Share

Bab 9

Author: Hilya
Eleanor tidur sampai terbangun sendiri. Ketika membuka mata, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

"Ah! " Eleanor meregangkan tubuh sembari bergumam, "Nggak bekerja memang menyenangkan."

Eleanor beranjak dari kasur. Setelah cuci wajah dan gosok gigi, dia turun untuk makan sarapan.

Jenar menyiapkan sarapan untuk dua orang.

Eleanor melirik sekilas tempat duduk yang kosong di depannya tanpa mengatakan apa-apa.

Melihat Eleanor sudah turun, Jenar bertanya dengan bingung, "Nona Eleanor, apa hari ini Tuan nggak turun untuk makan sarapan?"

Eleanor makan sesuap bubur ayam sebelum menjawab, "Dia nggak pulang semalam. Sepertinya nggak akan makan."

"Oh," sahut Jenar. Begitu sadar dirinya banyak bicara, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi dan kembali ke dapur.

Setelah menghabiskan sarapan, Eleanor menerima pesan dari Dominic.

[ Elea, apa gaun pertunanganmu mau dibuat khusus atau pilih koleksi terbaru merek ternama? ]

Jika ingin dibuat khusus, apakah masih sempat? Sepertinya Eleanor masih belum tahu tanggal pertunangannya. Dia bertanya.

[ Tanggal berapa pertunangannya? ]

Dominic membalas.

[ Belum ditentukan. Gimana kalau kita tentukan setelah urusanmu di sana selesai dan kembali ke Kota Ordo? ]

Eleanor membalas pesan Dominic.

[ Oke. Urusanku akan beres 9 hari lagi. ]

Dominic segera membalas pesan Eleanor.

[ Oke. ]

Lantaran khawatir gaun khusus tidak sempat dibuat, Eleanor mengirim pesan lagi.

[ Pakai gaun koleksi terbaru merek ternama saja. Aku akan pilih. ]

Dominic langsung membalas pesan Eleanor.

[ Oke. Beri tahu aku kalau kamu sudah pilih. ]

Ketika Eleanor hendak menutup WhatsApp, tiba-tiba muncul titik merah di ruang obrolan Rowan. Dia membuka dan melihat isinya. Ada sebuah video.

Di dalam ruangan yang remang-remang, Rowan yang mabuk sedang bersandar di pelukan Miranda. Dia sedang bergumam, "Miranda, akhirnya kamu kembali. A ... aku tahu, kamu pasti akan kembali .... Aku sudah menunggumu selama 5 tahun ...."

Suara latar terdengar sorakan gaduh. Eleanor mengenali suara beberapa orang. Di sana ada beberapa sahabat Rowan dan Jenisa. Semuanya orang yang dia kenal.

Di dalam video, Miranda memeluk Rowan sambil menunduk dan tersenyum tipis. Dia berucap, "Rowan, kamu mabuk."

Rowan menggeliat di dalam pelukan Miranda. Suaranya terputus-putus. Katanya, "A ... aku nggak mabuk. Aku sangat sadar. Kamu Miranda, orang yang paling aku cintai. Aku nggak salah, 'kan? Lihat ... aku sadar."

Terdengar seseorang bertanya, "Rowan, kalau Miranda orang yang paling kamu cintai, lalu siapa Eleanor?"

Rowan menimpali, "Siapa Eleanor? A ... aku cuma mencintai Miranda ...."

Jenisa berujar, "Kakak Ipar, Kak Rowan nggak bisa hidup tanpamu. Kamu lihat, dia sangat lengket padamu saat mabuk. Di dalam hati dan matanya cuma ada kamu."

Mendengar ini, tatapan Eleanor tampak sinis. Selama tiga tahun berada di sisi Rowan, dia tidak pernah mendengar ada yang memanggilnya kakak ipar.

Ini juga tidak mengherankan. Sekelompok orang itu sama sekali tidak pernah menganggap Eleanor sebagai pacar Rowan.

