Home / Romansa / Jerat Kematian CEO Maut / 2. Misteri Pertama

Share

2. Misteri Pertama

Author: Aulia Hazuki
last update Huling Na-update: 2021-09-27 11:37:42

Sudah seminggu Clarissa bekerja di kantor itu. Suasana kantor itu cukup menyenangkannya walaupun dia belum memiliki teman yang benar-benar akrab. Atmosfer kantor itu sangat mendukung pekerjaanya, dengan fasilitas kantor yang sangat beragam. Kantor itu juga menyediakan kafe sendiri sehingga para karyawan tidak perlu keluar jika ingin makan. Selain itu juga ada bonus insentif jika mereka lembur dan pekerjaan mereka melampaui ekspektasi. Plus, gajinya sangat bagus!

Kantor itu sendiri dimiliki oleh Jonathan Wirawan, sang CEO. Keluarganya juga masuk di bisnis itu. Jabatan Direktur dipegang oleh anak tertuanya, Aidan Wirawan. Anak keduanya, Melvin Wirawan menjabat sebagai Wakil Direktur. Kepala Supervisornya adalah Daniela Wirawan, anak ketiga Jonathan Wirawan. Bahkan istri sang CEO juga memiliki peran di sana, sebagai salah satu pemegang saham. Dengan demikian, dinasti Wirawan-lah pemilik perusahaan itu sepenuhnya.

Dia belum pernah bertemu dengan sang CEO, Direktur maupun Wakil Direktur. Namun setiap minggunya dia bertemu dengan sang kepala supervisor, Daniela. Dia juga rapat bersama supervisornya dan teman-teman satu divisinya yang berjumlah 4 orang saja. Divisi Mode memang hanya berisi dia dan empat orang temannya, yang lolos tes. Mereka bertugas merancang desain pakaian baru untuk JW Style.

Minggu ini diadakan rapat bersama dengan supervisor dan kepala supervisornya untuk mendiskusikan 5 mode baru untuk diluncurkan ke pasar.

“Miss Gita, saya suka desain kamu. Garis-garis luarnya tajam, tapi lembut di dalam. Warna yang dipilih juga bagus, sesuai dengan selera pasar. Desain kamu saya terima,” kata Daniela.

Daniela Wirawan adalah seorang wanita yang super cantik. Dia tinggi bak model, dengan rambut disanggul ala Prancis dan dandanan modis. Kabarnya dia adalah salah satu lulusan terbaik di sekolah mode terkenal. Garis-garis wajahnya lembut, tapi matanya tajam dan kelihatan cerdas. Dia memakai makeup simpel yang menonjolkan kecantikannya.

Gita, desainer di sebelah Clarissa langsung menerima tepuk tangan semua orang. Gita terlihat luar biasa senang. Oh ya, prestasi sangat penting di perusahaan. Semakin sering ide diterima, karir akan semakin cemerlang. Para desainer di sana berkesempatan menjadi desainer utama perusahaan, dan membantu supervisor memilih desain-desain terbaik selanjutnya.

“Selanjutnya ada desain Miss Jovanka. Desain kamu bagus, hanya saja agak revolusioner untuk saat ini. Masih bisa diperbaiki. Saya tunggu revisinya ya,” kata Daniela. Dia mengembalikan map milik Jovanka.

Jova, rekan kerja di sebelah Gita terlihat agak kecewa tapi dia berusaha mengontrol kekecewaannya agar tak terlalu terlihat di wajahnya. Dia mengangguk.

“Baik, Miss,” katanya segera. Dia segera menerima mapnya, berusaha terlihat legawa.

“Oke. Yang ketiga adalah desain Miss Clarissa. Atau Rissa saja ya lebih tepatnya?” panggil Miss Daniela.

Clarissa mengangguk.

“Boleh, Miss,” katanya.

“Desain kamu bagus. Tradisional dan sederhana. Banyak pasar untuk desain ini dan bisa menyasar banyak kalangan. Desain kamu saya terima.”

Mendengar kata-kata Daniela itu ekspresi Rissa langsung cerah. Dia segera menerima tepukan tangan kedua. Desainnya diterima! Dia mengerjakan desain itu semalam suntuk, dengan membawa pekerjaan rumah banyak dan hasil kerja kerasnya kini terbayar!

