Rosa terlihat panik dan bingung, sementara Naima tetap santai berjalan tanpa menghiraukan kegelisahan Rosa. Ternyata dia bukan lawan main bagi Naima, kalau tau begini dia tidak perlu pakai oktaf tinggi. Mempertahankan rumah tangga itu wajib hukumnya, jangan sampai wanita kayak Rosa diberi kebebasan semaunya, menganggu hubungan orang lain dan menyerang personal istri sah yang lebih berhak atas suaminya. Pagi-pagi sudah bikin dada panas saja Mbak Rosa ini!Sesampai di kamar hotel, Naima sudah ditunggu oleh Ferdi. Jujur, Naima masih panas dengan sikap Rosa yang sudah di luar batas tadi."Darimana saja, kok lama sekali." Ferdi sudah siap dengan pertanyaannya, sementara Naima terlihat manyun karena masih sakit hati dilabrak Ros tadi."Kenapa manyun gitu! Kalau ada apa-apa kabari caranya.""Tadi ketemu sama Rosa lagi, hiks!" Naima mendekati Ferdi dan langsung memeluknya, ciyee Naima!"Kok sedih, emang gak berani lawan Rosa! Harusnya gak perlu takut! Istrinya Abang ini 'kan lebih besar.""Iy
Tak terasa satu minggu Naima telah menjadi istrinya Ferdi, Papanya Ferdi juga hari ini berpamitan. Awalnya Ferdi mau masuk kerja, tapi karena papanya mau pamit akhirnya dia menghabiskan waktu untuk bersama."Fer, jaga menantu Papa baik-baik, nanti setiap bulan Papa mampir.""Siyap, Pa!"Naima sedih karena Papanya Ferdi sudah seperti papanya sendiri."Kok sedih?" tanya Papanya Ferdi."Cepat sekali Papa balik, nanti Naima kangen bagaimana?""Hahaha ...." Papanya Ferdi tertawa lebar, sementara Ferdi senyum-senyum sendiri melihat tingkah istrinya.Akhirnya rumah sepi karena papanya Ferdi sudah balik. Naima pun mulai bereaksi."Kamarku dimana, Bos?""Maksudnya?""Bukannya Bos bilang, kamar kita terpisah kalau Papa sudah pulang." Ferdi bingung, karena dia tidak pernah membuat perjanjian seperti itu. Ini mah, akal-akalannya Naima!"Oh, Oke, kamarnya Nona disamping.""Siyap, saya mau beres-beres dulu, ya, Bos." Naima ke atas dan segera pindah, cinta tak boleh dipaksakan daripada Naima selalu
Ditinggal Ferdi ternyata benar-benar membuat Naima galau. Seharian ini Naima bolak balik melihat jam dari pagi, berharap sore hari agar segera melihat Ferdi. Ciyee, Naima!Berkali-kali Naima kesal karena Ferdi tidak menghubunginya, minimal hanya sekedar ngasih kabar lewat aplikasi hijau kek, biar terlihat mesra, agar hatinya yang sudah mekar makin bersinar. Oala, Naima, gini sudah kalau sering akting akhirnya kebablasan.Capek menunggu Ferdi, akhirnya Naima memutuskan untuk jalan-jalan ke taman depan, kang Mamang sudah melarang Naima keluar tapi, Naima bersikeras karena bosan menunggu Ferdi yang tak ada kabar, malang tak bisa dihindari ternyata Bram buaya darat tiba-tiba muncul menghampirinya."Pengantin jadi-jadian, kok terlihat galau sekali." Lagi sebal, eh, ketemu lagi sama si Bram buaya darat jadi makin sebaaal, Asyeem betul memang hari ini."Ngapain kamu kesini, ngintip ya! Kasian sekali hidupmu yang belum bisa move on!""Hahaha, gak kebalik? Ngapain juga kamu disini, kasian sek
Malam ini Naima mendapat undangan reunian dari teman SMA nya, sebenarnya malas karena Naima punya mantan waktu SMA. Mantannya itu dulu ketua osis yang ganteng dan banyak penggemarnya. Namanya Rio Satya, entah mengapa si Rio ingin menjadi pacarnya, karena Rio ganteng jadilah mereka pacaran. Namun, Naas mereka pacaran hanya enam bulan karena ternyata Rio sudah memiliki pacar yang lain yaitu wakil ketua osis. Kabarnya mereka cinta lokasi. Karena tidak kuat akhirnya Naima mundur tidak ingin lebih sakit hati lagi."Kok manyun, gitu?" tanya Ferdi, karena Naima terlihat hanya diam saja."Nanti malam ada acara reunian, kok malas, ya.""Reunian apa?""Reunian SMA, tapi malas banget!""Pergi saja, sekalian refreshing.""Abang gak ikut?""Gak usah, biar adek bebas dengan temannya." Si Abang masih sibuk dengan laptopnya, padahal Naima ingin mengajak si abang."Iya, sudah. Nanti adek berangkat sendiri." Naima masih manyun, dia berharap si Bos ikut biar Naima pamer dengan suami gantengnya. Oala ...