"Kenapa Eleanor begitu nggak tahu malu? Miranda sudah kembali, tapi dia masih bersikeras nggak mau pergi. Benar-benar nggak tahu diri," komentar sahabat Jenisa.

Sahabat Jenisa adalah gadis yang sebelumnya mengatakan bahwa kalung pemberian Eleanor palsu. Dia sudah sering menatap Eleanor dengan dingin.

Jenisa menimpali, "Gadis biasa seperti dia mana mungkin melepaskan anak orang kaya seperti Kak Rowan begitu saja."

Eleanor menunduk sambil tersenyum dingin. Jenisa pasti tidak akan melontarkan kata-kata ini di hadapannya. Kini, Eleanor yakin bahwa tatapan jijik yang dia lihat di pesta ulang tahun Jenisa bukan ilusi.

Jenisa terlihat sangat akrab dan bersahabat dengan Eleanor dari luar. Namun, sebenarnya dia tidak ada bedanya dengan sekelompok orang itu. Ternyata dia diam-diam merendahkan Eleanor.

"Kak Miranda tenang saja. Kami semua ada di pihakmu."

"Benar. Kami nggak suka Eleanor. Dia bukannya sadar diri, malah memaksa untuk masuk ke lingkaran pertemanan kita."

"Aku rasa Eleanor sudah kebanyakan baca novel wanita yang dicintai presdir. Otaknya penuh dengan khayalan menikah dengan orang kaya. Konyol sekali. Dia mungkin belum tahu kalau dia cuma badut di mata kita."

"Benar. Dia sama sekali nggak selevel dengan kita. Kak Rowan cuma main-main dengannya. Sekarang, Kak Miranda sudah kembali. Sudah saatnya Eleanor pergi."

Hati Eleanor tidak bergejolak. Dia tahu Miranda mengirimkan video ini kepadanya karena ada dua alasan. Yang pertama, untuk menunjukkan kekuasaan. Yang kedua, untuk mempermalukannya agar dirinya sadar diri dan segera meninggalkan Rowan.

Miranda memang berpikir seperti itu. Sesudah mengirimkan video, dia membayangkan bahwa Eleanor pasti akan menangis dengan sedih usai melihat video yang dia kirimkan, lalu meminta putus dari Rowan, mengemasi barang-barang, dan kembali ke kampung halaman.

Miranda tidak akan menduga bahwa kata-kata yang diucapkan di dalam video tidak menyakiti Eleanor sedikit pun.

Di dalam video, Rowan masih merayu Miranda dengan romantis. Lantaran merasa jijik, Eleanor langsung menutup video dan tidak ingin melihat lebih lanjut. Jari-jarinya bergerak di layar ponsel. Dia mengetik beberapa kata.

[ Aku memang nggak selevel dengan kalian. ]

Begitu membaca pesan ini, Miranda menyunggingkan senyuman. Dia segera membalas dengan WhatsApp Rowan.

[ Setidaknya kamu cukup tahu diri. ]

Setelah membaca balasan Miranda, Eleanor tertawa sinis. Bisnis kecil Grup Naval bahkan tidak sebanding dengan salah satu anak perusahaan keluarganya. Keuntungan tahunan Grup Naval yang kecil bahkan juga tidak sebanding dengan satu proyek yang didanai Adrian.

Keluarga Izara sudah berbisnis selama empat generasi. Mereka sudah termasuk sepuluh keluarga terkaya di negara ini. Dia memang tidak selevel dengan Rowan yang hanya orang kaya biasa.

Sekelompok orang itu mungkin tidak akan pernah menyangka bahwa Eleanor adalah putri Adrian.

Hal sepele ini tidak bisa memengaruhi suasana hati Eleanor. Lantaran jarang punya waktu istirahat, Eleanor tidak ke mana-mana hari ini. Dia hanya berbaring di dalam kamar sambil melihat situs web berbagai merek ternama untuk memilih gaun pertunangan.

Setelah memilih cukup lama, Eleanor akhirnya jatuh hati pada tiga gaun. Seketika, dia merasa dilema.

