Hari-hari Naima kini terasa sungguh indah. Menjadi guru ngaji di kampung Ibunya membuat hidupnya terasa begitu tentram. Sudah 6 bulan Naima di sini. Memperdalam ilmu Agama dan menata hatinya. Lebih tepatnya, Naima melarikan diri ke sini dengan tujuan untuk menenangkan diri. Ditinggal menikah di usia 30 tahun membuat dia sedikit trauma. Bagaimana tidak, menjelang hari H, mempelai lakinya kabur. Entah apa yang membuat Bram, calonnya, memutuskan tidak jadi menikahinya. Tidak hanya hati yang dikoyak, rasa malu pun tidak bisa dielakkan lagi. Naima seperti kehilangan arah, tidak menyangka mengalami kisah yang tragis seperti yang biasa dia lihat di layar kaca. Di sini, dia juga mencoba introspeksi diri. Sebelum pindah ke sini, Naima terkenal sosok wanita yang gila kerja. Pekerjaannya sebagai sekertaris tentu membuat dia begitu menggilai kesempurnaan. Semangat bekerja tinggi dan selalu ingin menjadi nomor satu di kantor membuat dia memiliki reputasi yang sangat baik, tapi urusan cinta, justru dia sama sekali nol besar. Sekali menaruh hati, justru dia gagal. Drrrt ...
Lamunan Naima hilang seketika. Rupanya itu telepon dari papanya. "Assalamualaikum, Nak?" "Waalaikumsalam, Pa." "Nak, kapan kembali ke rumah?" "Emang kenapa, Pa?" "Papa baru dapat undangan, kalau besok adalah hari pernikahanmu?" "Apaa? Naima tidak dekat dengan siapapun, Pa." "Tapi ini jelas nak, namamu dan nama papa ada di undangannya." "Maksudnya?" "Tertulis di sini NAIMA NINGRUM DAN FERDI SANJAYA." "Apa??” Naima tidak bisa lagi menyembunyikan kekagetannya. Dia tahu betul siapa pria yang namanya disebut papanya. “Astagfirullah! Ferdi Sanjaya bosnya Naima di kantor dulu?" "Iya Naima. Papa bingung. Kabar ini juga sudah tersebar, bahkan media juga sudah meliput hari ini."
"Ya ampun, gila sudah si Ferdi ini!" "Eh, gak boleh ngomong gitu Nak! Cepat pulang, jangan sampai Papa dan Mama malu untuk kedua kalinya. Ini Mamamu nangis terus nih, takut malu untuk kedua kalinya." "Tapi Naima gak pernah berhubungan dengan bos songong itu, Pa. Amit-amit deh, pokoknya." "Kalau gak percaya, Papa kirim undangannya." Ampun, mimpi apa dia nikah sama CEO yang gila kerja itu? Naima beberapa kali memijit kepalanya. Baru saja mulai menata hati di sini, sudah dihadapkan lagi dengan masalah baru. Siapa yang tidak kenal Ferdi Sanjaya yang gila kerja itu? Sifat songongnya bikin tensi semua orang naik tiap kali melihatnya. Gara-gara dia, Naima jadi tidak pernah sarapan karena telat satu menit, dia akan marah besar. Gara-gara itu juga Naima ingin cepat menikah agar segera resign dari kantor. Dia yakin, semakin lama bekerja bersama Ferdi, semakin cepat juga kulitnya keriput karena stress. Pokoknya, menikah dengan Ferdi Sanjaya, bisa membuat siapa pun gila tiap hari. Ting, ponsel berdenting, satu notifikasi lain dari papanya kembali datang. [Naima cepat nyalakan Tivi] ‘Ya salam, apaan lagi nih?!’
