“Kamu lihat kelima orang itu.” Leonardo menatap Clarissa beralih menunjuk ke arah kelima orang tersebut.
“Lawan kelima orang itu. Jika kamu menang, kamu akan bergabung dalam anggota geng ini. Namun, jika kamu kalah, kamu akan mati ditanganku,” lanjut Leonardo Shu dengan bersedekap dada.
Kedua sudut bibir Clarissa tertarik mendengar semua tawaran Leonardo. Dia melangkah mendekati Leonardo. Bahkan tidak ada jarak diantara mereka saat ini.
“Aku pegang kata-kata, Tuan,” ucap Clarissa tepat di telinga Leonardo. Kemudian dia pergi ke arah Ring.
Melihat hal itu Leonardo merasa khawatir. Bagaimana seorang wanita tidak punya rasa takut sama sekali?
“Tunggu ....!”
Leonardo turun dan mendekati Clarissa. Dia menarik tangan Clarissa membuat Clarissa mengernyitkan dahinya.
Clarissa mengibaskan tangan Leonardo Shu. “Lepaskan aku, Tuan! Anda yang menginginkan aku untuk melawan kelima orang itu. Namun, kenapa sekarang anda berubah pikiran?”
Leonardo menatap mata Clarissa dengan tajam. “Kamu ini wanita. Sadar diri kalau kamu tidak akan mampu melawan mereka!” bentak Leonardo kepada Clarissa.
Rasa khawatir yang menyelimuti hati Leonardo membuat Leonardo tidak tega jika Clarissa harus melawan Lima orang yang mempunyai badan besar, kekar dan wajah menakutkan.
“Apakah Tuan mulai peduli kepadaku? Bukankah baru saja anda ingin membunuhku?” tanya Clarissa dengan senyum penghinaan di bibirnya.
Wajah Leonardo Shu mulai memerah menahan malu mendengar ucapan Clarissa. Hingga dia terpaksa membiarkan Clarissa pergi ke atas Ring untuk melawan lima orang pilihan di anggota Geng Serigala Putih.
Dengan menghembuskan nafas panjang Leonardo Shu menatap Clarissa yang hanya satu langkah lagi sampai ke atas Ring.
Clarissa menatap kelima orang tersebut. Tidak ada rasa takut sama sekali tersirat di matanya.
“Maju kalian semua. Aku lebih suka kalau kalian melawan aku secara bersamaan,” ucap Clarissa menantang kelima orang tersebut.
Kontan Leonardo matanya langsung melotot mendengar apa yang Clarissa katakan. Bahkan dia ingin naik ke atas Ring untuk membantu Clarissa. Namun, ditahan oleh William. “Tenang, Tuan. Aku yakin wanitamu mampu melawan mereka semua. Dia tidak terlihat seperti wanita yang lemah, Tuan. Jadi cobalah percaya akan kemampuannya.”
Leonardo matanya memerah menatap William. Bahkan kedua tangannya mengangkat kerah baju William.
“Kamu tidak tahu kalau wanita itu sudah gila. Jika dia sampai mati bagaimana?! Apa kamu mau tanggung jawab?!” bentak Leonardo.
Dia mulai melepaskan kerah baju William saat dia mulai sadar, dan bisa mengendalikan emosinya. “Maaf.”
William Zhi merapikan kembali kerah bajunya. “Sepertinya Anda mulai tertarik dengan wanita itu, Tuan.”
Leonardo tidak menjawab apa yang dikatakan oleh William. Dia mencoba untuk memalingkan wajahnya dan mantap aksi Clarissa yang sedari tadi tidak pernah melayangkan tinju ke salah satu orang yang saat ini sedang berusaha melawannya.
Clarissa hanya menghindari serangan dari lawannya hingga pukulan lawannya mengenai kawan mereka sendiri. Clarissa memanfaatkan tubuhnya yang kecil dan sangat gesit. Membuat Leonardo tersenyum akan tingkah wanita tersebut. Dia yakin jika Clarissa tidak akan membuang-buang tenaganya untuk mengalahkan kelima orang yang saat ini sudah babak belur akibat pukulan dari mereka sendiri.
Clarissa sengaja memancing emosi dari kelima orang itu agar orang-orang itu semakin kelelahan untuk melawan Clarissa. Di saat itulah Clarissa baru melawan kelima orang tersebut. Satu persatu dari mereka telah dikalahkan oleh Clarissa membuat mereka semua terkapar, tidak berdaya di atas Ring.
Melihat hal itu Leonardo langsung berlari ke arah Clarissa. Awalnya dia ingin memeluk Clarissa. Bahkan dia sudah merentangkan kedua tangannya. Namun, dia urungkan semua niatnya saat menatap mata Clarissa yang terlihat kebingungan akan sikapnya yang berlebihan. Hingga dia hanya menjabat tangan Clarissa. “Selamat atas kemenanganmu. Maaf telah meragukanmu.”
