"Hahaha ...." Ferdi tak dapat menahan tawanya, membuat Naima semakin sebal."Ngarep, ya, hahaha ...." Si Bos berkedip, membuat Naima semakin kesal."Siapa yang ngarep!" Naima memilih tidur diluar, panas dibuat."Mau kemana? Gak malu dilihat sama Mama dan Papa?" abis Abang nyebelin, sih! Malu tau dibuat. Naima terus mengomel dalam hatinya.Diam, Naima balik lagi ke tempat tidur. Mereka tidur dalam kesunyian, ditengahi bantal guling. Naima terlihat sebal dengan bos tekotek- kotek. Pokoknya mulai besok Naima tidak mau akting lagi.Tiba-tiba Ferdi menghadap ke samping Naima. Suer, copot ni jantung, tatapan matanya Ferdi lain daripada yang lain."Kenapa diam?"Diam, lah, bambang! Istrinya dijadikan mainan. Naima hanya bisa mengomel di dalam hatinya."Adek, kan, belum siap, masak Abang paksa!" tapi, jangan dijadikan mainan, malu tau!"Jangan diam, sayang. Gak enak dicuekin, hadap sini, dong." Ini tidak akting, kan? Bisa pingsan, nih!"Dek ...."Naima mencoba berhadapan dengan Ferdi, ternya
"Walau demi apapun, Abang tidak akan memaksamu." Naima diam. Apa mungkin selama ini dia yang ge-er, dia terus merutuki dirinya karena seperti ada rasa dengan Ferdi."Kenapa ada orang sekeren kamu, Bang." Naima terus memuji Ferdi di dalam hatinya."Abang tidur disini, ya? Gak apa-apa di bawah atau di sofa." Nah, yang kayak gini yang gak jelas, harusnya kalau suka bilang suka.***Ferdi sepertinya sibuk sekali, sudah dua hari ini pulangnya agak larut. Naima merasa dicuekin, sempat berfikir apakah dia marah karena pindah kamar. Sejak malam itu dia tidak pernah mampir lagi ke kamarnya Naima. Benar-benar dicuekin sama si Abang.Tidak ingin terlalu berlarut, Naima menyibukkan diri membersihkan semua pot-pot di taman rumah."Lebih baik menyibukkan diri, daripada nelen sendiri ni perasaan!"Setelah membersihkan semua tanaman yang ada di taman depan, Naima duduk di taman rumahnya Ferdi sambil iseng membuka scroll sosial media.DINDA KIRANA AKHIRNYA HADIR KEMBALIDisana banyak komentar tentang
Naima menahan nafas berkali-kali tak menyangka perjalanan cintanya selalu rumit, menyadari bahwa Bos tekotek-kotek belum ada rasa dengannya. Tidak mungkin memaksa seseorang untuk mencintainya, meski 3 tahun menjadi sekertarisnya, tapi tak sekali pun mereka berduaan untuk urusan pribadi.Sepanjang perjalanan, Naima diam. Berfikir untuk tidak menaruh harapan lebih. Meski diakui, Ferdi satu-satunya laki-laki yang lain daripada yang lain. Walau menikah tanpa cinta, tapi Ferdi seperti menjaganya lahir dan bathin. Apa mungkin mereka harus segera malam pertama supaya ada ikatan? Terus caranya bagaimana? Ciyee, Naima, ketahuan!"Mari, Non. Kita sudah sampai lokasi." Sekertarisnya Ferdi membuyarkan lamunannya.Naima ragu untuk turun, tidak kuat menghadapi Ferdi dengan mantannya. Jatuh cinta memang sangat rumit, benci dan cinta beda tipis."Ayo, Non. Jangan lupa pakai topengnya." Sekertarisnya Ferdi mengingatkan Naima yang masih diam. Lagi-lagi Naima ragu untuk turun."Bismillah ... Siapa takut
Selama perjalanan pulang di dalam mobil, Naima hanya diam. Sesekali Ferdi memandang istrinya. Melihat Naima hanya diam, membuat Ferdi merasa bersalah."Kenapa masih manyun gitu?" dengan adegan menatap penuh cinta, Ferdi memegang tangan istrinya, Naima sampai dibuat salah tingkah."Salah Abang apa?" Naima menggeleng, tiba-tiba air matanya keluar begitu saja, hiks, cengeng sekali, sih, Naima. Perempuan memang begitu Bos, terlalu halus perasaannya!"Jawab, Sayang.""Sungguh Bang, aku beneran cinta kalau gini, tatapan mata Abang ini bikin dadaku berdebar." Naima terus membatin memuji suaminya.Sesampai di rumah, Naima masih tetap diam. Wanita memang begitu Bos, kadang sulit dimengerti, tapi hatinya minta dielu-elukan. Naima terus diam sampai masuk ke rumah. Ferdi langsung menarik tangan Naima, memeluk istrinya yang masih cemberut, tapi sebenarnya Naima sangat menikmati debaran rasa di dada. (Akting yang kebablasan, ya, gini, beneran cinta.)"Maunya apa? Bilang sama Abang?" Naima diam. Fe
