Share

Bab 4. Rencana Pernikahan

Pertanyaan William membuat semua orang langsung terkesiap.

“Astaga, Kayla! Sudah dilamar itu!”

“Cepat terima!“

Mendengar komentar beberapa temannya itu, Ghafa juga langsung tertawa rendah seraya menatap saudarinya itu dengan tatapan terhibur. “Kalau kamu diam seperti ini, Kakak akan artikan kamu menerima lamaran William loh, ya? Dengan begitu, kita bisa—”

PLAK!

Suara pukulan mengejutkan semua orang, menyadari bahwa Kayla baru saja menepis tangan Ghafa dengan begitu kencang dari pundaknya.

Dengan wajah dingin, gadis itu berkata, “Aku yakin kakak-kakak punya banyak hal untuk dibicarakan selain diriku, jadi aku izin dulu untuk menjamu tamu lain. Permisi.”

Usai mengatakan hal tersebut, tanpa menoleh sedikit pun ke arah William maupun Ghafa, Kayla langsung berbalik dan berlari kecil untuk pergi meninggalkan tempat itu.

Seorang teman wanita Ghafa yang merasa sedikit tidak enak melihat Kayla pergi seperti itu gegas bertanya, “Dia tidak marah ‘kan, Ghaf? Apa candaan kita tadi keterlaluan?”

Berdiri di tempatnya, Ghafa sebenarnya juga bingung dengan sikap Kayla yang terlewat sensitif dibandingkan biasanya. Akan tetapi, guna menenangkan hati para tamunya, pria itu langsung tersenyum.

“Tidak, tidak. Kalian santai saja. Kayla tidak mungkin marah.” Kakak Kayla itu pun langsung menyeret teman-temannya ke arah panggung. “Sudah, lebih baik kalian ikut aku dan nikmati pesta! Mari kita bernyanyi sampai pagi!”

Baru berjalan beberapa langkah, Ghafa sadar ada yang hilang. Dia menoleh ke belakang, mendapati William terdiam di tempatnya selagi menatap ke arah kepergian Kayla.

“Will! Ayo ikut. Apa yang kau lakukan, Bro?”

Dipanggil, William pun akhirnya berbalik menatap Ghafa. Mata pria itu tampak tenang dan air mukanya datar tidak terbaca.

Sekilas, Ghafa merasa dia melihat ada sedikit ketidakpuasan di wajah William, tapi … kemudian fokusnya teralihkan saat sang sahabat menjawab santai, “Oke.”

***

“Haah ….” Helaan napas panjang terlontar dari bibir Kayla yang baru merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

Lelah akibat pertemuan singkat dengan teman-teman SMA sang kakak, Kayla pun memutuskan untuk beristirahat sesaat di kamar.

“Kamu tidak mau lagi menjadi calon istriku? atau … aku yang tidak masuk lagi dalam list kategori calon suamimu?”

Teringat kalimat yang William ucapkan tadi, Kayla langsung menautkan alis dan menutup matanya dengan lengan.

“Apa dia lupa sudah menolakku dengan begitu kejam dulu? Dasar tidak tahu malu,” gerutu Kayla, merasa William seperti mempermainkan perasaannya. Kemudian, dia menghela napas lebih panjang sebelum berkata, “Sepertinya … dia juga lupa dengan kejadian di malam itu ….”

Senyuman pahit terlukis di bibir Kayla, menertawakan dirinya yang sedikit konyol.

Kalau dipikir-pikir kembali, tentu saja William mabuk berat hingga bisa tidur dengannya. Kalau tidak, pria yang menganggap Kayla hanya seorang anak kecil itu pasti tidak akan sudi menyentuh satu helai pun rambutnya!

“Bukankah ini bagus?” ucap Kayla kepada dirinya sendiri. “Dengan begini, tidak ada orang yang tahu mengenai apa yang terjadi dan aku bisa menyembunyikan hal ini hingga akhir hayatku ….”

Walau mulutnya berucap demikian, tapi kenapa rasanya hati Kayla merasa sedikit tidak terima?

Kepala Kayla menggeleng cepat, tidak ingin memikirkan hal yang tidak berguna semacam itu lagi. Dia menggulingkan tubuhnya ke samping dan meringkuk selagi menutup mata perlahan.

“Yang penting, masalahnya sudah selesai ….”

Terlalu lelah secara fisik dan batin, Kayla tanpa sadar berujung tertidur dengan lelap usai mengatakan hal tersebut.

Hanya ketika jam menunjukkan pukul sepuluh malam dan pesta sudah selesai, barulah gadis itu terbangun dengan kaget.

“A-aku ketiduran!” Kayla langsung mendudukkan diri dan merapikan penampilannya. “Astaga, Kak Ghafa pasti akan membunuhku!” pekiknya seraya keluar dari kamar, berharap masih ada hal yang bisa dia lakukan agar Ghafa tidak begitu marah padanya.

Namun, baru saja membuka pintu kamar dan menginjakkan kaki di area ruang tamu, Kayla malah mendengar suara sang ayah, Andre Malik, berkata dengan tegas, “Kalau memang begitu, tidak ada pilihan lain, William dan Kayla harus menikah sesegera mungkin.”

Mendengar hal tersebut, mata Kayla langsung membola. “Apa?!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status