Share

Bab 3. Kak William?!

Visual yang sangat terpahat sempurna ini siapapun yang pernah melihatnya sudah jelas tidak akan bisa dengan mudah melupakannya. Apalagi tatapan mata tajam berwarna abu-abu ini, pria itu tampak jelas sangat memukau.

Terutama untukKayla, yang baru beberapa hari lalu tidur dengannya!

“K-Kak … Will?!”

Panggilan kecil Kayla membuat sang pria yang berdiri tegap selagi menatap teman-temannya itu menurunkan pandangan, memandang lurus mata hitam milik Kayla.

“Lama tidak bertemu, Kay,” ucap William dengan suara dalam.

Mendengar balasan William, benak Kayla mendadak menjadi ribut.

Bukankah Ghafa bilang temannya yang satu ini tidak diundang?!

Lalu, kenapa sekarang William berada di sini?

Apakah Ghafa membohongi Kayla!?

Selagi deretan pertanyaan itu berputar di otak Kayla, terdengar suara seseorang berseru, "William!”

Kayla menoleh dan mendapati sosok Ghafa bergegas turun dari panggung untuk kemudian menghampiri sahabat dekatnya itu. Sebuah pelukan hangat dihadiahkan kakak Kayla tersebut kepada William.

“Kenapa tidak mengabari akan datang?! Aku kira kamu masih di luar negeri, Bro!”

Mendengar ucapan Ghafa dan juga reaksi terkejutnya, Kayla pun berpikir, ‘Jadi, benar Kakak tidak tahu-menahu soal kepulangan Kak William?’ Dia balik menatap ke arah sahabat baik sang kakak. ‘Lalu, kenapa dia bisa berada di sini sekarang?!’

"Kesempatan reuni dengan kalian tentu tidak boleh dilewatkan." William membalas rangkulan singkat Ghafa sebelum melepaskannya. “Selain itu, ada urusan yang perlu kuselesaikan.”

Tepat saat mengatakan hal tersebut, mata William mendadak bergeser untuk menatap Kayla.

Kayla tertegun, kemudian langsung membuang muka. Batin gadis itu langsung berteriak, ‘Mungkinkah Kak William membicarakan malam itu!?’

Khawatir William akan mengungkit hal yang terjadi di beberapa malam yang lalu, Kayla pun memutuskan bahwa dia harus segera pergi.

Namun, belum sempat menemukan celah untuk kabur, teman-teman SMA Ghafa dan William malah datang mengerubung.

Jalan keluarnya tertutup!

“Wah, Will! Kamu sudah menjadi bos besar sekarang rupanya!”

“Semakin sukses adalah hal bagus, tapi jangan lupa mencari istri, ya!”

“Oho! Benar itu! Kapan kami akan menerima undangan, Will?!”

Godaan teman-teman lamanya itu sama sekali tidak membuat William tersinggung, pria itu hanya menyunggingkan senyum tipis khasnya yang hampir tak terlihat dan menatap Ghafa.

“Bukankah pertanyaan ini lebih cocok diajukan padamu?" tanya William, mengalihkan topik dengan ahli kepada sang empunya acara.

Ghafa dengan malas memutar bola matanya. “Lupakan … setelah putus dari yang terakhir, aku ingin istirahat dulu dari masalah percintaan,” ujar kakak Kayla itu, merujuk kepada sang mantan kekasih.

Reaksi itu membuat semua orang menatap Ghafa kasihan, selagi beberapa dengan sengaja menggoda, “Awh, Ghafa yang malang. Perlukah kami mencarikanmu jodoh yang lain?”

“Tidak, terima kasih,” tolak Ghafa tegas sebelum tersenyum penuh arti ke arah William. “Dibandingkan diriku, carikan saja jodoh untuk William! Dia lebih perlu!”

Sementara para teman sejawat itu bersenda gurau mengenai pasangan hidup, Kayla tak bisa berhenti menatap William dengan waspada.

Dalam benaknya, Kayla terus mempertanyakan apakah William mengingat kejadian di malam yang lalu. Kalau misalkan iya, maka perlu Kayla puji sifat tenang pria itu yang sedari dulu tidak pernah berubah. Karena sejauh ini, tidak sedikit pun terlihat pertanda bahwa William memiliki masalah dengan Kayla!