Asli, tensinya seketika naik saat melihat layar televisi. Si bos songongnya itu sedang mengumumkan berita pernikahannya di depann awak media! Mimpi apa Naima menikah dengan CEO yang tiap hari dinginnya kayak kulkas empat pintu itu? Kalau gak kerja di kantornya, mungkin ogah ketemu dia tiap hari. Tok! Tok! Tok! Siapa lagi sore-sore begini bertamu. "Non, ada tamu." Bi Ijah, ART, yang biasa menemaninya selama di sini memanggil. "Siapa, Bik?" "Gak tau, Non." Hati Naima berdebar-debar. Masalahnya, baru saja foto dan profilnya ada di media sosial. judulnya juga sedikit ngenes. SOSOK GADIS YANG BERUNTUNG MENIKAH DENGAN CEO KAYA. ‘Asyem emang!’ Mereka tidak tahu bagaimana Naima dibuat repot tiap kali dia kerja sama Ferdi. "Permisi Non, saya utusan Pak Ferdi menjemput Nona untuk bersiap melangsungkan pernikahan." "Eh, ini kok main-main jemput aja?! Orang tua saya sudah tau atau belum!" Dia pikir, pasti papa akan memihak dia. Gak mungkin papanya memihak Ferdi. Naima tersenyum atas keyakinannya. Menurutnya, ini bisa menjadi awal untuk menolak si Ferdi secara langsung. "Silahkan Non, video call dengan Papa Non." "Halo, Naima."
Terlihat bahagia sekali mereka berdua. Jangan-jangan ini adalah rencana mereka? Tapi, Naima bingung. Bukankah tadi papanya juga sama bingungnya dengan dia? Lantas, kenapa sekarang kedua orang tuanya itu justru terlihat begitu bahagia? "Akhirnya anak Papa menikah juga." Naima menangkap mata papanya begitu berbinar-binar. "Sampai ketemu di acara ya, Nak."
Benar-benar di luar ekspektasi. Naima bahkan merasa papanya justru haru, lega, juga tidak sabar melepas anak gadisnya menikah.
Hiks.
Buat apa papanya repot-repot berakting bingung tadi, kalau ujung-ujungnya papanya menerima pernikahan dadakan itu secara terbuka? "Bagaimana, Non? Undangan sudah tersebar dan acara akad nikahnya malam ini." "Apaaaaa???"
** Sementara itu, di kediaman Ferdi …. "Papa gak mau tau! Pokoknya, kamu harus segera menikah! 6 bulan yang lalu kamu sudah berjanji untuk mempersunting gadis, nyatanya sampai sekarang kamu masih gila kerja!" "Sabar, Pa." "Gimana bisa sabar, umurmu sudah 35 tahun. Kerjaanmu hanya kerja, kerja dan kerja saja. Pokoknya papa gak mau tau. Papa sudah tua, jangan beri papa harapan palsu. Papa ingin momong cucu. Rumah ini sudah sepi kayak kuburan." Ferdi menahan nafas. Siapa yang harus dia persunting? Selama ini, dia taunya kerja saja. Belum ada wanita yang pas di hatinya. Namun, kebingungan Ferdi itu sirna saat sebuah ide gila terlintas atas usul Reza, temannya.
Ya, menikah dengan Naima, sekretaris yang tiba-tiba menghilang dan resign dari kantor adalah ide dari Reza. Bahkan, dari Reza lah dia tau Naima menghilang karena ditinggal calon suaminya ketika acara H pernikahannya.
Saat itu, yang ada di pikiran Ferdi adalah ‘coba saja dulu’. Toh, ide Reza tidak sepenuhnya buruk.
Akhirnya Naima menyerah. Tidak mungkin dia dan keluarganyamenanggung malu untuk kedua kalinya. Sesampai di acara, Naima benar-benar tidakpercaya, persiapannya terlihat sangat matang sekali. Tidak terlihat sepertiacara pernikahan dadakan, justru seperti acara dua mempelai yang jatuh cinta hinggaakhirnya menikah. Entah apa yang membuat seorang CEO seperti Ferdi inginmenikahinya. Secara wajah, Naima merasa pas-pasan. Gayanya berpakaian jugakayaknya jauh dari kata menarik jika disandingkan dengan wanita-wanita yangmungkin masuk ke selera Ferdi. Itu cukup menjadikan alasan kalau Naima bukantipenya, kan? Tapi, apa alasan sebenarnya si bos songong itu menikahinya?Sepanjang lokasi acara, Naima terus berfikir, apa motif bosnya memilih diasebagai calon istri dadakan."Non, mari masuk, acara segera akan dimulai. Sebelumnya,Non harus dihias dulu." Naima memilih nurut daripada bikin malu. Dia hanya diam,bingung dengan situasi ini. Ditambah dia bingung bagaimana menghadapi mantanbosn
