"Tidak ... tidak..."
"Jangan mendekat!"
Rissa tercekat. Dia menatap sosok di depannya dengan penuh kengerian.
“Kau melakukan hal yang sia-sia, Miss,” kata sosok itu sambil menyeringai. Dia seolah siap menyerang kapan saja.
“Tidak! Anda tidak akan bisa melakukan sesuatu padaku atau mencelakanku!” seru Rissa dengan suara bergetar. Dia berusaha mencari jalan keluar tapi dia tak tahu harus ke mana. Dia seolah berada di tempat yang sangat asing padahal tempatnya berada adalah tempat yang dikenalnya.
“Masa?” tanya sosok itu. Dia lalu tertawa. Rissa langsung merinding hebat mendengarkan tawanya. Tawa itu dingin dan kejam, juga tak berperasaan.
Rissa berjalan mundur. Matanya membelalak penuh ketakutan. Tubuhnya gemetar. Badannya, yang dibalut setelan indah dan elegan dipenuhi keringat dingin. Ruangan tempatnya berada, sebuah ruang kantor besar dengan banyak meja dan kursi berjajar menjadi seolah lebih dingin dan lebih sempit. Semua orang sedang istirahat makan malam selama satu setengah jam saat ini, kecuali dirinya yang tiba-tiba dipanggil. Oleh lelaki ini ...
Sebenarnya sejak pagi firasatnya tidak enak. Apalagi tadi malam dia mendapat mimpi yang sangat buruk. Dia ada di sebuah kotak kecil berukuran dengan empat sisi yang sama besar. Kotak itu begitu rapat dan berukuran tidak lebih besar dari dirinya sendiri. Dia terkurung, tidak bisa melarikan diri. Napasnya begitu sesak karena kotak kecil itu tidak memiliki lubang udara. Tidak ada pintu masuk, tidak ada jendela, bahkan sela-sela kotak itu begitu rapat seolah itu adalah ruang hampa udara. Sekeras apapun dia mencoba, dia tidak bisa melepaskan diri dari kotak itu. Kotak itu benar-benar mencekiknya.
Tiba-tiba kotak itu menyempit. Dia menjerit tapi dia bahkan tidak bisa mendengar suaranya sendiri. Dia akan mati ...
Dan begitu mengucapkan kalimat itu dia tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Badannya dipenuhi keringat dan napasnya terengah-engah. Betapa suatu mimpi yang sangat mengerikan ... Dia jarang memimpikan sesuatu yang mengerikan seperti itu dan mimpi itu sempat mempengaruhinya sedikit semalam. Dia langsung pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Dia mengganti bajunya yang penuh dengan keringat dan mencoba pergi tidur lagi, walaupun sangat sulit awalnya.
Tapi kini di sinilah dia, di mana mimpinya seolah akan menjadi nyata. Ruang kantor ini adalah perwujudan dari kotak sempit dalam mimpinya. Dia dalam bahaya seperti dalam mimpinya!
Tidak! Ini tidak seperti yang dibayangkannya! Kenapa jadi begini? Dia masuk ke sini bukan untuk menghadapi maut!
Kalimat-kalimat itu terus berkecamuk dalam benaknya. Pikirannya kacau, tidak bisa memikirkan bagaimana caranya keluar dari situasi ini. Dia memandang pintu, yang sudah tertutup rapat dan tadi didengarnya dikunci. Oh, kenapa dia tadi tidak curiga saat mendengar bunyi pintu yang terkunci? Alangkah bodohnya dia! Dia menjadi lengah karena lelaki itu! Dia pastilah ... pastilah punya kekuatan yang tersembunyi sampai bisa membuatnya lengah seperti itu ...
Sekarang, mungkinkah mimpi itu pertanda akan apa yang sedang terjadi sekarang? Ya, dia merasa demikian ... Dia kini benar-benar merasa dikurung di ruangan ini bersama lelaki itu dan tidak bisa melarikan diri. Dia benar-benar dikurung di dalam kotak, seperti mimpinya semalam.