“Oke. Desain keempat punya Ifan,” kata Daniela sambil memegang map selanjutnya.

“Saya mau dipanggil Miss juga, Miss,” kata Ifan segera sambil tersenyum merayu.

Semua orang langsung tertawa. Ifan adalah cowok satu-satunya di divisinya. Cowok flamboyan dan melambai itu terkenal karena kepribadiannya yang ceria dan ramah. Dia juga selalu nyambung mengobrol dengan cowok maupun cewek. Dia cowok berkacamata yang manis, tidak terlalu tinggi tapi bakatnya banyak diakui banyak orang. Sama seperti sekarang.

“Desain apa ini? Saya suka! Sangat memiliki kepribadian di dalamnya. Saya terima!”

Daniela terlihat takjub sambil masih memegang map milik Ifan. Ifan langsung menerima tepuk tangan juga. Dia memegang kacamatanya dan menundukkan kepala pada semua orang sambil tersenyum lebar.

“Thank you, thank you!” serunya gembira. Semua orang langsung tertawa lagi.

“Terakhir milik Miss Fahrani ya. Saya panggil Miss Rani saja?” tanya Miss Daniela.

Fahrani, yang duduk di sebelah Rissa mengangguk.

“Boleh, Miss,” jawab cewek itu segera.

“Sebenarnya saya suka desain kamu. Tapi maaf perpaduan warnanya seolah saling timpang tindih. Nanti tolong direvisi ya, Miss Dewinta minta bantuannya ya,” kata Miss Daniela.

Fahrani terlihat kecewa tapi dia berusaha legawa juga.

“Baik terima kasih Miss,” katanya. Miss Dewinta lalu menepuk pundaknya untuk menguatkan.

Salah satu keunggulan di perusahaan itu adalah semua orang selalu siap membantu. Baik senior maupun junior diminta untuk saling membantu satu sama lain agar tidak ada ketimpangan dalam perusahaan. Sebelum ini saja Miss Dewinta dengan senang hati mengoreksi desainnya dan memberinya masukan.

Setelah selesai rapat, tiba-tiba Miss Daniela berkata.

“Oh iya untuk Jovanka, Mr. Jona mau ketemu ya. Nanti setelah selesai, Mr. Jona juga mau ketemu Fahrani ya.”

Wajah kedua rekan Rissa tersebut langsung kelihatan kaget. Apa ini karena desain mereka?

Daniela sepertinya bisa membaca apa yang mereka pikirkan dan akhirnya berkata.

“Oh bukan, bukan tentang desain. Tentang visi misi kalian di perusahaan lebih jauh. Silakan ikuti saya,” katanya menenangkan.

Jovanka dan Fahrani terlihat lega dan mengikuti Miss Daniela keluar ruangan.

***

Kedua cewek itu kembali dari kantor CEO dalam kondisi pucat seperti habis dimarahi habis-habisan.

“Ah, aku nggak apa-apa kok,” kata Jovanka. Dia lalu menghela napas dan meneruskan pekerjaannya dalam diam.

“Kirain habis dimarahi, Jo,” kata Ifan gemulai.

Jovanka menggeleng, tak tersenyum sedikitpun.

“Ah enggak, kok,” katanya pelan.

Ifan langsung peka dan berbisik pada Rissa yang sedang memperhatikan mereka berdua.

“Lagi badmood, hihi.” Dia lalu terkikik dan membuat Rissa tersenyum lebar.

“Jangan diganggu kalo gitu, Miss,” balasnya.

“Siap, hihi,” kata Ifan segera.

Kabar mengejutkan datang keesokan harinya. Fahrani mengajukan resign. Dia tidak mengatakan apa alasannya dan segera meninggalkan kantor cepat-cepat.

“Aku denger dia dimarahi Pak CEO, nggak tahu kenapa,” kata Gita.

Gita adalah biang gosip baru di kantor. Cewek itu selalu gercep jika menyangkut gosip terbaru dan langsung menyebarkannya sesegera mungkin sebelum gosip itu menguap dan tidak hot lagi.

“Waduh. Sampe dimarahi CEO?” balas Ifan.

Gita mengangguk.

“Iya, kalo soal visi misi katanya Mr. Jona itu tegas, mungkin Rani nggak sejalan dengan itu,” katanya.