Gaun pertama adalah gaun tradisional bergaya modern dengan warna dasar sampanye. Ada hiasan sulaman merah muda dan taburan berlian kecil. Di kedua sisinya ada tiga untaian mutiara kecil yang menyilang dari bagian kerah ke lengan atas, lalu tersambung ke punggung.

Secara keseluruhan, gaun ini tampak memukau, manis, dan sangat cocok untuk seorang gadis.

Gaun kedua adalah gaun tanpa tali berwarna putih. Ada desain bunga mawar yang melingkar di bagian dada. Potongannya menyesuaikan bentuk pinggang dan pinggul dengan model ekor putri duyung yang panjangnya menyentuh lantai. Gaun ini memberi kesan dewasa dan elegan.

Gaun ketiga adalah gaun putri berwarna putih susu dengan model bahu terbuka. Bagian terluarnya dilapisi dengan kain tule putih yang tipis. Ada kelopak bunga mawar merah muda yang tersebar di gaun. Kesannya romantis dan anggun.

Eleanor mengunggah gambar ketiga gaun ini ke media sosial dan menuliskan keterangan.

[ Aku sedang dilema. Semuanya, tolong bantu aku pilih yang paling bagus. ]

Setelah mengunggah belasan menit, ada banyak yang menekan tombol suka dan memberikan komentar.

[ Dominic: Semuanya sangat bagus. Kalau suka, beli semuanya saja dan dipakai bergantian. ]

Novita, sahabat Eleanor yang tumbuh bersama dengannya sejak kecil, juga menekan tombol suka dan memberikan komentar.

[ Novita: Wah! Seleramu sangat bagus. Ketiga gaunnya sangat cocok untukmu. Kamu minta Kak Dominic beli saja. Lagi pula, uang segitu nggak seberapa bagi dia. ]

Sahabat lain Eleanor yang bernama Olivia ikut berkomentar.

[ Olivia: Beli semuanya saja. Putri Elea tetap cantik pakai baju apa pun. ]

[ Nichelle : Wah! Ada apa ini! Kak, untuk apa kamu memilih gaun? Kamu sudah mau menikah? ]

Eleanor terus membaca kolom komentar. Di antara banyaknya tanda suka beserta ucapan selamat dari teman-teman dan kerabat, ada beberapa komentar yang sangat mengganggu.

[ Jenisa: Apa ini? ]

[ Anthony: Eleanor, apa yang kamu unggah? ]

[ Shane: Kamu benar-benar berpikir sejauh ini? Lucu sekali. ]

[ Rekan A: Gaun-gaun ini model terbaru merek ternama. Sebelum pamer, sebaiknya cari tahu dulu harganya. Jangankan membelinya, kamu bahkan nggak mampu menyewanya. ]

[ Rekan B: Kaya sekali. Hidupmu adalah mimpiku. ]

[ Rowan: Apa maksudnya ini? ]

Begitu melihat komentar Rowan, alis Eleanor terangkat. Tampaknya Rowan sudah tersadar dari mabuknya.

Ketika sedang berpikir, Eleanor mendapatkan pesan dari Rowan.

[ Hapus unggahanmu! ]

Eleanor membalas.

[ Nggak mau. ]

Rowan mengirim pesan lagi kepada Eleanor.

[ Kamu mau memaksaku menikah denganmu secara terang-terangan? Apa kamu nggak mendengar ucapanku sebelumnya? ]

Eleanor membalas dengan singkat dan tidak acuh.

[ Oh.]

Rowan langsung membalas dengan kesal.

