Saat ini Nila tengah terbaring di kasurnya setelah kepalanya merasa berkunang-kunang beberapa waktu lalu. Bibirnya terlihat pucat, entah apa penyebabnya.“Astaga! Aku harus menjemput Haiden!” Nila bangkit dari tidur, mengabaikan rasa sakit yang bersarang di kepalanya.Ia bergegas mencuci muka dan memoles wajahnya agar tidak terlalu pucat. Tak lupa, ia juga memesan sebuah taksi online. Setelah taksi itu sampai, sesegera mungkin Nila naik.“Haiden pasti menunggu, kenapa kepalaku begitu sakit?” gumam Nila sembari memegangi kepalanya.“Pak, tolong lebih cepat,” titah Nila yang langsung diangguki oleh sang sopir.“Aku yakin, Haiden pasti marah karena menunggu lama. Jam pulang sekolahnya sudah lewat sejak tadi.”Saat tiba di sekolah, sesuai dugaan sekolah sangat sepi. Tersisa Haiden yang duduk di depan gerbang seorang diri.“Haiden, maafkan Mama nak! Tadi kepala Mama sakit? Apa yang terjadi dengan wajahmu?!” teriak Nila syok setelah melihat memar di wajah anaknya.Alih-alih menjawab, Haiden
Setelah turun dari menara Eiffel, Jason dan Tamara berniat mencari makanan. Keduanya lalu singgah di salah satu restoran untuk sekedar makan.“Jason, kenapa kamu memilih menjadi pengusaha. Memang tidak memiliki cita-cita lain?” tanya Tamara membuka obrolan.“Awalnya aku berencana masuk militer, hanya saja ayahku tiba-tiba tewas. Jadilah aku harus mengurus perusahaannya, karena jika tidak, perusahaan yang di rintis ayahku sejak muda akan hancur. Mengesampingkan cita-citaku adalah pertimbangan besar waktu itu.”“Memang, hidup dengan masa depan tertata tidak mudah, tapi banyak sekali orang-orang yang menginginkannya. Jadi, nikmati saja,” balas Tamara.Beberapa detik, hingga menit berlalu, tidak ada tanda-tanda Jason membalas kalimatnya. Tamara lalu menoleh dan mendapati ia sedang bertukar pesan dengan Nila.“Wanita itu bahkan menggangguku saat wujudnya berada di Indonesia sedangkan aku berada di Prancis.”“Bagaimana caranya membuat Jason tidak bertukar kabar dengan Nila, tanpa membuat ak
Sikap Haiden yang kian menjadi membuat Nila frustrasi sendiri. Ia bingung bagaimana cara menangani anak laki-laki. Wanita itu merasa keberuntungan berada di pihaknya ketika ia bertemu Roland yang rupanya baru tiba di kantor.“Nona Nila? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Roland.“Tentang Jason dan Tamara, kapan mereka akan pulang?” “Mereka mengurus liburan selama satu Minggu Nona, masih ada dua sampai tiga hari hingga keduanya tiba di Indonesia,” jelas Roland.“Baiklah, katakan pada Jason bahwa aku sedang dalam masalah dan memerlukan bantuannya,” ujar Nila.“Baik Nona, tapi sejak hari ke dua di sana Pak Jason tidak bisa dihubungi. Namun, saya sempat mendengar kabar dari orang tua Nona Tamara bahwa Nona Tamara mengalami kejadian buruk yang menyebabkan trauma mendalam. Sehingga Pak Jason benar-benar harus memperhatikan Nona Tamara.”“Begitukah? Intinya sampaikan ini kepada Jason, aku benar-benar muak Roland.”“Memang apa masalahnya Nona? Kenapa Anda terlihat sangat frustrasi?” “Lupakan
Nila melampiaskan semua rasa kesalnya kepada wanita tersebut dengan berdiam diri di dalam taksi yang berjalan di jalanan ibu kota, matanya terpejam, bibirnya terkunci rapat.“Pak, maaf karena memaksa naik. Perasaan saya sedang buruk Pak, jadi saya ingin segera pulang,” ujar Nila.“Tidak masalah Bu, saya sebenarnya tadi juga sedang bingung. Karena putri saya terbaring di rumah sakit dan harus di operasi beberapa Minggu lagi, tapi saya tidak memiliki dana,” jelas sang sopir.“Innanilah, sakit apa kalau boleh tahu Pak?” tanya Nila.“Gagal ginjal Bu, saya perlu uang besar segera. Tetapi, saya tidak memiliki alternatif apa pun selain menjadi sopir taksi. Entah bagaimana caranya, saya harus mencari uang tersebut. Istri dan anak memang tidak memaksa Bu, tetapi saya tidak rela putri saya terbaring di rumah sakit dalam waktu yang lebih lama, selain itu saya juga menjunjung tinggi tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga Bu.”“Anda hebat Pak, saya yakin Tuhan akan memberi jalan. Saya tidak b