"Fer, sejak kapan suka pantai? Dari dulu bukannya kamu tidak suka pantai?" Dinda mengulang pertanyaannya, Ferdi tetap diam dan semakin mengenggam erat Naima."Itu dulu Din, sekarang sudah tidak lagi!" dengan tegas Ferdi menjawab."Apa semudah itu, trauma bisa dihilangkan?" sepertinya Dinda belum puas karena Ferdi mengabaikannya."Terus yang kamu lihat ini apa?" Ferdi makin ketus menjawab. Ini seperti melihat orang yang sedang perang argumen, apa mungkin si Bos sekarang benci dengan Dinda?"Mari Din, kami mau kencan di pinggir pantai dulu. Ini istriku Naima Ningrum." Naima semakin terharu karena Ferdi ini laki-laki yang teguh pendirian, entah berapa kali lagi kau buat aku jatuh cinta, Bang!"Oh ...." Dinda kirana dibuat bengong, karena Ferdi mengacuhkannya."Naima Ningrum." Naima mengulurkan tangan."Dinda kirana." Dinda membalas uluran tangannya Naima.Dinda sepertinya belum puas, tapi Ferdi benar-benar mengabaikannya. Terlihat Dinda sangat sebal dengan sikap Ferdi yang tidak peduli d
"Hahaha ...." sekarang Naima yang tertawa melihat kelakuan si Bos. Puas rasanya membalas si Bos karena pernah dikerjain. "Kalau pengen, bilang saja! Pakai adegan bohong-bohongan!" Tu, kan, pintar sekali dia menyerang, emang si Bos ini pintar membaca pikiran orang.Naima berbaring sebentar dan membersihkan diri untuk bersiap ke bioskop. Ferdi tetap setia menunggu Naima, sesekali dia terlihat membuka ponselnya, seperti membalas chat dari seseorang."Weekend gini masih sibuk, Bang!""Gak!""Balas chat siapa?" Naima mulai terlihat cemburu."Dinda chat Abang." "Abang masih ada rasa?" Naima blak-blakan karena tidak ingin memendam prasangka apa pun."Kita sholat maghrib dulu, ya, baru berangkat." Ferdi berlalu mengacuhkan pertanyaan Naima, seperti menyembunyikan sesuatu, Naima mulai penasaran.Karena tidak tahan, Naima menarik tangan Ferdi dan menatap Ferdi."Katakan sejujurnya, Bang! Sekecil apa pun jangan pernah menyembunyikan apa pun dariku." Ferdi ikut membalas tatapan Naima, tatapan N
Setelah di make over, Naima berangkat dengan Ferdi. Gamis yang digunakan terkesan tidak glamour, tetapi elegan. Ferdi bahkan menyiapkan mobil khusus untuk pergi ke undangan resepsi tetangga Naima. Menurut cerita Naima, tetangganya melaksanakan resepsi di gedung yang mewah. Mamanya sudah menceritakan panjang kali lebar, tetangganya bahkan sengaja membanggakan anaknya di depan orang tua Naima, seperti membanding-bandingkan Naima dengan anaknya. "Nai, udah siap?""Siap, Bang.""Apa ini tidak berlebihan, Bang?" tanya Naima yang merasa malu dengan dandanannya."Tidak sama sekali, make up nya pas untuk ke kondangan."Ferdi menggunakan kemeja yang menawan senada dengan gamis Naima, kostum yang digunakan memang pas untuk ke kondangan, lebihnya ada make up minimalis yang mempercantik Naima hari ini.Mereka diantar oleh sekertaris Ferdi yang baru, selain ganteng, sepertinya sekertarisnya pernah bekerja tambahan sebagai bodyguard di salah satu perusahaan."Bang, kenapa ganti sekertaris?""Sen
