"Ekhem … mau minum apa, Tuan David?" tanya seorang wanita paruh baya, dengan tubuh berisi mendekati David Lee.David Lee menatap wanita itu. Wanita yang pernah setia kepada kakaknya itu tentu tahu semua rahasia yang pernah dia lakukan lima belas tahun yang lalu. David Lee bangkit. Dia menarik tangan wanita tersebut menjauh dari Leonardo Shu. "Ada apa, Tuan? Mengapa anda menarik tangan saya dengan kasar seperti ini?" tanya wanita itu, pura-pura tidak tahu.David Lee melepaskan tangan asisten rumah tangga itu dengan keras saat dia tidak melihat siapa pun. "Jangan kamu katakan yang sebenarnya kepada Leonardo Shu kalau kamu ingin keluargamu selamat.""Kenapa Tuan jahat sekali kepada Tuan Antonio. Beliau adalah kakak Tuan. Seharusnya Anda menghormatinya dan menyayanginya, Tuan. Bukan menghancurkan seluruh keluarga beliau."David Lee mengangkat tangannya kemudian mengepalkan tangannya. Dia menurunkan kembali tangan yang hampir memukul asisten rumah tangga tersebut. Dia menyisir rambutnya
"Aku tau semuanya Clarissa. Aku tahu siapa kamu sebenarnya. Kamu adalah Clarissa Lee, 'kan? Anak kandung dari Antonio Lee. Saudara pertama pamanku. Seharusnya kamu yang berada di mansion ini, bukan aku.”Clarissa mendorong tubuh Leonardo Shu. Dia terkejut mendengar pertanyaan Leonardo Shu. Dari mana orang itu tahu siapa dia?Clarissa memalingkan wajahnya dari Leonardo. Dia tidak mampu menatap mata Leonardo.. "Kamu salah, Tuan. Aku bukan Clarissa yang kamu maksud. Mana mungkin aku pemilik mansion ini? Aku hanyalah orang biasa yang tidak punya apa-apa""Jangan membohongiku, Clarissa. Aku tahu kamu adalah Clarissa Lee."Clarissa menatap Leonardo Shu dengan nanar. "Sudah berapa kali aku katakan, aku bukan Clarissa Lee! Jangan memaksa aku untuk mengakui sesuatu hal yang mustahil seperti ini."Leonardo Shu berdiri. Dia meradang melihat Clarissa tetap tidak mau mengakui siapa dia sebenarnya."Ikut denganku!" ucap Leonardo mencekal tangan Clarissa."Kamu mau bawa aku kemana?" Leonardo Shu ti
Bugh …. Satu pukulan mendarat di kepala Antonio Lee. "Kalau tidak sadarkan diri seperti lebih tenang 'kan?" "Benar. Telingaku juga sakit mendengar ocehan orang ini. Eh, sebentar. Aku punya rencana agar dia tidak akan pergi kemana-mana," ucap lelaki yang memiliki kumis tebal. Lelaki yang memiliki rambut gondrong itu sedikit mengangkat wajahnya, seolah bertanya rencana apa yang ada di pikiran sang sahabat. "Kita potong kakinya. Agar dia tidak bisa pergi kemana pun." Lelaki gondrong itu menggelengkan kepala. "Kamu jangan gila. Walau bagaimanapun dia tetap kakak bos kita. Jadi kita harus menghormati dia." "Baiklah kalau kamu bahas hormat-menghormati. Kamu pikir kalau cuma di kunci, dia tidak bisa kabur? Dia itu pandai bela diri. Jadi hal itu sangat mudah untuknya." "Terserah kamu sajalah." Antonio Lee mulai dipaksa masuk ke dalam ruang kerjanya. Kaki Antonio sebelah kanan dipotong oleh kedua anak buah David Lee. Mata Antonio Lee mulai terbuka. Sayup-sayup, dia melihat darah be