[ Eleanor, jangan keterlaluan. ]

Eleanor tidak menghiraukannya lagi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 10

    Eleanor menghubungi Dominic.Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya.""Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor."Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic."Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor."Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar."Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 11

    Terlihat sebuah mobil Bentley Continental GT berwarna biru salju. Warnanya sangat cantik dan unik. Mata Eleanor berbinar-binar. Dia sangat menyukai mobil ini.Seorang pria berjas turun sambil memberi hormat. Dia menyerahkan kunci mobil kepada Eleanor sebelum berujar, "Bu Eleanor, ini mobil yang diberikan Pak Dominic."Ketika menerima kunci mobil, hati Eleanor sedikit tersentuh. Dominic cukup royal kepadanya. Mobil ini setidaknya seharga lebih dari 8 miliar."Terima kasih," tutur Eleanor."Sama-sama. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu," ucap pria itu sembari membungkuk dengan hormat."Oke," sahut Eleanor.Tidak lama setelah pria itu pergi, Eleanor menerima panggilan dari Dominic."Mobilnya bagus nggak?" tanya Dominic dengan santai. Nada bicaranya terdengar seakan-akan sedang menanyakan makanan hari ini sesuai selera atau tidak. Mobil seharga 8 miliar terdengar seperti sayuran yang dijual di pasar saat diucapkan dari mulutnya.Sebenarnya, bagi orang-orang dari kalangan seperti m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 12

    Eleanor tersenyum dengan tidak acuh, lalu menyahut, "Benar. Karena kamu nggak benar-benar mengenalku."Setelah melontarkan itu, Eleanor menggoda Miranda dengan usil. Katanya, "Miranda, kamu benar-benar nggak mau berfoto? Kalau nggak mau, aku bawa mobilnya pergi, nih."Miranda begitu kesal sampai wajahnya merah padam. Dia benar-benar sangat Ingin berfoto! Namun, Eleanor ada di dalam mobil. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan menurunkan harga dirinya."Aku nggak butuh," jawab Miranda dengan keras kepala."Ya, sudah. Sampai jumpa!" seru Eleanor seraya melambaikan tangan kepada mereka. Kemudian, dia menginjak pedal gas dan melaju pergi.Mobil Bentley biru menghilang dari pandangan Rowan dan Miranda.Miranda bertanya dengan kesal, "Rowan, kenapa kamu bisa tertarik sama wanita yang begitu mementingkan gengsi?"Rowan memijat dahinya sebelum menimpali, "Dulu dia nggak seperti ini. Aku nggak tahu ada apa dengannya akhir-akhir ini. Dia bukan cuma memaksaku menikah dengannya, tapi juga menyewa m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 13

    Satu malam sebelum hari persidangan.Ketika sedang mandi, Eleanor mendengar suara barang pecah dari kamarnya. Dia segera membilas busa di tubuhnya, lalu memakai baju tidur dan keluar memeriksanya. Di dalam kamar tidak ada siapa-siapa, hanya ada pecahan porselen yang berserakan di lantai.Eleanor langsung mengenali barang yang pecah adalah boneka porselen peninggalan ibunya. Itu adalah boneka Cinnamoroll biru muda.Saat ulang tahunnya yang ke-12, Eleanor dan ibunya mewarnai boneka itu bersama di toko kerajinan tangan. Di belakang boneka itu juga terukir namanya dan ibunya.Begitu melihat pecahan di lantai, Eleanor merasa darahnya seakan-akan mendidih. Amarahnya seketika meluap."Siapa yang melakukannya?" pekik Eleanor keluar dari kamar.Tok! Tok! Tok! Eleanor mengetuk pintu kamar Rowan dengan keras sambil berteriak marah, "Rowan! Miranda! Siapa di antara kalian yang masuk ke kamarku?"Pintu kamar Rowan terbuka. Dia bertanya dengan jengkel, "Apa yang kamu lakukan malam-malam? Kenapa kamu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 14

