Tinggalin komen kalian dong di ceritanya hehehe... Duh maaf kelamaan ya temen2.. ntar chinta usahain banget bisa cepet update.. tp untuk skr mungkin 3x seminggu dulu kayaknya.. heheheh... masih ada yg perlu diperbaiki ... btw, makasih buat saweran vote dan dukungannya di cerita2nya chinta ya! Sayang kalian banyak2.. 😘😘😘
Bersandar di kepala ranjang selagi memeluk kedua lutut, Kayla tampak menautkan alisnya ketat. Pikirannya berkecamuk memainkan ingatan mengenai kejadian hari ini, terutama tentang kepergian William dari rumahnya tadi.Kelembutan itu, tatapan itu, sentuhan hangatnya ….‘Apa mungkin Kak Will sebenarnya menyukaiku?’ batin Kayla saat membayangkan ekspresi William saat menatapnya dalam diam sebelum pergi.Tatapan itu persis sama dengan yang sering William berikan kepada Kayla di masa lalu, tepat ketika mereka masih begitu dekat. Tatapan yang menunjukkan bahwa William peduli dan perhatian kepada Kayla. Tatapan dari sosok William yang Kayla rindukan.Namun, Kayla menggelengkan kepalanya dengan cepat.‘Tidak! Pria itu hanya menginginkan harta warisannya saja!’Kayla membanting tubuhnya ke tempat tidur, lalu memeluk gulingnya erat. Dia bersumpah dalam hati, ‘Pokoknya, kamu tidak boleh terbuai, Kayla! Pun kamu akan menikah dengannya, tapi jangan sampai kamu termakan omongan manisnya!’Kiranya, ap
Kayla terdiam sesaat, wajahnya merona merah layaknya udang rebus, kemudian dia mendorong William menjauh seraya berkata, “Kak Will jangan macam-macam! Ancaman Kak Will yang membuatku mau menikah! Lagian Aku dan Kak Will sama-sama gak saling suka, kan?! Jadi, jangan harap bisa menyentuhku. Aku akan selalu sadar dan tidak akan pernah mabuk lagi!”Mendengar ucapan Kayla barusan, Will diam, tidak ada yang salah dengan ucapan Kayla, dia memang secara sadar memaksa Kayla untuk menerima lamarannya itu dengan menggunakan alasan kalau mereka pernah tidur bersama. Lalu, saat itu pun, berdasarkan keterangan dari Kayla yang masih memiliki pacar, dia tetap memaksa Kayla untuk memutuskannya. Situasi ini membuat William ingin marah pada dirinya sendiri karena terlalu memaksakan keadaan.Bahkan semalam mereka juga tidak tidur bersama, melainkan Kayla bersama mamanya, karena dia mengatakan akan sangat sulit untuk tidur dengan mamanya lagi kalau dia sudah benar-benar keluar dari rumahnya. Walaupun Hana
Sebelumnya, dari hati yang paling dalam Chinta minta maaf banget ya, karena ada beberapa hal yang perlu didiskusikan lebih dalam terkait ceritanya, jadi progresnya mengalami keterlambatan banget. Molornya kebangetan, ya. Maaf banget buat kurang nyaman sampe mungkin udah lupa awalnya gimana ceritanya. Jadi, hasil diskusi kemarin chinta ada ubah alur, di bab 9-10 yang sudah terpublish, kalian bisa dibaca ulang ya, Nanti mudah-mudahan kedepannya cerita ini bisa bikin geregetan lagi dan makin gemes! Terima kasih banyak untuk yang sudah memberikan banyak dukungan. Chinta sayang kalian semua! ditunggu kelanjutannya terus ya, Chinta akan up rutin setelah ini... heheh! 26-Sept-2024
