Share

Bab 5. Aku Menolak

Mendengar suara Kayla, empat orang yang terduduk di sofa ruang tamu itu langsung menoleh ke arahnya.

"Kayla?"

Andre dan Hana—ayah dan ibu Kayla—langsung menatap sang putri dengan kaget.

“Ternyata dari tadi kamu sembunyi di kamar tamu? Pantas sulit sekali mencarimu,” ucap Ghafa dengan tangan terlipat dan wajah santai, seakan apa yang baru saja dibicarakan tidak sepenting itu.

Sementara itu, Kayla mengabaikan ucapan kakaknya. Dia langsung menatap sang ayah dan bertanya, “Apa aku tidak salah dengar? Papa baru saja berkata kalau aku akan menikah dengan Kak William?”

Mendengar pertanyaan putrinya, Andre pun menghela napas. Kentara jelas bahwa Kayla sudah mendengar inti pembicaraan dan tidak ada lagi yang perlu disembunyikan.

Alhasil, pria itu langsung menganggukkan kepala tegas. “Ya, itu benar. Kamu dan William akan menikah,” ucap pria paruh baya itu membenarkan.

Jantung Kayla berdebar. “Kenapa?!” Dia merasa sangat takut dan bingung.

Mungkinkah kejadian di malam itu sudah terbongkar?! Itukah alasan kedua orang tuanya memutuskan hal ini secara sepihak tanpa menunggu persetujuannya!?

Tangan Kayla mengepal di depan dada, menunggu rentetan makian yang akan menjadi jawaban kedua orang tuanya.

Akan tetapi, di luar dugaannya, Hana, menjelaskan dengan tenang, “Nenek Yulia baru saja meninggal minggu lalu, Kay.” ucapnya dengan lembut.

Ekspresi Kayla yang tadi diselimuti kekhawatiran mendalam sekejap berubah menjadi bingung dan agak kaget.

Nenek Yulia adalah nenek dari sisi ibu William, wanita yang dulu sering mengasuh Kayla dan Ghafa saat kedua orang tua mereka ke luar kota guna membangun bisnis. Beliau adalah seorang wanita lembut dan baik hati yang juga cukup dekat dengan Kayla, menjadikan berita tersebut cukup menyayat hati wanita tersebut.

“Aku … turut berduka,” ucap Kayla tulus sebelum lanjut mengatakan, “tapi aku masih tidak mengerti apa hubungannya berita ini dengan pertanyaanku tadi?” imbuhnya jujur.

Hana menghampiri Kayla, lalu memegang dua pundak gadis itu. “Seperti yang kamu tahu, Nenek Yulia paling menyayangimu. Demikian, dia menginginkan yang terbaik untuk masa depanmu.”

Mendengar kalimat itu, Kayla diselimuti perasaan tidak enak.

“Oleh karena itu, sebelum meninggal, Nenek Yulia meninggalkan sebuah wasiat,” lanjut Hana sembari tersenyum lembut. “Dia meminta William menikahi dirimu paling lambat dua bulan dari sekarang.”

Seketika, mata Kayla membola. Namun, belum sempat dia mengatakan apa pun, sang ayah berucap, “Mengingat kamu dulu juga berharap ingin menikah dengan William, Papa rasa tidak ada masalah dengan pengaturan ini.”

Kayla tidak mampu berkata-kata. Saat ini, dirinya sangat bingung dan terkejut.

Dirinya dan William dijodohkan? Omong kosong macam apa ini?

Tanpa persetujuan dua belah pihak, bagaimana mungkin perjodohan ini bisa dijalankan?

Diam-diam, Kayla beralih menatap ke arah William. Hati gadis itu bertanya-tanya, William … tidak menyetujui pernikahan ini, bukan? Lagi pula, pria itu tidak suka kepada dirinya!

Tepat ketika pertanyaan itu melambung, Kayla mendengar ayahnya berkata, “Nenek Yulia memang ada-ada saja. Dia sangat ingin melihatmu dan William bersama sampai menjadikan pernikahan kalian sebagai syarat Arvin mewarisi perusahaan.”

KLIK!

Detik Kayla mendengar alasan terakhir dari sang ayah, semua teka-teki dalam otaknya pun langsung terjawab dengan sempurna. Ekspresi gadis itu yang semenjak tadi bingung atau kaget, berakhir berubah menjadi pahit dan … sedikit kecewa.

Jadi … alasan William tidak mengutarakan penolakan sedikit pun adalah karena … hak atas perusahaan menjadi taruhan pria itu!

Menikah demi harta dan bukan untuk cinta? Hah! William memang luar biasa kejam pada dirinya sendiri!

Usai menjelaskan segalanya kepada Kayla, Andre dan Hana pun tersenyum.

Andre menutup penjelasan dengan senyum tak berdaya, merasa keberuntungan putrinya cukup baik. William adalah putra tunggal sahabat dekatnya, seorang pebisnis juga, menikah dengan pemuda dengan sifat tenang dan perhatian seperti itu jelas tidak akan merugikan!

“Ya, kurang-lebih seperti itu, Sayang. Demikian, William datang malam ini untuk menyampaikan wasiat tersebut dan Mama serta Papa, kami langsung menyetujuinya karena toh sedari dulu kamu juga—“

“Aku tidak mau.”

Seketika, seisi ruangan terkejut mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari bibir Kayla.

“Kamu bilang apa?” tanya Andre dengan wajah kaget.

Kayla memandang sang ayah dengan tenang, lalu berkata dengan penuh keyakinan selagi menatap William yang tampak ikut terkejut dengan kalimatnya, “Aku tidak bersedia menikah dengan Kak William.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status