Leonardo mulai meringis saat semua badannya terasa sakit. Dia membuka mata secara perlahan. Awalnya semua terasa buram hingga akirnya pandangannya mulai jelas. “Aku di mana?” “Jangan tanya kamu di mana, Anak muda. Aku sendiri juga tidak tahu kita ada di mana,” ucap Antonio Lee. Leonardo menoleh ke samping kanan. Dia melihat seorang pria paruh baya dengan tangan di pasung.Tubuh pria itu terlihat tidak terawat sama sekali. Penampilannya seperti orang tidak waras. Namun, dari wajahnya terlihat tidak asing di mata Leonardo Shu. “Siapa, Anda? Kenapa aku seperti pernah melihat Anda?” tanya Leonardo Shu dengan pelan. Dia masih menahan rasa sakit akibat peluru masuk di tubuhnya. Wajah Antonio terlihat murung. Dia merasa enggan mengatakan siapa namanya. “Aku, Antonio Lee.” Leonardo Shu terperanjat mendengar pernyataan Antonio. Dia tidak menyangka jika bertemu dengan ayah dari wanita yang dia cinta. Leonardo Shu menatap penampilan Antonio dari atas sampai bawah. Matanya berhenti saat melih
"Bagaimana apa anak buahmu sudah tahu tentang keberadaan Leonardo Shu?"Park Xiao menundukkan kepala. Sampai detik ini dia belum tahu di mana David Lee menyekap Leonardo Shu. Dia sudah meminta seluruh anak buahnya yang bertugas memantau pergerakan David Lee untuk mencari tahu di mana David Lee menyembunyikan Leonardo Su, tetapi seluruh anak buah Park Xiao tidak tahu di mana David Lee menahan pemuda itu, padahal dia sudah enam bulan mencari.Clarissa bangun dari tempat duduk dengan menghentakkan kedua kakinya ke lantai, menatap ruangan itu dengan penuh kecewa. "Apa yang harus kita lakukan, Paman? Aku tidak mau kehilangan Leonardo Shu. Atau jangan-jangan dia sudah meninggal?" Clarissa menundukkan kepala. Matanya mulai mendung mengingat kejadian di mana Leonardo Shu ditembak.Alexander melangkah mendekati Clarissa. Dia memegang pundak Clarissa. "Jangan berpikir berlebihan, Clarissa. Kita tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Tapi, paman sangat yakin kalau Leonardo Shu masih hidup sampai
"Nanti kamu akan tahu, Nak. Paman izin pulang. Takutnya kalau paman sering pergi dan tidak ada kabar, David Lee akan semakin curiga." Clarissa hanya menganggukkan kepala menjawab perkataan Alexander. Dia mencium tangan sang Paman. Hati Clarissa merasa ingin tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh sang paman. Tapi, dia mencoba untuk tidak bertanya lebih lanjut tentang semua itu. Dia lebih fokus kepada ponselnya. Clarissa menggulir ponselnya yang telah menyala, mencari nomor telepon seseorang yang sangat dia percaya di dalam mansion tempat dia dan Leonardo Shu dulu tinggal. Sudut bibirnya mulai tertarik saat mata dia menangkap nomor telepon dari orang tersebut. Dia mencoba menghubungi orang itu. Clarissa jalan ke sana-sini menunggu sambungan teleponnya di angkat. ["Hallo."] Clarissa menghela napas lega ketika sambungan teleponnya diangkat sang pemilik nomor. "Hallo. Apa kabar, Mbok?" ["Nona Clarissa?!"] Terdengar jelas jika seseorang di dalam Sambungan telepon itu terkejut m
"Sial! Mereka curiga. Aku harus segera menghindari mobil mereka. Jangan sampai mereka berhasil mengejarku."Clarissa terus menambahkan kecepatan mobilnya. Dia berharap anak buah David Lee tidak mampu mengejar. Shett ….!Clarissa menginjak rem mobilnya secara mendadak saat ada mobil BMW putih menghadangnya.Clarissa memukul setir mobil ketika dia mulai terkepung. Clarissa memutar bola matanya dan bersandar di kursi mobil, menunggu apa yang akan mereka lakukan.Tok … tok ….Salah satu lelaki yang mengikuti Clarissa mengetuk pintu mobil Clarissa. Clarissa hanya menatap orang itu. Dia tidak berpikir untuk membuka pintu mobil sesuai yang diharapkan oleh Lelaki mengenakan jas hitam tersebut."Bisakah kamu keluar?" tanya Lelaki itu menundukkan kepala, mencoba melihat siapa seseorang yang ada di dalam mobil.Pada saat itulah Clarissa membuka pintu mobil dengan keras hingga kepala lelaki itu terbentur dan membuat lelaki itu terjatuh.Clarissa keluar dengan bersedekap di dada, menyaksikan kead