    Pada hari Devina keluar dari rumah sakit, salju berhenti dan matahari bersinar cerah. Pepohonan di pinggir jalan berkilauan seperti kristal. Langit biru juga tampak jernih.Adrian mengemudi sendiri untuk menjemput Devina dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan, sepasang suami istri ini tidak berbicara. Suasananya begitu menekan dan suram.Eleanor kecil duduk di kursi belakang. Dia mengembuskan napas ke jendela mobil, lalu menggambar dengan jarinya. Hatinya dipenuhi kegembiraan karena ibunya akhirnya keluar dari rumah sakit.Eleanor kecil menggambar tiga orang di jendela mobil. Sudut matanya melengkung dengan gembira.Begitu melihat gambar di jendela mobil, hati Devina sangat pedih. Kedua matanya seketika memerah. Dia menoleh untuk menyeka air matanya diam-diam. Setelah perasaannya tenang, dia tersenyum sembari bertanya, "Beberapa hari lagi, Elea akan berulang tahun. Elea mau hadiah apa?"Eleanor kecil masih menggambar di jendela mobil. Dia menjawab ibunya dengan ceria. Katanya, "Ibu, ak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 15

    Setelah panggilan berakhir, Eleanor memikirkan dengan detail kejadian malam ini.Mengapa Miranda menyelinap masuk ke kamarnya saat Eleanor sedang mandi? Pasti bukan hanya sekadar jalan-jalan seperti yang Miranda katakan. Miranda pasti punya niat tersembunyi.Eleanor berkeliling di dalam kamar. Dia memperhatikan tata letak barang-barang di kamarnya dengan teliti. Selain boneka porselen yang pecah, semuanya tampak seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah.Tiba-tiba, pandangan Eleanor tertuju pada segelas susu yang terletak di meja samping tempat tidur.Eleanor memiliki kebiasaan minum segelas susu sebelum tidur. Sebelum mandi, dia sudah minta Jenar memanaskan susu. Dia berencana untuk meminumnya sesudah mandi. Sementara itu, boneka porselen juga diletakkan di meja samping tempat tidur sebelum pecah.Miranda sudah memecahkan boneka porselen. Itu berarti saat masuk ke kamarnya, Miranda mendekati meja samping tempat tidur. Susu ini kemungkinan besar juga sudah dicampuri sesuatu.....Domi

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 16

    Mungkin karena Dominic menyadari bahwa Eleanor merasa agak canggung di tempat ini, dia pun berkata, "Coba periksa dulu. Kalau ada yang kurang, beri tahu aku. Aku mau naik ke atas untuk mandi.""Tunggu sebentar," ucap Eleanor.Dominic menghentikan langkahnya, lalu menoleh sambil bertanya, "Ada apa?"Eleanor membuka ranselnya, mengeluarkan sebotol susu, lalu menyerahkannya kepada pria itu. Dia memberi tahu, "Kak Dominic, tolong bantu aku menghubungi lembaga pemeriksaan. Mungkin ada sesuatu yang nggak beres dengan susu ini."Tatapan Dominic langsung menajam. Segera setelah itu, dia bertanya, "Maksudmu, ada orang yang ingin mencelakaimu?"Eleanor membalas sambil mengangguk dengan serius, "Sepertinya begitu. Aku juga belum yakin, tapi sebaiknya tetap berhati-hati.""Oke, serahkan saja padaku." Dominic mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan."Datanglah ke sini, ada sesuatu yang harus kamu lakukan," ucap Dominic sambil berjalan menjauh, hingga akhirnya sosoknya menghilang di ujung tan

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 17

    Setelah sarapan, Dominic dan Eleanor turun ke tempat parkir bawah tanah. Kemudian, Eleanor berjalan ke arah mobil Bentley biru itu.Tiba-tiba, pria itu bertanya, "Gimana rasanya mengendarai mobil ini?"Eleanor mengatupkan bibirnya sejenak, lalu menyelipkan sehelai rambut di belakang telinganya sebelum membalas, "Aku sudah mencobanya tadi malam. Bagus kok. Makasih, Kak Dominic.""Kalau begitu, aku pergi dulu?" Eleanor mengangkat kunci mobil di tangannya. Seolah teringat sesuatu, dia menambahkan, "Oh ya, Kak. Aku juga punya hadiah untukmu. Seharusnya sudah kuberikan semalam saat kita bertemu, tapi aku lupa.""Hmm? Hadiah apa?" tanya Dominic.Eleanor memberi tahu, "Ada di koper di hotel. Nanti setelah kembali, aku akan ambilkan untukmu."Dominic membuka pintu di sisi pengemudi, lalu berucap, "Aku ikut denganmu. Biar aku yang menyetir saja.""Hah?" Eleanor terkejut sejenak, tetapi segera bereaksi. Dia membalas, "Oke, kita pergi bareng-bareng. Tapi biar aku saja yang menyetir, kamu istiraha

