David Lee bungkam. Dia hanya mampu mengepalkan tangannya. “Dasar bedebah!” Lelaki itu memukul wajah Leonardo hingga Leonardo Shu memuntahkan darah. “Ikat dia! Aku sudah tidak butuh dia,” ucap David Lee kepada beberapa orang yang ada di dalam mansion tersebut. Leonardo Shu tersenyum melihat semua perlakuan David Lee kepadanya. “Ternyata apa yang dikatakan Clarissa adalah benar. Kamu membantuku karena ingin menjadikanku sebagai alat. Awalnya aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Clarissa. Namun, sejak hari ini, aku merasa menjadi orang paling bodoh telah memilih orang yang salah seperti kamu, Tuan David Lee.” “Cukup Leonardo! Jangan memngatakan apa pun. Asalkan kamu tahu tidak ada gratis di dunia ini. Jadi sudah sepatutnya jika aku meminta imbalan dari semua yang pernah aku lakukan kepadamu. Apakah kamu lupa, tanpa aku kamu bukanlah siapa-siapa. Jadi aku membesarkanmu mengikuti semua perintah dariku, bukan untuk melawanku. Jika saja kamu bukan keponakan istriku, aku pastikan
"Bawa dokter bedah ke mari," ucap David Lee saat menelepon seseorang. Dia mengembalikan ponselnya ke saku celana. Dia menatap Leonardo Shu yang masih terbaring dalam keadaan pingsan. David Lee menghembuskan nafas gusar. Dia tidak mau terjadi sesuatu pada Leonardo Shu karena dia adalah keponakan satu-satunya sang istri. Jika istri David Lee mengetahui itu semua, dia akan marah kepada David Lee. David Lee adalah seorang suami yang sangat mencintai istri. Apa pun dia lakukan untuk sang istri, bahkan dia melakukan kejahatan kepada Antonio Lee karena permintaan sang istri. Aku tidak terima jika kakakmu yang membagi seluruh harta ayah mertua. Aku yakin kakakmu tidak sepolos yang kita pikir. Dia pasti akan berbuat curang dan mengambil berapa persen dari harta yang seharusnya di berikan kepadamu dan Alexander. Lebih baik kamu rebut semua miliknya daripada hakmu yang diambil. Perkataan sang istri selalu terngiang di telinga David hingga dia tidak peduli kepada kakak kandungnya sendiri. Saa
Antonio memukul orang itu dengan menggunakan sebuah tongkat. Ketika orang itu terjatuh dan pingsan, Antonio Lee mulai mengambil kunci pintu yang berada di saku celana orang tersebut. Antonio berjalan perlahan, walau pun kakinya cuma satu. Namun, Antonio masih bisa berjalan perlahan dengan bantuan dua buah tongkat kayu.Antonio melihat ke sana-sini, memastikan bahwa kondisi saat ini aman untuk dia kabur dari tempat terkutuk itu.Setelah melihat situasi aman, Antonio berjalan keluar dari ruangan yang selama ini menjadi saksi penderitaannya. Nafas Antonio mulai ngos-ngosan. Baru kali ini dia berjalan lumayan jauh, sudah lima belas tahun dia terkurung di dalam sebuah ruangan yang sangat gelap, tidak ada cahaya yang menyinari hingga tubuhnya sangat lemas dan kaku. Kulitya mulai keriput, rambutnya panjang begitu pula dengan bulu yang ada di dagunya. Penampilan Antonio sangat kacau. David Lee memperlakukannya tidak lebih dari sampah. Antonio mencoba mengatur nafasnya. Dia yakin jika orang
Leonardo mulai meringis saat semua badannya terasa sakit. Dia membuka mata secara perlahan. Awalnya semua terasa buram hingga akirnya pandangannya mulai jelas. “Aku di mana?” “Jangan tanya kamu di mana, Anak muda. Aku sendiri juga tidak tahu kita ada di mana,” ucap Antonio Lee. Leonardo menoleh ke samping kanan. Dia melihat seorang pria paruh baya dengan tangan di pasung.Tubuh pria itu terlihat tidak terawat sama sekali. Penampilannya seperti orang tidak waras. Namun, dari wajahnya terlihat tidak asing di mata Leonardo Shu. “Siapa, Anda? Kenapa aku seperti pernah melihat Anda?” tanya Leonardo Shu dengan pelan. Dia masih menahan rasa sakit akibat peluru masuk di tubuhnya. Wajah Antonio terlihat murung. Dia merasa enggan mengatakan siapa namanya. “Aku, Antonio Lee.” Leonardo Shu terperanjat mendengar pernyataan Antonio. Dia tidak menyangka jika bertemu dengan ayah dari wanita yang dia cinta. Leonardo Shu menatap penampilan Antonio dari atas sampai bawah. Matanya berhenti saat melih
