Mereka akhirnya masuk ke mobil dan bersiap untuk pulang. Ferdi terus mengenggam tangan istrinya, Naima semakin aduhai dengan si Bos."Nai, kita ke cafe sebentar, yuk. Abang lapar.""Siyap, Sayang."Sekertarisnya mengikuti kemauan Bosnya, mereka memilih cafe yang tidak jauh dari lokasi acara."Apa tidak masalah dandananku seperti ini ke kafe, Bang!""Gak ada masalah, Sayang, kecuali kalau kesana sendiri mungkin, iya.""Ada yang ingin Abang ceritakan padamu, Nai." Naima mengangguk, Ferdi ini memang laki-laki yang istimewa, akan kupertahankan kamu, Bang! Sampai kapan pun!Sesampai di cafe Ferdi tetap merangkul istrinya, berjalan berdua tanpa memedulikan orang yang melihat. Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, benar-benar seperti abege.Mereka duduk dan langsung memesan makanan, Ferdi sepertinya benar-benar lapar sampai makanan yang dipesan habis tak tersisa."Pelan-pelan, Bang!""Lapar banget, Sayang.""Hahaha ... Ke kondangan itu makan caranya, biar gak lapar." Ferdi
Bangun dari tidur, Ferdi tidak ada disampingnya, Naima bergegas untuk segera mandi dan sholat subuh. Naima merasa kejadian tadi malam seperti mimpi. Beberapa kali dia menepuk pipinya, bahwa tadi malam itu itu bukan mimpi, tapi sungguhan kalau mereka sudah melakukan ibadah menjadi sepasang suami-isteri. Berkali-kali Naima menahan nafas, bagaimana nanti kalau bertemu Ferdi, masih sangat malu untuk bertemu, apalagi nanti dikira pe-de dan ge-er karena sudah melakukan ikatan cinta tadi malam.Naima masih duduk di atas sajadah nya, berdo'a semoga kebaikan selalu menyertai ciduk biduk dalam rumah tangganya dengan Ferdi. Ada rasa takut kehilangan dihati Naima, memiliki suami yang sempurna seperti si Bos membuat Naima harus tahu diri.Ting, ponsel Naima berdenting.[Sayang, turun sarapan.] Ferdi mengirim pesan, Naima semakin canggung bagaimana menghadapi suaminya, secara, selama ini Naima dan dia lebih banyak aktingnya daripada sungguhan."Apakah tadi malam itu sungguhan?" Naima terus mena
Naima bangun tidur masih dalam keadaan kesal dengan suaminya, setelah salat subuh Naima menggunakan stelan baju olahraga untuk jogging, menghindari rasa kesal karena ucapan si abang. Perempuan memang baperan lama ingatannya hilang. Terlihat Ferdi sedang duduk membaca buku di teras pagi-pagi. Abang Ferdi memang nemiliki kebiasaan setiap pagi selalu membaca buku, tidak jarang Naima menerima paketan buku setiap hari, hidupnya memang menarik. Buku bacaannya selalu bacaan terbaru.Naima meninggalkan Ferdi yang asyik membaca buku, meski berharap disapa, siapa tahu setelah kejadian tadi malam dia bersimpuh memohon maaf tidak akan mengulang lagi ucapannya, bahwa hanya Naima cinta matinya. Naima, Naima marah, tapi mengharapkan.Sampai ke gerbang depan, Ferdi tidak ada pergerakan sama sekali, memang dia tidak peka sekali, harusnya setiap buku yang dibaca itu, dia tahu bahwa kemauan seorang perempuan itu banyak yang ingin dibelai dengan kasih sayang, bukannya merayu istri, malah asyik membuka l
Bi Ratih terlihat gelisah karena Naima tidak kunjung pulang, Ferdi juga belum pulang hingga larut malam. Naima sudah seperti anak bagi Bi Ratih, cara Naima memperlakukannya tidak seperti pembantu pada umumnya.Bi Ratih terus menghubungi si Bos karena Naima tidak kunjung pulang. Sekitar pukul 10 malam, akhirnya si Bos kembali, wajah Bi Ratih benar-benar cemas."Pak, Non Naima belum pulang dari tadi siang!""Maksudnya, Bik?""Non Naima tidak kunjung pulang, Den." Bi Ratih terlihat menangis, takut si Bos marah.Ferdi terlihat menelpon Naima, tapi tidak ada balasan."Kenapa gak ngabarin saya, Bik?" "Sudah, Den. Berkali-kali Bibi telpon, tapi Den Ferdi gak angkat-angkat." Ferdi Sekarang yang terlihat panik dan berlalu dari Bi Ratih, wajah cemas terlihat di wajahnya.Siapa yang menculik Naima dan apa motifnya?Ferdi sibuk mencari Naima, istrinya hilang entah kemana. Sebagai pembisnis hal ini sudah diwanti-wanti. Ferdi melaporkan kehilangan istrinya di kepolisian karena Naima sudah menghila
