Share

Diacuhkan

"Itu obat untuk siapa?!"

Pak Majid menarik bungkusan obat. Cukup diakui kejelian mata pak Rudi mengenali beberapa bungkus obat. Dengan senyum smirknya ia bertanya lagi.

"Pak Majid sakit? Atau anak bapak?!"

Mendengar itu, Nimas segera ke luar. Entah mengapa ia merasa ia harus ikut campur. Di sini, siapapun yang sakit seakan dijauhkan dan diperlakukan seakan hama.

"Enggak. Abi sama aku sehat."

Pak Majid menoleh ke anaknya. Bukannya malah aneh punya obat --kebetulan bisa dikatakan cukup langka di desa ini--disaat mereka sedang tidak sakit.

Pak Majid mendesah kecewa di dalam hati. Nimas memperhatikan reaksi abinya jadi tertunduk. Nimas tau dirinya salah mengatakan hal itu.

"Oh, jadi pak Majid meminta obat begitu saja?"

Bagai memakan buah simalakama. Jika ia mengaku sakit, bisa saja dipelintir sebagai biang wabah. Tapi tidak jujur pun pasti salah. Sementara, pak Majid belum mau mengatakan keberadaan Fawaz di rumahnya.

Ia hanya berharap mantri Yanto tidak datang cepat. Pasti kehadiran
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status