Setelah tabrakan hebat yang terjadi di depannya, kini Roland harus menghadapi macet total karena jalan dihadang oleh kontainer tersebut.Ia menatap orang-orang yang mulai mendekati taksi yang ditabrak oleh kontainer. Ia harus menghadiri rapat tiga puluh menit lagi, namun justru dihadapkan situasi menyebalkan seperti ini.Netranya menyipit saat melihat wanita yang digendong oleh pria bertubuh gempal. “Itu ... Nona Nila?”Matanya terbelalak ketika wajah korban kecelakaan tersebut menoleh ke arahnya. Itu benar-benar Nona Nila yang ia pikirkan, calon suami bos nya. Roland membanting pintu mobil sebelum berlari secepat kilat. Pria itu mendekati kerumunan ibu-ibu yang mengerumuni Nila, “Permisi Bu, dia Nona saya.”“Beberapa hari ini Pak Jason sulit di hubungi, haruskah aku nekat menghubungi Nona Tamara? Persetan dengan kemungkinan terburuk!”Dengan segera Roland menghubungi nomor Tamara. Beberapa detik berdering, akhirnya panggilan terhubung.“Maaf Nona, bisakah saya berbicara dengan Pak J
“Permisi, apakah Anda suami pasien? Kami harus melakukan operasi dan perlu izin langsung dari suami, atau jika tidak kami harus menundanya. Hal tersebut fatal untuk keselamatan pasien,” ujar Dokter yang baru saja menghampiri Roland.“Memangnya apa yang terjadi Dok?” “Pasien mengalami benturan keras di kepalanya yang menyebabkan terjadinya hematoma subdural. Hematoma adalah sebutan untuk kumpulan darah dalam suatu organ atau jaringan. Otak manusia dan sumsum tulang belakang ditutupi oleh lapisan membran pelindung yang disebut meninges. Nah, saat terjadi hematoma subdural atau perdarahan subdural, darah berkumpul di antara dua lapisan ini, lapisan arachnoid (atas/luar) dan lapisan dura atau meningeal. Kondisi ini cukup membahayakan dan membutuhkan pertolongan cepat. Hematoma akut bisa mengakibatkan tekanan tinggi di dalam tengkorak (tekanan intrakranial). Hasilnya adalah timbulnya kompresi dan kerusakan jaringan otak dan bisa mengarah pada kematian,” jelas sang dokter panjang lebar.“P
Seorang pria menatap nanar jendela pesawat, pikirannya berkelana ke sana kemari memikirkan pujaan hatinya yang sedang dalam kesulitan. Pria itu menghela nafas gusar, lalu memejamkan mata mencari upeksha. “Mengapa Anda terlihat sangat cemas Tuan?” tanya laki-laki di sebelah pria itu, Jason.“Seseorang yang aku cintai sedang berjuang untuk tetap hidup,” jelas Jason tanpa mengalihkan pandangannya.“Terjadi sesuatu kepada istrimu?” tanya pria itu sekali lagi.“Ya, istriku mengalami kecelakaan saat menaiki taksi. Jika berkenan, berikan doa’ kepadanya, aku rasa itu yang saat ini kuperlukan,” papar Jason.“Tentu saja, aku berharap agar istrimu baik-baik saja. Karena aku tahu, rasanya kehilangan istri benar-benar menyedihkan. Apalagi aku harus membesarkan putriku yang wajahnya seperti jelmaan istriku. Itu cukup menyiksa, aku tidak pernah berharap seseorang merasakan hal serupa,” balas orang tersebut.“Siapa namamu Tuan?” tanya Jason.“Aku Jansen Wiarsana.”“Lalu, di mana putrimu berada?” “A
Setelah menunggu berjam-jam lamanya, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Roland segera mendekatinya lalu bertanya, “Semua baik-baik saja bukan?”“Maaf Pak, sayangnya istri Anda tidak bisa diselamatkan. Operasi telah selesai, namun tiba-tiba saja istri Anda kehilangan detak jantungnya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin Pak.” Sang Dokter tertunduk sebagai rasa bela sungkawa.“D-dokter bercanda bukan? Pasti Dokter bercanda, i-istri saya pasti baik-baik saja. Tinggal menunggu sadar kan Dok?” ujar Roland tidak percaya, netranya berkaca-kaca.“Mohon maaf Pak, jasad istri Anda akan dipindahkan ke ruang jenazah segera. Silakan di urus pemakamannya Pak, atau mau di urus pihak rumah sakit?” tawar sang dokter.“Akh! Tidak mungkin!” teriak Roland dengan air mata yang mengucur deras. Pikirannya melayang ke mana-mana, jika ia tewas bagaimana nasib Ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan.“Usahakan lagi Dok! Saya mohon, lakukan yang terbaik. Berapa pun biaya yang diperlukan akan saya ber