Seminggu kemudian, setelah rapat gantian Gita yang dipanggil. Setelahnya dia jadi bukan main pucat dan muram, tapi setelah itu tampak baik-baik saja. Sepertinya pertemuan dengan sang CEO berlangsung cukup baik dan dia bisa melaluinya. Dia tidak mau menjawab ketika ditanya bagaimana kesannya saat bertemu dengan sang CEO. Dia cuma berkata “Semua oke. Aku bisa laluin ini”.

Seminggu kemudian gantian Ifan yang dipanggil. Dia juga awalnya tampak seperti terpukul tapi setelahnya dia tampak baik-baik saja juga. Dia berkata pada Rissa bahwa “Mr. Jona tidak tampak seperti orang luar pikirkan.”

Seminggu setelahnya Rissa harap-harap cemas dan akhirnya ...

“Rissa? Kamu dipanggil Mr. Jona,” kata Miss Dewinta.

Dia langsung merasa keder.

Apa dia melakukan sesuatu yang salah? Kenapa dia dan teman-temannya dipanggil satu-persatu dalam selang waktu seminggu?

Kaugnay na kabanata

  • Jerat Kematian CEO Maut   3. Misteri Kedua

    Rissa naik lift dengan hati berdebar dan berbagai macam pikiran berseliweran. Kantor Mr. Jona berada di lantai paling atas, lantai 10. Kantor dia sendiri berada di lantai 3. Lantai 1 dan 2 adalah divisi pemasaran, sedangkan lantai 4 dan 5 adalah divisi media sosial. Lantai 7 dan 8 digunakan untuk pemotretan para model pakaian mereka. Sementara lantai 9 dan 10 adalah lantai para eksekutif dan jajarannya. Termasuk para sekretaris yang memiliki kantor tersendiri. Untuk pembuatan baju, perusahaan memiliki perusahaan lain tersendiri yang terpisah. Biasanya hanya orang-orang dari divisi pemasaran yang mengunjunginya, untuk mengecek produksi dan semacamnya untuk kemudian dipasarkan ke pasar. Tim divisi pemasaran bekerja sama dengan tim dari divisi media sosial yang khusus memasarkan pakaian di media sosial. Mereka kuat dalam keduanya, dan hasil penjualan JW Style cukup memuaskan. Setiap tahun perusahaan juga ikut peragaan busana. Biasanya yang memimpin peragaan busana adalah desain

    Huling Na-update : 2021-09-27
  • Jerat Kematian CEO Maut   4. Rahasia Demi Rahasia

    Hari itu tanpa ada peringatan sebelumnya, Rissa batal bertemu sang CEO. Pesan itu disampaikan Marissa selepas Pak CEO selesai bertemu Direktur. “Maaf, Miss Rissa. Sepertinya Pak CEO sedang tidak berkenan untuk ditemui,” katanya. Ekspresi wajahnya saat itu terlihat agak khawatir. Dia tidak memberi tahu alasannya lebih jauh pada Rissa karena itu bukan urusannya. Dia juga tidak tahu lebih jauh alasan Pak Jona tidak mau bertemu dengan Rissa. Rissa mengangguk. “Oh, baik Miss. Lalu kapan saya akan bertemu dengan Pak Jona? Sepertinya semua karyawan baru harus bertemu dengan beliau,” katanya. Dia takut bahwa bertemu dengan Pak Jona adalah suatu keharusan bagi karyawan baru dan bisa berabe jika dia tak kunjung juga bertemu dengan sang CEO. Dia takut akan disuruh resign atau semacamnya. Padahal dia masih karyawan kontrak selama tiga bulan. Pertamanya Marissa mengangguk, lalu tiba-tiba dia menggeleng. “Ya, memang begitu peraturannya, Miss. Tapi

    Huling Na-update : 2021-09-27
  • Jerat Kematian CEO Maut   5. Wanita yang Terbaring Sendirian

