Leonardo semakin yakin jika wanita di depannya bukan wanita sembarangan saat melihat ekspresi Clarissa yang biasa saja membuat
“Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu tidak merasa takut sama sekali kepadaku?” tanya Leonardo tepat di hadapan Clarissa.
Salah satu sudut bibir Clarissa tertarik saat mendengar ucapan Leonardo yang terkesan penasaran kepadanya. “Clarissa.”
Clarissa tidak mengatakan apa pun. Dia ingin Leonardo lebih penasaran kepadanya hingga membuat lelaki itu terjerat dalam genggamannya agar dia lebih mudah untuk membalas dendam kepada David Lee,. Clarissa tahu jika Leonardo Shu adalah keponakan dari istri David Lee. Namun, sayangnya Leonardo Shu tidak tau dengan siapa saat ini dia berhadapan.
“Apa pekerjaanmu?” tanya Leonardo Shu dengan menatap Clarissa secara intens.
Clarissa dengan santai melangkah menuju ke meja yang ada di kamar Leonardo. Dia mencoba mengambil sebuah pisau buah, mulai memainkan pisau tersebut dengan cara melemparkan ke atas berulang kali.
“Menurut Tuan apa pekerjaanku?” ucap Clarissa menatap Leonardo dengan menangkap Pisau yang baru saja dia lempar ke atas.
“Jangan membuatku semakin penasaran, Nona! Katakan siapa dirimu, dan apa pekerjaanmu?” Leonardo sudah sangat kesal mendengar semua celotehan Clarissa. Dia tidak sabar mendengar jawaban dari Clarissa. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Dia merasa dipermainkan Clarissa. Aura pembunuh semakin melekat di tubuhnya saat Clarissa tidak langsung menjawab pertanyaannya.
Clarissa mengambil sebuah apel tanpa izin dari Leonardo. Dia mengupas buah apel tersebut dengan santai. “Jika aku mengatakan semuanya kepada Tuan. Apakah Tuan akan menuruti semua permintaanku?”
“Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Atau jangan-jangan kamu ingin menjebakku dengan pura-pura pingsan di depan mobil?” tanya Leonardo. Jika saja Clarissa bukan seorang wanita, mungkin saat ini juga Leonardo akan membunuh Clarissa.
Clarissa menggigit apel tersebut, dan menikmati setiap gigitan apel yang masuk ke dalam mulutnya. Sudah lama dia tidak makan buah sampai dia tidak memedulikan ocehan Leonardo. Tentu saja hal itu membuat Leonardo naik tikam. Dia merasa Clarissa tidak tahu diri.
“Buang apel itu! Aku tidak mengizinkan mu menyentuh barangku. Apalagi memakan makanan yang ada di kamarku!” bentak Leonardo. Dia mulai habis kesabarannya menghadapi Clarissa.
Clarissa menaruh apel tersebut kembali ke wadahnya. Bahkan dia juga memuntahkan apel yang baru saja dia kunyah ke dalam wadah buah. Membuat mata Leonardo melotot.
“Apa yang kamu lakukan?!” tanya Leonardo meninggikan suaranya. Dia tidak mengerti akan kelakuan Clarissa yang semakin ruwet.
“Bukankah, Tuan memintaku untuk membuang apel ini? Rasanya sayang jika apel ini di buang. Jadi aku taruh di tempat dia berasal. Oh ya, Tuan ingin tahu siapa aku, pekerjaanku sebagai apa? Sekali lagi aku katakan namaku Clarissa. Aku hanya wanita biasa yang belum mempunyai sebuah pekerjaan. Namun kalau aku disuruh membunuh orang, aku masih sanggup, Tuan. Ya ... anggap saja aku adalah pembunuh bayaran.”
Sulit bagi Leonardo percaya jika wanita secantik Clarissa adalah seorang pembunuh bayaran. Namun, jika dilihat dari cara dia menghadapi Leonardo yang terkesan santai, membuat Leonardo merasa sedikit yakin dengan apa yang dikatakan Clarissa.
Leonardo kembali mendekati Clarissa. Kali ini dia menarik tangan Clarissa pergi dari kamarnya. Dia ingin membuktikan apa yang dikatakan oleh Clarissa.
