Share

Jerat Cinta Elbarra
Jerat Cinta Elbarra
Author: FitriElmu

Cinta Pertama

"Aku gak serius sama Kalea, Ji. Kamu tahu itu kan? Aku sayang banget sama kamu. Jadi, tolong bersabar sebentar lagi ya? Please."

Deg.

Rasanya seperti sebuah pedang tajam menusuk ulu hati gadis itu. Meski dia tahu, kebenarannya memang seperti itu. Bukan dirinya yang berada di hati pemuda bernama Raka Elfriyando.

Dan ... Demi melihat pemuda itu menggenggam hangat jemari gadis lain, gadis itu tersenyum getir.

"Bang Raka, mbak Jini, hai ... Aku datang terlambat ya? Hehe."

Sontak kedua insan itu menoleh. Raut kaget sempat tertangkap indera penglihatan Kalea. Tapi hanya sementara. Karna dengan cepat raut itu berganti normal.

"Loh, kok sendiri, Kal. Barra mana?" tanya Raka.

"Gak tahu tuh. Kayak bang Raka gak tahu aja, senyebelin apa Barra. Haha."

Elbarra adalah adik Raka. Seumuran Kalea Makanya anak itu nyebelin banget. Bukan karna jahil. Tapi, cuek dan ketusnya itu, yang bikin kesel melihatnya.

"Lah! Gimana Barra itu. Orang abang minta tolong buat jemput kamu sekalian. Malah biarin kamu dateng sendiri."

"Santai aja bang. Udah biasa," ujar Kalea. Tertawa kecil. Ayolah, meski hatinya gak karuan, tapi sebisa mungkin dia menutupinya. Sudah biasa. Dan lagi, dialah yang memulainya. Harus siap dengan konsekuensinya.

Raka masih menunjukkan rasa bersalahnya. Sikapnya itulah, yang semakin membuat Kalea egois. Dia  yakin, suatu saat, bang Raka akan berubah. Mencintainya.

Perasaan itu dimulai semenjak Kalea kecil. Bahkan, katanya, Raka jugalah yang merawat dirinya. Eitss ... Maksudnya, Kalea dan Elbarra kebetulan lahir barengan, hanya terpaut dua bulan. Jadi, Raka merasa seperti mendapat adik kembar. Kebetulan, mama dan papanya memang akrab dengan tante Anggi dan om Niko, orang tua Raka dan Barra. Rumah pun sampingan, alias tetangga.

Karna terbiasa sejak kecil, perlahan tapi pasti, perasaan nyaman itu hadir. Apalagi, sikap Raka yang ngemong dan dewasa. Membuatnya semakin jatuh dalam pesonanya. Awalnya, hanya cinta monyet biasa. Tapi seiring bertambahnya usia, perasaan itu menjadi cinta yang sesungguhnya. Apalagi, Raka adalah tipikal pria idaman. Tampan, baik hati, murah senyum, ramah, dan pastinya dewasa.

Berbanding terbalik dengan Barra, adiknya. Yang menurut Kalea adalah makhluk paling nyebelin segalaksi bima sakti. Udah ketus, dingin, ada sih sifat baiknya. Tapi gak banyak. Nakal, suka baku hantam. Apalagi, jika ada yang menyulut amarahnya. Huft ... Pokoknya berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dengan abangnya. Kayak gitu, anehnya, banyak yang suka Barra. Hampir satu sekolahan mengidolakan cowok itu. Katanya yang badboy lebih menarik. Iya sih, Barra emang ganteng. Sikap dinginnya menambah kesal cool. Keren. Tapi, tetep aja gak asyik. Nyebelinnya sumpah kebangetan.

Yang paling nyebelin lagi, dari TK sampai sekarang, SMA, mereka selalu barengan. Dan, bukan sombong ya, ketika itu pernah, Kalea masuk kelas favorit, herannya, si nyebelin Barra juga masuk di kelas yang sama. Padahal, dia jarang terlihat belajar, tapi nilainya emang lumayan sih.

Dan mengenai bagaimana hubungan ini dimulai, itu karna Kalea nekat nembak Raka.

Hari itu, hari ulang tahun Raka, Gadis itu  sengaja mengajak Raka keluar dengan modus minta dianterin. Restoran bagian atap ini, Kalea sudah menyewanya. Dia terlihat bingung, karna restorannya sepi. Tapi Kalea juga pura-pura gak tahu. Dan lantas pamit ke kamar mandi. Padahal, gadis itu sedang memberi tahu timnya, alias teman-temannya bahwa ini waktunya. Kembang api menyala indah. Sekilas melirik, mendapati Raka terperangah heran.

"Kok ada kembang api, Kal? Ada acara apa ya?" tanyanya, bingung.

Kalea tersenyum, menatap wajah tampannya yang semakin tampan dengan senyum manisnya itu. Ah, tampannya ...

"Bang Raka, i love you."

Ungkapan kelegaan sekaligus kalut, takut ditolak. Senyum lebar dengan napas tersengal karna degupan jantung yang mendadak berdetak semakin kencang.

Pria yang notabenenya lima tahun lebih tua dari gadis itu menampakkan wajah terkejutnya. Namun, itu hanya sebentar. Sebentar saja dia pertahankan raut keterkejutan itu. Selang beberapa detik, senyum manis terbit di bibirnya. Lalu tertawa kecil, menepuk pundak Kalea.

"Kamu ini, senang sekali mengerjaiku, Kalea. Haha. Tapi, gak masalah. Aku suka prankmu."

Prank? Tapi ini ....

"Kalea serius, bang. Kalea suka bang Raka."

Kembali, pria itu terdiam.