    Setelah itu anehnya Rissa tak pernah lagi mendapatkan perintah dari atasannya untuk bertemu Pak Jona lagi dan dia merasa aneh soal itu. Jujur, dia jadi merasa agak berbeda dengan teman-teman yang sudah bertemu dengannya. Teman-temannya sendiri tak mau membahas pertemuan mereka dengan sang CEO. Kata mereka hal itu rahasia dan mereka sudah diperintahkan untuk tidak memberitahu siapa pun yang belum pernah bertemu dengan Pak Jona. “Nanti kamu juga bakalan tahu kok,” kata Gita segera sambil memperhatikan riasannya ketika Rissa bertanya padanya dengan murung. Kulitnya padahal sudah putih pucat sempurna tapi setiap beberapa menit sekali dia pasti akan mengambil cermin dan memeriksa wajahnya. Dia juga memulas kembali lipstik merah marunnya. “Kamu pake perawatan apa sih kulitmu jadi mulus gitu?” tanya Rissa iri. Dia melihat bahwa kulit Gita benar-benar mulus seolah tanpa cela. Bahkan dia tak bisa melihat pori-pori wajah temannya itu saking terlihat sempurnanya.

    Huling Na-update : 2021-09-27
  • Jerat Kematian CEO Maut   6. Kebenaran Tentang sang CEO

    Pak Jona memperhatikan daftar karyawan yang ada di depannya. “Ini semua karyawan baru yang belum bertemu dengan saya?” tanyanya serius. Dia melihat daftar teratas sampai dengan yang paling bawah. Total ada lima belas orang yang berasal dari divisi yang berbeda. Miss Marissa mengangguk. “Iya, Pak,” katanya segera. Dia memperhatikan raut wajah bosnya dengan saksama, menunggu reaksi selanjutnya dari Bosnya. Pak Jona menghela napas. “Baik. Panggil mereka satu persatu hari ini,” katanya. Dia lalu menaruh daftar karyawan itu lalu mnyandarkan tubuhnya di kursinya dan menutup matanya. Tangannya memegang pelipis. Marissa lalu memandangnya, keningnya tiba-tiba berkerut. Dia memperhatikan Pak Jona. “Maaf Pak, bagaimana keadaan Bu Claudia?” tanyanya dengan penuh perhatian. Pak Jona membuka matanya dan memandangnya. “Masih sama seperti sebelumnya. Kita dikejar waktu, Marissa,” katanya. Tatapannya, yang begitu sedih dan men

    Huling Na-update : 2021-09-28
  • Jerat Kematian CEO Maut   7. Nasib Rissa

    Jadi ... apakah ini maksud semua teman-temannya kemarin? Bahwa Pak Jona tidak seperti kelihatannya karena dia memang ... bukan manusia? Dan teman-temannya terus menerus berkata soal perubahan ... Jadi ... apakah mereka sekarang berubah menjadi ... vampir juga? Rissa tersentak ketika dia menyadari satu persatu perubahan temannya. Kulit yang pucat, menyukai daging mentah ... hingga ... gigi taring Gita! Ya, dia ingat apa yang aneh dari mulut Gita, gigi taringnya berubah memanjang! Astaga ... Rissa gemetar bukan main membayangkan semua itu. Jadi semua penampilan elegan rekan-rekannya di kantor ini bukan sebuah kebetulan karena mereka bekerja di kantor elit? Tapi karena mereka ... diubah menjadi vampir? Dia berada di kantor penuh vampir! “Tapi ... kenapa ... kenapa ...” Dia menatap Pak Jona, matanya membelalak lebar. Pak Jona menyeringai. “Aku membutuhkan sesuatu dari kalian. Sesuatu yang hanya bisa kudapatkan dari mengubah

    Huling Na-update : 2021-09-28
  • Jerat Kematian CEO Maut   8. Kebenaran

    Rissa bermimpi berada di awang-awang. Tubuhnya terasa begitu ringan dan terayun-ayun. Pandangannya berkabut dan tidak jelas. Dia merasa seakan pikiran dan tubuhnya tak terhubung satu sama lain. Apakah seperti ini kematian? Membuat dirinya seolah terayun-ayun seperti bayi dalam dekapan ibunya? pikirnya. Rasanya sangat nyaman, membuatnya tak ingin terbangun. Tiba-tiba dia ingat bagaimana dia mati, bagaimana proses kematiannya, dan dia rasanya ingin menjerit. “Ssst ... ssst! Tidak apa-apa ...” Suara siapa itu tadi? pikirnya. Dia seperti mendengar suara seseorang. Suara asing itu menenangkannya. Nadanya sangat indah, seperti suara musik. Dia jadi ingin tertidur lagi ... Tapi tidak. Sesuatu seperti menyengat tubuhnya dengan sangat kuat dan menyakitkan. Ketika dia berkonsentrasi untuk menemukan inti rasa sakitnya, dia kembali teringat momen sebelum kematiannya ... “Tidak!” jeritnya lagi. “Kenapa dia? Apa racunnya ma