Lelaki itu turun dari dalam mobil. Dia melangkal mendekati mobil Clarissa yang berada di bawah pohon.Clarissa baru sadar jika lelaki yang bernama William Zhi itu sudah mengetahui jika mobilnya telah dia ikuti. Clarissa dengan santai keluar dari mobil, menunggu kedatangan William yang menghampirinya dengan memainkan kuku manis miliknya tanpa melepaskan kaca mata hitam yang masih menutupi kedua matanya."Siapa kamu? Untuk apa kamu mengikutiku?""Menurut kamu?" tanya Clarissa, membuka kacamatnya."Clarissa!""Kenapa kamu terlihat terkejut, William? Aku kira kamu sudah mati menyusul ibu dan adikku, tetapi rupanya kamu mempunyai banyak cadangan nyawa hingga aku harus kembali mengotori tanganku untuk membunuhmu."Aura wajah Willam berubah saat dia tahu seseorang yang saat ini ada di depannya. Matanya memerah melihat wanita yang selama ini telah berani menembaknya. Untung waktu itu anak buah David Lee dengan sigap menolongnya. Jika satu jam saja David Lee telat, maka William tidak tahu apa
Clarissa menarik kerah baju lelaki itu dari belakang dan membunuh lelaki tersebu lalu dia lempar mayat lelaki itu ke arah tong sampah. Sehingga, semua orang yang ada di lokasi menghampiri mayat teman dan melihat ke arah Clarissa. Semua orang yang ada di situ bergantian menghajar Clarissa. Namun, tidak ada di antara mereka yang berhasil melukai Clarissa.Brak ….Clarissa menutup pintu dengan sangat kencang, membuat semua orang menatap ke arah pintu, begitu pula dengan Isabella Lee.Dia menoleh ke arah Clarissa. "Siapa kau? Kenapa kamu bisa masuk ke kamar ini?"Clarissa membuka tudungnya. Dia menoleh ke arah Isabella. "Hai, Tante."Isabella melongo melihat wajah Clarissa yang sangat mirip dengan seseorang yang dia kenal."Kenapa Tante terlihat kaget? Apa Tante mengenaliku? Atau Tante sudah lupa kepada keponakan Tante?""Clarissa ….!" "Ternyata ingatan Tante sangat tajam. Aku memang Clarissa, seorang anak yang kalian renggut kebahagiannya," ucap Clarissa berjalan mendekati Isabella."J
"Sebentar lagi kamu akan tamat, Clarissa. Itu pasti David dan Justine mereka akan segera membunuhmu."Clarissa biasa saja. Dia menyandarkan tubuhnya di tembok dan memainkan kuku-kukunya."Apa kau tidak mendengarkanku, Clarissa!" teriak Isabella, merasa dipermainkan oleh sang keponakan yang sangat dia benci.Clarissa mengambil ponselnya. Dia memeriksa isi ponsel tersebut tanpa memedulikan setiap perkataan yang keluar dari mulut orang yang saat ini menjadi tahanannya.[Clarissa, kamu di mana? Apa benar jika kamu yang menculik Isabella Lee. Jika benar itu terjadi, kamu dalam bahaya, Nak. Seluruh anggota geng mafia yang ada dalam naungan David Lee saat ini telah menuju ke tempatmu. Lebih baik kamu tinggalkan Isabella daripada kamu terkena masalah, Nak. Paman tidak mau terjadi sesuatu kepadamu.]Sorot mata Clarissa berubah menjadi semakin tajam ketika dia selesai membaca isi pesan yang dikirim Alexander Lee kepadanya.Clarissa pergi meninggalkan Isabella. Dia berjalan ke ruang tamu, sediki
Dorr …Sebuah peluru masuk ke dalam perut Clarissa. Clarissa hanya mampu menghentikan langkahnya. Dia menatap perutnya yang mengeluarkan banyak darah."Kau …." Clarissa tergeletak di lantai disaksikan oleh Antonio Lee dan Leonardo Shu. Kedua orang itu menjerit memanggil nama Clarissa. Leonardo Shu berusaha memberontak agar bisa terlepas dari genggaman anak buah Justine Lee. Sehingga, dia menginjak kaki anak buah Justine dan memukul orang tersebut. Dia berjalan ke arah Clarissa dengan air mata, menggenggam tangan penuh darah dan menciumi telapak tangan Clarissa."Seharusnya kamu tidak melakukan semua ini, Clarissa." Leonardo Shu tidak berhenti menangis melihat keadaan Clarissa, wanita yang sangat dia cintai."Cek keadaan gadis itu," perintah Justine Lee kepada salah satu anak buahnya yang masih tersisa."Apa yang ingin kamu cek, Justine?! Tidak mungkin dia bisa bertahan hidup dengan peluru kalian. Kau keterlaluan! Apa kalian tidak pernah berpikir bagaimana keadaan gadis ini? Dia hany