Akhirnya Naima menyerah. Tidak mungkin dia dan keluarganya menanggung malu untuk kedua kalinya. Sesampai di acara, Naima benar-benar tidak percaya, persiapannya terlihat sangat matang sekali. Tidak terlihat seperti acara pernikahan dadakan, justru seperti acara dua mempelai yang jatuh cinta hingga akhirnya menikah.
Entah apa yang membuat seorang CEO seperti Ferdi ingin menikahinya. Secara wajah, Naima merasa pas-pasan. Gayanya berpakaian juga kayaknya jauh dari kata menarik jika disandingkan dengan wanita-wanita yang mungkin masuk ke selera Ferdi. Itu cukup menjadikan alasan kalau Naima bukan tipenya, kan? Tapi, apa alasan sebenarnya si bos songong itu menikahinya? Sepanjang lokasi acara, Naima terus berfikir, apa motif bosnya memilih dia sebagai calon istri dadakan.
"Non, mari masuk, acara segera akan dimulai. Sebelumnya, Non harus dihias dulu."
Naima memilih nurut daripada bikin malu. Dia hanya diam, bingung dengan situasi ini. Ditambah dia bingung bagaimana menghadapi mantan bosnya yang akan menjadi suaminya nanti. Adegan-adegan menyeramkan tentu berputar begitu saja di benak. Bagaimana tidak, Ferdi begitu dingin kayak es batu. Ferdi, cowok cuek dan jarang menatap itu, seketika bikin Naima bergidik ngeri. Horor!
‘Ampuun, bagaimana dia mengahadapinya nanti?’ ** Naima cantik sekali dengan gaun pengantinnya. Dibalut dengan jilbab syar'i yang sesuai keinginan, menambah anggun wajahnya. Sempat berdebat, karena periasnya meminta dia membuka jilbab tapi, Naima bersikeras akan kabur kalau dipaksa membuka jilbab. Biarlah gak jadi nikah, malu kedua kali tidak jadi masalah, daripada dia harus membuka jilbab di depan khalayak ramai.
Naima menggunakan gaun panjang dengan material lace yang memberikan kesan mewah. Pada bagian atas gaun, dilengkapi dengan payet hingga ke dada, menambah kesan glamour gaun putihnya. Dalam balutan bernuansa putih, Naima tetap terlihat menawan dengan hijab syar’inya.
Sungguh, pernikahan ini adalah pernikahan impian siapa saja, karena benar-benar seperti seorang putri yang sangat mencintai pangerannya. Naima menahan nafas berkali-kali, masih belum menyangka kejadian ini menimpanya. Meski dia tidak merasa dirinya menarik, Naima, gadis Ayu dan cantik itu memiliki mata sipit dan hidung mancung, membuat siapa saja terpana melihatnya. Bisa dikatakan, Naima bak model dari segi postur badan, tapi entah mengapa, calon suaminya meninggalkan dia begitu saja pas hari H. Apalagi kabar beredar, Bram sudah menikah lagi, bikin hati Naima benar-benar panas. "Cantik sekali anak Mama."
Mama datang dengan stelan baju yang sangat manis sekali. Ada haru di wajahnya melihat anaknya sebentar lagi melepas masa lajang. Mama tidak kalah keren dengan balutan hijabnya yang senada. Sungguh, ini seperti mimpi! Lagi-lagi Naima mencubit dirinya karena masih tidak percaya dengan semua ini. Entah mengapa kejadian ini menimpa nasib Naima. Selepas kejadian 6 bulan lalu yang membuat dirinya trauma, dia justru mendapat ganti pernikahan dadakan yang persiapannya bahkan jauh lebih matang dari rencana pernikahannya yang dulu.
Jika ingat kejadian itu, Naima masih belum percaya dengan laki-laki manapun. Laki-laki begitu mudah berjanji, lalu justru dia yang dikhianati begitu saja.
Kejadian 6 bulan yang lalu sangat berbeda dengan kondisinya saat ini. Dulu, persiapan pernikahan Naima atur sendiri dengan matang. Kini, dia yang datang hanya membawa diri sementara semua persiapan sudah disiapkan sangat matang oleh keluarga Ferdi.
Mengingat nama Ferdi, sampai detik ini pun dia belum bertemu dengan bosnya. Perasaannya begitu campur aduk, antara deg-degan dan takut bercampur jadi satu.