Latest chapter

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 100

    Mereka berdua terlihat berbincang dan tertawa, tampak begitu akrab.Rowan bergumam, "Cepat sekali dia keluar dari rumah sakit. Benar-benar susah mati."Anthony menduga pria itu adalah tunangan Eleanor. Tanpa ragu, Rowan membuka pintu mobil dan berjalan menuju Eleanor.....Sudah seminggu sejak Dominic keluar dari rumah sakit. Selama seminggu ini, setiap hari dia harus makan makanan polos di bawah pengawasan Eleanor.Awalnya dia masih bisa menerimanya, tetapi setelah beberapa hari berturut-turut hanya makan makanan yang begitu-begitu saja, dia mulai bosan.Setelah membujuk dan merajuk, akhirnya hari ini Eleanor setuju untuk membawanya keluar makan sesuatu yang lebih enak.Restoran yang mereka tuju berada di pusat kota, daerah paling ramai. Itu adalah restoran tua yang terkenal di Kota Ordo, tempat mereka biasa makan sejak kecil.Karena sekarang jam makan, restoran itu penuh. Tidak ada satu kursi pun yang kosong, bahkan di depan pintu ada antrean panjang yang menunggu giliran masuk.Untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 99

    Akhir-akhir ini, Rowan sibuk mencari investor untuk perusahaannya. Di Kota Ordo, hampir tidak ada perusahaan yang bersedia berinvestasi di Grup Naval. Jadi, dia terpaksa mencari peluang di luar kota. Sebagian besar waktunya dihabiskan di hotel dan pesawat.Hari ini, Rowan baru saja kembali ke Kota Ordo dan Anthony sudah datang menjemputnya. Saat sore hari dalam perjalanan menuju sebuah acara makan, Anthony melirik sekilas ke arah Rowan ketika mobil berhenti di lampu merah.Rowan sedang memegang ponselnya, melihat satu per satu foto lamanya bersama Eleanor. Anthony membuka mulut seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu.Sebelum dia sempat berbicara, Rowan sudah lebih dulu menyodorkan ponselnya. Matanya penuh nostalgia. "Lihat, betapa bahagianya kami dulu."Anthony memandangnya dengan ekspresi rumit. Beberapa waktu lalu, Rowan memintanya membeli cincin dari Pransis, katanya ingin menggunakannya untuk merebut kembali Eleanor.Saat itu, Rowan mengatakan bahwa Eleanor akan seg

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 98

    Eleanor masih belum puas dan bertanya lagi, "Benar-benar nggak ada perkiraan waktu?""Kalau harus dijawab, mungkin saat kamu SMA. Saat Declan mengganggumu, aku menghajarnya dan baru sadar kalau perasaanku ke kamu memang berbeda."Eleanor merapatkan bibirnya. "Kamu menyembunyikannya dengan baik ya."Dominic mengusap kepala Eleanor yang lembut. "Aku harus menunggumu tumbuh dewasa dulu."Tatapannya tiba-tiba dipenuhi sedikit kesedihan. "Begitu kamu lulus kuliah, aku langsung menemui ayahmu untuk mengajukan pernikahan. Tapi, kamu malah menolak dan kabur dari rumah."Eleanor merasa bersalah. Dia mengalihkan pandangannya dan bergumam, "Waktu itu ... aku pikir Ayah mengorbankanku demi bisnis keluarga. Mana aku tahu kalau kamu sudah merencanakan ini sejak lama? Kamu juga nggak pernah bilang. Aku benar-benar merasa dirugikan ...."Tiba-tiba, Dominic memasang ekspresi kesakitan. "Aduh, sakit sekali."Eleanor pun panik dan buru-buru melihat ke arah pinggangnya yang terluka. "Kenapa? Kebentur sesu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 97