"Kalea suka bang Raka sejak lama. Maaf, kalau buat bang Raka kaget. Ta-tapi, Lea udah gak bisa menyembunyikannya lagi. Gak papa kok, kalau bang Raka gak suka Kalea balik. Setidaknya, Lea lega udah ungkapin," Kalea memalingkan wajah ke arah lain. Rasanya, air matanya ingin keluar. Melihat reaksi terkejut dan kediaman bang Raka, membuat gadis itu yakin, Raka gak memiliki rasa yang sama, alias cintanya tertolak.

Grep. Kalea terkejut, saat Raka memeluknya. Dengan ragu, gadis itu mendongakkan kepala. Dan mendapati senyum hangat pemuda yang diidamkannya itu.

"Kalea serius, suka sama bang Raka?"

Gadis itu mengangguk, mantap.

"Kalau begitu sama."

Kalea mengerjapkan netra beberapa kali. Maksudnya?

"B-bang Raka juga suka Kalea?"

Pemuda itu mengangguk.

Kalea bersorak girang. Memeluk pemuda itu erat. Bahagia. Perasaan itu terbalas. Artinya, semenjak hari itu, mereka resmi menjadi pasangan.

Karna pada dasarnya Kalea gampang terbuka, mama akhirnya tahu hubungannya dengan bang Raka. Yang lebih membuat Kalea bahagia, ternyata diam-diam mamanya dan mama Raka sempat berniat menjodohkan mereka. Dan karna mendengar anak-anak mereka saling suka, pembahasan perjodohan itu kembali di bahas. Terang saja, Kalea bahagia sekali. Mengarahkan pandangan pada pemuda idamannya itu, dan tersenyum. Sayang sekali, dirinya masih SMA, masih lama untuk menikah. Mama pengennya dia kuliah dan mengejar impian dulu. Gak papa sih, seenggaknya biar Raka mengejar impiannya juga. Jadi, mereka nikah di waktu yang tepat. Dalam keadaan terbaik pastinya.

"Giliran makanan habis malah baru dateng. Anak nakal," gumam bang Raka.

Kalea ikut menoleh. Barra dengan style khas anak motor itu duduk di kursi kosong sebelahnya.

"Ngetrek lagi lo?" decis Kalea pada cowok di sebelahnya itu.

"Bukan urusan lo," balas Barra ketus.

Kalea merotasikan bola matanya. Lihatlah. Dia memang semenyebalkan itu. Jangan harap bisa beramah tamah dengannya.

"Aish! Barra! Kulit ayam gue!" seru Kalea, ngenes. Meratapi kekalahannya dalam menyelamatkan kulit ayam krispinya. Anak nakal, sialan! Enak aja dia main serobot makanan tanpa permisi.

"Pesen sendiri, Barra," tegur bang Raka.

"Males."

Kalea menatap ngenes kulit ayam krispi yang sengaja dia sisakan terakhir, karna emang bagian paling favorit. Tapi sialnya, malah dilahap Barra sialan! Calon adek ipar durhaka.

.

.

Selesai makan, Raka minta izin mengantar Jini. Katanya, kasihan kalau pulang sendiri. Apalagi perempuan. Bahaya. Kalea mengangguk mengiyakan. Meski sudah tahu, tentang hubungan mereka, tapi gadis itu mencoba gak egois. Lagian, pada akhirnya bang Raka bakal sama dia kok. Iya, kan?? Pastilah.

Dan akhirnya,  Kalea bareng Bara.

"Bodoh," decisan yang terdengar jelas di telinga Kalea.

"Eh, lo ngatain gue?!" sentak Kalea gak terima.

"Kalau lo ngerasa."

"Nyebelin banget sih lo, Bar. Udah datengnya telat, nyolong kulit ayam favorit gue, sekarang ngatain gu .... Eh! Barra!"

Ya Tuhan ... Makhluk satu ini ...

Lagi ngomel malah dipasangin helm. Gimana gak kesel.

"Naik, atau gue tinggal."

Dengan bersungut-sungut, terpaksa menaiki boncengan belakang motor sport Barra. Meski agak kesulitan sih. Karna body motornya emang tinggi.

Belum sempat menyamankan duduk, tiba-tiba aja Barra sudah mengegas motornya. Membuat gadis itu memekik panik dan reflek memeluk pinggangnya si cowok.

"Elbarra sialannn!!!!"

.

.

Huft ... Untung saja, meski sempat taruhan nyawa, tapi tiba juga di rumah dengan selamat.

"Nih!"

Males banget mau ngucapin terimakasih. Meletakkan helm di pangkuan Barra, langsung nyelonong masuk. Bodo amat sama reaksinya. Dia aja ngeselin. Batin Kalea penuh gerutuan.

"Raka nya gak diajak masuk dulu, sayang?"

Ah, ada mama.

"Mau langsung pulang. Ngantuk banget katanya, Ma." Padahal itu bukan Raka, tapi adik kampretnya.

"Oh. Gitu."

Kalea nyengir. Lanjut jalan ke kamar.

Haahhh!!

Merebahkan diri ke ranjang. Menatap plavon dengan helaan napas panjang.

Bodoh.

Barra benar. Dirinya emang bodoh. Berpura-pura tak tahu apa-apa, meski sudah tahu kenyataannya. Kenyataan bahwa Raka sebenarnya tidak mencintainya dan mencintai gadis lain. Yang selama ini diperkenalkan padanya sebagai rekan kerja.

Dan beginilah ... Kilas pahit kisah cinta Kalea.

Tapi ternyata, sakit itu belum seberapa. Masih ada yang lebih pahit lagi. Yang berhasil merubah masa remajanya yang indah menjadi pahit sepahit-pahitnya. Yang membuatnya menjadi sosok dingin dan keras kepala. Kejadian, malam itu ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status