Mereka akhirnya masuk ke mobil dan bersiap untuk pulang. Ferdi terus mengenggam tangan istrinya, Naima semakin aduhai dengan si Bos."Nai, kita ke cafe sebentar, yuk. Abang lapar.""Siyap, Sayang."Sekertarisnya mengikuti kemauan Bosnya, mereka memilih cafe yang tidak jauh dari lokasi acara."Apa tidak masalah dandananku seperti ini ke kafe, Bang!""Gak ada masalah, Sayang, kecuali kalau kesana sendiri mungkin, iya.""Ada yang ingin Abang ceritakan padamu, Nai." Naima mengangguk, Ferdi ini memang laki-laki yang istimewa, akan kupertahankan kamu, Bang! Sampai kapan pun!Sesampai di cafe Ferdi tetap merangkul istrinya, berjalan berdua tanpa memedulikan orang yang melihat. Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, benar-benar seperti abege.Mereka duduk dan langsung memesan makanan, Ferdi sepertinya benar-benar lapar sampai makanan yang dipesan habis tak tersisa."Pelan-pelan, Bang!""Lapar banget, Sayang.""Hahaha ... Ke kondangan itu makan caranya, biar gak lapar." Ferdi
Naima dan Ferdi kembali ke rumah yang selama ini mereka tempati. Kehidupan mereka berjalan normal sama seperti pasangan lainnya. Ferdi semakin semangat dalam mengembangkan amanah sebagai CEO. Si kembar tumbuh dengan sehat. Tanpa terasa usia si kembar sudah enam tahun. Ferdi semakin mesra dengan Naima. Seiring berjalannya waktu mereka seperti tak terpisahkan. Ferdi yang begitu sayang terhadap istrinya menjadikan setiap hal sebagai momen mereka berdua. Semua iri melihat pasangan ini yang semakin hari semakin romantis."Hari ini abang ada meeting, diam di rumah, ya," ucap abang Ferdi padaku."Iya, Bang. Dua jagoan kita juga hari ini libur sekolah." Kebiasaan Ferdi selalu mencium istrinya sebelum berangkat kerja. Kemesraan setiap saat itulah terkadang membuat Naima tak ingin Ferdi berlama-lama di luar.Si Kembar ditemani pengasuhnya yang jaga. Meski begitu, Naima tetap memantau secara dekat. Bagi Naima anak nomor satu, zaman yang begitu canggih ini membuat siapa saja berani nekat. Naima
Suasana sangat mencekam, para preman itu semakin ramai dan makin brutal mengejar mobil Ferdi. Jumlah mereka sangat banyak, di tengah-tengah kecemasan itu Aryo menelpon."Pak di ujung ada pertigaan, langsung belok kanan, ya. Ada polisi yang menunggu di sana.""Oke, Aryo." "Jangan ke luar mobil, Pak. Usahakan tetap di dalam mobil kami juga sedang mencari bala bantuan.""Oke, Aryo!" Ferdi terlihat mulai tegang, mau tidak mau mereka harus berkejaran dengan preman yang jumlahnya lebih besar."Apa Aryo bilang, pak?" tanya salah satu tim yang ikut Ferdi."Belok kanan, ada polisi.""Oke, pak. Pegangan kita ngebut." Ferdi hanya mengangguk.Akhirnya benar-benar menggunakan kecepatan tinggi, untungnya yang supir sudah terlatih meski harus berkejaran dengan mereka. Pertigaan yang dimaksud ternyata masih jauh, Ferdi memegang pintu karena dipukul oleh para preman. jumlah mereka lebih banyak dan mereka sangat terlatih untuk menyerang lawannya."Pak, menunduk!" mereka mulai memukul pintu kaca mobil
Ferdi dan Naima turun dari mobil di sambut rasa terkejut semua warga yang ada di komplek nya. Papanya Ferdi juga sudah tiba di lokasi. Dengan rasa yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata Ferdi mengikuti papanya dari belakang."Ini adalah kado dari papa untuk cucu papa, Ardi dan Ardan." Ferdi hanya menitikkan air mata."Papa sudah mengirim pengacara untuk mengurusi rumahmu, Fer. Jadi untuk sementara tinggal di sini dulu, ya. Anggap penebus apartemen milik Naima yang kamu jual.""Pa ...." Ferdi tidak bisa menahan tangisnya, orang tua yang luar biasa bagi Ferdi."Fer, papa tidak punya siapa-siapa selain kalian, siapa yang akan mewarisi semua hasil jerih payah papa kalau bukan kalian. Anak, cucu dan mantu papa. Bahkan jika diperlukan badan ini papa kasih untuk kalian." Naima ikut terharu melihat papa mertuanya yang luar biasa Di tengah-tengah rasa haru, MC menyambut kedatangan mereka, semua bersuka cita menyambut Ferdi dan keluarga."Inilah pemilik baru rumah ini pak Ferdi Sanjaya."