    Ucapan Rowan seperti mantra yang terus bergema di kepala Eleanor, membuat pikirannya kacau sepanjang hari.Keesokan harinya saat Eleanor datang ke rumah sakit untuk menjenguk Dominic, wajahnya tampak penuh beban."Elea, lagi pikirin apa?" tanya Dominic.Eleanor mengedipkan matanya, memalingkan wajahnya agar tak menatapnya langsung. "Itu ... soal Katalina, sebenarnya dia siapa?"Dominic tersenyum misterius. "Cemburu ya?"Eleanor berusaha terlihat tidak acuh dan menggembungkan pipinya sedikit. "Nggak kok. Aku hanya penasaran. Kamu nggak pernah menyebutnya sebelumnya."Mengingat bagaimana wanita itu menculik Emily dan hampir menikamnya, Eleanor bukan hanya cemburu, tetapi juga marah. "Dari mana kamu mendapatkan penggemar gila seperti itu?"Dominic melambaikan tangannya ke arah Eleanor. "Kemari."Eleanor menurut. Dia mendekat dan duduk di tepi tempat tidur.Dominic menggenggam tangannya dengan serius. "Aku dan dia dulu teman sekelas waktu SMA. Dia pernah mengejarku dengan sangat agresif, t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 96

    "Hmm."Selena menoleh menatap Dominic. "Kamu sudah kenyang? Mau makan lagi nggak? Ibu bawa semua makanan favoritmu."Dominic menjawab, "Nggak perlu. Masakan Eleanor pas banget di lidahku, aku habiskan semuanya."Mendengar itu, Selena tersenyum puas. "Baiklah. Kalau sudah makan, nggak apa-apa."Kevin memandang mereka dengan tatapan menggoda. "Oh? Masakan Eleanor ya?"Dia meletakkan keranjang buah dan suplemen yang dibawanya, lalu menatap Dominic sambil tersenyum. "Kamu beruntung sekali ya."Dominic menanggapi, "Tentu saja. Kebahagiaan seperti ini mana bisa dirasakan oleh para jomblo?"Senyuman Kevin langsung membeku. "Baiklah, aku juga harus cari pacar, lalu pamer kemesraan setiap hari di depanmu sampai kamu muak!"Olivia membelalakkan mata karena terkejut. "Elea, kamu bisa masak?"Eleanor tersenyum tipis. "Baru saja belajar.""Tsk, tsk, cinta memang ajaib." Olivia masih tak percaya. Dia bahkan mengelilingi Eleanor seakan-akan ingin memastikan sesuatu."Aku masih ingat waktu kuliah dulu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 95

    Saat Dominic sadar kembali, meja lipat di depannya sudah penuh dengan makanan. Ada tumis pakcoy, daging sapi, nasi putih yang masih mengepul asap, serta semangkuk sup."Kamu masak sebanyak ini?" Dominic tersenyum lembut. "Sup apa ini?""Sup ayam kampung." Eleanor mengangkat mangkuk sup, mengambil sesendok, lalu meniupnya perlahan sebelum menyodorkannya ke bibir Dominic. "Coba cicipi."Dominic menurunkan pandangannya sambil tersenyum, tetapi senyuman itu tiba-tiba memudar. "Tanganmu kenapa?" Dia melihat ada lepuhan kecil di jari telunjuk kanan Eleanor.Eleanor refleks ingin menyembunyikannya, tetapi sudah terlambat. Dia hanya bisa berkata dengan jujur, "Tadi ... waktu di dapur, aku nggak sengaja kena air panas. Nggak apa-apa, cuma lepuhan kecil saja."Mata Dominic sedikit memerah. "Sakit nggak?"Eleanor menggeleng. "Nggak sakit."Dominic menyesap sup dengan tenang, lalu menggenggam pergelangan tangan Eleanor dengan lembut, menunduk dan meniup pelan bagian yang terluka.Setelah beberapa