Akan tetapi, ada satu kemungkinan lagi, yakni … William mabuk terlalu berat hingga lupa siapa wanita yang telah menghabiskan malam dengannya?

Membayangkan bagaimana pria itu dengan mudah melupakan apa yang terjadi di antara mereka, entah kenapa dada Kayla terasa sedikit sesak.

Selagi Kayla sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa dia sadari salah seorang teman Ghafa menangkap perhatiannya kepada William. Alhasil, sebuah celetukan pun terdengar.

“Eh! Eh! Eh! Kalau William tidak perlu dicarikan jodoh lagi, ‘kan sudah ada Kayla!"

Celetukan itu membuat Kayla tersentak sadar dari lamunannya. Mengapa topik pembicaraan ini jadi mengarah ke dirinya?

Melihat wajah terganggu sang adik, mata Ghafa tampak berbinar dengan sebuah ide. “Benar juga. Cinta lama bersemi kembali, bukan?”

Pria bertubuh kekar itu langsung merangkul pundak sang adik dan menariknya mendekat agar berhadapan langsung dengan William.

“Bagaimana, Will? Masih ingat Kayla, ‘kan? Coba perhatikan baik-baik. Adikku sudah bertambah dewasa dan cantik, apa sudah masuk kriteria untuk menjadi istrimu?" tanya Ghafa ceria.

Wajah Kayla langsung berubah keruh mendengar ucapan kakaknya.

Biasanya Ghafa selalu menjelek-jelekkan dirinya, lalu kenapa sekarang malah seperti mempromosikan!? Kayla tidak butuh itu sekarang!

“Kakak, lepas!” Kayla berusaha meronta, tapi tenaga Ghafa yang merupakan seorang mantan petinju profesional membuatnya tak bisa berkutik.

"Kriteria menjadi istriku?” ulang William dengan suara dalam, membuat tubuh Kayla mematung selagi mata abu-abu itu melirik pria tersebut dengan ekspresi khawatir. “Sepertinya, lebih tepat bertanya pada Kayla. Apa aku masih masuk kriteria calon suaminya?”

Ucapan William membuat semua orang serentak bersorak.

Sementara itu, jantung Kayla berdetak cepat dan matanya membesar. Apa … maksud pria ini?

Melihat Kayla hanya menatap William dalam diam, Ghafa langsung menghela napas kasar dan mencubit pipi adiknya.

“Kay, kamu sedang ditanya. Kenapa malah diam saja?!” tegur Ghafa dengan gemas. “Kemarin berkali-kali menanyakan soal William, tapi sekarang orangnya di depan mata, kamu malah bisu. Jangan buat usahaku sia-sia!” gerutu kakak Kayla itu, membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

Kalimat Ghafa membuat Kayla hanya bisa semakin bungkam dengan wajah merona merah. Dia menatap sang kakak kesal dengan mata berkaca-kaca.

Kayla jelas hanya pernah bertanya sekali tentang William! Itu pun untuk memastikan pria itu tidak hadir agar mereka tidak perlu bertemu, bukan malah menantikan pertemuan!

Bisa-bisanya Ghafa malah memutarbalikkan fakta seperti itu dan mempermalukannya di depan semua orang!?

"Aku tidak pernah minta bantuan Kakak! Jadi, berhenti menjodohkanku dengan sembarang orang!” protes Kayla sebal.

“Sembarang orang?”

Suara William yang mengulangi kalimatnya membuat Kayla terkejut dan langsung menatap ke depan. Sekilas dia melihat bayangan gelap menyelimuti pancaran mata pria tersebut.

Namun, detik berikutnya, aura gelap itu hilang seiring William sedikit membungkuk untuk menyejajarkan pandangan dengan Kayla.

“Jadi, aku sekarang sudah menjadi ‘sembarang orang’ untukmu, ya?” tanya William, menatap lurus mata Kayla hingga wanita tersebut menahan napas. “Kenapa? Kamu tidak lagi mau jadi calon istriku? Atau … aku tidak masuk lagi dalam list kriteria calon suamimu?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status