Sekitar lima belas menit setelah berangkat menggunakan taksi, Kayla pun tiba di kafe Caterra, tempat janji temunya dengan Stella–sang sahabat baik.“Kayla!!” Panggilan yang ceria itu membuat Kayla menoleh. Tampak seorang wanita bertubuh tinggi dan ramping dengan fiturnya yang khas keturunan Barat berlari menghampirinya.“Stella!” balas Kayla seraya ikut berlari dan langsung memeluk wanita itu. “Aku sungguh merindukanmu!” “Dasar! Terakhir kita bertemu itu baru satu bulan lalu, di acara kelulusan kampus!” Stella tertawa seraya mencubit pipi Kayla pelan, merasa gemas.Setelah mereka duduk dan memesan minuman, kedua gadis cantik itu pun mulai bercakap-cakap ria.“Jadi, bagaimana kabarmu? Kenapa kamu sampai mendadak datang jauh-jauh ke Indonesia, Stel?” tanya Kayla.Stella menghela napas menanggapi pertanyaan Kayla. “Ada seorang calon klien penting yang keluargaku mati-matian ingin ajak kerja sama, dan karena klien tersebut sedang berada di Indonesia, kakekku pun mengirimkan perwakilan pe
Melihat kehadiran Will, jantung Kayla berpacu cepat dan benaknya dihantui sejumlah pertanyaan. Kenapa William ada di sini? Dari mana dia bahkan tahu keberadaan Kayla? Yang terpenting, apa pria ini mendengar percakapannya dengan Stella!? Sementara Kayla sedang ketakutan, Stella sedang sibuk mengagumi pria tampan yang muncul di depannya ini. ‘Siapa dia?’ batin Stella dengan mata berbinar. Di saat itu, dia pun mendengar Kayla berkata, “Ka-kak Will?” Gadis itu berbicara dengan terbata. “K-kenapa ke sini?!” Seketika, ekspresi Stella berubah pucat. Dia bolak-balik menatap Kayla dan William, lalu berteriak dalam hati, ‘Ini pria yang tadi Kayla bicarakan!? Suaminya!?’ “Kamu tidak membalas pesanku, jadi aku kemari untuk mengecek keadaanmu. Jangan lupa kita juga masih harus ke rumah Papa dan Mama untuk mengambil sisa barangmu.” William melirik meja yang hanya diisi dengan minuman pesanan Kayla dan Stella, lalu dia pun mengusap kepala gadis itu dan berkata, “Sudah lewat jam makan siang. A
William melirik ke arah Kayla. Dia bisa melihat gadis itu tampak kesulitan. Akhirnya, William pun berkata, “Begini saja, aku akan menunggu di sana. Dengan begitu, kalian masih bisa berbincang dengan lebih leluasa dan aku masih bisa bekerja dengan nyaman.”Entah kenapa, usulan William masih membuat Kayla merasa tidak enak. Pria itu seakan terpaksa mengikuti ke mana pun dia pergi. Namun, tiba-tiba William menyentuh kepala Kayla lembut. “Santai saja. Aku sudah biasa.”Kemudian, William pun berbalik untuk meninggalkan kafe, mengambil laptopnya, lalu duduk di kursi paling pojok yang cukup jauh dari tempat Kayla dan Stella berada.Saat Kayla tidak bisa berhenti memerhatikan pria tersebut, sebuah suara berkata, “Kalau kamu terus menatapnya seperti itu, aku akan mengira kalau kamu benar-benar jatuh cinta dengan suamimu itu.”Sontak, Kayla melotot ke arah sahabatnya itu. “Stella!” Dia protes. “Kamu ya! Tadi bersikap seperti akan mendukungku, tapi sekarang kamu malah mendukungnya!”Tanpa ampu
Melihat Daniel berdiri berdampingan dengan Anastasia, Kayla hanya memandang keduanya dalam diam. Gadis itu sempat melirik ke arah mantan kekasihnya tersebut, tapi saat mata mereka bertemu, pria itu langsung membuang pandangan dengan ekspresi pahit. Hal itu membuat Kayla mendengus. Dulu, dia sangat sangat mengagumi sosok Daniel, putra satu-satunya sekaligus pewaris utama keluarga Brown itu. Namun, semenjak pria tersebut lebih percaya dengan fitnah tak berdasar dibandingkan dirinya, kekasihnya untuk hampir dua tahun, Kayla pun memutuskan untuk menjadikan pria itu bagian dari masa lalunya saja. “Kenapa kalian di sini?” tanya Stella, memecah keheningan canggung yang tercipta di antara mereka. “Kami di sini tentu saja ingin menikmati waktu bersama, selagi Daniel datang. Lagipula Stell, kenapa kamu bersama dia, sih? Jangan bermain-main dengan orang seperti Kayla ini, bisa-bisa kamu nanti ikut terbawa cara pergaulannya yang liar itu.” Anastasia berkata dengan nada santai. Stel