"Bagaimana apa anak buahmu sudah tahu tentang keberadaan Leonardo Shu?"Park Xiao menundukkan kepala. Sampai detik ini dia belum tahu di mana David Lee menyekap Leonardo Shu. Dia sudah meminta seluruh anak buahnya yang bertugas memantau pergerakan David Lee untuk mencari tahu di mana David Lee menyembunyikan Leonardo Su, tetapi seluruh anak buah Park Xiao tidak tahu di mana David Lee menahan pemuda itu, padahal dia sudah enam bulan mencari.Clarissa bangun dari tempat duduk dengan menghentakkan kedua kakinya ke lantai, menatap ruangan itu dengan penuh kecewa. "Apa yang harus kita lakukan, Paman? Aku tidak mau kehilangan Leonardo Shu. Atau jangan-jangan dia sudah meninggal?" Clarissa menundukkan kepala. Matanya mulai mendung mengingat kejadian di mana Leonardo Shu ditembak.Alexander melangkah mendekati Clarissa. Dia memegang pundak Clarissa. "Jangan berpikir berlebihan, Clarissa. Kita tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Tapi, paman sangat yakin kalau Leonardo Shu masih hidup sampai
"Nanti kamu akan tahu, Nak. Paman izin pulang. Takutnya kalau paman sering pergi dan tidak ada kabar, David Lee akan semakin curiga." Clarissa hanya menganggukkan kepala menjawab perkataan Alexander. Dia mencium tangan sang Paman. Hati Clarissa merasa ingin tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh sang paman. Tapi, dia mencoba untuk tidak bertanya lebih lanjut tentang semua itu. Dia lebih fokus kepada ponselnya. Clarissa menggulir ponselnya yang telah menyala, mencari nomor telepon seseorang yang sangat dia percaya di dalam mansion tempat dia dan Leonardo Shu dulu tinggal. Sudut bibirnya mulai tertarik saat mata dia menangkap nomor telepon dari orang tersebut. Dia mencoba menghubungi orang itu. Clarissa jalan ke sana-sini menunggu sambungan teleponnya di angkat. ["Hallo."] Clarissa menghela napas lega ketika sambungan teleponnya diangkat sang pemilik nomor. "Hallo. Apa kabar, Mbok?" ["Nona Clarissa?!"] Terdengar jelas jika seseorang di dalam Sambungan telepon itu terkejut m
"Sial! Mereka curiga. Aku harus segera menghindari mobil mereka. Jangan sampai mereka berhasil mengejarku."Clarissa terus menambahkan kecepatan mobilnya. Dia berharap anak buah David Lee tidak mampu mengejar. Shett ….!Clarissa menginjak rem mobilnya secara mendadak saat ada mobil BMW putih menghadangnya.Clarissa memukul setir mobil ketika dia mulai terkepung. Clarissa memutar bola matanya dan bersandar di kursi mobil, menunggu apa yang akan mereka lakukan.Tok … tok ….Salah satu lelaki yang mengikuti Clarissa mengetuk pintu mobil Clarissa. Clarissa hanya menatap orang itu. Dia tidak berpikir untuk membuka pintu mobil sesuai yang diharapkan oleh Lelaki mengenakan jas hitam tersebut."Bisakah kamu keluar?" tanya Lelaki itu menundukkan kepala, mencoba melihat siapa seseorang yang ada di dalam mobil.Pada saat itulah Clarissa membuka pintu mobil dengan keras hingga kepala lelaki itu terbentur dan membuat lelaki itu terjatuh.Clarissa keluar dengan bersedekap di dada, menyaksikan kead
Lelaki itu turun dari dalam mobil. Dia melangkal mendekati mobil Clarissa yang berada di bawah pohon.Clarissa baru sadar jika lelaki yang bernama William Zhi itu sudah mengetahui jika mobilnya telah dia ikuti. Clarissa dengan santai keluar dari mobil, menunggu kedatangan William yang menghampirinya dengan memainkan kuku manis miliknya tanpa melepaskan kaca mata hitam yang masih menutupi kedua matanya."Siapa kamu? Untuk apa kamu mengikutiku?""Menurut kamu?" tanya Clarissa, membuka kacamatnya."Clarissa!""Kenapa kamu terlihat terkejut, William? Aku kira kamu sudah mati menyusul ibu dan adikku, tetapi rupanya kamu mempunyai banyak cadangan nyawa hingga aku harus kembali mengotori tanganku untuk membunuhmu."Aura wajah Willam berubah saat dia tahu seseorang yang saat ini ada di depannya. Matanya memerah melihat wanita yang selama ini telah berani menembaknya. Untung waktu itu anak buah David Lee dengan sigap menolongnya. Jika satu jam saja David Lee telat, maka William tidak tahu apa