‘Apa Ferdi masih dingin dan nyebelin kayak dulu?’ Tidak lama, Ferdi datang dengan rombongan mempelai pria. Jantung Naima terasa mau copot. Di antara sadar dan tidak sadar, karena masih seperti mimpi, tiba-tiba sebentar lagi dia akan menjadi seorang istri.
Naima terus menunduk, tidak berani melihat wajah bosnya. Dia belum siap mental menjadi seorang istri apalagi, istri dari bos songongnya ini.
Wajahnya memang ganteng, tapi senyumnya bisa dihitung pakai jari. Naima hanya ingat dia senyum waktu persentasinya berhasil. Itupun hanya sekali. Selain itu, jangankan senyum, teriak-teriak sih, iya. Ferdi keliatan lebih segar dengan setelan akad nikahnya. Benar-benar seperti pengantin pria yang sedang jatuh cinta. Mukanya terlihat lebih bersinar, benar-benar di luar dugaan.
Naima terus memandangnya. Hatinya berdebar-debar, tidak menyangka akan dipersunting dengan mantan bosnya.
Naima membatin, ‘Kalau gak songong, pasti bahagia banget hati ini dapat laki-laki sekeren dia.’ "Jangan tegang, santai saja." Papanya datang menyemangati.
Rasanya Naima pengen marah! Ini pasti rencana dari orang tuanya dan Ferdi.
Semua sudah siap, Ferdi sudah duduk berhadapan dengan Papanya, dan sudah siap melangsungkan ijab kabul. "Saya terima nikah dan kawinnya Naima Ningrum binti Gunawan dengan mas kawin 25 ribu US dollar dibayar tunai!" "SAH?" "SAH!" Alhamdulillah, Naima beberapa kali menahan nafas tidak percaya, sekilas Ferdi menatapnya.
‘Sueer. Mau copot jantung ini.’
Tidak sampai di situ, Ferdi tiba-tiba menghampiri, membuat dada Naima berdebar cepat dengan degup jantung tidak beraturan. Ini gak mungkin cinta, tapi rasa ini rasa yang tidak biasa. "Sayang, terima kasih sudah mau menjadi istriku." Pria itu mendekat dan memegang tangan Naima dengan lembut. Gubraaakk! ‘Naima jangan pingsaaan!’
Sikap Ferdi yang menurutnya aneh, menambah kebingungan di wajah Naima. Tapi, tunggu dulu … mas kawinnya ….
Dear ... 25 ribu US dollar itu berapa?
Naima dibawa oleh pelayan rumahnya Ferdi ke kamar pengantinyang telah disediakan. Di sana, sudah ada Ferdi menunggu. Naima benar-benardibuat deg-degan, apalagi tadi, di depan khalayak ramai pria itu menyatakancinta! Asyem emang, mesranya aduhai."Silahkan masuk Non, Pak Ferdi sudah didalam menunggu.""Tenang, Naima kamu pasti bisa!" Menyemangatidiri supaya tidak deg-degan.Masuk ke kamar, Ferdi terlihat duduk di ranjangpengantin yang disediakan. Ini benar-benar seperti kamar pengantin yang benar-benarmemadu kasih. Kamar pengantinnya benar-benar layaknya sepasang dua insan yangbertemu dengan ikatan cinta."Masuk saja!" ‘Tuh kan, dia memang judes.’Akhirnya, daripada berdebat, Naima memilih diam. 3 tahundisiksa Ferdi, dia sudah hafal betul watak bosnya itu."Tuh bajunya, tadi sudah dibawain.""Hm ..."Dia tetap santai, seolah-olah menikmati sekalipernikahan ini. Entah apa yang ada di pikiran bos songong ini."Yang tadi hanya akting, janganbaper!"‘Ampuun, asyem emang kan,in