Naima dibawa oleh pelayan rumahnya Ferdi ke kamar pengantinyang telah disediakan. Di sana, sudah ada Ferdi menunggu. Naima benar-benardibuat deg-degan, apalagi tadi, di depan khalayak ramai pria itu menyatakancinta! Asyem emang, mesranya aduhai."Silahkan masuk Non, Pak Ferdi sudah didalam menunggu.""Tenang, Naima kamu pasti bisa!" Menyemangatidiri supaya tidak deg-degan.Masuk ke kamar, Ferdi terlihat duduk di ranjangpengantin yang disediakan. Ini benar-benar seperti kamar pengantin yang benar-benarmemadu kasih. Kamar pengantinnya benar-benar layaknya sepasang dua insan yangbertemu dengan ikatan cinta."Masuk saja!" ‘Tuh kan, dia memang judes.’Akhirnya, daripada berdebat, Naima memilih diam. 3 tahundisiksa Ferdi, dia sudah hafal betul watak bosnya itu."Tuh bajunya, tadi sudah dibawain.""Hm ..."Dia tetap santai, seolah-olah menikmati sekalipernikahan ini. Entah apa yang ada di pikiran bos songong ini."Yang tadi hanya akting, janganbaper!"‘Ampuun, asyem emang kan,in
Pagi-pagi buta, Naima sudah bangun. 6 bulan ini dia memangsudah rutin untuk tahajjud, tapi dia lebih kaget, karena bos songongnya sudahduluan bangun. Ampuun, ternyata walau songong dia rajin juga, lumayan lahada nilai plusnya walau terkotek-kotek."Apaa, liat-liat!" Tuh, kan bawaannya judes aja nih orang."Rajin juga!""Kalau jadi pemimpin itu harus disiplin,termasuk bangun pagi!""Oo ...." Hanya ber oh ria, memang dia orangnya disiplin, entah jamberapa dia berangkat kerja, karena datangnya selalu pagi. Naima dulu sempatberfikir, mungkin selama ini dia tidur di kantor. Soalnya, setiap Naimadatang, bosnya selalu sudah ada duluan."Jangan lupa keramas, biar Papa mengirakita ....""Ih, kita apaan?!" Naima melotot. Ngarep, kan! Emang enak dicuekin Bang, jangan haraap deh!"Kita … gitu-gitu."Apaan coba gitu-gitu. Namun detik berikutnya, otak cerdasNaima menangkap maksud ambigu itu. Oh, maksudnya malam pertama.‘Hahaha ngarep banget sih, aku sih ogah.’"Kalau suami ngasih tau,
Bram sepertinya menyadari dan terlihat kaget sekali melihatNaima mesra dengan suaminya. Naima terus merangkul Ferdi.Perubahan sikap Naima itu membuat Ferdi bingung dan salahtingkah. Sekarang yang lebih agresif justru Naima."Ini suamiku, Fer.""Saya Ferdi, sepupunya Lisa.""Saya Bram."Mereka kenalan, Naima terus merangkul suaminya,seperti sepasang kekasih yang takut ditinggal. Ferdi benar-benar dibuat salahtingkah."Genit banget sih Dek, kalau pengen bilangaja?" Ferdi berbisik-bisik. Naima menahan kedikannya. ‘Apaan pengen-pengen, gak kebalik,Bang!’"Bisik-bisik apaan sih Fer, takut bangetistrinya jauh-jauh." Kali ini Bram yang mulai salah tingkah. Naima terus memegangtangan Ferdi, seperti takut banget suaminya jauh-jauh darinya.Naima lebih semangat merangkul Ferdi setelahmelihat gelagat salah tingkah Bram. Dia harus tunjukkan bahwa Ferdi adalahjodoh terbaik. Bukan Bram, laki-laki pengecut dan tidak bertanggung jawab itu.Ya, hanya laki-laki pengecut yang meninggalkan m