Clarissa tersenyum kepada Leonardo. Tak lupa dia membalas jabatan tangan dari Leonardo Shu.
“Berarti aku sudah bisa masuk ke dalam geng kalian?” tanya Clarissa tidak sabar lagi bisa diterima kedalam anggota geng yang memang seharusnya dialah yang menjadi pemimpin. Karena Geng Serigala Putih dan Geng Serigala Merah dulu adalah milik ayahnya. Tapi, saat ini kedua geng tersebut dikuasai oleh pamannya, David Lee.
“Tentu. Kamu akan menjadi wakil William,” ucap Leonardo Shu dengan yakin.
Wajah Clarissa seketika langsung bersinar saat dia mendengar perkataan Leonardo. Dia tidak menyangka jika posisi yang diberikan Leonardo cukup tinggi. Hingga dia semakin yakin jika suatu saat nanti dia mampu membalas pamannya yang serakah itu.
‘Tunggulah pembalasanku David Lee. Ini adalah langkah awalku untuk menghancurkanmu merebut apa yang seharusnya menjadi milik keluargaku,’ ucap Clarissa dalam hati.
Dia masih ingat betul di saat dia berumur 7 tahun. David Lee datang dan menghabisi ibu dan adiknya tepat di depan matanya. Hingga dia harus kehilangan ayahnya yang sampai saat ini masih ditahan oleh David Lee.
Tangan Clarissa mengepal hingga kukunya yang tajam menancap ke telapak tangannya. Bahkan tanpa dia sadari telapak tangannya berdarah akibat ulahnya sendiri.
“Ayo kita pergi dari sini Clarissa. Kita rayakan hari kemenanganmu,” ucap Leonardo Shu bersemangat.
Clarissa hanya diam saja dan mengikuti langkah Leonardo. Tanpa dia sadari bahwa William Zhi melihat tangan Clarissa berdarah.
“Tunggu, Tuan! Tangan Nona Clarissa berdarah,” ucap William kepada Leonardo.
Kontan Leonardo langsung menghentikan langkahnya, memastikan apa yang baru saja di katakan oleh William. Begitu pula dengan Clarissa. Dia tampak terkejut saat mendengar celotehan dari William.
Clarissa mencoba memperhatikan tangannya. Namun, dian tidak mnemukan apa pun, tidak ada yang terluka, tetapi saat dia melihat telapak tangannya, dia baru memyadariadar jika genggaman tangannya yang kuat membuat telapak tangannya berdarah akibat kukunya yang tajam.
“Ada apa dengan telapak tanganmu, Clarissa? Mengapa telapak tanganmu berdarah?” tanya Leonardo cemas.
Clarissa gelagapan saat dia ingin mengatakan sesuatu. Dia tidak tahu harus berkata apa kepada Leonardo tentang lukanya.
“Kenapa kamu diam Clarissa? Ini kenapa?” Leonardo memegang telapak tangan Clarissa. Memperhatikan luka yang ada di telapak tangan Clarissa.
Clarissa menarik tangannya. “Tidak, Tuan. Telapak tanganku tidak kenapa-napa. Lebih baik kita pulang. Aku belum makan dari kemarin. Tenagaku habis untuk bertarung tadi.”
Clarissa mencoba mengalihkan pembicaraannya dengan Leonardo dan juga William. Dia tidak mau kedua lelaki yang saat ini ada di hadapannya semakin menanyakan perihal telapak tangannya.
“Kamu tidak mencoba menyembunyikan sesuatu dariku, bukan?” tanya Leonardo Shu menatap dua bola mata Clarissa yang indah.
“Aku tidak suka jika anggota dari salah satu geng yang aku pimpin berusaha menyembunyikan sesuatu dariku,” lanjut Leonardo Shu.
Tatapan tajam Leonardo membuat Clarissa sedikit begetar dadanya. Dia takut jika Leonardo akan mengusirnya dari anggota geng tersebut. Dia tidak mau jika dia keluar dari anggota itu. Apalagi langkahnya masih panjang untuk membalaskan dendam keluarganya.
“Jawab, Clarissa,” ucap Leonardo pelan. Namun, penuh dengan penekanan.