Pagi-pagi buta, Naima sudah bangun. 6 bulan ini dia memangsudah rutin untuk tahajjud, tapi dia lebih kaget, karena bos songongnya sudahduluan bangun. Ampuun, ternyata walau songong dia rajin juga, lumayan lahada nilai plusnya walau terkotek-kotek."Apaa, liat-liat!" Tuh, kan bawaannya judes aja nih orang."Rajin juga!""Kalau jadi pemimpin itu harus disiplin,termasuk bangun pagi!""Oo ...." Hanya ber oh ria, memang dia orangnya disiplin, entah jamberapa dia berangkat kerja, karena datangnya selalu pagi. Naima dulu sempatberfikir, mungkin selama ini dia tidur di kantor. Soalnya, setiap Naimadatang, bosnya selalu sudah ada duluan."Jangan lupa keramas, biar Papa mengirakita ....""Ih, kita apaan?!" Naima melotot. Ngarep, kan! Emang enak dicuekin Bang, jangan haraap deh!"Kita … gitu-gitu."Apaan coba gitu-gitu. Namun detik berikutnya, otak cerdasNaima menangkap maksud ambigu itu. Oh, maksudnya malam pertama.‘Hahaha ngarep banget sih, aku sih ogah.’"Kalau suami ngasih tau,
Bram sepertinya menyadari dan terlihat kaget sekali melihatNaima mesra dengan suaminya. Naima terus merangkul Ferdi.Perubahan sikap Naima itu membuat Ferdi bingung dan salahtingkah. Sekarang yang lebih agresif justru Naima."Ini suamiku, Fer.""Saya Ferdi, sepupunya Lisa.""Saya Bram."Mereka kenalan, Naima terus merangkul suaminya,seperti sepasang kekasih yang takut ditinggal. Ferdi benar-benar dibuat salahtingkah."Genit banget sih Dek, kalau pengen bilangaja?" Ferdi berbisik-bisik. Naima menahan kedikannya. ‘Apaan pengen-pengen, gak kebalik,Bang!’"Bisik-bisik apaan sih Fer, takut bangetistrinya jauh-jauh." Kali ini Bram yang mulai salah tingkah. Naima terus memegangtangan Ferdi, seperti takut banget suaminya jauh-jauh darinya.Naima lebih semangat merangkul Ferdi setelahmelihat gelagat salah tingkah Bram. Dia harus tunjukkan bahwa Ferdi adalahjodoh terbaik. Bukan Bram, laki-laki pengecut dan tidak bertanggung jawab itu.Ya, hanya laki-laki pengecut yang meninggalkan m
"Ayo, kita masuk sayang!" Bram bengong dan terkejut melihat Ferdi sudah merangkul Naima.Sesampai di kamar, Ferdi langsung bereaksi."Lain kali, jangan mau ditindas!" Sesaat, Naima terperangah. TIdak ada angin, tidak ada hujan ... si Ferdi ini apakah sudah mulai jatuh cinta padanya? Soalnya, sudah perhatian, sih. Tapi, kalau lagi begini dia keren juga. "Iya, Bang!""Jangan Iya-iya saja. Orang kayak gitu harus dihantam." Naima mesem-mesem memikirkan satu hal. Ini, si Ferdi sedang cemburu, kah? 'Uh, so sweet banget sih, Bang!'"Jangan ge-er, ingat! kita tu cuma akting!""Iya, siap Bos!" Naima mencebik setelahnya. 'Siapa juga yang ge-er, gak kebalik Bang?!'Malam kedua mereka masih tidur terpisah, Ferdi mengambil bantal dan tidur di kursi sofa kamar. Kamar mereka memang sangat luas sekali, persis seperti kamar hotel. Naima pun sangat betah karena ruangan ini dilengakapi dengan pendingin dan pemanas ruangan. Kapan lagi bisa menikmati jadi istri CEO kaya, sekali-kali kita harus jadi ora
Bram terlihat panik, tak menyangka proyek besar yang sudah digaungkan gagal, sementara Ferdi terlihat santai dan terus tersenyum. Naima tak kalah bahagia, puas banget melihat Bram yang galau. "Kenapa Lis?" Ferdi mulai bertanya."Ini lho Fer, kok bisa proyek milyaran gagal.""Kok bisa?" Ferdi terlihat semakin santai."Gak tau, benar-benar gak bisa diandalkan Mas Bram ini, kemarin bilangnya sudah oke, ternyata gagal total." Lisa memang pembisnis handal, ucapannya benar-benar menggelegar, Bram dibuat mati kutu!"Tenangkan dirimu Lis, kamu lagi hamil lho." Ferdi masih tetap santai."Gak bisa tenang kalau begini, kerjaannya benar-benar tidak becus." Oala, mantap banget Lisa, si Bram memang tidak becus!Bram terlihat sangat panik, ternyata dia benar-benar takluk dengan istrinya. Naima sangat puas melihat Bram yang mati kutu. Laki-laki kayak Bram gak perlu capek-capek membuatnya hancur, karena ternyata dia berada di bawah ketiak istrinya."Fer, kami pamit pulang ya, lain kali kami balik ke