David Lee meletakkan ponselnya di dekat cangkir yang ada di depannya. Senyum kebahagiaan telah terukir di bibirnya. Dia telah lama mencari gadis itu, tetapi ternyata dia malah bersembunyi di kandang milik David. Dia sangat yakin saat ini dia telah berhasil mengelabuhi Leonardo Shu. Dia tahu betul siapa Leonardo Shu. Seorang anak lelaki yang tidak pernah membantahnya, semua yang dia ucapkan selalu di turuti oleh Leonardo. "Kita tinggal menunggu gadis itu datag ke mari." "Apa ayah yakin jika dia akan datang? Jika pembantu itu mengatakan semuanya, apakah Leonardo Shu tetap akan percaya kepada Ayah?" tanya Justine le dengan menyeduh secangkir kopi. David Lee mengambil cangkir. Dia memasukan gula batu ke dalam angkir tersebut. Dia mengaduk kopi itu dengan perlahan. " Aku tahu siapa Leonardo Shu. Dia tidak akan mempercayai siapa pun selain aku." "Semoga saja begitu, Yah. Jika sampai Leonardo tahu yang sebenarnya. Aku tidak yakin jika dia mau memaafkan Ayah." "Dia bukan orang istimewa
"Kurang ajar kamu, Leonardo! Beraninya kamu membohongi putri tuanku. Aku akan selalu mengawasimu. Sebelum nonaku masuk ke dalam perangkapmu, kamu yang akan mati di tanganku." Lelaki itu meninggalkan mansion Leonardo Shu setelah meluapkan kekesalannya. Dia tidak mau berlama-lama melihat Leonardo Shu memeluk Clarissa. Krek! Tanpa sengaja dia menginjak sebuah batang kayu yang membuat Leonardo Shu menoleh ke arahnya, begitu pula dengan Clarissa. Lelaki itu langsung buru-buru pergi dari mansion Leonardo dia tidak mau Leonardo sampai memergoki dirinya. Leonardo Shu menoleh ke arah luar pintu saat mendengar suara tersebut. Dia merenggangkan pelukan Clarissa. "Kamu tunggu di sini. Aku akan segera kembali." Clarissa menatap kepergian Leonardo Shu, melangkah sampai di ambang pintu. Terlihat aneh baginya saat dia melihat Leonardo mengejar orang asing itu. Bagaimana bisa ada seorang datang ke mansion Leonardo, padahal mansion itu dijaga dengan ketat oleh anak buah Leonardo Shu. Tapi, dia m
“Kamu bisa bicara dengan jelas, ‘kan? Aku masih belum mengerti apa yang kamu maksud,” tanya Clarissa kebingungan dengan ucapan Park Xiao. Park Xiao terdengar mengambil nafas saat mencoba menjelaskan keinginannya kepada Clarissa. Dia merasa takut jika Clarissa tidak akan percaya apa yang di katakan. [“Sudahlah Nona lupakan saja. Aku rasa ini memang tidak penting bagi Anda.”] “Jangan membuatku semakin penasaran, Tuan Park. Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Jika itu untuk kebaikanku, aku akan menuruti semuanya, tetapi jika itu merugikanku, aku tidak akan mau mengabulkan permintaanmu.” [“Aku tidak pernah menginginkan hal terburuk untukmu, Nona. Apa pun yang aku lakukan semua demi kamu, bahkan ketika aku berkhianat dengan tuan Antonio karena aku memikirkan dirimu, jika seluruh anak buah tuan Antonio Lee meninggal, siapa yang akan menjaga Anda?”] Carissa memegang pelipisnya dia tahu betul siapa Park Xiao. Dari dulu lelaki itu selalu mempertimbangkan apa yang akan dilakukan sebelum dia
Kaki Clarissa bergetar begitu pula dengan dadanya. Dia melangkah dengan langkah sempoyongan menghancurkan setiap benda yang ada di depannya. “Akhhh ….!” Clarissa berteriak. “Clarissa … buka pintunya! Jangan seperti ini. Aku mohon, Clarissa. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Memang aku sangat menghormati paman David. Tapi, aku juga sangat mencintaimu." Clarissa membuka pintu. “Kenapa kamu belum pergi dari sini, Leonardo. Bukankah aku memintamu pergi?” “Clarissa, kamu jangan seperti ini,” ucap Leonardo ingin memeluk Clarissa. Clarissa mendorong tubuh Leonardo Shu. “Jangan mendekat jika kamu tidak ingin mati di tanganku. Aku yakin kamu adalah salah satu orang yang nanti akan menyaksikan kematianku bersama ayahku. Kamu adalah orang yang paling bahagia melihat kematianku, 'kan?” Leonardo Shu menggoyangkan kepala. “Aku tidak pernah ….” “Aku belum selesai bicara, Tuan Leonardo. Kamu berada di pihak David Lee, tetapi kau tinggal di mansionku, bukan di mansion David. Kalian rampas