Clarissa hanya mengikuti langkah Leonardo, tanpa ingin memberontak. Dia ingin tahu kemana Leonardo akan membawanya.
Semua penghuni di mansion itu manatap Clarissa yang saat ini ditarik tangannya oleh Leonardo. Mereka sangat khawatir dengan gadis yang belum mereka kenal. Karena mereka tahu sifat asli Leonardo.
Leonardo melepaskan tangan Clarissa dengan keras hingga Clarissa bersadar di samping mobil.
“Masuk!” bentak Leonardo meminta Clarissa untuk masuk ke mobilnya. Namun ,sayangnya Clarissa bukannya menuruti perintah Leonardo, tetapi dia malah bersedekap dada. Seolah-olah menantang Leonardo.
“Maaf, Tuan. Aku tidak mau mengikuti semua perintahmu. Jika kamu tidak menuruti permintaanku,” ucap Clarissa dengan santai.
“Beraninya kau!” Tangan Leonardo sudah terangkat ingin menampar Clarissa. Tapi, dia urungkan niatnya. Tangannya turun saat dia menatap mata Clarissa yang begitu cantik.
Clarissa tersenyum melihat kelemahan Leonardo. “Kenapa tidak jadi, Tuan? Tampar saja jika Tuan mampu menampar saya. Saya bukan wanita lemah yang tidak bisa menghadapi lelaki seperti Anda.”
Mendengar celotehan Clarissa membuat Leonardo mendekatkan wajahnya ke wajah Clarissa hampir tidak ada jarak diantara mereka berdua.
“Aku akan memberikan kamu pekerjaan setelah kamu ikut denganku,” ucap Leonardo tepat di wajah Clarissa. Sontak, Clarissa mampu merasakan hembusan nafas Leonardo.
Clarissa mencoba menahan dirinya saat hembusan nafas Leonardo menyentuh kulit wajahnya. Dia sebisa mungkin mencoba untuk terlihat biasa saja di depan Leonardo. Tanpa menjawab ucapan Leonardo, Clarissa masuk ke dalam mobil Ferrari milik Leonardo. Dia tidak peduli dibawa pergi ke mana oleh Leonardo, yang jelas dia bisa dekat dengan David Lee melalui bantuan dari Leonardo.
Leonardo dan Clarissa turun dari mobil setelah sampai di sebuah gedung berlantai dua, berwarna putih yang terdapat sebuah patung serigala di kedua sisi pintu utama gedung tersebut.
Di luar gedung itu banyak penjaga memakai seragam serba hitam dilengkapi dengan senjata api SS-2 yang hanya dimiliki oleh para anggota militer negara.
Clarissa hanya melirik, memperhatikan senjata tersebut. Setelah itu dia mengikut langkah Leonardo. Dia sangat berharap bisa masuk ke dalam anggota geng yang saat ini markasnya dia kunjungi. Clarissa yakin ini adalah salah satu geng mafia yang berada dalam naungan David Lee. Bahkan geng mafia yang saat ini dia kunjungi adalah geng paling bawah yang berada dalam naungan David Lee.
Semua orang membungkuk saat Leonardo datang. Namun, tidak ada satupun yang dipedulikan Leonardo. Lalu Leonardo Shu bertemu dengan seorang pemuda yang tampan, rambutnya panjang sampai di atas bahu. Pemuda itu berkulit putih, tingginya hampir seratus lima puluhan.
Pemuda itu menundukkan kepalanya saat Leonardo mendekatinya, dan saat itu pula Leonardo mengatakan sesuatu ke telinga seorang pemuda yang asing di mata Clarissa.
Pemuda itu menatap Clarissa dengan tatapan penuh gairah. Dia menatap Clarissa dari bawah hingga ke atas.
Tangan Clarissa mengepal saat pemuda itu menatapnya dengan penuh hina. Andai tidak ada Leonardo, maka detik itu juga Clarissa akan membunuh pemuda itu.
“William Zhi,” ucap pemuda yang bernama William dengan mengulurkan tangannya di depan Clarissa. Namun, Clarissa tidak mau membalas uluran tangan William membuat Leonardo tampak heran melihat sikap Clarissa kepada William.
“Dia adalah pemimpin di anggota Geng Serigala Putih. Jadi tolong hormati dia,” ucap Leonardo kepada Clarissa.