    Huling Na-update : 2021-09-28
  • Jerat Kematian CEO Maut   9. Keterkejutan Rissa

    Tapi rupanya bukan hanya dia yang terkejut, tapi juga Aidan. “Apa? Apa maksud ayah?” seru Aidan dengan segera. “Kenapa ayah membuat keputusan mendadak seperti itu?” lanjutnya dengan kaget. Pak Jona memandang anaknya. “Ibumu dan aku sudah setuju. Kami merasa sangat berterima kasih pada Rissa dan ...” “Keterlaluan!” seru Aidan segera. Dia lalu berjalan marah keluar meninggalkan ruangan. Dia melewati begitu saja Rissa yang sedang terenyak. Pak Jona tak mempedulikannya. Dia menoleh pada Rissa yang masih terlalu kaget untuk meresponnya. “Nah, bagaimana menurut Anda?” tanyanya dengan penuh harap. Rissa memandang Pak Jona dengan tatapan “Apakah Anda bercanda?” “Tidak! Saya tidak mau!” serunya segera. Dijodohkan dengan orang yang tidak dikenalnya? Setampan apa pun dia? Dia jelas tidak mau! Tapi Pak Jona tidak menggubrisnya. Sepertinya dia sedang larut dalam euforia karena istrinya sudah pulih. “Kami akan

    Huling Na-update : 2021-09-29
  • Jerat Kematian CEO Maut   10. Putra Sang CEO

    Grup media sosial divisi Rissa malam itu ramai dengan berita. Jovanka : Istri Pak CEO udah pulih gaes! Jovanka : Udah sembuh! Jovanka : Kalian tahu kan, beliau sakit udah setahunan ini! Miss Dewinta : Astaga Miss Jova, padahal berita ini baru sampai ke telinga saya beberapa jam lalu. Jovanka : Hehe Jovanka : Maaf Miss. Saya denger dari anak media sosial tadi. Miss Dewinta : Iya gapapa kok. Santai aja Miss Gita : Katanya berobat di Singapur? Kanker? Jovanka&nb

    Huling Na-update : 2021-10-03

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Kematian CEO Maut   Epilog

    It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa

  • Jerat Kematian CEO Maut   77. Akhir Bahagia

    Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar

  • Jerat Kematian CEO Maut   76. Penyelidikan

    “Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa

  • Jerat Kematian CEO Maut   75. Kekalahan yang Indah

    CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay

  • Jerat Kematian CEO Maut   74. Sebuah Pertarungan Tanpa Akhir

    DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini

  • Jerat Kematian CEO Maut   73. Pertarungan Yang Sengit

    “Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara

  • Jerat Kematian CEO Maut   72. Misi Penyelamatan

    “Apa!?”“Anda bercanda kan, Dokter?” Mrs. Claudia langsung histeris. Dia segera memandang Rissa yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia tidak tahu bahwa semua orang sedang membicarakannya.Dokter Andreas menggeleng. Dia memandang Mrs. Claudia, lalu memandang Rissa, dan balik memandang Mrs. Claudia sekali lagi.“Sayangnya saya tidak sedang bercanda dan tidak mungkin saya bercanda soal ini. Miss Rissa kemungkinan besar akan mati jika keadaan dia seperti ini terus. Energi hidupnya sudah habis. Dia tak mungkin bertahan jika seperti ini keadaannya. Dia perlu asupan energi untuk bertahan hidup.”“Dan saya tak mungkin terus-menerus memberikan darah padanya lewat infus. Dia harus makan dan minum,” lanjutnya.Memang, untuk sementara waktu Dokter Andreas memasang infus pada Rissa dengan isi darah. Hal itu cukup menopang hidup Rissa untuk sementara waktu.Wajah Daniela memucat.&ld

  • Jerat Kematian CEO Maut   71. Rissa Akan Mati!

    “Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,

  • Jerat Kematian CEO Maut   70. Rencana Angeline

    “Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status