Anastasia terlihat sangat geram mendengar ucapan Kayla, matanya berapi-api. “Dasar wanita sialan!” Tangan Anastasia kemudian terangkat ke udara dan ingin memukul Kayla. “Rasakan ini–” BRUK! “Ah!” Sekali lagi, Anastasia berteriak dengan keras, semua karena tangannya ditepis seseorang, membuat tubuhnya tak seimbang dan dirinya terjatuh di lantai. Daniel yang baru saja tiba di sana tampak kaget. “Ana!” Dia dengan cepat membantu Anastasia untuk berdiri. “Apa yang terjadi?!” Namun, Anastasia tidak menjawab dan fokus mencari siapa yang berani mendorongnya. “Bajingan mana yang–” Wanita itu sangat ingin marah, tetapi dia terdiam saat melihat sosok William yang kini berdiri di hadapannya. Sorot mata abu-abu pria itu menatapnya dengan pancaran dingin seolah ingin membunuh. “Apa yang kamu ingin lakukan pada Kayla?” tanya William. Suara pria itu dalam dan menusuk, membuat tubuh siapa pun yang berhadapan dengamnya bergidik ngeri! Melihat tunangannya diintimidasi oleh pria lain, Daniel
Kayla terdiam, pikirannya yang semula terfokus pada acara yang akan dihadiri bersama William tiba-tiba buyar begitu saja. Dia tidak tahu harus merespons seperti apa."Tapi ini...," Kayla mencoba mengumpulkan keberanian untuk menolak, namun lidahnya terasa kelu. Rasanya tidak mungkin untuk menentang permintaan Nenek Daisy."Acara ini sangat penting untuk menjaga nama baik keluarga Drake. Kamu hanya perlu datang dan tampil dengan baik. Semua persiapan akan diatur oleh orang-orang nenek," ujar Daisy dengan nada santai, seolah-olah ini hal kecil.Kayla masih terdiam. Hatinya mulai diliputi kegelisahan. Pikirannya bercabang ke berbagai kemungkinan. Apakah ini cara Nenek Daisy untuk memastikan dia benar-benar tidak bisa datang ke acara bersama William?"Kay, nanti selama di sana, tolong perhatikan sikapmu. Akan ada banyak tamu penting, termasuk pejabat dan kemungkinan walikota serta dewan kota. Keluarga Drake memiliki hubungan dekat dengan mereka. Aku harap kamu bisa menjaga citra keluarga i
Stella mengeluarkan beberapa batuk kecil sebelum bersuara, "Aku disuruh masuk atau harus berdiri di depan pintu jadi kurir saja?" ujarnya sambil tersenyum lebar, mengangkat kotak kue di tangannya sebagai bukti tugasnya.Kayla yang tengah sibuk memeriksa pesan di ponselnya langsung tersadar dan terkekeh ringan. "Ah, maaf, sampai lupa! Masuk, dong, Stell."Setelah Stella masuk dan duduk di sofa ruang tamu, dia langsung memulai ceritanya. "Tadi aku ada rapat di kantor Ellysium sama Tuan Kaisar William Drake. Setelah selesai, tiba-tiba dia manggil aku secara khusus dan bilang, ‘Tolong temui istriku, dia pasti sedang kesepian dan butuh teman.’" Stella menirukan nada serius William, lalu terkikik.Kayla, yang kini duduk di sebelah Stella, tersenyum lebar mendengar cerita itu. Pandangannya beralih ke kotak kue yang Stella bawa. Matanya berbinar penuh antusias."Itu kue cokelat, ya? Pasti suamiku yang minta sekretarisnya siapkan. Kak Will memang tahu banget apa yang aku suka!" Kayla berseri-se