“Aku tidak akan menghormati seseorang yang tidak bisa menghormati seorang wanita,” ucap Clarissa tanpa takut sedikitpun.
William Zhi yang awalnya memandang rendah Clarissa menjadi penasaran melihat sikap Clarissa yang terkesan sangat jual mahal.
William mulai menurunkan tangannya dan membawa Leonardo beserta Clarissa menuju ke ruangan yang sangat luas. Ruangan itu seperti area pertandingan. Banyak tempat duduk yang berjejer mengelilingi sebuah ring pertandingan.
Clarissa melihat lima orang berada di atas Ring. Dia belum tahu pasti apa yang akan terjadi yang jelas dia akan mengikuti semua permainan yang Leonardo berikan kepadanya.
“Kamu lihat kelima orang itu.” Leonardo menatap Clarissa beralih menunjuk ke arah kelima orang tersebut. “Lawan kelima orang itu. Jika kamu menang, kamu akan bergabung dalam anggota geng ini. Namun, jika kamu kalah, kamu akan mati ditanganku,” lanjut Leonardo Shu dengan bersedekap dada. Kedua sudut bibir Clarissa tertarik mendengar semua tawaran Leonardo. Dia melangkah mendekati Leonardo. Bahkan tidak ada jarak diantara mereka saat ini. “Aku pegang kata-kata, Tuan,” ucap Clarissa tepat di telinga Leonardo. Kemudian dia pergi ke arah Ring. Melihat hal itu Leonardo merasa khawatir. Bagaimana seorang wanita tidak punya rasa takut sama sekali? “Tunggu ....!” Leonardo turun dan mendekati Clarissa. Dia menarik tangan Clarissa membuat Clarissa mengernyitkan dahinya. Clarissa mengibaskan tangan Leonardo Shu. “Lepaskan aku, Tuan! Anda yang menginginkan aku untuk melawan kelima orang itu. Namun, kenapa sekarang anda berubah pikiran?” Leonardo menatap mata Clarissa dengan tajam. “Kamu
Mata Clarissa tidak mampu menatap mata Leonardo. Dia menundukan kepala seraya berkata, “Aku….” Clarissa menghembuskan nafas panjang. “Tadi aku terlalu semangat menghajar kelima orang tersebut sampai aku tidak sadar kuku ku menancap telapak tanganku saat aku sedang meninju mereka. “Ambil P3K, William,” ucap Leonardo Shu memperhatikan tangan Clarissa yang terluka. Clarissa hanya mampu menatap Leonardo. Dia sangat yakin kali ini Leonardo Shu sudah mulai tertarik dengannya. Dari cara Leonardo Shu menatapnya sudah terlihat jelas jika Leonardo mulai mengkhawatirkan dia. Senyum Clarissa tidak menghilang dari bibirnya sedari tadi, bahkan ketika Leonardo mulai menatap wajahnya. “Kenapa kamu malah tersenyum? Apa kamu mulai tidak waras?” tanya Leonardo heran kepada Clarissa. “Maaf, Tuan. Aku hanya tersenyum melihat sikap anda yang berlebihan.” Mata Clarissa mulai menatap mata elang milik Leonardo Shu. “Orang yang baru saja ingin membunuhku, saat ini mengkhawatirkanku. Apa menurut Tu
Clarissa dan Leonardo turun di sebuah bangunan berlantai dua yang sangat menyeramkan. Bangunan itu diberi cat warna merah, dipadukan dengan hitam. Lampunya tidak terang. Membuat siapa saja yang ada di sana pasti merinding melihat kesan pertama pada bangunan itu. Apalagi ada patung Serigala yang siap menerkam musuhnya di setiap sudut ruangan.Clarissa melangkah memasuki bangunan itu didampingi Leonardo Shu. “Apa kamu akan berkumpul dengan orang-orang penting di sini?” tanya Clarissa kepada Leonardo. “Iya. Aku juga akan memperkenalkan kamu kepada mereka.” Senyum simpul tak lepas dari bibir Leonardo Shu saat berbicara dengan Clarissa. Dia sudah tidak marah-marah lagi kepada wanita yang saat ini ada di hadapannya.Clarissa bingung harus mengatakan apa untuk menghindari pertemuannya dengan David Lee. Dia merasa belum siap. “Bisakah lain kali?” tanya Clarissa. Berharap Leonardo mau memahami dirinya sebagai anggota baru.Leonardo mulai mengernyitkan dahinya. “Kenapa kamu menolak. Bukankah
