Jebakan Pernikahan Sang Miliarder

Jebakan Pernikahan Sang Miliarder

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-16
Oleh:  Renata Respati  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
135Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Liam Stefano membenci Agatha Rawlins dan bersumpah akan membuat hidupnya sengsara. Dia kembali ke Italia untuk balas dendam dan menjadi malaikat kematian untuk Agatha. Apakah Agatha mampu menjalani hari-harinya di bawah tekanan dan intimidasi dari Liam? Baca terus keseruan kisahnya dalam novel fiksi romantis berjudul, “Jebakan Pernikahan Sang Miliarder.”

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

1. Pernikahan Buta

“Agatha, kau baik-baik saja?” Seorang gadis dengan riasan pernikahan yang cantik itu masih menatap sendu pada bayangan dirinya di cermin.Sementara seorang gadis lainnya tampak mendekat sembari meletakkan kedua tangan di bahunya.“Bagaimana aku bisa baik-baik saja, sedangkan aku sendiri tidak tahu dengan siapa aku akan menikah.” Agatha berusaha tegar, sekuat tenaga menahan air mata yang mencoba keluar dari pelupuk matanya.Dia tidak boleh menangis sekarang. Dia harus menggunakan otaknya untuk memikirkan cara terbaik untuk menghindari atau lebih bagus lagi membatalkan pernikahan buta ini.“Siapa yang tahu pria seperti apa yang dipilih oleh ayahmu itu. Apa kau ingin aku pergi melihat?” Amelie—manager Agatha—mengendikkan bahunya, menghela napas dengan frustasi.“Tidak perlu. Hanya akan buang-buang waktu saja.” Agatha menggeleng, menolak usulan Amelie.“Kalau begitu, bagaimana kalau kau mencoba membujuk ayahmu sekali lagi saja? Saat ini di luar pasti sedang sangat ramai dan banyak orang,

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
135 Bab

1. Pernikahan Buta

“Agatha, kau baik-baik saja?” Seorang gadis dengan riasan pernikahan yang cantik itu masih menatap sendu pada bayangan dirinya di cermin.Sementara seorang gadis lainnya tampak mendekat sembari meletakkan kedua tangan di bahunya.“Bagaimana aku bisa baik-baik saja, sedangkan aku sendiri tidak tahu dengan siapa aku akan menikah.” Agatha berusaha tegar, sekuat tenaga menahan air mata yang mencoba keluar dari pelupuk matanya.Dia tidak boleh menangis sekarang. Dia harus menggunakan otaknya untuk memikirkan cara terbaik untuk menghindari atau lebih bagus lagi membatalkan pernikahan buta ini.“Siapa yang tahu pria seperti apa yang dipilih oleh ayahmu itu. Apa kau ingin aku pergi melihat?” Amelie—manager Agatha—mengendikkan bahunya, menghela napas dengan frustasi.“Tidak perlu. Hanya akan buang-buang waktu saja.” Agatha menggeleng, menolak usulan Amelie.“Kalau begitu, bagaimana kalau kau mencoba membujuk ayahmu sekali lagi saja? Saat ini di luar pasti sedang sangat ramai dan banyak orang,
Baca selengkapnya

2. Pria Dari Masa Lalu

“Apa wajahku ini mudah untuk dilupakan, adikku sayang?” Agatha melotot, berusaha mencerna dua kalimat terakhir yang diucapkan pria itu.“Adik—apa?”Agatha nyaris kesusahan bernapas. Satu-satunya orang yang bisa memanggilnya adik adalah—kakak tirinya.“Kau, Liam—Liam Stefano?” Tebaknya.“Tepat sekali.” Pria itu menjentikkan jarinya karena Agatha berhasil mengenalinya.Sementara itu, kewaspadaan Agatha meningkat. Mereka sudah tidak bertemu selama empat belas tahun. Pertemuan terakhir mereka juga tidak berjalan baik, sekarang pria itu malah muncul di hadapannya.Agatha tidak menyangka, mereka akan bertemu lagi dalam situasi seperti ini.“Kenapa kau ada di sini?” Agatha bertanya lagi. Dia menatap Liam seperti kelinci yang terperangkap.“Untuk membawamu pulang tentu saja.” Ucapnya dengan ringan sembari menyandarkan punggungnya dengan santai di kursi dan menyilangkan kaki.“Aku? Tidak mungkin.” Agatha menggeleng, tidak ingin percaya.“Kenapa tidak? Bukankah kau harus mempertanggungjawabkan
Baca selengkapnya

