Share

Bab 7. Perdebatan antara Leonardo dan Clarissa

Leonardo mengambil nafas panjang mendengar pertanyaan Clarissa. Dia mencoba menahan emosinya saat menghadapi Clarissa yang keras kepala. “Jangan memancing emosiku, Clarissa.”

“Aku tidak memancing emosimu, Tuan. Aku adalah salah satu anggota di geng mafia yang berada dalam naunganmu bahkan aku adalah wakil pemimpin di Geng Srigala Putih. Namun, kamu tidak mau mengatakan misi itu kepadaku. Lalu apa artinya aku menjadi seorang wakil pemimpin di geng itu?”

“Dengarkan aku, Clarissa. Aku cuma ...,”

“Lebih baik aku mundur saja, Tuan. Daripada aku hanya menjadi boneka,” ucap Clarissa. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Leonardo Shu.

Leonardo mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sangat mengkhawatirkan wanita yang saat ini duduk di sampingnya. Namun, ternyata wanita itu sama sekali tidak mengerti. 

“Oke, aku akan mengatakan semuanya kepadamu. Kita ada misi mengambil berlian permata biru laut yang berada di tangan Mahesa Cao. Seorang bos Mafia yang terkenal sangat kejam. Aku harap kamu tidak tertarik dengan misi itu.”

“Jika aku tertarik bagaimana?” tanya Clarissa.

Mata Leonardo menatap Clarissa dengan Tajam. “Apa kamu ingin mati, Clarissa?!” 

“Apa kau meragukanku, Tuan Leonardo Shu? Kau pikir aku adalah wanita yang lemah, hingga aku tidak bisa melawan orang tersebut.”

Leonardo memejamkan matanya, memegang kepala yang terasa sangat pusing. Dia tidak ingin Clarissa dalam bahaya. Apalagi Mahesa bukan orang sembarangan. “Bisakah kamu mengikuti perintahku sekali saja? Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Clarissa.”

Dia mendekatkan wajahnya ke depan Leonardo. Hingga wajah mereka sangat dekat, bahkan hampir tidak ada jarak di antara mereka. 

“Apa sebegitu khawatirnya anda kepadaku, Tuan?”

“Cukup, Clarissa! Kamu tetap berada di mansion. Tidak ada bantahan lagi,” bentak Leonardo memukul meja makan.

Tangan Clarissa bersedekap di dada. “Maaf, Tuan. Alasan anda  tidak  masuk akal bagiku. Jadi, aku tetap akan ikut dalam misi ini.” Clarissa pergi dari hadapan Leonardo. Dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Leonardo.

“Clarissa, berhenti!”

Clarissa menoleh. Dia berbalik arah dan menatap Leonardo. “Seperti apa yang aku katakan sebelumnya, Tuan. Aku akan pergi dari Mansion ini, daripada aku hanya menjadi boneka di anggota geng itu.”

Leonardo Shu menghembuskan nafas gusar. Dia gelisah dengan ancaman Clarissa. Apa lagi Clarissa adalah wanita berkepala batu.

“Terserah kamu, Clarissa. Aku sudah tidak bisa menahanmu lagi. Tapi, kamu harus ingat satu hal. Kamu harus hati-hati dengan orang itu.”

Wajah Clarissa berubah sumringah. Dia berlari ke arah Leonardo. Memeluk lelaki itu dengan sangat erat. “Terima kasih, Tuan.”

Leonardo hanya terdiam mendapatkan pelukan secara tiba-tiba dari Clarissa. Membuat dia tidak tahu harus bagaimana. Tangannya perlahan membalas pelukan Clarissa bahkan saat ini jantungnya terasa ingin pindah dari tempatnya. Detak jantungnya begitu cepat. Hingga Leonardo takut jika Clarissa nanti mendengar suara detak jantungnya.

Clarissa mulai melepaskan pelukannya. Dia baru sadar dengan apa yang dia lakukan. “Maaf, aku kelepasan.”

Kedua pipi Clarissa memerah. Dia langsung pergi dari hadapan Leonardo. Bergegas menuju kamarnya lalu menutup pintu dengan sangat keras. 

“Dasar bodoh kamu, Clarissa. Apakah sebegitu murahannya dirimu? Hingga kamu memeluk Leonardo? Ingat Clarissa, kamu jangan sampai terbuai dalam permainanmu sendiri.”