POV DindaAku gamang melihat kartu nama ditanganku, berharap Ferdi masih mau membantuku. Waktuku tinggal 5 hari lagi, ini bisa kugunakan untuk menjebak Ferdi agar dia mau mempersunting ku, demi perusahaan yang sudah lama ku rintis.Kabar Naima yang meninggal juga santer diberitakan, ini kesempatan emas bagiku menjadi istri Ferdi. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku yang lima hari ini, jika tidak bisa, berarti menjual perusahaan ini ke kartu nama yang diberikan sekertarisnya Ferdi. Dengan harga yang Fantastis.Drrt, Bram menelpon."Bagaimana, kenapa belum ada kemajuan?""Ferdi belum mau membantuku, jangankan membantu, melirik pun tidak.""Ini kesempatan emas bagimu, jebak dia dan tidur di hotel, setelah itu kamu sebar ke media dan tuntut untuk dikawinkan." Ide Bram, ide yang cemerlang, kenapa gak kepikiran dari kemarin."Terus kabar Naima, bagaimana? bukannya kamu yang menculiknya?""Aku memang berniat menculiknya, tapi sampai lokasi ternyata sudah ada yang menculiknya, pesaing bisni
POV DindaAku bersiap menuju hotel Melati, baju seksi juga sudah kusiapkan, obat tidur yang akan kugunakan untuk menjebak Ferdi juga sudah kusiapkan, rencanaku kali ini pasti berhasil. Ferdi selama ini pasti kesepian ditinggal istrinya, ini sangat tepat bagiku menjadi bagian dari hidupnya.Tak lupa berkas-berkas yang diminta sekertarisnya Ferdi untuk Bos yang menawarkan 5 kali lipat juga sudah kusiapkan. Segala keperluan jual beli perusahaanku juga sudah siap. Semoga rencanaku kali ini tidak gagal. Kapan lagi bisa berduaan di kamar hotel dengan Ferdi. Aku harus bergegas, Ferdi sudah menungguku!Sesampai di hotel melati, Ferdi tidak terlihat. Tidak mungkin dia pergi karena lama menungguku, untung kemarin sudah cek in, jadi tinggal masuk ke kamar hotel.Ting. Pesan dari Ferdi.[Tunggu sebentar aku ada urusan.]Ternyata dia masih peduli. Aku yakin dia juga pasti sudah tidak sabar berduaan denganku karena kesepian.Kukirim pesan dan menjawabnya.[Oke.] Sampai magrib tiba, Ferdi belum ada
Flashback onNaima bangun dari tidurnya, dia merasakan pusing yang luar biasa efek bius yang digunakan."Sudah bangun, Sayang?" Ferdi memeluk istrinya, yang sudah pingsan dari tadi."Pusing?" Naima hanya mengangguk."Ini dimana, Bang!""Ini di hotel, Sayang." Ferdi memeluk istrinya, terlihat wajahnya khawatir dengan kondisi Naima."Abang sudah panggilkan Dokter, Abang khawatir efek bius itu kondisi Adek tidak baik.""Bagaimana ceritanya, Bang?""Ada yang ingin menculikmu, Nai. Untung saja sekertaris Abang gerakannya lebih cepat, dia meloby penculik itu dengan membayar dua kali lipat, sehingga adik bisa diselamatkan.""Kok mereka mau, Bang?""Mereka kan yang penting uang, siapa yang berani membayar mahal, itu yang dia ikuti.""Jadi sekarang mereka berfikir aku sudah diculik gitu, Bang.""Bukan hanya diculik, mungkin dipikir Adik sudah dibuang dan dianggap meninggal dunia.""Ya ampun kejam amat, sih, Bang.""Begitulah akal sempit, Sayang. Semua bisa dilakukan meski nyawa hilang sekalig
Semua penagih tersenyum, Dinda sudah tidak bisa berkata-kata. Dengan sigap Naima sudah menyiapkan langsung lawyer untuk persiapan jual beli perusahaannya Dinda. Atas dukungan suaminya, Naima tampil percaya diri. Tidak masalah baginya membeli 2 kali lipat yang penting puas melihat Dinda bertekuk lutut."Setelah ini hiduplah dengan baik, tidak perlu tampil menjadi sosialita, jika membuat hidup kita lebih menderita. Karena ketika susah yang nanggung diri kita sendiri." Ucapan Naima membuat Dinda diam, sepertinya Naima ini bukan lawan main."Aku belum menyerah Naima!" Dinda berteriak belum bisa menerima kenyataan. Naima bergidik ngeri ini cinta atau hanya obsesi Dinda terhadap suaminya."Ikhlaslah, Ferdi telah menjadi suamiku, Din!" "Aku sebenarnya yang lebih berhak sebagai nyonya Ferdi!""Hentikan obsesimu, Dinda. Ferdi jelas memilihku." sepertinya masih ngajak perang, dia belum menyerah."Sampai kapanpun aku tidak akan menyerah, Naima Ningrum!" Dinda berteriak, Naima benar-benar bergid