David Lee bungkam. Dia hanya mampu mengepalkan tangannya. “Dasar bedebah!” Lelaki itu memukul wajah Leonardo hingga Leonardo Shu memuntahkan darah. “Ikat dia! Aku sudah tidak butuh dia,” ucap David Lee kepada beberapa orang yang ada di dalam mansion tersebut. Leonardo Shu tersenyum melihat semua perlakuan David Lee kepadanya. “Ternyata apa yang dikatakan Clarissa adalah benar. Kamu membantuku karena ingin menjadikanku sebagai alat. Awalnya aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Clarissa. Namun, sejak hari ini, aku merasa menjadi orang paling bodoh telah memilih orang yang salah seperti kamu, Tuan David Lee.” “Cukup Leonardo! Jangan memngatakan apa pun. Asalkan kamu tahu tidak ada gratis di dunia ini. Jadi sudah sepatutnya jika aku meminta imbalan dari semua yang pernah aku lakukan kepadamu. Apakah kamu lupa, tanpa aku kamu bukanlah siapa-siapa. Jadi aku membesarkanmu mengikuti semua perintah dariku, bukan untuk melawanku. Jika saja kamu bukan keponakan istriku, aku pastikan
“Pesan dari David lee, dia tahu kalau aku masih hidup, dan dia ingin membawa aku kepadanya. Lelaki ini mungkin berpikir kalau aku bodoh, Paman.” “Biarkan saja, Clarissa. Kita yang akan membuat dia menjadi orang bodoh. Kamu tinggal di rumah aku akan membawa Zero pergi ke rumahnya, dan buat dia yakin bahwa Zero telah berhasil menjalankan misinya.”Clarissa tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander, dia akan menuruti semua yang dikatakan lelaki itu, mungkin itu seperti sebuah permainan yang sangat menyenangkan. Clarissa sedang asyik memainkan ponsel Zero, sedangkan Alexander langsung pergi bersama anak buahnya yang baru saja datang. Kali ini dia tidak hanya akan memberikan kejutan kepada David, tetapi dia juga akan menyelamatkan Isabella, dan setelah semuanya selesai, Alexander akan menghubungi JUstine untuk menyelamatkan kakaknya.Sesuai dengan rencana, Alexander meminta anak buahnya meletakkan potongan mayat Zero berada di depan pintu mansion David, sedangkan Alexander, d
Mengingat Clarissa dia malah teringat Zero yang sudah mulai tergila-gila kepada wanitanya itu. Entah mengapa dia juga takut jika sebenarnya ini hanya sebuah jebakan dari Zero untuk membuat Clarissa bisa ditangkap David Lee. Leonardo ingin menghubungi Clarissa untuk berhati-hati. Akan tetapi saat ini dia juga tidak memiliki sebuah ponsel untuk menghubungi Clarissa.Leonardo mulai bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa, yang bisa dia lakukan saat ini adalah berharap agar tugas Justine bisa segera karena hanya itu cara dia untuk membuat Clarissa selamat dari Zero.Dia tahu selama ini Zero tidak sungguh-sungguh mencintai Clarissa. Ada maksud dan tujuan tersembunyi dari lelaki itu untuk Clarissa kalau tidak, tidak mungkin lelaki itu menyakiti Clarissa selama ini.Leonardo langsun mempercepat langkahnya agar dia segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya terasa sakit, begitu pula dengan kepalanya. Rasa khawatir mulai menghantui di dalam pikirannya. ***“Bagaimana menurut
