Naima dibawa oleh pelayan rumahnya Ferdi ke kamar pengantin yang telah disediakan. Di sana, sudah ada Ferdi menunggu. Naima benar-benar dibuat deg-degan, apalagi tadi, di depan khalayak ramai pria itu menyatakan cinta! Asyem emang, mesranya aduhai. "Silahkan masuk Non, Pak Ferdi sudah di dalam menunggu." "Tenang, Naima kamu pasti bisa!" Menyemangati diri supaya tidak deg-degan. Masuk ke kamar, Ferdi terlihat duduk di ranjang pengantin yang disediakan. Ini benar-benar seperti kamar pengantin yang benar-benar memadu kasih. Kamar pengantinnya benar-benar layaknya sepasang dua insan yang bertemu dengan ikatan cinta.
"Masuk saja!"
‘Tuh kan, dia memang judes.’
Akhirnya, daripada berdebat, Naima memilih diam. 3 tahun disiksa Ferdi, dia sudah hafal betul watak bosnya itu. "Tuh bajunya, tadi sudah dibawain." "Hm ..." Dia tetap santai, seolah-olah menikmati sekali pernikahan ini. Entah apa yang ada di pikiran bos songong ini. "Yang tadi hanya akting, jangan baper!"
‘Ampuun, asyem emang kan, ini orang, siapa juga yang ge-er, Pede amat!’ Naima menahan ekspresi wajahnya yang nyaris merengut."Cepet ganti baju, kita ditunggu sama Papa di bawah. Ingat! Buat semanis mungkin."
Sifat aslinya keluar, kan. Gini deh, aslinya. Entah berapa lama dia kuat dengan bosnya yang terkotek-kotek ini. Diam, nurut, ikuti aja maunya, pokoknya dia orang yang selalu merasa benar itu adalah Ferdi Sanjaya terkotek-kotek, asyeeem pokoknya. Yang mau nikah siapa, yang mulai ngatur-ngatur siapa!
‘Kita ikuti saja permainannya, kali aja ada bonus berhadiah.’ Lebih baik menyemangati diri di situasi yang sudah kepalang tanggung ini, daripada menyesali yang sudah terjadi. ** Naima turun ke bawah dengan style gamis dan hijabnya yang lebih fresh. Kalau masalah fashion, dia paling pandai memadukan warna. Ternyata benar kata Ferdi, dia sudah ditunggu oleh Ayahnya Ferdi.
Sembari berjalan, mata Naima tidak berhenti mengedar. Rumah ini besar, tapi, isinya hanya Papanya dan Ferdi beserta pelayan yang ada di rumah ini. "Masya Allah, cantiknya menantu Papa." Naima gak nyangka kalau Ayahnya Ferdi lebih armah. Jauuuh banget dengan anaknya yang terkotek-kotek. "Makasih, Om." "Kok Om, Papa Nak." "Oh, iya Pa, maaf." Ferdi hanya diam terlihat masih sibuk dengan makanannya yang diputar-putar seperti tidak selera. Eh, jangan-jangan dia lagi mikir malam pertama. Hahaha... "Duduk di sini, Sayang."
Oala, benar-benar memiliki dua kepribadian, Bos songong ini! Manis banget kalau di depan mertuanya! "Makasih banget, Abang tersayang."
Naima tersenyum jumawa. Ferdi melotot gak nyangka dipanggil abang, sementara Papanya terlihat menahan tawa. "Abang Sayang, kenapa? Gak enak perutnya? Makanannya kok diputar-putar saja?"
Hm, kena kan! Emang enak dikerjain! Nah kan, sekarang dia yang salah tingkah. Naima tetap santai di meja makan, melihat Ferdi yang salah tingkah benar-benar menambah nafsu makan Naima. "Nak Naima, kenal di mana dengan Ferdi." "Si Abang belum cerita ya, Pa?" "Uhuk, uhuk." Pak Ferdi batuk.
Sementara Naima bahagia banget liat Ferdi yang semakin salah tingkah, hahaha ... "Naima dulu sekertarisnya, Pa, dari sana gak nyangka tumbuh buih-buih cinta di hati kami." Sekarang Ferdi terlihat mulai keselek. "Iya kan, Sayang?"
