khania sampai akhirnya Khania sadar."Uhuk ... uhuk!"Efgan menghela napas lega ketika dia melihat Khania yang tersadar. "Alhamdulillah, kamu tidak apa-apa Khania?!" tanya Efgan, ia lalu membawa tubuh Khania kepangkuannya dan mendekap erat Khania agar tidak kedinginan.Wajah tegang dan penuh kekhawatiran Efgan berganti menjadi wajah penuh kelegaan. Ia mendekap erat Khania dan terus mengucapkan syukur yang terus terucap di bibirnya.Khania yang masih lemas tidak menolak ataupun memberontak, ia sangat bersyukur karena Efgan telah menyelamatkan nyawanya.Khania yang berada di dekapan Efgan mendongakan kepalanya dan menatap Efgan. "Terima kasih!" ucapnya dengan suara yang lemah."Kamu tidak apa-apa Khania? Apa ada yang sakit?" tanya Efgan lagi sambil memeriksa tubuh Khania.Efgan sangat bersyukur karena ia tadi mengikuti Khania. Andaikan ia tadi langsung pulang, sudah pasti ia tidak akan pernah tau, jika Khania mengalami kecelakaan dan terjatuh ke dalam sungai.Khania tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.Efgan melerai pelukannya dan segera mengambil jas yang tadi ia lempar kesembarang arah. Setelahnya ia memakaikan jas itu pada Khania dan membenarkan rambut Khania yang sedikit menutupi wajahnya.Khania yang masih lemas karena terkejut dan syok, hanya diam menerima perlakuan Efgan kepadanya, ia tidak menolak dan hanya menatap Efgan yang memperlakukannya dengan penuh perhatian."Kita ke rumah sakit sekarang, takutnya kamu ada cedera," Efgan lalu membantu Khania untuk berdiri. "kamu tadi terjatuh cukup tinggi." Dia mendongakan kepalanya melihat jembatan yang di mana Khania tadi terjatuh."Gak usah, saya tidak apa-apa," sahut Khania karena dia merasa baik-baik saja dan tidak perlu sampai dibawa ke rumah sakit."Tapi ...," ucapan Efgan terhenti kala dia melihat Khania yang menatapnya dengan lembut dan senyuman di bibirnya.Efgan yang baru pertama kali melihat Khania tersenyum diam mematung. Sungguh, hati Efgan menghangat, saat dia melihat senyum Khania yang begitu manis. Karena biasanya hanya tatapan sinis dan wajah jutek yang selalu Khania tampilkan kepadanya."Saya tidak apa-apa jadi gak usah ke rumah sakit. Saya hanya ingin pulang dan istirahat," balas Khania dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.Khania lalu berjalan tertatih-tatih meninggalkan Efgan yang masih diam mematung di sana.Efgan tersadar dari rasa kagumnya saat melihat Khania yang sudah berjalan cukup jauh dengan tertatih-tatih.Dengan segera ia menyusul Khania dan membantunya berjalan dengan memapahnya.Khania menoleh ke arah Efgan dan tersenyum. "Terima kasih!" ucapnya lagi.Efgan hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia tersenyum tipis, sangat tipis dan nyaris tidak terlihat sambil menatap lurus ke depan.Sampai di dekat mobil, Efgan langsung membukakan pintu mobil untuk Khania, ia membantu Khania duduk di kursi depan, dan memakaikan seatbelt untuk Khania. Lalu ia mengambil selimut kecil di kursi belakang. "Kamu pakai ini biar gak kedinginan dan tidak demam nanti." Efgan menyelimuti tubuh Khania dengan selimut yang tadi ia ambil.Khania hanya diam menatap Efgan yang kini tengah memakaikannya selimut, ia tidak menolak, karena masih merasakan terkejut dan syok yang membuat tubuh dia lemas bagai jelly.Sunggung ia tadi sudah pasrah, dan tidak menyangka jika ia akan diselamatkan oleh orang yang selama ini selalu dia tolak, dan ia anggap sebagai pengganggu.Di sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara baik Efgan maupun Khania, mereka sama-sama diam.Hingga suara Khania memecahkan keheningan saat mereka sudah tiba di depan rumah Khania."Pak boleh saya bertanya?" tanya