Tidak! Aku tidak mau seperti ini! Aku tidak ingin bernasib sama seperti mimpiku semalam! Oh astaga, bagaimana caranya melarikan diri?
Bagaimana dengan pintu samping?
Ya, dia bisa kabur ke ruangan lain lewat pintu samping tak jauh darinya. Pintu itu berada di sebelah dispenser, menuju ke ruangan divisi lain. Divisi lain tentunya sedang istirahat makan siang juga jadi ruangan lainnya pastilah juga sedang kosong. Setelah sampai di ruangan itu dia akan pergi ke pintu keluar dan bisa segera bebas! Dia akan bisa lari dari laki-laki mengerikan ini, selama-lamanya!
Sayangnya dia harus berlari dengan cukup cepat untuk mencapainya dan dia punya firasat lelaki itu akan menangkapnya bahkan sebelum dia sempat memegang gagang pintu.
Tidak! Aku tidak boleh tertangkap oleh lelaki itu! pikirnya histeris. Tapi diam di sini juga tidak akan menyelamatkannya. Lelaki itu sangat berhasrat untuk menangkapnya. Matanya terpancang padanya.
“Ah ... Sini cantik. Kau akan kuubah menjadi lebih cantik lagi. Kamu nggak mau?” tanya lelaki itu sambil berjalan pelan mendekatinya. Lelaki yang dikaguminya, yang dianggapnya seperti malaikat.
Rissa tahu banyak orang menganggapnya cantik walaupun dia selalu merasa rendah diri dengan penampilan karyawan lainnya yang jauh lebih cantik dan elegan jika dibandingkan dengan dirinya. Tapi dia tak ingin menjadi seperti mereka! Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri! Dia tak ingin perusahaan ini mengubahnya menjadi seseorang yang bukan dirinya!
Nggak! Begitu jeritnya. Tapi hanya dalam hati, karena dia tak mampu menjeritkannya lewat mulutnya. Bibirnya terkatup begitu rapat saking takutnya dia.
“Kau punya kecantikan yang tidak biasa, tak maukah kau kupoles sedikit saja hingga menjadi sempurna? Kalau tidak ... mendekati sempurna!” rayu laki-laki itu kembali.
Rissa menggeleng-geleng cepat. Saat lelaki itu berkata akan memoles dirinya, dia gemetar setengah mati. Bagaimana bisa lelaki itu berkata seperti itu dengan mudahnya? Dengan entengnya? Mengapa dia berkata seolah itu adalah hal yang wajar? Ah tapi tentu saja hal itu wajar bagi dirinya ... Dia sudah melakukannya ratusan kali ...
“Kenapa kamu menghindar? Kamu yang mau masuk ke perusahaan ini, jadi kamu harus mengikuti semua peraturan perusahaan, tanpa kecuali!” seru lelaki itu.
“Tidak yang satu ini!” serunya keras. Selama ini dia sudah mengikuti semua peraturan perusahaan, mulai dari yang wajar seperti memakai baju tertentu di hari Jumat, sampai yang aneh dari tidak boleh membuka jendela di waktu-waktu tertentu.
Ada apa dengan lelaki ini dan perusahaannya? Kenapa dia dan semuanya begitu aneh?
Rissa terhuyung-huyung ke belakang. Dia sampai menabrak beberapa berkas yang ada di meja-meja di dekatnya saking berusahanya menghindari lelaki itu.
“Ayolah, kau sudah lihat buktinya. Semuanya yang ada di sini sempurna. Kamu juga akan aku buat menjadi sempurna!” Si lelaki masih berusaha merayu.
Rissa mengutuk dirinya sendiri. Setelah ini dia akan mengajukan resign. Bodo amat bahwa perusahaan yang sudah berhasil dimasukinya ini adalah perusahaan yang diinginkan banyak orang untuk dimasuki. Bodo amat dengan tidak akan didapatkannya gaji penuh karena dia belum sebulan kerja di kantor ini. Bodo amat walaupun dia adalah karyawan kontrak yang bisa diminta ganti rugi jika berhenti bekerja sebelum kontrak selesai. Bodo amat dengan pekerjaan dan jabatan mentereng yang akan menunggunya jika nanti dia tetap di perusahaan itu. Yang penting dia harus segera keluar dari perusahaan ini! Dan tidak akan kembali lagi kemari, apa pun alasannya!