Ngelihat Ferdi yang gak fokus benar-benar pemandangan yang tak biasa.
"Bener banget Pa, dia satu-satunya sekertaris yang sangat ngangenin." "Uhuk, uhuk." Naima sekarang yang batuk menerima kata-kata manis dari Ferdi.
Bisa juga rupanya pria itu membalikkan keadaan yang tadinya salah tingkah, kini membuat Naima justru gelisah. "Wah, gak nyangka Papa, abis kemarin Ferdi gak pernah cerita. Makanya Papa kaget tiba-tiba ada undangan." "Cinta itu tidak perlu diumbar, Pa. Khawatirnya ditinggal pas hari H pernikahan."
Mata Ferdi dikedipkan ke arah Naima. Pintar sekali dia menyerang musuh dengan kartu As-nya! "Hahaha ..."
Papanya terlihat tertawa lebar, Papanya gak tau yang dimaksud itu Naima, yang ditinggal pas hari H pernikahan. Ferdi terlihat kaget melihat Papanya yang tertawa lebar, pemandangan yang sangat langka ditemukan. ** Setelah makan, mereka kembali bersiap-siap masuk ke kamar. "Pa, kami masuk ke dalam dulu, ya." "Iya, kalian istirahat dah, pasti capek banget. Jangan lupa buatin Papa cucu banyak-banyak." "Siap Pa! Nanti kita buat keseblasan biar rame rumah ini. Iya kan, Sayang?"
Ih, apaan, asyeem tulen emang si bos songong ini. Bahkan kali ini, tidak lupa ditambah adegan mesra merangkul istri. "Hahaha..." Papanya terlihat bahagia sekali.Sesampai di kamar, rangkulan pria songong itu langsung dilepas. "Abang, abang! Emang aku abang siomay! Enak saja panggil Abang!"
Oh, rupanya dia tidak suka dipanggil abang tadi. Hahaha. Rasain! Emang enak dikerjain.
"Kan biar manis, Pak Ferdi!" kata Naima sambil mengambil bantal, bersiap tidur di sofa kamar, malas berdebat. "Mau ke mana?" "Mau tidur, males berdebat!"
Sebenarnya, mau bilang hayati lelah, lelah menghadapi semua ini. Eits, tapi, Ferdi tiba-tiba memegang tangan Naima. "Tidur saja di ranjang, biar aku yang di sofa." Naima diam. ‘Ternyata dia manis juga kalau lagi baik.’
Pagi-pagi buta, Naima sudah bangun. 6 bulan ini dia memangsudah rutin untuk tahajjud, tapi dia lebih kaget, karena bos songongnya sudahduluan bangun. Ampuun, ternyata walau songong dia rajin juga, lumayan lahada nilai plusnya walau terkotek-kotek."Apaa, liat-liat!" Tuh, kan bawaannya judes aja nih orang."Rajin juga!""Kalau jadi pemimpin itu harus disiplin,termasuk bangun pagi!""Oo ...." Hanya ber oh ria, memang dia orangnya disiplin, entah jamberapa dia berangkat kerja, karena datangnya selalu pagi. Naima dulu sempatberfikir, mungkin selama ini dia tidur di kantor. Soalnya, setiap Naimadatang, bosnya selalu sudah ada duluan."Jangan lupa keramas, biar Papa mengirakita ....""Ih, kita apaan?!" Naima melotot. Ngarep, kan! Emang enak dicuekin Bang, jangan haraap deh!"Kita … gitu-gitu."Apaan coba gitu-gitu. Namun detik berikutnya, otak cerdasNaima menangkap maksud ambigu itu. Oh, maksudnya malam pertama.‘Hahaha ngarep banget sih, aku sih ogah.’"Kalau suami ngasih tau,