"Ayo, kita masuk sayang!" Bram bengong dan terkejut melihat Ferdi sudah merangkul Naima.Sesampai di kamar, Ferdi langsung bereaksi."Lain kali, jangan mau ditindas!" Sesaat, Naima terperangah. TIdak ada angin, tidak ada hujan ... si Ferdi ini apakah sudah mulai jatuh cinta padanya? Soalnya, sudah perhatian, sih. Tapi, kalau lagi begini dia keren juga. "Iya, Bang!""Jangan Iya-iya saja. Orang kayak gitu harus dihantam." Naima mesem-mesem memikirkan satu hal. Ini, si Ferdi sedang cemburu, kah? 'Uh, so sweet banget sih, Bang!'"Jangan ge-er, ingat! kita tu cuma akting!""Iya, siap Bos!" Naima mencebik setelahnya. 'Siapa juga yang ge-er, gak kebalik Bang?!'Malam kedua mereka masih tidur terpisah, Ferdi mengambil bantal dan tidur di kursi sofa kamar. Kamar mereka memang sangat luas sekali, persis seperti kamar hotel. Naima pun sangat betah karena ruangan ini dilengakapi dengan pendingin dan pemanas ruangan. Kapan lagi bisa menikmati jadi istri CEO kaya, sekali-kali kita harus jadi ora
Bram terlihat panik, tak menyangka proyek besar yang sudah digaungkan gagal, sementara Ferdi terlihat santai dan terus tersenyum. Naima tak kalah bahagia, puas banget melihat Bram yang galau. "Kenapa Lis?" Ferdi mulai bertanya."Ini lho Fer, kok bisa proyek milyaran gagal.""Kok bisa?" Ferdi terlihat semakin santai."Gak tau, benar-benar gak bisa diandalkan Mas Bram ini, kemarin bilangnya sudah oke, ternyata gagal total." Lisa memang pembisnis handal, ucapannya benar-benar menggelegar, Bram dibuat mati kutu!"Tenangkan dirimu Lis, kamu lagi hamil lho." Ferdi masih tetap santai."Gak bisa tenang kalau begini, kerjaannya benar-benar tidak becus." Oala, mantap banget Lisa, si Bram memang tidak becus!Bram terlihat sangat panik, ternyata dia benar-benar takluk dengan istrinya. Naima sangat puas melihat Bram yang mati kutu. Laki-laki kayak Bram gak perlu capek-capek membuatnya hancur, karena ternyata dia berada di bawah ketiak istrinya."Fer, kami pamit pulang ya, lain kali kami balik ke
"Rosa?""Iya, Fer, aku baru balik dari luar negeri, proyekku sudah selesai disana." Ferdi kelihatan kikuk, Naima seperti mencium aroma cinta lama bersemi kembali."Oh, baguslah.""Kamu ngapain disini, Fer?""Kenalkan ini istriku, Ros.""Naima Ningrum." Naima mengulurkan tangan berkenalan dengan Rosa."Rosa Amalia." Tatapan matanya benar-benar judes!"Sudah nikah? Kok aku gak diundang?""Sudah 2 hari yang lalu Ros, dadakan juga." Naima kali ini tidak sadar merangkul erat Ferdi, seperti merasa Ros akan bertindak lebih berani. Ferdi dibuat senyum-senyum sendiri dengan tingkah Naima."Selamat ya, aku gak menyangka secepat ini kamu meninggalkan aku Fer."Apaa?? meninggalkan? Apa betul ini mantan si Bos? Di depan istrinya, si Ros berani ngomong begitu, awas aja kalau berani dekat dengan Ferdi! Ciyee, Naima!"Kita gak jodoh Ros!" Ferdi meninggalkan Rosa dan menggandeng erat istrinya, keren memang Abang tekotek-kotek Naima sampai dibuat berbunga-bunga.****Sesuai permintaan Naima, Ferdi akan
Ferdi dan Naima akhirnya masuk ke dalam kamar hotel, Naima kelihatan banyak diam, sementara Ferdi fokus dengan gadgetnya. Naima harus siap mental menghadapi banyak perempuan yang pasti dekat dengan Ferdi. Entahlah, mereka baru saja menikah tapi, banyak sekali ujian yang muncul, mulai dari si Bram buaya darat, dan sekarang disuguhkan oleh si Ros yang berani."Kok diam saja!" Ferdi seperti merasa ada sesuatu yang Naima pikirkan, karena Naima lebih banyak diam."Belum bisa move on dengan kejadian hari ini, nih berlian belinya dimana? Kok betulan banget." Naima mulai buka suara, dia memang sudah berjanji tidak akan menyembunyikan apapun dengan Ferdi."Itu dikasih lengkap ma Papa, ngarep ya dibelikan ma Abang." Tu kan dia itu ngeselin, hiks!"Kenapa manyun!" Sepertinya Ferdi sudah terbiasa menganggu istrinya."Gak ada!" Gak peka banget jadi orang, hiks!"Jangan ge-er Abang kan sudah bilang dari sebelumya, kalau kita ini tidak ada rasa." Sifat aslinya muncul, oke lah Bos tekotek-kotek, ini