It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry you
Well, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girl
Don't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm ready
Suara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!
Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa
"Tidak ... tidak..." "Jangan mendekat!" Rissa tercekat. Dia menatap sosok di depannya dengan penuh kengerian. “Kau melakukan hal yang sia-sia, Miss,” kata sosok itu sambil menyeringai. Dia seolah siap menyerang kapan saja. “Tidak! Anda tidak akan bisa melakukan sesuatu padaku atau mencelakanku!” seru Rissa dengan suara bergetar. Dia berusaha mencari jalan keluar tapi dia tak tahu harus ke mana. Dia seolah berada di tempat yang sangat asing padahal tempatnya berada adalah tempat yang dikenalnya. “Masa?” tanya sosok itu. Dia lalu tertawa. Rissa langsung merinding hebat mendengarkan tawanya. Tawa itu dingin dan kejam, juga tak berperasaan. Rissa berjalan mundur. Matanya membelalak penuh ketakutan. Tubuhnya gemetar. Badannya, yang dibalut setelan indah dan elegan dipenuhi keringat dingin. Ruangan tempatnya berada, sebuah ruang kantor besar dengan banyak meja dan kursi berjajar menjadi seolah lebih dingin dan lebih sempit. Semua orang sedan
"Astaga. Aku nggak bisa percaya ini." "Akhirnya aku bisa berada di sini! Clarissa Chandra memandang gedung di depannya dengan penuh kemenangan. Akhirnya! Dia bersorak dalam hati. Dia berhasil diterima di JW Company! Perusahaan itu bukan perusahaan kaleng-kaleng. Perusahaan bonafid dengan karyawan lebih dari 500 itu adalah salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Bergerak di bidang utama mode dan busana, perusahaan itu menawarkan hal utama yang para pencari kerja inginkan: gengsi. Selain itu perusahaan juga mulai merambah bidang lain seperti bidang kuliner dan bidang jasa iklan. JW Company benar-benar bukan perusahaan main-main. Reputasinya sendiri sangat bagus. Jika diterima di sana, otomatis orang akan menganggap serius dirimu. Bebeerapa waktu lalu, perusahaan itu sedang berusaha mengeluarkan merk mereka sendiri, yang akan diberi nama JW Style dan sedang merekrut beberapa desainer. Merk itu rencananya akan mereka luncurkan di awal tahun
Sudah seminggu Clarissa bekerja di kantor itu. Suasana kantor itu cukup menyenangkannya walaupun dia belum memiliki teman yang benar-benar akrab. Atmosfer kantor itu sangat mendukung pekerjaanya, dengan fasilitas kantor yang sangat beragam. Kantor itu juga menyediakan kafe sendiri sehingga para karyawan tidak perlu keluar jika ingin makan. Selain itu juga ada bonus insentif jika mereka lembur dan pekerjaan mereka melampaui ekspektasi. Plus, gajinya sangat bagus! Kantor itu sendiri dimiliki oleh Jonathan Wirawan, sang CEO. Keluarganya juga masuk di bisnis itu. Jabatan Direktur dipegang oleh anak tertuanya, Aidan Wirawan. Anak keduanya, Melvin Wirawan menjabat sebagai Wakil Direktur. Kepala Supervisornya adalah Daniela Wirawan, anak ketiga Jonathan Wirawan. Bahkan istri sang CEO juga memiliki peran di sana, sebagai salah satu pemegang saham. Dengan demikian, dinasti Wirawan-lah pemilik perusahaan itu sepenuhnya. Dia belum pernah bertemu dengan sang CEO, Direktur maupu
Rissa naik lift dengan hati berdebar dan berbagai macam pikiran berseliweran. Kantor Mr. Jona berada di lantai paling atas, lantai 10. Kantor dia sendiri berada di lantai 3. Lantai 1 dan 2 adalah divisi pemasaran, sedangkan lantai 4 dan 5 adalah divisi media sosial. Lantai 7 dan 8 digunakan untuk pemotretan para model pakaian mereka. Sementara lantai 9 dan 10 adalah lantai para eksekutif dan jajarannya. Termasuk para sekretaris yang memiliki kantor tersendiri. Untuk pembuatan baju, perusahaan memiliki perusahaan lain tersendiri yang terpisah. Biasanya hanya orang-orang dari divisi pemasaran yang mengunjunginya, untuk mengecek produksi dan semacamnya untuk kemudian dipasarkan ke pasar. Tim divisi pemasaran bekerja sama dengan tim dari divisi media sosial yang khusus memasarkan pakaian di media sosial. Mereka kuat dalam keduanya, dan hasil penjualan JW Style cukup memuaskan. Setiap tahun perusahaan juga ikut peragaan busana. Biasanya yang memimpin peragaan busana adalah desain