Bram sepertinya menyadari dan terlihat kaget sekali melihatNaima mesra dengan suaminya. Naima terus merangkul Ferdi.Perubahan sikap Naima itu membuat Ferdi bingung dan salahtingkah. Sekarang yang lebih agresif justru Naima."Ini suamiku, Fer.""Saya Ferdi, sepupunya Lisa.""Saya Bram."Mereka kenalan, Naima terus merangkul suaminya,seperti sepasang kekasih yang takut ditinggal. Ferdi benar-benar dibuat salahtingkah."Genit banget sih Dek, kalau pengen bilangaja?" Ferdi berbisik-bisik. Naima menahan kedikannya. ‘Apaan pengen-pengen, gak kebalik,Bang!’"Bisik-bisik apaan sih Fer, takut bangetistrinya jauh-jauh." Kali ini Bram yang mulai salah tingkah. Naima terus memegangtangan Ferdi, seperti takut banget suaminya jauh-jauh darinya.Naima lebih semangat merangkul Ferdi setelahmelihat gelagat salah tingkah Bram. Dia harus tunjukkan bahwa Ferdi adalahjodoh terbaik. Bukan Bram, laki-laki pengecut dan tidak bertanggung jawab itu.Ya, hanya laki-laki pengecut yang meninggalkan m
"Ayo, kita masuk sayang!" Bram bengong dan terkejut melihat Ferdi sudah merangkul Naima.Sesampai di kamar, Ferdi langsung bereaksi."Lain kali, jangan mau ditindas!" Sesaat, Naima terperangah. TIdak ada angin, tidak ada hujan ... si Ferdi ini apakah sudah mulai jatuh cinta padanya? Soalnya, sudah perhatian, sih. Tapi, kalau lagi begini dia keren juga. "Iya, Bang!""Jangan Iya-iya saja. Orang kayak gitu harus dihantam." Naima mesem-mesem memikirkan satu hal. Ini, si Ferdi sedang cemburu, kah? 'Uh, so sweet banget sih, Bang!'"Jangan ge-er, ingat! kita tu cuma akting!""Iya, siap Bos!" Naima mencebik setelahnya. 'Siapa juga yang ge-er, gak kebalik Bang?!'Malam kedua mereka masih tidur terpisah, Ferdi mengambil bantal dan tidur di kursi sofa kamar. Kamar mereka memang sangat luas sekali, persis seperti kamar hotel. Naima pun sangat betah karena ruangan ini dilengakapi dengan pendingin dan pemanas ruangan. Kapan lagi bisa menikmati jadi istri CEO kaya, sekali-kali kita harus jadi ora
Bram terlihat panik, tak menyangka proyek besar yang sudah digaungkan gagal, sementara Ferdi terlihat santai dan terus tersenyum. Naima tak kalah bahagia, puas banget melihat Bram yang galau. "Kenapa Lis?" Ferdi mulai bertanya."Ini lho Fer, kok bisa proyek milyaran gagal.""Kok bisa?" Ferdi terlihat semakin santai."Gak tau, benar-benar gak bisa diandalkan Mas Bram ini, kemarin bilangnya sudah oke, ternyata gagal total." Lisa memang pembisnis handal, ucapannya benar-benar menggelegar, Bram dibuat mati kutu!"Tenangkan dirimu Lis, kamu lagi hamil lho." Ferdi masih tetap santai."Gak bisa tenang kalau begini, kerjaannya benar-benar tidak becus." Oala, mantap banget Lisa, si Bram memang tidak becus!Bram terlihat sangat panik, ternyata dia benar-benar takluk dengan istrinya. Naima sangat puas melihat Bram yang mati kutu. Laki-laki kayak Bram gak perlu capek-capek membuatnya hancur, karena ternyata dia berada di bawah ketiak istrinya."Fer, kami pamit pulang ya, lain kali kami balik ke
"Rosa?""Iya, Fer, aku baru balik dari luar negeri, proyekku sudah selesai disana." Ferdi kelihatan kikuk, Naima seperti mencium aroma cinta lama bersemi kembali."Oh, baguslah.""Kamu ngapain disini, Fer?""Kenalkan ini istriku, Ros.""Naima Ningrum." Naima mengulurkan tangan berkenalan dengan Rosa."Rosa Amalia." Tatapan matanya benar-benar judes!"Sudah nikah? Kok aku gak diundang?""Sudah 2 hari yang lalu Ros, dadakan juga." Naima kali ini tidak sadar merangkul erat Ferdi, seperti merasa Ros akan bertindak lebih berani. Ferdi dibuat senyum-senyum sendiri dengan tingkah Naima."Selamat ya, aku gak menyangka secepat ini kamu meninggalkan aku Fer."Apaa?? meninggalkan? Apa betul ini mantan si Bos? Di depan istrinya, si Ros berani ngomong begitu, awas aja kalau berani dekat dengan Ferdi! Ciyee, Naima!"Kita gak jodoh Ros!" Ferdi meninggalkan Rosa dan menggandeng erat istrinya, keren memang Abang tekotek-kotek Naima sampai dibuat berbunga-bunga.****Sesuai permintaan Naima, Ferdi akan