Sedang sibuk memainkan pikirann, tak berselang lama ada yang mencari dirinya, tetangga yang julid masih bertahan ingin terus mempermalukan dirinya. Luar biasa memang ibu-ibu di sini, selama ini Naima jarang bersosial dengan tetangga ketika di rumah Ferdi karena memang komplek elit jarang pemilik rumahnya ngumpul di luar sebagian mereka adalah pengusaha, Naima bahkan tidak pernah melihat rupa tetangganya di samping.Naima terkejut karena ternyata Bik Ratih yang menemuinya."Bi Ratih ....""Non ...." Bi Ratih memeluk Naima seperti seorang ibu yang sangat rindu dengan anaknya."Bibi dapat alamat ini darimana?" tanya Naima."Bibik satu bulan mencari Non sama pak Ferdi, untungnya Bibik mendapat alamat ini dari Dinda.""Ya Allah Bik, kenapa mencari kami?" tanya Naima."Bibi dihantui rasa bersalah apalagi berita yang bibik baca tiap hari bikin dada sesak.""Alhamdulillah kami sehat, Bik. Ayo masuk dulu, biar kita ngobrol di dalam." Naima menghindari tetangganya yang masih berada di depan."
Kehidupan selalu mengajarkan kita arti dewasa. Membangun mahligai rumah tangga diibaratkan tangga yang kita naiki satu demi satu, tidak selalu mulus karena sakinah itu butuh kesetiaan dan kepercayaan yang kuat terhadap pasangan.***Suasana komplek teras lebih sejuk hari ini, Ferdi terlihat mempelajari laporan demi laporan yang diberikan Aryo, sesekali dipandang istrinya yang sedang menggendong si kembar. Tatapan matanya selalu menumbuhkan rasa cinta yang mendalam. Abang adalah suami idaman yang selalu menundukkan pandangan dan siaga di setiap waktu yang ada."Kenapa mandang abang begitu, sayang?" Ferdi mendekat dan mencium kening istrinya, tidak lupa Ardan yang digendong mendapat kecupan mesra dari ayahnya."Terima kasih untuk rasa yang ada, sayang.""Aku yang berterima kasih padamu, sayang. Selalu menumbuhkan cinta yang mendalam dihati ini setiap saat. Tetaplah menjadi permaisuri di hati abang." Naima membalas rangkulan suaminya merasakan sakinah bersama, meski ujian selalu datang b
Aryo dan tim IT langsung bekerja, mereka menyusun rencana terlebih dahulu. Namun, kedatangan Aryo dan tim sebenarnya bukan untuk membahas rancangan perusahaan baru Ferdi, melainkan membuka kecurangan dari Bram dan istrinya--Lisa."Pak menurut saya lebih baik pak Ferdi fokus mengembalikan nama baik terlebih dahulu, setelah itu kita rilis perusahaan baru ini." Aryo benar, menurut Naima cuma buang-buang uang dan energi, jika persiapan tidak maksimal."Tapi bagaimana caranya, yo?" Aryo tersenyum sembari mengeluarkan bukti-bukti yang telah dilakukan Bram dan komplotannya."Lusa perusahaan bapak resmi menjadi milik Bram, kita tidak punya waktu banyak.""Jadi kalian ke sini bukan membantu rilis rancangan perusahaan yang ingin saya buat.""Bukaaaan ...!" mereka kompak berseru. "Hm, kirain kalian ke sini membantu. Oke dah kalau begitu kapan kita mulai permainannya?""Sekarang pak Ferdi ...!!" kompak Aryo dan tim berseru.Menurut cerita Aryo, Lisa sudah merancang sejak lama dengan suaminya unt