Hari itu tanpa ada peringatan sebelumnya, Rissa batal bertemu sang CEO. Pesan itu disampaikan Marissa selepas Pak CEO selesai bertemu Direktur. “Maaf, Miss Rissa. Sepertinya Pak CEO sedang tidak berkenan untuk ditemui,” katanya. Ekspresi wajahnya saat itu terlihat agak khawatir. Dia tidak memberi tahu alasannya lebih jauh pada Rissa karena itu bukan urusannya. Dia juga tidak tahu lebih jauh alasan Pak Jona tidak mau bertemu dengan Rissa. Rissa mengangguk. “Oh, baik Miss. Lalu kapan saya akan bertemu dengan Pak Jona? Sepertinya semua karyawan baru harus bertemu dengan beliau,” katanya. Dia takut bahwa bertemu dengan Pak Jona adalah suatu keharusan bagi karyawan baru dan bisa berabe jika dia tak kunjung juga bertemu dengan sang CEO. Dia takut akan disuruh resign atau semacamnya. Padahal dia masih karyawan kontrak selama tiga bulan. Pertamanya Marissa mengangguk, lalu tiba-tiba dia menggeleng. “Ya, memang begitu peraturannya, Miss. Tapi
Setelah itu anehnya Rissa tak pernah lagi mendapatkan perintah dari atasannya untuk bertemu Pak Jona lagi dan dia merasa aneh soal itu. Jujur, dia jadi merasa agak berbeda dengan teman-teman yang sudah bertemu dengannya. Teman-temannya sendiri tak mau membahas pertemuan mereka dengan sang CEO. Kata mereka hal itu rahasia dan mereka sudah diperintahkan untuk tidak memberitahu siapa pun yang belum pernah bertemu dengan Pak Jona. “Nanti kamu juga bakalan tahu kok,” kata Gita segera sambil memperhatikan riasannya ketika Rissa bertanya padanya dengan murung. Kulitnya padahal sudah putih pucat sempurna tapi setiap beberapa menit sekali dia pasti akan mengambil cermin dan memeriksa wajahnya. Dia juga memulas kembali lipstik merah marunnya. “Kamu pake perawatan apa sih kulitmu jadi mulus gitu?” tanya Rissa iri. Dia melihat bahwa kulit Gita benar-benar mulus seolah tanpa cela. Bahkan dia tak bisa melihat pori-pori wajah temannya itu saking terlihat sempurnanya.
Pak Jona memperhatikan daftar karyawan yang ada di depannya. “Ini semua karyawan baru yang belum bertemu dengan saya?” tanyanya serius. Dia melihat daftar teratas sampai dengan yang paling bawah. Total ada lima belas orang yang berasal dari divisi yang berbeda. Miss Marissa mengangguk. “Iya, Pak,” katanya segera. Dia memperhatikan raut wajah bosnya dengan saksama, menunggu reaksi selanjutnya dari Bosnya. Pak Jona menghela napas. “Baik. Panggil mereka satu persatu hari ini,” katanya. Dia lalu menaruh daftar karyawan itu lalu mnyandarkan tubuhnya di kursinya dan menutup matanya. Tangannya memegang pelipis. Marissa lalu memandangnya, keningnya tiba-tiba berkerut. Dia memperhatikan Pak Jona. “Maaf Pak, bagaimana keadaan Bu Claudia?” tanyanya dengan penuh perhatian. Pak Jona membuka matanya dan memandangnya. “Masih sama seperti sebelumnya. Kita dikejar waktu, Marissa,” katanya. Tatapannya, yang begitu sedih dan men
Jadi ... apakah ini maksud semua teman-temannya kemarin? Bahwa Pak Jona tidak seperti kelihatannya karena dia memang ... bukan manusia? Dan teman-temannya terus menerus berkata soal perubahan ... Jadi ... apakah mereka sekarang berubah menjadi ... vampir juga? Rissa tersentak ketika dia menyadari satu persatu perubahan temannya. Kulit yang pucat, menyukai daging mentah ... hingga ... gigi taring Gita! Ya, dia ingat apa yang aneh dari mulut Gita, gigi taringnya berubah memanjang! Astaga ... Rissa gemetar bukan main membayangkan semua itu. Jadi semua penampilan elegan rekan-rekannya di kantor ini bukan sebuah kebetulan karena mereka bekerja di kantor elit? Tapi karena mereka ... diubah menjadi vampir? Dia berada di kantor penuh vampir! “Tapi ... kenapa ... kenapa ...” Dia menatap Pak Jona, matanya membelalak lebar. Pak Jona menyeringai. “Aku membutuhkan sesuatu dari kalian. Sesuatu yang hanya bisa kudapatkan dari mengubah