"Rosa?""Iya, Fer, aku baru balik dari luar negeri, proyekku sudah selesai disana." Ferdi kelihatan kikuk, Naima seperti mencium aroma cinta lama bersemi kembali."Oh, baguslah.""Kamu ngapain disini, Fer?""Kenalkan ini istriku, Ros.""Naima Ningrum." Naima mengulurkan tangan berkenalan dengan Rosa."Rosa Amalia." Tatapan matanya benar-benar judes!"Sudah nikah? Kok aku gak diundang?""Sudah 2 hari yang lalu Ros, dadakan juga." Naima kali ini tidak sadar merangkul erat Ferdi, seperti merasa Ros akan bertindak lebih berani. Ferdi dibuat senyum-senyum sendiri dengan tingkah Naima."Selamat ya, aku gak menyangka secepat ini kamu meninggalkan aku Fer."Apaa?? meninggalkan? Apa betul ini mantan si Bos? Di depan istrinya, si Ros berani ngomong begitu, awas aja kalau berani dekat dengan Ferdi! Ciyee, Naima!"Kita gak jodoh Ros!" Ferdi meninggalkan Rosa dan menggandeng erat istrinya, keren memang Abang tekotek-kotek Naima sampai dibuat berbunga-bunga.****Sesuai permintaan Naima, Ferdi akan
Ferdi dan Naima akhirnya masuk ke dalam kamar hotel, Naima kelihatan banyak diam, sementara Ferdi fokus dengan gadgetnya. Naima harus siap mental menghadapi banyak perempuan yang pasti dekat dengan Ferdi. Entahlah, mereka baru saja menikah tapi, banyak sekali ujian yang muncul, mulai dari si Bram buaya darat, dan sekarang disuguhkan oleh si Ros yang berani."Kok diam saja!" Ferdi seperti merasa ada sesuatu yang Naima pikirkan, karena Naima lebih banyak diam."Belum bisa move on dengan kejadian hari ini, nih berlian belinya dimana? Kok betulan banget." Naima mulai buka suara, dia memang sudah berjanji tidak akan menyembunyikan apapun dengan Ferdi."Itu dikasih lengkap ma Papa, ngarep ya dibelikan ma Abang." Tu kan dia itu ngeselin, hiks!"Kenapa manyun!" Sepertinya Ferdi sudah terbiasa menganggu istrinya."Gak ada!" Gak peka banget jadi orang, hiks!"Jangan ge-er Abang kan sudah bilang dari sebelumya, kalau kita ini tidak ada rasa." Sifat aslinya muncul, oke lah Bos tekotek-kotek, ini
Makan malam romantis benar-benar membuat Naima dan Ferdi terlihat bahagia, sesekali Ferdi memandang Naima yang malam ini cantik sekali dengan make up minimalisnya, gaun yang senada membuat mereka tampak sangat serasi, beberapa pengunjung yang lewat mengabadikan moment kemesraan mereka. "Maukah kau berdansa denganku, Nona?" Ferdi memang paling pandai memainkan peran menjadi pangeran malam ini."Mau banget pangeran." Naima terlihat tersipu malu, sepertinya mereka sudah terbiasa memainkan peran masing-masing.Ferdi dan Naima berdansa, tak lupa musik dansa pun diputar. Lagu milik Ed Sheeran dengan judul Perfect adalah pilihan mereka malam ini dan paling cocok untuk berdansa, apalagi malam ini Naima dan Ferdi benar-benar pasangan yang serasi."Sejak kapan pintar berdansa?" Ferdi bertanya, karena Naima sangat Fasih sekali dalam berdansa."Dulu Bram sering ngajak ke pesta, jadi kalau sekedar Dansa bisa, lah!""Segitu dekat kah kalian berdua?" Ferdi sepertinya mulai cemburu."Sangat dekat, s