Melihat Clarissa, sudut bibir lelaki itu tertarik. Sekuat tenaga dia berusaha menahan diri mengatakan siapa dia sebenarnya. Dia ingin menguji Clarissa, sejauh mana tingkat kewaspadaan gadis itu. “Kenapa Anda diam saja? Jawab pertanyaanku, Tuan.” Clarissa berkata dengan pelan. Tapi, penuh dengan penekanan. “Kalau saya tidak ingin mengatakannya. Apa yang akan Anda lakukan?” Kontan pertanyaan itu membuat hati Clarissa membara. Dia merasa ada api yang membakar seluruh tubuhnya. Dengan cepat dia mengeluarkan karambitnya, mengarahkan ke arah leher lelaki itu. “Katakan, kalau kamu tidak ingin mati ditanganku,” bisik Clarissa di telinga lelaki itu. “Ternyata putri dari tuanku sudah sangat hebat. Dia bahkan tidak pernah takut dengan lawannya.” Kedua alis Clarissa bertempur mendengar ucapan lelaki itu. Tetapi, dia tidak ingin gegabah dalam bertindak. Lirikan matanya yang tajam membuat siapa saja pasti akan gemetar dibuatnya. Persis seperti ayahnya. “Jangan mengelabui aku, Tuan. Aku buka
Leonardo mengambil nafas panjang mendengar pertanyaan Clarissa. Dia mencoba menahan emosinya saat menghadapi Clarissa yang keras kepala. “Jangan memancing emosiku, Clarissa.” “Aku tidak memancing emosimu, Tuan. Aku adalah salah satu anggota di geng mafia yang berada dalam naunganmu bahkan aku adalah wakil pemimpin di Geng Srigala Putih. Namun, kamu tidak mau mengatakan misi itu kepadaku. Lalu apa artinya aku menjadi seorang wakil pemimpin di geng itu?” “Dengarkan aku, Clarissa. Aku cuma ...,” “Lebih baik aku mundur saja, Tuan. Daripada aku hanya menjadi boneka,” ucap Clarissa. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Leonardo Shu. Leonardo mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sangat mengkhawatirkan wanita yang saat ini duduk di sampingnya. Namun, ternyata wanita itu sama sekali tidak mengerti. “Oke, aku akan mengatakan semuanya kepadamu. Kita ada misi mengambil berlian permata biru laut yang berada di tangan Mahesa Cao. Seorang bos Mafia yang terkenal sangat kejam. Aku harap kamu tidak ter
Clarissa duduk menyilangkan kakinya sesaat setelah mengambil minuman dari atas meja. Setiap tegukan jus yang masuk ke dalam bibir Clarissa tak luput dari perhatian Mahesa Cao, membuatnya tidak sabar untuk memiliki Carissa. “Kenapa kamu tidak menjawab, Sayang?” Mahesa berusaha membelai pipi Clarissa. Namun, tangannya ditahan oleh Clarissa. “Jika anda berminat, jangan di sini karena aku tidak suka jadi tontonan." Kedua sudut bibir Mahesa terangkat seketika. Dia menatap Clarissa penuh dengan nafsu. Ia berdiri dan mengulurkan tangannya untuk Clarissa. Clarissa tersenyum menerima uluran tangan lelaki yang sudah masuk ke dalam perangkapnya. Dia berdiri menggandeng tangan lelaki itu, melangkah ke luar club dengan sangat anggun. Membuat siapa saja iri melihat pemandangan tersebut. "Kita akan ke mana, Sayang?" "Terserah, yang jelas aku tidak suka di hotel karena aku ingin berlama-lama berada di sampingmu," ucap Clarissa bergelayut manja. "Baiklah, kalau begitu kita ke markas.” Clarissa