Usaha yang tidak membuahkan hasil membuat Ferdi akhirnya mulai melamar pekerjaan. Sedikit tertekan karena beberapa perusahaan tempat dia melamar ikut menghujat dan menghinanya. Padahal, mereka sebagian tahu bahwa Ferdi dikhianati oleh rekan bisnisnya. Begitulah kejamnya dunia bisnis ketika berada di atas dipuja, tapi ketika berada di bawah harus siap dihina bahkan tidak dianggap sama sekali."Sebaiknya pak Ferdi melamar di tempat yang lain." Begitu ucapan setiap Ferdi melamar. Walau Feri merasa aneh, tetapi dia optimis semua akan indah pada waktunya."Terima kasih, Pak." Ferdi sadar diri tak membalas kata-kata yang begitu terkesan pedas menurutnya.Hari ini Ferdi pulang membawa kegagalan lagi, berada di titik nol memang harus siap mental. Kata-kata yang tidak pantas begitu mudah dilontarkan, kadang ketika kita butuh bantuan bukan malah dibantu, justru dihujat dan dihina begitu saja dengan mudah. Namun, Ferdi percaya pasti akan ada selalu orang baik ketika kita melakukan kebaikan. Hidu
Di dalam kontrakan Ferdi dan Naima benar -benar hidup apa adanya, Naima memang sangat pandai mengelola keuangan. Ketika Ferdi memberikan semua sisa uang yang ada, Naima langsung mengelolanya dengan sangat baik."Ada saatnya kita di atas dan ada saatnya kita di bawah, sayang." Ferdi memeluk istrinya menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Naima hanya mengangguk mendengar semua nasihat dari suaminya. Beberapa aset sudah di jual untuk membayar semua hutang yang tersisa. Ferdi benar-benar di titik nol, memulai dari awal lagi."Ujian rumah tangga itu kadang bukan dari kesetiaan, melainkan bisa harta benda dan kesehatan. Yang paling mahal dari semua ini adalah kesehatan. Melihat si kembar tidak kurang kasih sayang dan istri abang yang manis bisa sehat kembali itu adalah anugerah yang luar biasa bagi abang." Naima menitikkan air mata melihat suaminya yang terbiasa hidup mewah jauh lebih kuat dibandingkan dirinya.Tebusan rumah sakit Naima memang sangat besar, ruangan dan obat-obatan se
Naima turun dan melihat banyak tamu sosialita nya Lastri. Penampilan Lastri pun berubah. Kelihatan sekali hidupnya yang penuh dengan kemewahan. Beda jauh dari Lastri yang dulu, Lastri yang polos dan lugu. Lebih tepatnya pura-pura demi melancarkan aksinya. Naima baru mendengar cerita dari mamanya, bahwa Lastri memang penipu kelas kakap berani menghalalkan segala cara demi kepuasannya tersampaikan, menyesal telah memberinya ruang waktu di rumah ini.Mereka sedang berkumpul di ruang tamu, ada yang bawa berlian, dan segala pernak pernik sosialitanya, Naima hanya menguping pembicaraan mereka sebelum memulai misinya."Jeng, rumahnya besar banget. Enak, ya, punya suami kaya.""Iya, suami CEO memang sangat menjanjikan," ucap Lastri. What? Jadi dia menceritakan ke semua orang bahwa dia adalah istrinya si Abang?"Jeng Las, mana, sih, suamimu? Selama kami ke sini tidak pernah terlihat.""Dia sibuk di kantor, biasa akhir tahun begini banyak yang harus di selesaikan.""Enak sekali, sih, hidupmu,