Ferdi dan Naima akhirnya masuk ke dalam kamar hotel, Naima kelihatan banyak diam, sementara Ferdi fokus dengan gadgetnya. Naima harus siap mental menghadapi banyak perempuan yang pasti dekat dengan Ferdi. Entahlah, mereka baru saja menikah tapi, banyak sekali ujian yang muncul, mulai dari si Bram buaya darat, dan sekarang disuguhkan oleh si Ros yang berani."Kok diam saja!" Ferdi seperti merasa ada sesuatu yang Naima pikirkan, karena Naima lebih banyak diam."Belum bisa move on dengan kejadian hari ini, nih berlian belinya dimana? Kok betulan banget." Naima mulai buka suara, dia memang sudah berjanji tidak akan menyembunyikan apapun dengan Ferdi."Itu dikasih lengkap ma Papa, ngarep ya dibelikan ma Abang." Tu kan dia itu ngeselin, hiks!"Kenapa manyun!" Sepertinya Ferdi sudah terbiasa menganggu istrinya."Gak ada!" Gak peka banget jadi orang, hiks!"Jangan ge-er Abang kan sudah bilang dari sebelumya, kalau kita ini tidak ada rasa." Sifat aslinya muncul, oke lah Bos tekotek-kotek, ini
Makan malam romantis benar-benar membuat Naima dan Ferdi terlihat bahagia, sesekali Ferdi memandang Naima yang malam ini cantik sekali dengan make up minimalisnya, gaun yang senada membuat mereka tampak sangat serasi, beberapa pengunjung yang lewat mengabadikan moment kemesraan mereka. "Maukah kau berdansa denganku, Nona?" Ferdi memang paling pandai memainkan peran menjadi pangeran malam ini."Mau banget pangeran." Naima terlihat tersipu malu, sepertinya mereka sudah terbiasa memainkan peran masing-masing.Ferdi dan Naima berdansa, tak lupa musik dansa pun diputar. Lagu milik Ed Sheeran dengan judul Perfect adalah pilihan mereka malam ini dan paling cocok untuk berdansa, apalagi malam ini Naima dan Ferdi benar-benar pasangan yang serasi."Sejak kapan pintar berdansa?" Ferdi bertanya, karena Naima sangat Fasih sekali dalam berdansa."Dulu Bram sering ngajak ke pesta, jadi kalau sekedar Dansa bisa, lah!""Segitu dekat kah kalian berdua?" Ferdi sepertinya mulai cemburu."Sangat dekat, s
Rosa terlihat panik dan bingung, sementara Naima tetap santai berjalan tanpa menghiraukan kegelisahan Rosa. Ternyata dia bukan lawan main bagi Naima, kalau tau begini dia tidak perlu pakai oktaf tinggi. Mempertahankan rumah tangga itu wajib hukumnya, jangan sampai wanita kayak Rosa diberi kebebasan semaunya, menganggu hubungan orang lain dan menyerang personal istri sah yang lebih berhak atas suaminya. Pagi-pagi sudah bikin dada panas saja Mbak Rosa ini!Sesampai di kamar hotel, Naima sudah ditunggu oleh Ferdi. Jujur, Naima masih panas dengan sikap Rosa yang sudah di luar batas tadi."Darimana saja, kok lama sekali." Ferdi sudah siap dengan pertanyaannya, sementara Naima terlihat manyun karena masih sakit hati dilabrak Ros tadi."Kenapa manyun gitu! Kalau ada apa-apa kabari caranya.""Tadi ketemu sama Rosa lagi, hiks!" Naima mendekati Ferdi dan langsung memeluknya, ciyee Naima!"Kok sedih, emang gak berani lawan Rosa! Harusnya gak perlu takut! Istrinya Abang ini 'kan lebih besar.""Iy