Pagi hari, Kayla membuka matanya perlahan, dan pandangannya langsung tertuju pada William yang masih tertidur di sampingnya. Lengannya melingkar erat di pinggang Kayla, seolah tak ingin melepasnya. Suara dengkuran halus dari suaminya membuat Kayla tersenyum lembut, hatinya terasa hangat melihat sisi William yang begitu tenang. Ditambah lagi setelah pembicaraan panjang semalam.Dengan hati-hati, Kayla menyentuh pipi William, jari-jarinya mengelus lembut kulit suaminya. “Kak Will,” bisiknya pelan, mencoba membangunkannya.Mata William sedikit terbuka, pandangannya masih berat. “Hmm, pagi,” jawabnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.“Pagi, Kak Will,” sapa Kayla dengan nada manis. Senyuman tipis langsung terukir di wajah William, membuat Kayla merasa seolah mendapatkan hadiah pertama di pagi hari.“Jam berapa sekarang?” William bertanya sambil menarik Kayla lebih dekat dalam pelukannya, memejamkan matanya lagi.“Hampir jam tujuh. Bangun, Kak Will, hari ini kamu masih a
Mendengar kata-kata William yang tulus, Kayla merasa hatinya menghangat. Perasaan dihargai oleh suaminya membuat dadanya penuh dengan emosi. William bahkan rela meluangkan waktu dari kesibukannya hanya untuk mendengarkan ceritanya. Beberapa saat dia hanya diam, matanya terarah pada pria di hadapannya, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia semakin menyadari betapa dirinya makin mencintai suaminya itu.“Kay,” suara lembut William memecah keheningan. “Apa kamu masih ragu, hehm?” tanyanya sambil menarik tubuh Kayla ke dalam pelukannya. Wangi citrus dan mint yang khas dari parfum William menyeruak, mengisi ruang di antara mereka.Kayla memejamkan mata dan membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya. “Kak Will …” ucapnya lembut, suaranya terdengar manja. Tanpa sadar, tangannya memeluk pria itu lebih erat. Pelukan itu, di tengah tekanan yang baru saja ia alami, seolah menjadi tempatnya meluruhkan segala beban.William mengecup lembut puncak kepalanya. “Hehm… apa kamu belum mau menceritakan
“Kay,” tegur William, dan ini membuat lamuan Kayla buyar hingga nyaris menjatuhkan tas yang dipegangnya. Kondisi ini membuat William dengan sigap menolongnya. Bau mint yang menguar dari wangi sabun mandi milik William ini masuk ke dalam indra penciumannya, membuatnya juga cepat tersadar kalau saat ini William sudah berada di dekatnya dengan handuk yang melilit di tubuhnya. “Kamu bertemu dengan Stella hari ini, apa yang dia katakan?” tanya William setelah meletakkan tas itu ke atas meja kembali. Kayla melihat ke arah William dengan tatapan datarnya dan bertanya dalam hati, “Apa … aku harus mengatakan hal ini pada Kak Will?” “Hei, kamu kembali melamun?” William membuyarkan kembali pikiran Kayla. “Ah, Kak Will sudah selesai?” Kayla dengan cepat mengulas senyum di wajahnya, dia memutuskan untuk menunda dulu membicarakan hal ini. William melihat ke arah Kayla dengan tatapan menyelidik. “Kay, aku … minta maaf.” Suara pria itu terdengar sangat lembut di telinga Kayla. “Maaf, karena ak
Sesampainya di rumah, Kayla terkejut karena William sudah ada di rumah. “Kay, kemana saja kamu? Bukannya sudah kukatakan kalau kamu harus pergi bersama dengan Frank?” Nada suara William sedikit lebih tinggi dari biasanya, raut wajahnya terlihat bentuk kekhawatiran di sana. “Itu … bukankah sebelumnya sudah kukatakan kalau aku menemani Nenek pergi? Nenek juga sudah menyuruh Frank secara langsung untuk pulang, karena itu–” “Tidak peduli siapa pun menyuruhnya, kamu harus tetap bersama dengan Frank dari keluar rumah sampai kembali lagi ke rumah. Ini demi keselamatanmu, karena di sini tidak sama dengan di Indonesia, Kay.” William berkata dengan penuh penekanan, hal ini membuat diam untuk beberapa saat. Benar dia memang salah tidak memberitahu William secara langsung terkait dirinya yang pergi bersama sang nenek, karena saat itu posisi ponselnya berdaya lemah, tetapi sebelumnya dia sudah menghubungi William, dan William tidak meresponsnya. Lalu, Nenek Daisy menyuruh Frank untuk segera