Khania sambil menatap Efgan dengan lembut tanpa ada tatapan sinis yang biasanya dia berikan pada Efgan.Efgan yang ditatap begitu oleh Khania menjadi salting. Dia mencoba menetralkan degup jantungnya yang entah kenapa bisa berdetak lebih kencang. "Ekhemm! Boleh." jawabnya lalu dia menatap Khania."Kenapa anda mau bersusah payah menjaga dan melindungi saya? Padahal saya tau anda itu bukan saudara ataupun teman Mas Albi. Karena saya tau semua teman-temannya Mas Albi," tanya Khania pada Efgan.Dia sangat penasaran kenapa bisa lelaki di hadapannya ini mau repot-repot menjaganya."Karena saya sudah berjanji kepada suami kamu untuk menggantikan dia menjaga dan melindungi kamu," jawab Efgan sambil memalingkan wajahnya dari Khania."Kenapa ... Kenapa anda mau berjanji seperti itu?! Anda bisa saja kan membiarkan atau tak memedulikan ucapan Mas Albi yang bagi anda dia itu orang asing! Apa ada alasan lain sampai anda mau berjanji untuk menjaga saya dan menggantikan Mas Albi untuk melindungi saya?"Khania benar-benar tidak mengerti kenapa orang asing di hadapannya ini mau susah-susah menjaganya, dan meluangkan waktunya untuk mengikuti Khania. Apa orang ini tidak punya pekerjaan lain selain mengikuti Khania.Efgan hanya diam membisu. Efgan tidak tau apa dia harus memberitahu Khania yang sebenarnya, alasan kenapa dia mau menjaganya, atau dia harus merahasiakannya?! Efgan sungguh dilema."Ayo bicaralah ... katakan apa alasan anda sampai anda mau repot-repot menjaga saya?" seru Khania yang sudah tak sabar ingin mendengar alasan apa yang akan lelaki ini berikan kepadanya."Maaf."Hanya satu kata yang terlontar dari mulut Efgan. Efgan lalu menatap manik mata Khania dengan tatapan penuh arti."Untuk apa?" tanya Khania dengan mengerutkan alisnya.Khania hanya ingin tau alasannya, kenapa lelaki ini mau menjaganya sampai sebegitunya, hingga lelaki itu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi melindungi dirinya. Bukan kata maaf yang ingin dia dengar.Lagi-lagi Efgan tidak menjawab dan hanya menatap Khania dengan tatapan penuh penyesalan.Ingin rasanya Efgan memberitahukan alasan yang sebenarnya. Namun entah kenapa ada perasaan takut di dalam hatinya jika Khania sampai mengetahui alasan di balik dia ingin menjaganya sudah pasti Khania akan membenci dan akan menjauhinya. Dan Efgan tidak mau itu terjadi."Baiklah jika anda tidak ingin memberitahu saya apa alasan anda mau menjaga saya, saya tidak akan memaksa! Saya harap ini pertemuan terakhir kita. Dan saya minta kepada anda tolong jangan pernah muncul lagi di hadapan saya. Karena saya tidak tau apa tujuan dan maksud anda mendekati saya."Setelahnya Khania keluar dari mobil Efgan.Efgan yang melihat Khania keluar tampak tak terima Khania menyuruhnya untuk menjauh."Ayolah Efgan berfikir, alasan apa yang bisa dia terima tanpa harus membencimu!" Efgan tampak berpikir keras. "Masa iya aku harus memberitahu dia yang sebenarnya?!""Khania tunggu! Sebenarnya ... ada yang ingin mencelakai kamu, dan menginginkan nyawa kamu," ucap Efgan setelah dia berpikir keras, alasan apa yang bisa membuat Khania mempercayainya tanpa harus membencinya."Maksud anda apa?" tanya Khania dengan mengernyitkan alisnya, dia tidak paham dengan apa yang lelaki di hadapannya ini bicarakan."Ada yang mengincar nyawa kamu Khania, dia ingin menghabisi kamu! Coba kamu ingat-ingat berapa kali kamu hampir celaka dan untungnya saya ada di waktu yang tepat," balas Efgan.Dia menatap manik mata Khania dengan tatapan penuh harap, ya dia berharap Khania akan percaya padanya dan meminta perlindungannya."Apa ini bukan akal-akalan anda saja, biar saya menerima anda?! Bisa saja kan anda sengaja mencelakai saya, dan berpura-pura menolong saya agar saya membalas budi kepada anda?!"Pertanyaan dari Khania membuat Efgan bingung harus menjelaskan dengan bagaimana lagi agar Khania bisa percaya kepadanya."Khania saya tidak setega dan seberani itu untuk mencel