“Syaratnya, kamu harus membebaskan ayah Clarissa.”Justine masih berpikir keras dengan hal itu. Dia tidak mungkin membebaskan pamannya sebelum ibunya bebas dari tangan ayahnya sampai dia hanya bisa diam saat Leonardo mengatakan syarat yang diajukan kepadanya.“Bagaimana? Apakah kamu sanggup? Kamu sudah membunuh Clarissa dan aku sudah kehilangannya, sebagai rasa penyesalanmu aku ingin kamu membebaskan ayahnya.”Justine masih membatu. Dia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab perkataan Leonardo. Dia masih bingung akan semua hal itu. Dia tahu bahwa sampai detik ini dia bersalah dengan Clarissa. Oleh sebab itu, dia membebaskan Leonardo. Apalagi setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rissa Elmer bahwa dia harus meminta maaf dengan cara membebaskan orang yang paling disayang Clarissa waktu Rissa berada di apartemennya.“Kenapa kamu malah diam, Justine? Apa kau tidak mendengarkan apa yang sedang aku katakan?” tanya Leonardo Shu sedikit kecewa.JUstine menghela napas pa
Justine yang baru saja merebahkan tubuhnya dengan memainkan ponsel, kaget saat mendapatkan pesan suara dari seseorang yang tidak dia kenal. Api amarah mulai menyelimuti hatinya saat mendengar suara orang yang tidak asing baginya berbicara di dalam telepon genggam Justine. “Biadab kamu, Zero!” Justine melempar ponselnya hingga ponsel itu terjatuh di lantai dalam keadaan pecah. Dia benar-benar tersulut emosi. selama ini dia tidak menyangka jika ayahnya sangat peduli dengan Zero, tetapi tidak dengannya. Justine mengambil ponselnya yang lain, lalu dia menghubungi salah satu anak buahnya untuk melepaskan Leonardo. [“Bagaimana kalau tuan David tahu tentang ini, Tuan muda? KIta bisa dimakan habis oleh beliau.”] “Kau ikuti perintahku atau ikuti perintah tua bangka itu?” [“Baik, Tuan.”] Justine langsung menutup sambungan teleponnya. Dia sudah tidak sabar lelaki itu bebas untuk membunuh Zero karena hanya dia yang bisa melawan Zero untuk saat ini. JUstine mengirimkan sebuah pesan kepada ana
Clarissa menatap ke arah pintu dan beralih menatap sang paman, seolah menanyakan siapa yang sedang mengetuk pintunya.“Kenapa kamu malah menatap paman? Kamu tanya kepada paman? Mana mungkin paman tahu. Coba kamu lihat siapa yang datang,” perintah Alexander kepada Clarissa.“Tidak mungkin Justine, kan, Paman? Tadi dia baru saja menghubungiku.”Alexander langsung bingung ketika Clarissa mengira itu adalah Justine. Dia melihat ke sana-sini, mencari tempat untuk bersembunyi.Alexander langsung pergi menuju kamar, dia tidak tahu itu kamar Clarissa atau kamar tamu, yang terpenting baginya adalah mencari tempat persembunyian yang tepat, dengan memerhatikan siapa yang baru saja datang mengunjungi apartemen Clarissa dari balik pintu kamar.Dia terus memerhatikan kedua orang yang saat ini ada di hadapannya, dia melihat setiap gerak -gerik mereka.“Clarissa … aku membutuhkanmu,” ucap Zero duduk di sofa yang ada di ruang tamu.“Kamu kenapa?”“Aku sedang mencari ibuku, Clarissa. Dia diculik oleh s
“Tentu, rencana ini jauh lebih berhasil daripada rencana kita yang sebelumnya. Sebenarnya ini adalah rencanamu, Clarissa. Aku hanya memperbaikinya saja.”Clarissa masih belum paham apa yang dikatakan oleh sang paman. “Aku belum mengerti, Paman.”Alexander berdiri, dia melihat ke sekitar ruangan itu, degan memikirkan apa yang sedang dia bicarakan dengan Clarissa.“Aku pernah dengar sebelum Leonardo ditangkap kembali oleh David, dia telah menculik ibu Zero, istri kedua David Lee. Aku akan membantumu untuk meyakinkan Zero jika sebenarnya, selama ini David lee hanya memanfaatkan dia, sedangkan kamu, kamu buat Justine semakin membenci David Lee karena ibunya di sekap. Buat Justine menyesal karena selama ini telah membantu ayahnya yang selalu menyakiti keluargamu.”Clarissa malah tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander. “Itu adalah rencana yang sudah aku pikirkan sebelumnya, Paman. Walau aku tidak tahu jika Leonardo menculik ibu Zero. Tapi, di mana sekarang ibu Zero? Apakah Davi