“Lepaskan aku!" bentak Clarissa kepada lelaki tersebut. Lelaki itu menggelengkan kepalanya. “Ingat ayahmu, Nona Clarissa.” Clarissa menatap lelaki itu. Dari sorot matanya seperti pernah melihat orang itu. "Kamu lagi. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu seolah-olah tahu siapa aku?" "Tidak penting, Nona. Ayo kita pergi dari sini. Aku ada jalan pintas." Lelaki itu menarik tangan Clarissa. Dia mengajak Clarissa lari dari bangunan yang hampir ludes terbakar. Walaupun dengan banyak rintangan akhirnya mereka bisa keluar dari markas Mahesa Cao. Kedua nafas orang itu tersengal-sengal saat mereka telah sampai di lantai bawah. Clarissa sendiri tidak tahu bagaimana orang itu bisa tahu jika dia berada di markas musuh. "Ayo masuk, Nona. Sebelum mereka mengetahui keberadaan kita," ucap orang itu saat mereka sampai di samping mobil Subaru Impreza putih. Clarissa mengikuti perintah orang tersebut untuk masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Sesekali dia menatap lelaki itu. "Kenapa kamu tida
"Permisi, Tuan." Refleks mata Leonardo melirik ke arah sumber suara. Ternyata orang yang baru saja menganggu kesenangannya adalah salah satu anak buahnya yang berada dalam anggota Geng Srigala Putih. Clarissa yang menyadari hal itu langsung pergi ke kamar. Dia menutup pintu kamarnya. Dia bahkan tidak melihat orang itu sama sekali. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Merasa bodoh dengan apa yang dia lakukan dengan Leonardo Shu tadi. Andai saja orang itu tidak datang, entah apa yang terjadi antara dia dan Leonardo. *** Leonardo Shu menarik tangan orang itu untuk menjauh dari kamar Clarissa. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?!" Lelaki itu menundukkan kepalanya. Dia sadar betul jika dirinya telah datang di waktu yang salah. "Maafkan saya, Tuan. Bukan maksud saya untuk mengganggu anda, akan tetapi ....," "Tapi apa? Katakan! Jangan buang waktuku untuk hal tidak penting." "Markas Geng Srigala Putih diserang, Tuan." Tanpa banyak bertanya, Leonardo Shu langsung pergi begitu saj
“Pesan dari David lee, dia tahu kalau aku masih hidup, dan dia ingin membawa aku kepadanya. Lelaki ini mungkin berpikir kalau aku bodoh, Paman.” “Biarkan saja, Clarissa. Kita yang akan membuat dia menjadi orang bodoh. Kamu tinggal di rumah aku akan membawa Zero pergi ke rumahnya, dan buat dia yakin bahwa Zero telah berhasil menjalankan misinya.”Clarissa tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander, dia akan menuruti semua yang dikatakan lelaki itu, mungkin itu seperti sebuah permainan yang sangat menyenangkan. Clarissa sedang asyik memainkan ponsel Zero, sedangkan Alexander langsung pergi bersama anak buahnya yang baru saja datang. Kali ini dia tidak hanya akan memberikan kejutan kepada David, tetapi dia juga akan menyelamatkan Isabella, dan setelah semuanya selesai, Alexander akan menghubungi JUstine untuk menyelamatkan kakaknya.Sesuai dengan rencana, Alexander meminta anak buahnya meletakkan potongan mayat Zero berada di depan pintu mansion David, sedangkan Alexander, d
Mengingat Clarissa dia malah teringat Zero yang sudah mulai tergila-gila kepada wanitanya itu. Entah mengapa dia juga takut jika sebenarnya ini hanya sebuah jebakan dari Zero untuk membuat Clarissa bisa ditangkap David Lee. Leonardo ingin menghubungi Clarissa untuk berhati-hati. Akan tetapi saat ini dia juga tidak memiliki sebuah ponsel untuk menghubungi Clarissa.Leonardo mulai bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa, yang bisa dia lakukan saat ini adalah berharap agar tugas Justine bisa segera karena hanya itu cara dia untuk membuat Clarissa selamat dari Zero.Dia tahu selama ini Zero tidak sungguh-sungguh mencintai Clarissa. Ada maksud dan tujuan tersembunyi dari lelaki itu untuk Clarissa kalau tidak, tidak mungkin lelaki itu menyakiti Clarissa selama ini.Leonardo langsun mempercepat langkahnya agar dia segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya terasa sakit, begitu pula dengan kepalanya. Rasa khawatir mulai menghantui di dalam pikirannya. ***“Bagaimana menurut