3. Tinggal Bersama

“Rumahku.” Sesaat setelah Liam mengatakannya, mobil kembali bergerak lambat, lalu berhenti sepenuhnya di depan sebuah bangunan besar yang di dominasi warna putih.“Kenapa kau membawaku ke rumahmu?”“Kupikir kau butuh tempat pelarian yang aman?” Liam melihat Agatha dengan tatapan mencemooh. Penampilan Agatha dengan gaun pengantin putih itu mengandung fakta, kalau adiknya itu mungkin akan melangsungkan pernikahan hari ini.Agatha berusaha menguasai diri, merasa telah salah menafsirkan perkataan Liam sebelumnya. Pria itu hanya mengatakan ‘akan membawanya pulang tadi’, bukan ‘akan membawanya ke rumah lama mereka’. Dan di sinilah dirinya berada sekarang, di tempat asing yang belum pernah dia kunjungi.“Tuan muda, kau sudah pulang?” Sapa seorang pria berkulit pucat menyapa, menyambut kedatangan mereka.Pandangan mereka bertemu, dan Agatha menangkap keterkejutan dari reaksi pria itu. Namun setelah berhasil mengendalikan diri, pria itu kembali menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi lagi.Seme
Baca selengkapnya

4. Juliette

Agatha perlahan membuka kotak itu di hadapan Liam. Gadis itu kembali terkejut saat melihat pakaian yang terlipat rapi di dalamnya. Itu adalah satu stel seragam yang—sama persis dengan yang dikenakan oleh dua orang maid tadi.“Ini—“ Agatha menggantung ucapannya di tenggorokan.“Seragammu.” Jawab Liam ringan dan tanpa beban.“Apa? Kau gila?”“Tidak ada yang lebih gila dari seorang pelacur yang membunuh suami dan anaknya sendiri!” Seru Liam, membuat Agatha mundur karena terkejut.Pria itu mengatakannya dengan kejam dan tanpa perasaan.“Ibuku bukan pelacur.” Segumpal air mata menggenang di pelupuk mata Agatha.“Katakan itu pada tembok di belakang kepalamu.” Liam melempar serbetnya ke meja, lalu berdiri dan meninggalkan Agatha.“Jangan lupa untuk selalu memakainya selama kau berada di rumah ini.” Liam mengatakan kalimat itu tanpa berbalik, kemudian melanjutkan langkah kakinya untuk pergi menjauh.“Hanya begini saja? Jangan kau kira aku akan menyerah hanya karena hal seperti ini. Seumur hid
Baca selengkapnya

5. Awal Balas Dendam

“Agatha, apa kau sudah siap?” Seru sang fotografer dari tengah studio.Theo lalu mengangkat jempolnya ke udara sebagai jawaban.“Baiklah, aku akan melakukannya dengan baik kali ini.” Agatha berbicara pada dirinya sendiri, tangan kanannya menekan dada kirinya sejenak untuk menenangkan debur jantungnya.Setelah itu dia kembali melangkah ke tengah studio untuk melanjutkan pemotretan. Agatha bertekad untuk menyelesaikannya hari ini. Tidak peduli meskipun kakak tirinya berada di sana.“Astaga, aku jadi lupa memberitahunya tadi.” Lanjut Theo, suaranya menguap di udara saat melihat Agatha berjalan menjauhinya.***Agatha tampak kelelahan setelah menyelesaikan pemotretan dengan Juliette selama tiga jam penuh. Apalagi dirinya juga belum menyentuh makanan apapun sejak pagi. Jadi saat pekerjaannya selesai, Agatha segera meraih pasta carbonara dengan daging sapi asap yang sudah disiapkan untuknya.Agatha melahap makanannya dengan cepat, dia harus segera pergi untuk membeli ponsel baru sebelum kem
Baca selengkapnya

6. Melayani Tuan Muda

Agatha sudah hampir kehabisan napas saat suara Luca menginterupsi di belakang Liam.“Tuan Stefano, jangan. Kau bisa membunuhnya.” Liam menarik tangannya dengan keras, meninggalkan Agatha yang seketika terduduk dan terbatuk di lantai sembari memegangi lehernya.“Tidak akan ada yang tahu sekalipun dia mati di rumahku.” Suara Liam samar-samar terdengar di kejauhan.“Palazzo ini terlalu berharga untuk dijadikan tempat pembunuhan.” Sahut Luca.“Kau benar. Kau bawa dia, pastikan bibi Emy mengurusnya dengan benar.” Lanjut Liam sebelum kaki-kaki panjangnya menaiki anak tangga menuju ke lantai dua.Agatha tersenyum miris saat mendengar percakapan kedua pria itu. Mereka membicarakan tentang pembunuhan dengan begitu ringan dan mudahnya.‘Sebenarnya tumbuh menjadi manusia seperti apa kau ini? Bukan hanya dirimu yang kehilangan keluarga dalam kecelakaan itu, tapi aku juga.’ Batin Agatha, menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia tidak boleh menangis, Agatha tidak ingin menunjukkan kelemahannya pad
Baca selengkapnya