Keesokan harinya.Khania yang baru saja selesai bekerja dan keluar dari restoran celingukan ke kanan dan ke kiri, dia seperti sedang mencari seseorang."Kamu cari siapa Khania?" tanya salah satu teman Khania yang kebetulan satu sif dengannya dan akan pulang."Aah! Enggak, aku lagi cari ojek," elak Khania yang sebenarnya dia sedang mencari mobil Efgan yang biasanya selalu ada terparkir di depan restoran. "Hmm ... Eh iya, tumben cowok ganteng yang biasa suka nangkring mobilnya di parkiran kok gak ada ya?!" tanya teman Khania yang membuat Khania terkejut sekaligus heran."Yang mana?" tanya Khania, ia sengaja bertanya karena takut salah kalau yang sedang dibicarakan oleh temannya itu Efgan lelaki yang selama ini sering mengganggu dan menguntitnya atau bukan."Itu lho! Yang sering banget gangguin kamu," sahut teman Khania lagi yang sontak membuat Khania membulatkan matanya."Kamu tau dia sering ganggu aku?" tanya Khania yang terkejut."Ya tau lah! Bahkan ya, anak-anak yang lain bilangnya d
Khania terkejut dan membelalakan matanya, saat ia melihat pisau yang tadi mengarah kepadanya tertancap di tanah, tepat di bawah kakinya. Khania lalu melihat orang yang tadi memegang pisau itu sudah terkapar tak berdaya di tanah."Khania ayo, buruan naik!" ujar Iren di atas motornya setelah ia menabrakkan motor itu pada lelaki yang tadi hampir menusuk Khania.Khania yang masih terkejut hanya diam saja, sampai tepukan di bahunya menyadarkan ia dari rasa terkejutnya. Khania melihat ke arah Iren dan menoleh ke arah samping. Seketika ia terkejut saat melihat Efgan, lelaki yang selama ini mengganggunya tengah bertarung melawan orang-orang yang tadi sudah menghadangnya."Tapi ... itu." Khania menunjuk ke arah Efgan yang tengah berkelahi dengan orang-orang yang tadi menghadang Khania."Ayo buruan sebelum dia bangun." Iren menujuk ke arah pria yang tadi menyerang Khania dengan pisau.Iren yang tidak ingin membuang waktu dengan cepat menarik tangan Khania agar Khania segera naik ke atas motor
Efgan mengerjapkan matanya dan terkejut saat dia melihat Khania yang tertidur dengan posisi terduduk dan kepala manelungkup di pinggir kasur.Efgan tersenyum kecil saat dia melihat tangannya digenggam oleh Khania. "Eugh!!" Khania yang merasakan pergerakan dari atas kasur terbangun dan terkejut saat melihat Efgan yang kini sedang menatapnya. "Anda sudah bangun Pak?! Saya akan panggilkan Dokter!" Khania yang akan melangkah di tahan tangannya oleh Efgan."Tidak usah! Saya baik-baik saja." Efgan lalu melihat jam di dinding. "Kamu lanjutin aja tidurnya, ini masih jam dua pagi." Khania lalu melihat jam di dinding, dan benar ini masih jam dua pagi. Khania lalu beralih menatap Efgan dan mendekatinya."Bapak butuh sesuatu?" tanya Khania dengan lembut."Iya!" jawab Efgan dengan tersenyum jahil pada Khania."Anda jangan macam-macam ya?!" ucap Khania saat dia melihat senyuman yang mencurigakan terulas di bibir Efgan.Khania memundurkan langkahnya. Dia sedikit curiga saat melihat senyuman Efgan