Carissa bingung harus menjawab apa dengan pertanyaan pemuda itu. Dia tidak mungkin mengatakan jika itu adalah mayat Arman, terpaksa dia harus memikirkan terlebih dahulu alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan salah satu anak buah Nelson tersebut.“Nona Risa kenapa kamu malah diam? Apakah pertanyaanku ada yang salah?”“Bukan seperti itu, tetapi aku rasa kamu tidak perlu menanyakan isi dari kardus itu karena itu bukan urusan kamu, kalau kamu berniat membantuku angkat saja barang itu kedalam bagasi, tetapi kalau kamu tidak berniat membantuku, kamu tidak perlu repot-repot untuk membuang tenagamu.”“Aku hanya ingin tahu saja, Nona. Kalau kamu tidak ingin memberitahukan kepadaku juga tidak masalah.”Lelaki itu berusaha mengangkat kardus tersebut. Namun, kardus itu sangat berat, bahkan beratnya seperti dia memikul satu orang laki-laki yang tenaganya sangat kua. Lelaki itu meletakkan kardus itu kembali. Dia menatap heran ke arah Clarissa. “Kenapa berat sekali Nona? Aku seperti menggendo
Clarissa duduk di samping Arman. Dia mengambil sebuah pisau tajam yang ukurannya terbilang cukup kecil. Dia menancapkan pisau itu di dada Arman dan juga di leher lelaki itu. Dia sudah lama tidak bermain dengan benda tajam akhir-akhir ini. Jadi, kali ini dia merasa bahwa dia cukup puas telah melampiaskan kekesalannya kepada Arman. Akan tetapi, dia juga tidak tahu akan dia bawa kemana mayat Arman. Clarissa kembali berdiri untuk mencari jalan keluar, ketika dia mencoba berpikir tentang cara dia bisa keluar dari semua masalah itu, dia melihat sebuah jendela. Clarissa tersenyum melihat jendela tersebut. Lalu dia melangkah mendekati jendela tersebut. Perlahan dia mulai membuka jendela itu, dan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja tanpa ada yang melihat kejadian tersebut. Saat dia sudah memastikan semuanya, Clarissa kembali menuju ke arah Arman. Dia ingin membawa Arman keluar dari tempat itu, tetapi dia jua tidak mau jika sampai ada yang melihat Arman. Lalu dia memutuskan untuk
Clarissa memutuskan sambungan telepon. Dia sangat sakit hati mendengar apa yang telah diucapkan pamannya. Selama ini dia berpikir jika sang paman akan selalu ada di sampingnya untuk membela dia, tetapi Alexander masih saja memikirkan Justine. Clarissa bingung ingin cerita dengan siapa, saat ini dia sudah tidak punya siapa-siapa, lalu dia memutuskan untuk pergi ke markas Geng Harimau Putih untuk melampiaskan kekesalannya. Dia pergi dengan mobil yang telah diberikan Nelson kepadanya. Setelah dia sampai di markas, semua orang langsung berkumpul, menyambut dia dengan menundukkan kepala. Mereka terlihat takut saat Clarissa datang dengan raut wajah yang menakutkan.Clarissa duduk di kursi yang biasa digunakan Nelson duduk dengan menatap semua orang yang ada di sana. “Bagaimana, apakah sudah ada perkembangannya tentang pembunuh calon suamiku?”Tidak ada yang menjawab pertanyaan Clarissa, semua orang yang di sana hanya mampu menyembunyikan wajahnya dari Clarissa sampai membuat Clarissa na