Setelah marah-marah di ruang kerja restoran, Ferdi keluar menemui Naima yang sudah basah. Acara reuni ini benar-benar diluar dugaan, semua terpana melihat Ferdi yang langsung memeluk istrinya. Tidak bisa dipungkiri caranya Ferdi membuat perempuan manapun iri. "Bentar, ya, Abang sudah pesan baju untuk Adik tadi, dingin?" Naima mengangguk, entah mengapa Ferdi begitu berharga baginya. Ciyee, Naima, kesemsem sama si Bos!Airin melihat Naima dipeluk Ferdi sangat terpukau dengan sahabatnya, cowok ganteng dan karir cemerlang buat siapa saja iri. Semua yang ikut reuni jadi malu, apalagi geng Naura benar-benar mati kutu dibuat."Ganti baju dulu, sayang." Ferdi menyerahkan baju untuk Naima. Sekertarisnya tergopoh-gopoh membawakan baju yang dipesan si Bos. Semua mata tertuju dengan pasangan romantis ini, siapa yang menyangka Naima sangat beruntung memiliki suami seperti Ferdi. ***Sepanjang perjalanan pulang, Naima hanya diam. Sebenarnya dia ingin protes harusnya Ferdi ikut biar tidak diserbu
"Hahaha ...." Ferdi tak dapat menahan tawanya, membuat Naima semakin sebal."Ngarep, ya, hahaha ...." Si Bos berkedip, membuat Naima semakin kesal."Siapa yang ngarep!" Naima memilih tidur diluar, panas dibuat."Mau kemana? Gak malu dilihat sama Mama dan Papa?" abis Abang nyebelin, sih! Malu tau dibuat. Naima terus mengomel dalam hatinya.Diam, Naima balik lagi ke tempat tidur. Mereka tidur dalam kesunyian, ditengahi bantal guling. Naima terlihat sebal dengan bos tekotek- kotek. Pokoknya mulai besok Naima tidak mau akting lagi.Tiba-tiba Ferdi menghadap ke samping Naima. Suer, copot ni jantung, tatapan matanya Ferdi lain daripada yang lain."Kenapa diam?"Diam, lah, bambang! Istrinya dijadikan mainan. Naima hanya bisa mengomel di dalam hatinya."Adek, kan, belum siap, masak Abang paksa!" tapi, jangan dijadikan mainan, malu tau!"Jangan diam, sayang. Gak enak dicuekin, hadap sini, dong." Ini tidak akting, kan? Bisa pingsan, nih!"Dek ...."Naima mencoba berhadapan dengan Ferdi, ternya
"Walau demi apapun, Abang tidak akan memaksamu." Naima diam. Apa mungkin selama ini dia yang ge-er, dia terus merutuki dirinya karena seperti ada rasa dengan Ferdi."Kenapa ada orang sekeren kamu, Bang." Naima terus memuji Ferdi di dalam hatinya."Abang tidur disini, ya? Gak apa-apa di bawah atau di sofa." Nah, yang kayak gini yang gak jelas, harusnya kalau suka bilang suka.***Ferdi sepertinya sibuk sekali, sudah dua hari ini pulangnya agak larut. Naima merasa dicuekin, sempat berfikir apakah dia marah karena pindah kamar. Sejak malam itu dia tidak pernah mampir lagi ke kamarnya Naima. Benar-benar dicuekin sama si Abang.Tidak ingin terlalu berlarut, Naima menyibukkan diri membersihkan semua pot-pot di taman rumah."Lebih baik menyibukkan diri, daripada nelen sendiri ni perasaan!"Setelah membersihkan semua tanaman yang ada di taman depan, Naima duduk di taman rumahnya Ferdi sambil iseng membuka scroll sosial media.DINDA KIRANA AKHIRNYA HADIR KEMBALIDisana banyak komentar tentang
Naima menahan nafas berkali-kali tak menyangka perjalanan cintanya selalu rumit, menyadari bahwa Bos tekotek-kotek belum ada rasa dengannya. Tidak mungkin memaksa seseorang untuk mencintainya, meski 3 tahun menjadi sekertarisnya, tapi tak sekali pun mereka berduaan untuk urusan pribadi.Sepanjang perjalanan, Naima diam. Berfikir untuk tidak menaruh harapan lebih. Meski diakui, Ferdi satu-satunya laki-laki yang lain daripada yang lain. Walau menikah tanpa cinta, tapi Ferdi seperti menjaganya lahir dan bathin. Apa mungkin mereka harus segera malam pertama supaya ada ikatan? Terus caranya bagaimana? Ciyee, Naima, ketahuan!"Mari, Non. Kita sudah sampai lokasi." Sekertarisnya Ferdi membuyarkan lamunannya.Naima ragu untuk turun, tidak kuat menghadapi Ferdi dengan mantannya. Jatuh cinta memang sangat rumit, benci dan cinta beda tipis."Ayo, Non. Jangan lupa pakai topengnya." Sekertarisnya Ferdi mengingatkan Naima yang masih diam. Lagi-lagi Naima ragu untuk turun."Bismillah ... Siapa takut