Mata Clarissa tidak mampu menatap mata Leonardo. Dia menundukan kepala seraya berkata, “Aku….” Clarissa menghembuskan nafas panjang. “Tadi aku terlalu semangat menghajar kelima orang tersebut sampai aku tidak sadar kuku ku menancap telapak tanganku saat aku sedang meninju mereka. “Ambil P3K, William,” ucap Leonardo Shu memperhatikan tangan Clarissa yang terluka. Clarissa hanya mampu menatap Leonardo. Dia sangat yakin kali ini Leonardo Shu sudah mulai tertarik dengannya. Dari cara Leonardo Shu menatapnya sudah terlihat jelas jika Leonardo mulai mengkhawatirkan dia. Senyum Clarissa tidak menghilang dari bibirnya sedari tadi, bahkan ketika Leonardo mulai menatap wajahnya. “Kenapa kamu malah tersenyum? Apa kamu mulai tidak waras?” tanya Leonardo heran kepada Clarissa. “Maaf, Tuan. Aku hanya tersenyum melihat sikap anda yang berlebihan.” Mata Clarissa mulai menatap mata elang milik Leonardo Shu. “Orang yang baru saja ingin membunuhku, saat ini mengkhawatirkanku. Apa menurut Tu
Clarissa dan Leonardo turun di sebuah bangunan berlantai dua yang sangat menyeramkan. Bangunan itu diberi cat warna merah, dipadukan dengan hitam. Lampunya tidak terang. Membuat siapa saja yang ada di sana pasti merinding melihat kesan pertama pada bangunan itu. Apalagi ada patung Serigala yang siap menerkam musuhnya di setiap sudut ruangan.Clarissa melangkah memasuki bangunan itu didampingi Leonardo Shu. “Apa kamu akan berkumpul dengan orang-orang penting di sini?” tanya Clarissa kepada Leonardo. “Iya. Aku juga akan memperkenalkan kamu kepada mereka.” Senyum simpul tak lepas dari bibir Leonardo Shu saat berbicara dengan Clarissa. Dia sudah tidak marah-marah lagi kepada wanita yang saat ini ada di hadapannya.Clarissa bingung harus mengatakan apa untuk menghindari pertemuannya dengan David Lee. Dia merasa belum siap. “Bisakah lain kali?” tanya Clarissa. Berharap Leonardo mau memahami dirinya sebagai anggota baru.Leonardo mulai mengernyitkan dahinya. “Kenapa kamu menolak. Bukankah
Melihat Clarissa, sudut bibir lelaki itu tertarik. Sekuat tenaga dia berusaha menahan diri mengatakan siapa dia sebenarnya. Dia ingin menguji Clarissa, sejauh mana tingkat kewaspadaan gadis itu. “Kenapa Anda diam saja? Jawab pertanyaanku, Tuan.” Clarissa berkata dengan pelan. Tapi, penuh dengan penekanan. “Kalau saya tidak ingin mengatakannya. Apa yang akan Anda lakukan?” Kontan pertanyaan itu membuat hati Clarissa membara. Dia merasa ada api yang membakar seluruh tubuhnya. Dengan cepat dia mengeluarkan karambitnya, mengarahkan ke arah leher lelaki itu. “Katakan, kalau kamu tidak ingin mati ditanganku,” bisik Clarissa di telinga lelaki itu. “Ternyata putri dari tuanku sudah sangat hebat. Dia bahkan tidak pernah takut dengan lawannya.” Kedua alis Clarissa bertempur mendengar ucapan lelaki itu. Tetapi, dia tidak ingin gegabah dalam bertindak. Lirikan matanya yang tajam membuat siapa saja pasti akan gemetar dibuatnya. Persis seperti ayahnya. “Jangan mengelabui aku, Tuan. Aku buka
Leonardo mengambil nafas panjang mendengar pertanyaan Clarissa. Dia mencoba menahan emosinya saat menghadapi Clarissa yang keras kepala. “Jangan memancing emosiku, Clarissa.” “Aku tidak memancing emosimu, Tuan. Aku adalah salah satu anggota di geng mafia yang berada dalam naunganmu bahkan aku adalah wakil pemimpin di Geng Srigala Putih. Namun, kamu tidak mau mengatakan misi itu kepadaku. Lalu apa artinya aku menjadi seorang wakil pemimpin di geng itu?” “Dengarkan aku, Clarissa. Aku cuma ...,” “Lebih baik aku mundur saja, Tuan. Daripada aku hanya menjadi boneka,” ucap Clarissa. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Leonardo Shu. Leonardo mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sangat mengkhawatirkan wanita yang saat ini duduk di sampingnya. Namun, ternyata wanita itu sama sekali tidak mengerti. “Oke, aku akan mengatakan semuanya kepadamu. Kita ada misi mengambil berlian permata biru laut yang berada di tangan Mahesa Cao. Seorang bos Mafia yang terkenal sangat kejam. Aku harap kamu tidak ter