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 94

    Bibir pucat Dominic membentuk senyuman tipis. "Baik, aku janji padamu."Isaac dan Selena baru saja keluar dari ruang ICU ketika mereka menerima telepon. Suara di ujung telepon terdengar cemas. "Pak Isaac, ada masalah."Di pusat tahanan, Katalina mengaku bahwa dia hamil. Sesuai prosedur, dia harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan.Dalam perjalanan ke rumah sakit, sebuah mobil tiba-tiba melaju dengan kencang, menabrak mobil yang membawa Katalina hingga berhenti di tepi jalan.Dari mobil itu, turun beberapa pria bertubuh kekar dengan keterampilan luar biasa. Mereka pun membawa Katalina pergi.Petugas yang mengawal mengalami cedera parah, sementara kendaraan mereka rusak berat dan tidak bisa langsung mengejar.Mendengar laporan itu, wajah Isaac menunjukkan ekspresi tak percaya. "Dia berhasil dibawa pergi?""Apa yang terjadi? Siapa yang dibawa pergi?" tanya Selena dengan cemas.Isaac menarik napas dalam-dalam, tubuhnya sedikit bungkuk. "Katalina.""Apa?" Selena terkejut. "Bukankah di

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 93

    Eleanor sudah cemas sepanjang sore. Sekarang setelah Dominic melewati masa kritis, dia ingin melihatnya. Bagaimanapun, Dominic terluka karena melindunginya."Ayo, ikut aku pulang," ucap Adrian dengan tegas.Eleanor menggeleng, menatap ayahnya dengan teguh. "Ayah, aku tahu Ayah sangat marah sekarang, tapi aku belum bisa pulang. Dominic sudah mempertaruhkan nyawanya untukku. Aku nggak punya alasan untuk pergi begitu saja. Kalau dia nggak melihatku saat siuman nanti, dia pasti akan sangat sedih."Nirvan merasa terharu mendengar kata-kata itu. Dia lantas menoleh ke Adrian. "Adrian, istriku tadi memang terlalu kasar. Aku minta maaf, jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati."Isaac juga menimpali, "Benar, Dominic pasti ingin melihat Eleanor di sisinya setelah siuman."Selena berkata, "Adrian, jangan marah. Kedua anak ini saling mencintai, ini hal yang baik."Tokoh besar seperti Nirvan sampai merendahkan diri untuk meminta maaf, Adrian pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.Memang benar bahwa Gi

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 92

    Eleanor menunduk. "Semua ini salahku."Selena langsung menoleh ke arahnya. "Elea, apa maksudmu?"Eleanor pun menceritakan semuanya dengan jelas.Giana bertanya dengan nada menyalahkan, "Jadi, Dominic ditikam karena melindungimu?"Eleanor menggigit bibirnya. "Ya."Giana pun kesal. "Eleanor, kamu terlalu gegabah. Kami sudah melapor ke polisi dan ada banyak pengawal di vila. Kenapa kamu nggak bisa menunggu sebentar? Kalau kamu nggak bertindak gegabah, Dominic nggak akan terluka seperti ini.""Maafkan aku, ini semua salahku," ucap Eleanor dengan suara lirih, kepalanya semakin tertunduk.Giana semakin menekan. "Kamu belum resmi masuk keluarga ini, tapi sudah membawa masalah sebesar ini."Wajah Adrian langsung menjadi masam. "Apa maksudmu? Jelas-jelas Dominic yang ada masalah dengan wanita itu, sementara putriku adalah korbannya. Kenapa malah menyalahkan putriku?"Adrian menyindir, "Gampang sekali kalian bicaranya. Kalian suruh kami menunggu? Wanita itu menculik putri bungsuku, menodongkan p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status