“Nggak!!!” Akhirnya dia bisa menyuarakan penolakannya dengan keras dan lantang. Lelaki itu harus tahu bahwa dia tidak mudah untuk diintimidasi dan diperlakukan seperti ini! Walaupun dia wanita dia tidak lemah! Dia akan berusaha untuk bertahan hidup di depan lelaki ini dan tidak akan menyerah tanpa berjuang! Dia menguatkan tekad itu dalam dirinya dan memandang lelaki di depannya dengan tajam dan tanpa gentar. Dikepalkannya tangannya, berusaha mengusir rasa takut yang masih tersisa.
Lelaki itu akhirnya berhenti. Dia mematung mendengar teriakan Rissa, seolah kaget dan tidak menyangka akan reaksi yang diterimanya. Mungkin dia pikir aku memang benar-benar lemah dan akan menyerah padanya! seru Rissa geram dalam hatinya. Melihat lelaki itu mematung, Rissa berpikir bahwa pada akhirnya ada kesempatan baginya untuk kabur selagi lelaki itu terkejut karena reaksinya.
Tapi belum sempat dia menggerakkan satu kaki pun, dilihatnya bibir lelaki itu membuka, dan kalimat yang mengejutkan keluar dari mulutnya. Kalimat itu langsung menghentikan niatnya untuk melarikan diri. Kalimat yang begitu keji dan menakutkan.
“Kalau begitu kau harus ... mati.”
"Astaga. Aku nggak bisa percaya ini." "Akhirnya aku bisa berada di sini! Clarissa Chandra memandang gedung di depannya dengan penuh kemenangan. Akhirnya! Dia bersorak dalam hati. Dia berhasil diterima di JW Company! Perusahaan itu bukan perusahaan kaleng-kaleng. Perusahaan bonafid dengan karyawan lebih dari 500 itu adalah salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Bergerak di bidang utama mode dan busana, perusahaan itu menawarkan hal utama yang para pencari kerja inginkan: gengsi. Selain itu perusahaan juga mulai merambah bidang lain seperti bidang kuliner dan bidang jasa iklan. JW Company benar-benar bukan perusahaan main-main. Reputasinya sendiri sangat bagus. Jika diterima di sana, otomatis orang akan menganggap serius dirimu. Bebeerapa waktu lalu, perusahaan itu sedang berusaha mengeluarkan merk mereka sendiri, yang akan diberi nama JW Style dan sedang merekrut beberapa desainer. Merk itu rencananya akan mereka luncurkan di awal tahun
Sudah seminggu Clarissa bekerja di kantor itu. Suasana kantor itu cukup menyenangkannya walaupun dia belum memiliki teman yang benar-benar akrab. Atmosfer kantor itu sangat mendukung pekerjaanya, dengan fasilitas kantor yang sangat beragam. Kantor itu juga menyediakan kafe sendiri sehingga para karyawan tidak perlu keluar jika ingin makan. Selain itu juga ada bonus insentif jika mereka lembur dan pekerjaan mereka melampaui ekspektasi. Plus, gajinya sangat bagus! Kantor itu sendiri dimiliki oleh Jonathan Wirawan, sang CEO. Keluarganya juga masuk di bisnis itu. Jabatan Direktur dipegang oleh anak tertuanya, Aidan Wirawan. Anak keduanya, Melvin Wirawan menjabat sebagai Wakil Direktur. Kepala Supervisornya adalah Daniela Wirawan, anak ketiga Jonathan Wirawan. Bahkan istri sang CEO juga memiliki peran di sana, sebagai salah satu pemegang saham. Dengan demikian, dinasti Wirawan-lah pemilik perusahaan itu sepenuhnya. Dia belum pernah bertemu dengan sang CEO, Direktur maupu