“Syaratnya, kamu harus membebaskan ayah Clarissa.”Justine masih berpikir keras dengan hal itu. Dia tidak mungkin membebaskan pamannya sebelum ibunya bebas dari tangan ayahnya sampai dia hanya bisa diam saat Leonardo mengatakan syarat yang diajukan kepadanya.“Bagaimana? Apakah kamu sanggup? Kamu sudah membunuh Clarissa dan aku sudah kehilangannya, sebagai rasa penyesalanmu aku ingin kamu membebaskan ayahnya.”Justine masih membatu. Dia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab perkataan Leonardo. Dia masih bingung akan semua hal itu. Dia tahu bahwa sampai detik ini dia bersalah dengan Clarissa. Oleh sebab itu, dia membebaskan Leonardo. Apalagi setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rissa Elmer bahwa dia harus meminta maaf dengan cara membebaskan orang yang paling disayang Clarissa waktu Rissa berada di apartemennya.“Kenapa kamu malah diam, Justine? Apa kau tidak mendengarkan apa yang sedang aku katakan?” tanya Leonardo Shu sedikit kecewa.JUstine menghela napas pa
Justine yang baru saja merebahkan tubuhnya dengan memainkan ponsel, kaget saat mendapatkan pesan suara dari seseorang yang tidak dia kenal. Api amarah mulai menyelimuti hatinya saat mendengar suara orang yang tidak asing baginya berbicara di dalam telepon genggam Justine. “Biadab kamu, Zero!” Justine melempar ponselnya hingga ponsel itu terjatuh di lantai dalam keadaan pecah. Dia benar-benar tersulut emosi. selama ini dia tidak menyangka jika ayahnya sangat peduli dengan Zero, tetapi tidak dengannya. Justine mengambil ponselnya yang lain, lalu dia menghubungi salah satu anak buahnya untuk melepaskan Leonardo. [“Bagaimana kalau tuan David tahu tentang ini, Tuan muda? KIta bisa dimakan habis oleh beliau.”] “Kau ikuti perintahku atau ikuti perintah tua bangka itu?” [“Baik, Tuan.”] Justine langsung menutup sambungan teleponnya. Dia sudah tidak sabar lelaki itu bebas untuk membunuh Zero karena hanya dia yang bisa melawan Zero untuk saat ini. JUstine mengirimkan sebuah pesan kepada ana
Clarissa menatap ke arah pintu dan beralih menatap sang paman, seolah menanyakan siapa yang sedang mengetuk pintunya.“Kenapa kamu malah menatap paman? Kamu tanya kepada paman? Mana mungkin paman tahu. Coba kamu lihat siapa yang datang,” perintah Alexander kepada Clarissa.“Tidak mungkin Justine, kan, Paman? Tadi dia baru saja menghubungiku.”Alexander langsung bingung ketika Clarissa mengira itu adalah Justine. Dia melihat ke sana-sini, mencari tempat untuk bersembunyi.Alexander langsung pergi menuju kamar, dia tidak tahu itu kamar Clarissa atau kamar tamu, yang terpenting baginya adalah mencari tempat persembunyian yang tepat, dengan memerhatikan siapa yang baru saja datang mengunjungi apartemen Clarissa dari balik pintu kamar.Dia terus memerhatikan kedua orang yang saat ini ada di hadapannya, dia melihat setiap gerak -gerik mereka.“Clarissa … aku membutuhkanmu,” ucap Zero duduk di sofa yang ada di ruang tamu.“Kamu kenapa?”“Aku sedang mencari ibuku, Clarissa. Dia diculik oleh s