“Kay!” panggil Stella sembari menepuk pelan pungung tangannya yang ada di atas meja.“Ah, iya, aku ….”“Aku tidak tahu ada berapa banyak calon pewaris keluarga Drake, tapi cerita yang barusan kudengar kemarin saat aku tiba di tempat ini sebenarnya membuatku bertanya-tanya, karena sepengetahuan berita yang beredar diantara kami, keluarga besar Drake hanya memiliki satu pewaris tunggal dan itu adalah … suamimu.” Stella berkata dengan wajahnya yang dipasang sangat serius.Kayla mengangguk pelan membenarkan.Stella nampak terkejut. “Kay, apa … hubunganmu sebenarnya dengan Kak Williammu ini baik-baik saja?” tanya Stella dengan nada rendah dan pelan, khawatir menyakiti perasaan Kayla.Kayla mendesah dalam. “Sebenarnya ….” Kayla lalu menceritakan hal itu pada Stella, tentang bagaimana dirinya pertama kali disambut di keluarga Drake,lalu perubahan sikap nenek WIlliam. Namun, dalam hubungannya dengan William tidak ada hal yang serius. Pria itu tetap memperlakukannya seperti biasa, bahkan belaka
Satu minggu berlalu sejak kejadian itu. Rencana Daisy yang akan mengunjungi Kayla di kediaman mereka batal karena tiba-tiba saja sang Kakek harus ke luar kota hingga membuat Daisy harus mempersiapkan banyak hal untuk perjalanan mereka.Kayla tidak mempermasalahkannya, bahkan dia sedikit lega. Entah kenapa perubahan sikap neneknya yang cukup mendadak ini membuat Kayla sedikit heran. Apa pikirannya saja atau … tetapi melihat William yang tidak terlalu membahas lebih dalam masalah ini dia juga tidak memikirkan lebih jauh.Selama seminggu ini juga, dia sibuk belajar membuat kue kesukaan Daisy, dengan mendapatkan resep dari chef kediaman keluarga Drake. Semua berjalan tenang dan hubungannya dengan William semakin hari makin dekat. Bahkan William akan selalu menghubungi Kayla di tengah kesibukannya. Hal ini membuat Kayla tidak akan pernah jauh-jauh dari ponselnya.“Kak Will, nanti aku akan pergi dengan Stella.” Kayla memberikan laporannya pada William. Sebenarnya dia juga sudah memberitahuka
“Nenek?!” seru keduanya.Nenek William berdiri di ambang pintu, menatap mereka dengan ekspresi tak terbaca. Ada sedikit senyum di sudut bibirnya, tetapi matanya menunjukkan sesuatu yang lebih dalam. Keduanya langsung membenarkan posisi mereka, karena saat ini keduanya terlihat sangat dekat dan sedikit intim.“Maaf mengganggu,” ujar sang nenek, melangkah masuk tanpa menunggu izin. “Tapi aku harus mendiskusikan hal ini denganmu William.”William dan Kayla saling berpandangan. “Apa yang ingin nenek diskusikan?” tanya William dengan nada yang sedikit lebih dalam, menatap neneknya dengan penuh kewaspadaan.Daisy duduk di kursi seberang mereka. Pandangannya beralih pada Kayla sesaat, senyum hangat tersungging di bibirnya.“Sebenarnya ini aku ingin bicara hanya denganmu, Will. Tapi karena Kayla ada di sini, mungkin akan lebih baik sekalian.”Kayla berusaha menyembunyikan kegugupannya dengan menundukkan pandangan, namun perasaannya seakan tertahan. Entah kenapa, setiap kalimat yang keluar dar