Rissa naik lift dengan hati berdebar dan berbagai macam pikiran berseliweran. Kantor Mr. Jona berada di lantai paling atas, lantai 10. Kantor dia sendiri berada di lantai 3. Lantai 1 dan 2 adalah divisi pemasaran, sedangkan lantai 4 dan 5 adalah divisi media sosial. Lantai 7 dan 8 digunakan untuk pemotretan para model pakaian mereka. Sementara lantai 9 dan 10 adalah lantai para eksekutif dan jajarannya. Termasuk para sekretaris yang memiliki kantor tersendiri. Untuk pembuatan baju, perusahaan memiliki perusahaan lain tersendiri yang terpisah. Biasanya hanya orang-orang dari divisi pemasaran yang mengunjunginya, untuk mengecek produksi dan semacamnya untuk kemudian dipasarkan ke pasar. Tim divisi pemasaran bekerja sama dengan tim dari divisi media sosial yang khusus memasarkan pakaian di media sosial. Mereka kuat dalam keduanya, dan hasil penjualan JW Style cukup memuaskan. Setiap tahun perusahaan juga ikut peragaan busana. Biasanya yang memimpin peragaan busana adalah desain
Hari itu tanpa ada peringatan sebelumnya, Rissa batal bertemu sang CEO. Pesan itu disampaikan Marissa selepas Pak CEO selesai bertemu Direktur. “Maaf, Miss Rissa. Sepertinya Pak CEO sedang tidak berkenan untuk ditemui,” katanya. Ekspresi wajahnya saat itu terlihat agak khawatir. Dia tidak memberi tahu alasannya lebih jauh pada Rissa karena itu bukan urusannya. Dia juga tidak tahu lebih jauh alasan Pak Jona tidak mau bertemu dengan Rissa. Rissa mengangguk. “Oh, baik Miss. Lalu kapan saya akan bertemu dengan Pak Jona? Sepertinya semua karyawan baru harus bertemu dengan beliau,” katanya. Dia takut bahwa bertemu dengan Pak Jona adalah suatu keharusan bagi karyawan baru dan bisa berabe jika dia tak kunjung juga bertemu dengan sang CEO. Dia takut akan disuruh resign atau semacamnya. Padahal dia masih karyawan kontrak selama tiga bulan. Pertamanya Marissa mengangguk, lalu tiba-tiba dia menggeleng. “Ya, memang begitu peraturannya, Miss. Tapi
Setelah itu anehnya Rissa tak pernah lagi mendapatkan perintah dari atasannya untuk bertemu Pak Jona lagi dan dia merasa aneh soal itu. Jujur, dia jadi merasa agak berbeda dengan teman-teman yang sudah bertemu dengannya. Teman-temannya sendiri tak mau membahas pertemuan mereka dengan sang CEO. Kata mereka hal itu rahasia dan mereka sudah diperintahkan untuk tidak memberitahu siapa pun yang belum pernah bertemu dengan Pak Jona. “Nanti kamu juga bakalan tahu kok,” kata Gita segera sambil memperhatikan riasannya ketika Rissa bertanya padanya dengan murung. Kulitnya padahal sudah putih pucat sempurna tapi setiap beberapa menit sekali dia pasti akan mengambil cermin dan memeriksa wajahnya. Dia juga memulas kembali lipstik merah marunnya. “Kamu pake perawatan apa sih kulitmu jadi mulus gitu?” tanya Rissa iri. Dia melihat bahwa kulit Gita benar-benar mulus seolah tanpa cela. Bahkan dia tak bisa melihat pori-pori wajah temannya itu saking terlihat sempurnanya.