Clarissa duduk menyilangkan kakinya sesaat setelah mengambil minuman dari atas meja. Setiap tegukan jus yang masuk ke dalam bibir Clarissa tak luput dari perhatian Mahesa Cao, membuatnya tidak sabar untuk memiliki Carissa. “Kenapa kamu tidak menjawab, Sayang?” Mahesa berusaha membelai pipi Clarissa. Namun, tangannya ditahan oleh Clarissa. “Jika anda berminat, jangan di sini karena aku tidak suka jadi tontonan." Kedua sudut bibir Mahesa terangkat seketika. Dia menatap Clarissa penuh dengan nafsu. Ia berdiri dan mengulurkan tangannya untuk Clarissa. Clarissa tersenyum menerima uluran tangan lelaki yang sudah masuk ke dalam perangkapnya. Dia berdiri menggandeng tangan lelaki itu, melangkah ke luar club dengan sangat anggun. Membuat siapa saja iri melihat pemandangan tersebut. "Kita akan ke mana, Sayang?" "Terserah, yang jelas aku tidak suka di hotel karena aku ingin berlama-lama berada di sampingmu," ucap Clarissa bergelayut manja. "Baiklah, kalau begitu kita ke markas.” Clarissa
“Lepaskan aku!" bentak Clarissa kepada lelaki tersebut. Lelaki itu menggelengkan kepalanya. “Ingat ayahmu, Nona Clarissa.” Clarissa menatap lelaki itu. Dari sorot matanya seperti pernah melihat orang itu. "Kamu lagi. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu seolah-olah tahu siapa aku?" "Tidak penting, Nona. Ayo kita pergi dari sini. Aku ada jalan pintas." Lelaki itu menarik tangan Clarissa. Dia mengajak Clarissa lari dari bangunan yang hampir ludes terbakar. Walaupun dengan banyak rintangan akhirnya mereka bisa keluar dari markas Mahesa Cao. Kedua nafas orang itu tersengal-sengal saat mereka telah sampai di lantai bawah. Clarissa sendiri tidak tahu bagaimana orang itu bisa tahu jika dia berada di markas musuh. "Ayo masuk, Nona. Sebelum mereka mengetahui keberadaan kita," ucap orang itu saat mereka sampai di samping mobil Subaru Impreza putih. Clarissa mengikuti perintah orang tersebut untuk masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Sesekali dia menatap lelaki itu. "Kenapa kamu tida
"Permisi, Tuan." Refleks mata Leonardo melirik ke arah sumber suara. Ternyata orang yang baru saja menganggu kesenangannya adalah salah satu anak buahnya yang berada dalam anggota Geng Srigala Putih. Clarissa yang menyadari hal itu langsung pergi ke kamar. Dia menutup pintu kamarnya. Dia bahkan tidak melihat orang itu sama sekali. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Merasa bodoh dengan apa yang dia lakukan dengan Leonardo Shu tadi. Andai saja orang itu tidak datang, entah apa yang terjadi antara dia dan Leonardo. *** Leonardo Shu menarik tangan orang itu untuk menjauh dari kamar Clarissa. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?!" Lelaki itu menundukkan kepalanya. Dia sadar betul jika dirinya telah datang di waktu yang salah. "Maafkan saya, Tuan. Bukan maksud saya untuk mengganggu anda, akan tetapi ....," "Tapi apa? Katakan! Jangan buang waktuku untuk hal tidak penting." "Markas Geng Srigala Putih diserang, Tuan." Tanpa banyak bertanya, Leonardo Shu langsung pergi begitu saj
"Nanti kamu akan tahu sendiri. Sebaiknya, kamu istirahat setelah kita sampai ke mansion." "Kamu selalu membuatku penasaran, Tuan." Clarissa melihat ke arah luar jendela. Memikirkan sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Dia kembali menoleh ke arah Leonardo berharap lelaki itu bisa sedikit membantunya. "Tuan … bolehkah aku minta bantuan?" "Katakan saja. Apa pun yang kamu inginkan, pasti akan kuturuti." Clarissa memutar bola matanya. Dia merasa malas mendengar gombalan Leonardo. "Aku ingin pergi sebentar, Tuan. Bolehkah aku meminjam salah satu mobil milik Tuan?" tanya Clarissa kepada Leonardo. "Kamu mau ke mana? Aku akan mengantarmu." Clarissa diam. Dia menatap Leonardo Shu dengan menelan ludahnya. Tidak tahu harus berkata apa lagi pada Leonardo. Tidak mungkin dia mengajak Leonardo dalam hal ini. Bisa terbongkar semua rahasia yang selama ini dia simpan jika Leonardo ikut dengannya. Clarissa mencoba berpikir apa yang akan dia katakan kepada orang yang ada di sampingnya itu. "K