Efgan yang terkejut mendengar ucapan Khania mengerutkah alisnya. "Tawaran apa?!"tanyanya pada Khania.Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Khania bicarakan. Karena seingatnya dia tidak pernah menawarkan sesuatu kepada Khania."Itu ... Emm ... gak jadi deh! Kalau Bapak tidak ingat tidak apa-apa" sahut KhaniaKhania menelan kembali ucapannya saat dia melihat Efgan yang tidak ingat dengan tawarannya dulu. Dia merutuku dirinya sendiri yang nyaris mempermalukan dirinya sendiri. Lalu dia berniat pergi menuju sofa untuk beristirahat. Namun tertahan saat Efgan memegang tangannya."Lho! Tawaran apa sih?! Serius saya nanya! Jangan bikin saya penasaran dengan ucapan kamu yang menggantung itu."Efgan yang kini memegang tangan Khania segera bangun dari baringnya dan menatap Khania yang kini berdiri di sampingnya. Dia menjadi penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Khania.Khania lalu melepaskan tanganya yang di pegang oleh Efgan."Gak jadi Pak! Udah Bapak istirahat aja. Ini masih pagi
Khania yang berada di kamar mandi terus menggerutu. Dia tidak tau, mau ditaruh di mana muka dia saat nanti dia berhadapan dengan Efgan.Khania lama berdiam diri di kamar mandi karena dia malu untuk berhadapan dengan Efgan. Sampai sebuah ketukan terdengar di pintu kamar mandi yang berhasil membuat Khania terjengkit kaget."Khania kamu lagi apa di dalam?! kamu gak apa-apa kan?! Khania!" tanya Efgan di luar pintu kamar mandi.Khania tidak menjawabnya karena dia benar-benar malu oleh ucapan Efgan tadi. Khania tidak menghiraukan ketukan dan teriakan Efgan."Khania jawab! Kamu baik-baik aja kan di dalam?! Kamu sudah satu jam lebih loh di dalam sana. Saya hitung sampai tiga. Kalau kamu tidak membukanya juga saya akan dobrak pintu ini!" ucap Efgan yang terdengar khawatir di luar sana. "Satu ... dua ... ti-." Belum sampai hitungan ketiga Khania sudah membuka pintunya dengan wajah yang tertunduk.Efgan yang melihat Khania membuka pintu dan berdiri di hadapanya segera saja menarik tangannya dan
Khania yang heran kenapa dia dibawa ke tempat ini menoleh ke samping. "Pak ... kita mau ngapain ke sini?" tanya Khania."Bukannya kamu sendiri yang bilang apa tawaran saya masih berlaku atau tidak?! Ya, sekarang jawabannya ada di depan kamu," sahut Efgan. Dia lalu menarik tangan Khania.Khania yang masih belum mengerti untuk apa dia di bawa ke sini menahan tangannya yang ditarik Efgan. "Tunggu Pak! Maksud Anda itu apa ya?!""Ya sekarang kita masuk, dan kita nikah di dalam!" balas Efgan tanpa beban. Dia tersenyum manis ke arah Khania yang kini menatap Efgan tidak percaya. Khania yang mendengar itu melebarkan matanya dan menatap Efgan. "Pak ... Anda masih waras kan?!"Khania tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat kelakuan Efgan yang selalu spontan itu."Hmm!! Kan kamu sendiri yang tanya sama saya! Apa tawaran saya itu masih berlaku atau tidak. Ya ini jawabannya, masih dan kita akan nikah sekarang juga."Tidak ingin membuang waktu Efgan dengan segera menarik kembali tangan Khania. Namun
Khania terkejut bukan main saat mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Efgan. Dia menatap Efgan dengan penuh tanya di atas kepalanya. "Maksud Bapak apa ya berbicara seperti itu?!"Kamu kan tadi bilang kalau sekarang kamu masih menjalani masa iddah. Jadi saya akan menungu kamu selesai masa iddah! Tapi dengan syarat kamu harus mau menandatangani surat perjanjian," jawab Efgan.Khania yang tidak mengerti menatap Efgan dengan wajah yang kebingungan. Dia tidak paham kenapa dia harus menandatangani surat perjanjian? Untuk apa?!"Kenapa saya harus menandatangani surat perjanjian?! Saya kan tidak punya hutang sama Bapak!" tanya Khania.Lagi-lagi Efgan tidak menjawab dan hanya fokus menatap ke depan. Dan itu sukses membuat darah Khania mendidih dan naik sampai ke ubun-ubun saat melihat Efgan yang bersikap seperti ini."Pak ... jawab dong! Saya nanya lho!" seru Khania Efgan menatap Khania dengan wajah yang menyebalkan. Khania yang melihat itu mencebikan bibirnya.Khania dan Efgan saling diam