“Tentu, rencana ini jauh lebih berhasil daripada rencana kita yang sebelumnya. Sebenarnya ini adalah rencanamu, Clarissa. Aku hanya memperbaikinya saja.”Clarissa masih belum paham apa yang dikatakan oleh sang paman. “Aku belum mengerti, Paman.”Alexander berdiri, dia melihat ke sekitar ruangan itu, degan memikirkan apa yang sedang dia bicarakan dengan Clarissa.“Aku pernah dengar sebelum Leonardo ditangkap kembali oleh David, dia telah menculik ibu Zero, istri kedua David Lee. Aku akan membantumu untuk meyakinkan Zero jika sebenarnya, selama ini David lee hanya memanfaatkan dia, sedangkan kamu, kamu buat Justine semakin membenci David Lee karena ibunya di sekap. Buat Justine menyesal karena selama ini telah membantu ayahnya yang selalu menyakiti keluargamu.”Clarissa malah tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander. “Itu adalah rencana yang sudah aku pikirkan sebelumnya, Paman. Walau aku tidak tahu jika Leonardo menculik ibu Zero. Tapi, di mana sekarang ibu Zero? Apakah Davi
Carissa bingung harus menjawab apa dengan pertanyaan pemuda itu. Dia tidak mungkin mengatakan jika itu adalah mayat Arman, terpaksa dia harus memikirkan terlebih dahulu alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan salah satu anak buah Nelson tersebut.“Nona Risa kenapa kamu malah diam? Apakah pertanyaanku ada yang salah?”“Bukan seperti itu, tetapi aku rasa kamu tidak perlu menanyakan isi dari kardus itu karena itu bukan urusan kamu, kalau kamu berniat membantuku angkat saja barang itu kedalam bagasi, tetapi kalau kamu tidak berniat membantuku, kamu tidak perlu repot-repot untuk membuang tenagamu.”“Aku hanya ingin tahu saja, Nona. Kalau kamu tidak ingin memberitahukan kepadaku juga tidak masalah.”Lelaki itu berusaha mengangkat kardus tersebut. Namun, kardus itu sangat berat, bahkan beratnya seperti dia memikul satu orang laki-laki yang tenaganya sangat kua. Lelaki itu meletakkan kardus itu kembali. Dia menatap heran ke arah Clarissa. “Kenapa berat sekali Nona? Aku seperti menggendo
Clarissa duduk di samping Arman. Dia mengambil sebuah pisau tajam yang ukurannya terbilang cukup kecil. Dia menancapkan pisau itu di dada Arman dan juga di leher lelaki itu. Dia sudah lama tidak bermain dengan benda tajam akhir-akhir ini. Jadi, kali ini dia merasa bahwa dia cukup puas telah melampiaskan kekesalannya kepada Arman. Akan tetapi, dia juga tidak tahu akan dia bawa kemana mayat Arman. Clarissa kembali berdiri untuk mencari jalan keluar, ketika dia mencoba berpikir tentang cara dia bisa keluar dari semua masalah itu, dia melihat sebuah jendela. Clarissa tersenyum melihat jendela tersebut. Lalu dia melangkah mendekati jendela tersebut. Perlahan dia mulai membuka jendela itu, dan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja tanpa ada yang melihat kejadian tersebut. Saat dia sudah memastikan semuanya, Clarissa kembali menuju ke arah Arman. Dia ingin membawa Arman keluar dari tempat itu, tetapi dia jua tidak mau jika sampai ada yang melihat Arman. Lalu dia memutuskan untuk
Clarissa memutuskan sambungan telepon. Dia sangat sakit hati mendengar apa yang telah diucapkan pamannya. Selama ini dia berpikir jika sang paman akan selalu ada di sampingnya untuk membela dia, tetapi Alexander masih saja memikirkan Justine. Clarissa bingung ingin cerita dengan siapa, saat ini dia sudah tidak punya siapa-siapa, lalu dia memutuskan untuk pergi ke markas Geng Harimau Putih untuk melampiaskan kekesalannya. Dia pergi dengan mobil yang telah diberikan Nelson kepadanya. Setelah dia sampai di markas, semua orang langsung berkumpul, menyambut dia dengan menundukkan kepala. Mereka terlihat takut saat Clarissa datang dengan raut wajah yang menakutkan.Clarissa duduk di kursi yang biasa digunakan Nelson duduk dengan menatap semua orang yang ada di sana. “Bagaimana, apakah sudah ada perkembangannya tentang pembunuh calon suamiku?”Tidak ada yang menjawab pertanyaan Clarissa, semua orang yang di sana hanya mampu menyembunyikan wajahnya dari Clarissa sampai membuat Clarissa na