7. Aturan Penting

“Maafkan saya, tuan muda. Saya bersalah. Saya hanya terlalu senang karena—awh! Sakit.” Serunya saat Liam dengan sengaja menarik kasar nampan berisi kopi dari tangan Agatha hingga jatuh, dan cairan pekat yang masih panas itu seketika meluncur jatuh mengenai tangan maid muda itu, membuatnya meringis dan mengibaskan tangannya yang memerah dan hampir melepuh.“Apa yang kau lakukan?” Agatha melotot tak percaya.“Itulah akibatnya kalau tidak mematuhi aturan.” Ucapnya dengan dingin dan kejam.“Kau bisa mengatakannya baik-baik tanpa harus menyakiti tangan orang lain.”“Sejak kapan aku peduli? Jangan bertindak seolah kau adalah pahlawan. Karena di sini, statusmu sama saja dengannya. Kecuali—kau juga ingin mencobanya?” Agatha tersentak.Melihat dari ekspresi Liam saat ini, bukan tidak mungkin pria itu akan melakukan ancamannya.“Ikuti saja aturan mainnya kal
Baca selengkapnya

8. Edisi Khusus

“Nona Agatha, senang bisa bertemu denganmu lagi.” Pria setengah baya itu—Oliver, menelusuri Agatha dari segala sisi.“Aku senang bisa bertemu lagi dengan paman. Paman masih terlihat sama seperti 14 tahun yang lalu.”Agatha kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan pria bernama Oliver itu. Hari saat keluarganya dimakamkan. Oliver adalah orang yang membelanya dan menyelamatkannya dari amukan Liam saat itu. Pria itu juga yang lalu membawanya keluar dari rumah lamanya.Setelah itu mereka tidak pernah bertemu lagi hingga sekarang.“Aku senang sekali nona tumbuh dengan baik.”“Terima kasih, paman. Oh, ya. Apa yang paman lakukan di sini?”“Tuan Liam menyuruhku untuk mengantar nona.”“Mengantarku?” Agatha menunjuk dirinya sendiri dengan terkejut.“Ya. Bukankah kau adalah seorang selebritis sekarang? Akan sangat berbahaya kalau orang terkenal sepert
Baca selengkapnya

9. Temperamen Buruk

“Amelie?” Agatha membelalak saat mendapati Amelie berada di studio Juliette, dia lalu berlari dan menghambur ke dalam pelukan gadis itu.“Amelie, kau baik-baik saja? Apa ayahku melukaimu? Atau melakukan hal buruk padamu?” Amelie menggeleng dan tersenyum mendengar rentetan pertanyaan Agatha.“Syukurlah, aku sangat mencemaskanmu.”“Aku tahu.” Gadis bernama Amelie itu menepuk pelan punggung Agatha yang memeluknya.“Ayahku pasti marah besar saat mengetahui aku kabur di hari pernikahan.” Agatha memelankan suaranya saat mengatakan kalimat terakhirnya.“Begitulah. Aku akan menceritakannya setelah kau menyelesaikan pekerjaanmu.” Agatha mengangguk setuju dan segera kembali ke posisinya.***“Jadi, Agatha. Bisakah kau memberitahuku dimana kau tinggal beberapa hari ini? Ayahmu bahkan tidak bisa melacakmu karena kau tidak membawa apapun saat pergi.” Agatha dan Ame
Baca selengkapnya

10. Melarikan Diri

Dalam beberapa langkah cepat, Liam membawa Agatha masuk ke dalam kamar mandi. Lalu mendorongnya masuk ke bath up tanpa melepaskan cengkeraman tangannya.“Ini kan yang kau inginkan? Aku akan dengan senang hati mengabulkannya.” Liam menyeringai saat melihat gelembung udara memenuhi permukaan air di bath up, mengabaikan gerakan tangan Agatha yang tak beraturan untuk meraih apapun di atasnya.Liam seolah mati rasa, dirinya sama sekali tidak bergeming saat menyaksikan Agatha berada di ambang kematian. Sementara Agatha merasakan air dingin dari bath up mengitarinya, merampas kehangatan terakhir dari tubuhnya dan keinginan terakhirnya untuk bertahan hidup. Setitik ironi muncul dalam pikirannya saat mengetahui dirinya akan mati dengan cara seperti ini.Sebelumnya, Agatha berhasil lolos dari kecelakaan maut yang terjadi 14 tahun yang lalu. Dia bahkan lolos dari pernikahan buta yang direncanakan oleh ayahnya. Tapi sekarang, dirinya malah akan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status