Clarissa mulai mempersiapkan dirinya untuk misi merebut berlian itu dari tangan Mahesa. Dia mengambil ponselnya yang saat ini terletak di atas meja rias. Dia mengetik nama Mahesa Cao di internet. 

Perlahan dia membaca biodata lelaki itu. Bibirnya melengkung saat dia tahu bahwa lelaki itu adalah lelaki playboy yang memiliki banyak istri bahkan dari foto profilnya saja Clarissa bisa menebak sosok lelaki yang akan menjadi targetnya. Namun, dia butuh uang untuk melanjutkan misinya sedangkan dia sama sekali tidak memegang uang. 

Clarissa kembali mengambil napas gusar. Dia sebenarnya masih enggan untuk bertemu dengan Leonardo. Namun, mau bagaimana lagi, dia tetap harus menemui lelaki itu untuk meminjam uang.

Clarissa melangkah menuju ke kamar Leonardo. Perlahan tangannya mulai terangkat untuk mengetuk pintu yang terbuat dari kayu dengan tebal sekitar 6 cm. Clarissa menurunkan tangannya kembali. Dia mondar-mandir di depan pintu kamar Leonardo.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Leonardo saat dia membuka pintu.

Clarissa menghentikan langkahnya. Melihat ke arah Leonardo. Dia memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Walaupun sebenarnya, saat ini, dia sedang menanggung malu.

“Kenapa kamu ada di depan kamarku?”

Clarissa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung harus memulai perkataannya dari mana.

“Kamu ini aneh sekali. Membuat aku semakin pusing dengan sikapmu.” Leonardo menutup pintu kamarnya. Dia berjalan meninggalkan Clarissa.

Clarissa memegang tangan kekar milik Leonardo. Hingga Leonardo menghentikan langkahnya, beralih menatap tangan Clarissa yang saat ini memegang tangannya. “Ada apa Clarissa? Katakanlah.”

“Emmm. Bisakah … aku meminjam uang?” tanya Clarissa sedikit ragu.

Leonardo Shu mengerutkan keningnya. “Buat apa? Jangan bilang untuk misi itu. Awas kalau rencana kamu aneh-aneh.”

“Aku memang tinggal di sini. Tapi, aku rasa tidak semua ucapan Anda aku turuti.”

Leonardo Shu mengeluarkan sebuah kartu kredit tanpa limit kepada Clarissa. “Ini untukmu, mulai sekarang kamu tidak perlu meminjam lagi.”

“Ini apa? Aku hanya meminjam uang, bukan meminta belas kasihan dari Anda, Tuan.” Clarissa mengembalikan kartu kredit tersebut. Dia merasa terhina jika harus menerimanya. Leonardo memegang tangan Clarissa. Dia meletakkan kartu itu di telapak tangan Clarissa lalu beranjak pergi dari hadapan Clarissa.

Clarissa hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Leonardo. Dia menatap kembali kartu itu, mengambil napas gusar dan pergi ke kamarnya. 

Hari ini Clarissa akan mencari tahu di mana Mahesa Cao berada. Dia melihat penampilannya yang sudah terlihat sangat cantik dengan gaun merah yang panjangnya di bawah lutut.

Drettt ….

Clarissa menatap handphonenya, kemudian meletakkan di telinga. “ Hallo, bagaimana? Apakah kamu menemukan orang itu?"

[“Saat ini, dia berada di sebuah Club yang tidak jauh dari Mansion Leonardo.”]

“Perfect.” Clarissa memakai lipstik merah di bibirnya. “Aku akan ke sana sekarang.”

Clarissa memutuskan sambungan teleponnya. Meletakkan handphonenya ke dalam tas.

Dia melangkah dengan sangat anggun keluar dari Mansion itu. Begitu pula saat dia berjalan masuk ke dalam Club. Semua mata tertuju kepada Clarissa begitu pula dengan Mahesa Cao. 

Mahesa Cao langsung menepis semua wanita yang mendekatinya. Dia melangkah mendekati Clarissa. Dia duduk di samping Clarissa. “Bolehkah aku tahu namamu?”

Clarissa melepas kacamatanya. Menatap Mahesa Cao. “Hanya orang terhormat yang bisa duduk di sampingku.”

Mahesa semakin penasaran dengan Clarissa. Dia terlihat cantik dan menggoda. Tapi, tidak murah. “Apa menurutmu, aku tidak terhormat?”

Melihat Clarissa hanya diam. Mahesa memberanikan diri untuk duduk di samping Clarissa. “Apa kamu salah satu di antara mereka ?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status