Pak Jona memperhatikan daftar karyawan yang ada di depannya. “Ini semua karyawan baru yang belum bertemu dengan saya?” tanyanya serius. Dia melihat daftar teratas sampai dengan yang paling bawah. Total ada lima belas orang yang berasal dari divisi yang berbeda. Miss Marissa mengangguk. “Iya, Pak,” katanya segera. Dia memperhatikan raut wajah bosnya dengan saksama, menunggu reaksi selanjutnya dari Bosnya. Pak Jona menghela napas. “Baik. Panggil mereka satu persatu hari ini,” katanya. Dia lalu menaruh daftar karyawan itu lalu mnyandarkan tubuhnya di kursinya dan menutup matanya. Tangannya memegang pelipis. Marissa lalu memandangnya, keningnya tiba-tiba berkerut. Dia memperhatikan Pak Jona. “Maaf Pak, bagaimana keadaan Bu Claudia?” tanyanya dengan penuh perhatian. Pak Jona membuka matanya dan memandangnya. “Masih sama seperti sebelumnya. Kita dikejar waktu, Marissa,” katanya. Tatapannya, yang begitu sedih dan men
Jadi ... apakah ini maksud semua teman-temannya kemarin? Bahwa Pak Jona tidak seperti kelihatannya karena dia memang ... bukan manusia? Dan teman-temannya terus menerus berkata soal perubahan ... Jadi ... apakah mereka sekarang berubah menjadi ... vampir juga? Rissa tersentak ketika dia menyadari satu persatu perubahan temannya. Kulit yang pucat, menyukai daging mentah ... hingga ... gigi taring Gita! Ya, dia ingat apa yang aneh dari mulut Gita, gigi taringnya berubah memanjang! Astaga ... Rissa gemetar bukan main membayangkan semua itu. Jadi semua penampilan elegan rekan-rekannya di kantor ini bukan sebuah kebetulan karena mereka bekerja di kantor elit? Tapi karena mereka ... diubah menjadi vampir? Dia berada di kantor penuh vampir! “Tapi ... kenapa ... kenapa ...” Dia menatap Pak Jona, matanya membelalak lebar. Pak Jona menyeringai. “Aku membutuhkan sesuatu dari kalian. Sesuatu yang hanya bisa kudapatkan dari mengubah
Rissa bermimpi berada di awang-awang. Tubuhnya terasa begitu ringan dan terayun-ayun. Pandangannya berkabut dan tidak jelas. Dia merasa seakan pikiran dan tubuhnya tak terhubung satu sama lain. Apakah seperti ini kematian? Membuat dirinya seolah terayun-ayun seperti bayi dalam dekapan ibunya? pikirnya. Rasanya sangat nyaman, membuatnya tak ingin terbangun. Tiba-tiba dia ingat bagaimana dia mati, bagaimana proses kematiannya, dan dia rasanya ingin menjerit. “Ssst ... ssst! Tidak apa-apa ...” Suara siapa itu tadi? pikirnya. Dia seperti mendengar suara seseorang. Suara asing itu menenangkannya. Nadanya sangat indah, seperti suara musik. Dia jadi ingin tertidur lagi ... Tapi tidak. Sesuatu seperti menyengat tubuhnya dengan sangat kuat dan menyakitkan. Ketika dia berkonsentrasi untuk menemukan inti rasa sakitnya, dia kembali teringat momen sebelum kematiannya ... “Tidak!” jeritnya lagi. “Kenapa dia? Apa racunnya ma
It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa
Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar
“Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa
CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay
DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini
“Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara
“Apa!?”“Anda bercanda kan, Dokter?” Mrs. Claudia langsung histeris. Dia segera memandang Rissa yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia tidak tahu bahwa semua orang sedang membicarakannya.Dokter Andreas menggeleng. Dia memandang Mrs. Claudia, lalu memandang Rissa, dan balik memandang Mrs. Claudia sekali lagi.“Sayangnya saya tidak sedang bercanda dan tidak mungkin saya bercanda soal ini. Miss Rissa kemungkinan besar akan mati jika keadaan dia seperti ini terus. Energi hidupnya sudah habis. Dia tak mungkin bertahan jika seperti ini keadaannya. Dia perlu asupan energi untuk bertahan hidup.”“Dan saya tak mungkin terus-menerus memberikan darah padanya lewat infus. Dia harus makan dan minum,” lanjutnya.Memang, untuk sementara waktu Dokter Andreas memasang infus pada Rissa dengan isi darah. Hal itu cukup menopang hidup Rissa untuk sementara waktu.Wajah Daniela memucat.&ld
“Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,
“Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu