Share

Bab 15

Penulis: Hilya
Setelah panggilan berakhir, Eleanor memikirkan dengan detail kejadian malam ini.

Mengapa Miranda menyelinap masuk ke kamarnya saat Eleanor sedang mandi? Pasti bukan hanya sekadar jalan-jalan seperti yang Miranda katakan. Miranda pasti punya niat tersembunyi.

Eleanor berkeliling di dalam kamar. Dia memperhatikan tata letak barang-barang di kamarnya dengan teliti. Selain boneka porselen yang pecah, semuanya tampak seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah.

Tiba-tiba, pandangan Eleanor tertuju pada segelas susu yang terletak di meja samping tempat tidur.

Eleanor memiliki kebiasaan minum segelas susu sebelum tidur. Sebelum mandi, dia sudah minta Jenar memanaskan susu. Dia berencana untuk meminumnya sesudah mandi. Sementara itu, boneka porselen juga diletakkan di meja samping tempat tidur sebelum pecah.

Miranda sudah memecahkan boneka porselen. Itu berarti saat masuk ke kamarnya, Miranda mendekati meja samping tempat tidur. Susu ini kemungkinan besar juga sudah dicampuri sesuatu.

....

Dominic tiba di Kota Alman dalam waktu 3 jam. Ketika Eleanor menerima panggilan, Dominic sudah dalam perjalanan ke vila Kompleks Helia.

Kala ini, Eleanor sedang membungkus barang-barang yang sudah disortir beberapa hari lalu, lalu membuangnya ke tempat sampah di luar vila.

"Kak Dominic, malam ini aku nggak tinggal di sini," ucap Eleanor di telepon sambil berjalan ke luar vila. Dia masih punya banyak barang yang belum dibuang. Pada saat ini, Jenar juga sudah tidur. Lantaran tidak ingin merepotkan Jenar, dia memilih untuk membuangnya sendiri.

Dominic juga tidak bertanya lebih lanjut dan hanya mengatakan oke.

Eleanor bertanya, "Kamu sudah pesan hotel?"

Dominic menyebutkan nama sebuah hotel.

"Oke. Kalau begitu, aku juga pesan kamar di hotel itu. Nanti kita bertemu di hotel. Kamu nggak perlu kemari, langsung ke hotel saja," ujar Eleanor.

Malam ini, Eleanor berencana untuk membereskan semua barang, lalu membawa koper meninggalkan vila ini. Sudah saatnya dia mengucapkan selamat tinggal kepada Rowan.

Eleanor memasukkan koper ke bagasi, lalu mengeluarkan ponsel untuk memesan kamar dari internet. Sayangnya, sudah tidak ada kamar yang tersisa di hotel itu.

Setelah memeriksanya, Eleanor baru tahu bahwa besok ada ujian skala besar di sekolah dekat hotel itu. Hampir semua hotel dalam radius beberapa kilometer sudah penuh.

Eleanor mencari lagi dan hanya menemukan satu penginapan kelas bawah yang masih tersedia satu kamar kosong. Dia membuka kolom ulasan, lalu mengernyit saat melihat foto-foto dan ulasan buruk. Terutama saat membaca salah satu ulasan.

[ Kedap suaranya sangat buruk. Saat tengah malam, suara sepasang kekasih di kamar sebelah yang sedang bercinta terdengar sangat jelas, seakan-akan mereka sedang siaran langsung di hadapanku. Aku yang mendengarnya sampai nggak bisa tidur karena jantungku berdebar. ]

Eleanor paham. Besok dia harus menghadiri persidangan pukul 3 sore. Perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 3 jam dengan mobil. Jika menghitung waktu mandi, bersiap-siap, dan makan siang, dia harus bangun paling lambat pukul 10 pagi.

Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam lebih. Nanti dia masih harus menemui Dominic. Waktu istirahatnya makin sedikit.

Jika ada suara berisik yang mengganggu tidurnya saat tengah malam, besok dia pasti akan mengantuk. Setelah berpikir sejenak, dia mengirim pesan kepada Dominic.

[ Hotel itu sudah nggak ada kamar kosong. Hotel lain di sekitarnya juga penuh. Kak Dominic, kamu bisa bantu aku pesan kamar nggak? ]

Kamar standar di hotel-hotel kelas atas memang sudah habis. Namun, biasanya ada kamar suite mewah yang disediakan untuk tamu VIP.

Bagaimanapun, Dominic adalah tuan muda Keluarga Orlando dan presdir Grup Orlando. Mudah sekali baginya untuk memesan kamar.

Dominic segera membalas.

[ Kamarku suite lantai teratas, tipe dupleks. Ada dua kamar tidur, satu di lantai atas, satu di lantai bawah. Kalau kamu nggak keberatan, menginap saja di sini satu malam. ]

Eleanor ragu sejenak. Dia dan Dominic sudah 3 tahun tidak bertemu. Jika langsung tinggal bersama, bukankah kurang pantas?

Namun, jika tidak ke sana, di mana lagi Eleanor harus memesan kamar di tengah malam seperti ini? Lagi pula, tipe dupleks seharusnya tidak masalah. Ada dua kamar yang terpisah lantai.

Setelah berpikir selama beberapa menit, Eleanor akhirnya setuju. Ketika dia sedang menginjak pedal gas untuk menyalakan mesin mobil, tiba-tiba ada pesan masuk dari Rowan.

Rowan mengirimkan beberapa foto. Tangan Miranda dibalut dengan perban yang berlapis-lapis. Kelihatannya sangat parah.

[ Eleanor, kali ini kamu benar-benar keterlaluan. Cepat ke rumah sakit dan minta maaf pada Miranda. ]

[ Kalau kamu nggak datang untuk minta maaf, aku nggak akan memaafkanmu. Kalau kamu minta maaf, kamu masih bisa tetap tinggal di vila. ]

Eleanor tertawa dingin. Dia tidak membalas pesan dan langsung memblokir Rowan.

....

Di rumah sakit, Rowan sedang menatap tanda seru merah yang mencolok di layar ponselnya. Sorot matanya tampak dingin. Wajahnya yang tampan seketika berubah menjadi muram.

[ Anda telah diblokir. ]

Eleanor memblokirnya!

Dahi Rowan berkedut. Amarah seketika meluap di dadanya. Dia menggerutu di dalam hati, 'Hebat sekali. Beraninya dia memblokirku!'

Miranda sedang duduk di atas tempat tidur. Begitu melihat raut wajah Rowan yang muram, dia tak kuasa menahan diri untuk bertanya, "Rowan, kamu kenapa?"

Rowan mengalihkan pikiran dan menekan emosinya sebelum menyahut dengan dingin, "Nggak apa-apa."

Miranda tidak bertanya lagi. Sepasang matanya yang indah menatap Rowan dengan lembut. Katanya, "Rowan, apa tanganku sudah cacat? Apa ke depannya aku sudah nggak bisa main piano lagi?"

Dulu, Miranda adalah seorang pianis. Saat itu, dia melanjutkan studi di luar negeri dan diterima di salah satu akademi musik ternama.

Sebelum kembali dari luar negeri, Miranda mulai mengelola akun di salah satu platform video pendek yang sedang viral di dalam negeri.

Sampai sekarang, Miranda sudah mengumpulkan lebih dari satu juta pengikut. Dia sudah termasuk selebritas internet yang cukup terkenal di dunia maya.

Ketika mendengar Miranda berkata seperti itu, sorot mata Rowan berubah menjadi lebih lembut. Ada sedikit rasa simpati dan kasih sayang di matanya. Dia menenangkan, "Nggak akan. Dokter bilang cuma luka luar, nggak melukai otot atau tulang. Beberapa hari lagi akan sembuh."

Ekspresi Miranda tampak sedih seperti hendak menangis. Dia bertanya, "Benarkah? Rowan, kamu nggak sedang menghiburku, 'kan?"

Rowan mengulurkan tangan untuk mengusap rambut Miranda sembari membalas, "Nggak."

Miranda menengadah menatap kedua mata Rowan, lalu bertanya dengan sedih, "Rowan, kalau misalnya lukaku lebih parah dan ke depannya aku nggak bisa main piano lagi, apa kamu akan memaafkan Eleanor?"

Sorot mata Rowan makin gelap. Dia menimpali dengan dingin, "Jangankan lebih parah, dengan lukamu yang sekarang, aku nggak akan memaafkannya kalau dia nggak minta maaf padamu."

Rowan meneruskan, "Kalau ke depannya kamu benar-benar nggak bisa main piano lagi, aku akan membuatnya membayar harga yang setimpal."

Mata Miranda berbinar-binar. Dia menyandarkan kepalanya di pundak Rowan, lalu berujar dengan lembut, "Rowan, aku tahu kamu yang paling baik padaku."

Rowan memeluk Miranda, tetapi hatinya justru memikirkan Eleanor.

Ketika di vila barusan, Rowan mengatakan tidak ingin melihat Eleanor lagi. Dia berpikir apakah dirinya sudah keterlaluan. Namun, Eleanor yang menyakiti Miranda lebih dulu. Eleanor yang salah!

Eleanor memblokir Rowan hanya untuk menunggu Rowan membujuknya. Namun, kali ini Rowan tidak ingin membujuknya.

....

Eleanor tiba di lobi hotel. Begitu menengadah, dia melihat Dominic.

Dominic mengenakan kemeja hitam dan celana panjang hitam. Pakaian ini memperlihatkan keunggulan fisiknya, yaitu bahu lebar, pinggang ramping, dan kaki panjang. Garis wajahnya jelas, alisnya juga tegas.

Penampilan Dominic tidak banyak berubah dibandingkan tiga tahun lalu. Ketampanannya masih membuat orang-orang kagum dan iri.

Di samping Dominic, ada seorang pria dengan setelan jas rapi. Pria itu lebih pendek sekitar 20 sentimeter daripada Dominic. Dia terlihat seperti seorang asisten.

Begitu melihat Eleanor, Dominic buru-buru berjalan menghampiri Eleanor dan mengambil koper dari tangannya. Dia bertanya, "Elea, apa kamu baik-baik saja?"

Eleanor menggigit bibir sejenak sebelum menjawab pelan, "Aku baik-baik saja."

"Pak Dominic, kalau begitu, aku permisi dulu," tutur asisten Dominic dengan hormat.

Dominic mengangguk.

Dekorasi suite lantai teratas di hotel bintang lima sangat mewah. Pemandangannya sangat luas. Dari jendela yang besar, seluruh pemandangan malam Kota Alman bisa terlihat.

"Elea, kamu mau tidur di kamar atas atau di kamar bawah?" tanya Dominic.

Tinggal bersama seorang pria tampan membuat Eleanor sedikit canggung. Dia menjawab dengan gugup, "A ... aku terserah."

Lantaran mendengar suara tawa yang pelan, Eleanor tidak berani menengadah untuk menatap mata Dominic.

Dominic berkata dengan suara rendah yang lembut, "Kalau begitu, kamu tidur di kamar atas saja. Kalau butuh sesuatu, silakan panggil aku."

Wajah Eleanor seketika memerah. Dia menimpali, "Oke."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 16

    Mungkin karena Dominic menyadari bahwa Eleanor merasa agak canggung di tempat ini, dia pun berkata, "Coba periksa dulu. Kalau ada yang kurang, beri tahu aku. Aku mau naik ke atas untuk mandi.""Tunggu sebentar," ucap Eleanor.Dominic menghentikan langkahnya, lalu menoleh sambil bertanya, "Ada apa?"Eleanor membuka ranselnya, mengeluarkan sebotol susu, lalu menyerahkannya kepada pria itu. Dia memberi tahu, "Kak Dominic, tolong bantu aku menghubungi lembaga pemeriksaan. Mungkin ada sesuatu yang nggak beres dengan susu ini."Tatapan Dominic langsung menajam. Segera setelah itu, dia bertanya, "Maksudmu, ada orang yang ingin mencelakaimu?"Eleanor membalas sambil mengangguk dengan serius, "Sepertinya begitu. Aku juga belum yakin, tapi sebaiknya tetap berhati-hati.""Oke, serahkan saja padaku." Dominic mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan."Datanglah ke sini, ada sesuatu yang harus kamu lakukan," ucap Dominic sambil berjalan menjauh, hingga akhirnya sosoknya menghilang di ujung tan

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 17

    Setelah sarapan, Dominic dan Eleanor turun ke tempat parkir bawah tanah. Kemudian, Eleanor berjalan ke arah mobil Bentley biru itu.Tiba-tiba, pria itu bertanya, "Gimana rasanya mengendarai mobil ini?"Eleanor mengatupkan bibirnya sejenak, lalu menyelipkan sehelai rambut di belakang telinganya sebelum membalas, "Aku sudah mencobanya tadi malam. Bagus kok. Makasih, Kak Dominic.""Kalau begitu, aku pergi dulu?" Eleanor mengangkat kunci mobil di tangannya. Seolah teringat sesuatu, dia menambahkan, "Oh ya, Kak. Aku juga punya hadiah untukmu. Seharusnya sudah kuberikan semalam saat kita bertemu, tapi aku lupa.""Hmm? Hadiah apa?" tanya Dominic.Eleanor memberi tahu, "Ada di koper di hotel. Nanti setelah kembali, aku akan ambilkan untukmu."Dominic membuka pintu di sisi pengemudi, lalu berucap, "Aku ikut denganmu. Biar aku yang menyetir saja.""Hah?" Eleanor terkejut sejenak, tetapi segera bereaksi. Dia membalas, "Oke, kita pergi bareng-bareng. Tapi biar aku saja yang menyetir, kamu istiraha

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 18

    Dominic duduk di kursi pengamat. Dia menatap wanita yang tengah berdiri di ruang sidang dengan penuh semangat. Dalam hatinya, rasa bangga muncul begitu saja.Sementara itu di mata Dominic, kekaguman dan kasih sayang meluap tanpa bisa dikendalikannya. Eleanor benar-benar luar biasa. Setelah sidang berakhir, dia menyerahkan sebotol air mineral padanya sambil berucap, "Minumlah sedikit.""Makasih." Eleanor menerimanya dan meneguk dua kali. Kemudian, dia berujar, "Putusan akan diumumkan di lain waktu, tapi kemungkinan besar kami akan menang."Dominic masih sangat kagum. Dia memuji, "Elea, saat tadi kamu berdebat di ruang sidang, matamu bersinar terang dan penuh keyakinan. Aku sampai nggak sadar dan terpikat padamu."Mendengar itu, Eleanor tersipu malu dan tertawa pelan. Dia bertanya, "Benarkah? Aku juga merasa saat sidang, aku seperti berubah menjadi orang yang berbeda."Dominic memujinya dengan tulus, "Kamu luar biasa. Suatu hari nanti, kamu pasti akan menjadi pengacara top yang dikenal d

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 19

    Setelah selesai mengambil foto, Dominic menyerahkan ponsel kepada Eleanor. Tatapannya tetap tenang, sementara suaranya datar dan tanpa emosi berlebih ketika berucap, "Sepertinya ada pesan dari temanmu.""Hmm? Biar aku lihat," balas Eleanor.Begitu Eleanor membuka pesan itu, seketika wajahnya sedikit menegang. Dia tahu ponselnya menampilkan isi pesan dalam notifikasi pop-up, jadi Dominic pasti sudah melihatnya.Berhubung merasa sedikit bersalah, Eleanor menoleh ke arahnya dan menjelaskan, "Dia mantan pacarku. Kami sudah putus.""Ya." Ekspresi Dominic tetap datar. Tak terlihat emosi apa pun di matanya."Aku sudah memblokirnya di WhatsApp, tapi malah lupa memblokir nomor teleponnya," jelas Eleanor yang merasa gugup tanpa alasan yang jelas. Entah kenapa, dia merasa bersalah.Bukankah wajar jika di usia 25 tahun Eleanor memiliki seorang mantan pacar? Lagi pula, dia mulai menjalin hubungan dengan Rowan sebelum menerima perjodohan dengan Dominic. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apa pun t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 20

    Tanpa Gina, mungkin Eleanor tidak akan mampu melewati masa-masa sulit itu. Di hatinya, Gina sudah seperti keluarganya sendiri.Selama tiga tahun ini, Eleanor memang tidak pernah menghubungi Adrian. Hanya saja setiap hari raya dan perayaan, dia selalu menelepon Gina untuk menanyakan kabarnya.Berhubung teringat sesuatu, Eleanor mengeluarkan sebuah kotak hadiah dan menyerahkannya kepada Gina. Dia memberi tahu, "Ini sarang burung walet, oleh-oleh khas paling terkenal dari Kota Alman. Bibi rebuslah untuk dimakan."Saat menerimanya, Gina menimpali sambil tersenyum, "Malam ini, aku akan buatkan untuk Nona."Eleanor menggeleng pelan, lalu menjelaskan, "Bukan untukku. Ini khusus untuk Bibi. Aku sudah sering makan, jadi bawakan untukmu agar bisa mencicipinya."Gina buru-buru melambaikan tangan sambil menolak, "Aduh, ini nggak pantas."Namun, Eleanor langsung menyelipkan kotak itu ke dalam pelukan Gina. Dia menegaskan, "Ambillah. Bibi sudah banyak mengkhawatirkanku selama ini. Anggap saja ini se

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 21

    Makan malam itu berlangsung dengan suasana yang canggung dan tidak menyenangkan bagi semua orang di meja.Eleanor tidak punya banyak hal untuk dibicarakan dengan mereka. Begitu selesai makan, dia langsung naik ke atas dan kembali ke kamarnya.Begitu masuk, pandangannya tertuju pada kotak hadiah di atas meja. Baru saat itulah Eleanor teringat bahwa dia belum sempat memberikan jam tangan untuk Dominic. Dia segera menelepon pria itu.Eleanor berucap, "Halo, Kak Dominic. Aku pernah bilang akan menyiapkan hadiah untukmu, 'kan? Sekarang, aku ingin mengantarnya. Apa kamu ada di rumah?""Ya, aku di sini," balas Dominic.Eleanor memberi tahu, "Oke, tunggu sebentar. Aku akan segera ke sana."....Di vila Kompleks Helia.Saat Rowan dan Miranda baru saja masuk ke rumah, Jenar melirik ke arah belakang mereka dan bertanya, "Tuan, Nona Eleanor nggak pulang bareng kamu?"Rowan balas bertanya sambil mengernyit, "Dia nggak ada di rumah?"Jenar terlihat bingung. Dia menimpali, "Bukankah Nona Eleanor kelu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 22

    Miranda bertanya dengan penuh semangat, "Benarkah? Aku mau pergi ke Provinsi Nabo dulu. Musim ini, pemandangan di Kansa sangat indah."Kansa? Ekspresi Rowan sedikit berubah. Kenapa tempat ini terdengar begitu familier?Rowan segera mengingatnya. Eleanor ternyata pernah menyebutkan hal ini sebelumnya. Dia bilang, ingin pergi ke Kansa saat liburan Hari Nasional.Namun, bagaimana Rowan menanggapinya saat itu? Dia beralasan bahwa saat liburan, Kansa pasti akan sangat ramai. Apa yang menyenangkan dari itu?Sekarang juga sama-sama liburan Hari Nasional. Secara refleks, Rowan ingin menolak ajakan Miranda. Hanya saja begitu teringat Eleanor, dia tiba-tiba berubah pikiran. Pria itu malah membalas, "Baiklah, ayo pergi ke Provinsi Nabo."Setelah menemani Miranda menonton TV sebentar, rasa gelisah di hati Rowan masih belum juga mereda.Rowan pun memberi tahu, "Kamu baru saja keluar dari rumah sakit. Istirahatlah di rumah dengan baik. Aku ada urusan dan harus pergi sebentar."Miranda sangat mengert

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 23

    Saat Rowan diantar pulang oleh sopir, waktu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Dengan langkah terhuyung-huyung, dia berjalan menuju kamar lalu langsung jatuh ke ranjang dan tertidur lelap.Rowan terbangun karena rasa sakit. Dalam keadaan setengah sadar, dia bergumam, "Eleanor, perutku sakit. Tolong ambilkan obat maag untukku."Berhubung tidak ada jawaban, Rowan memanggil lagi, "Eleanor ...."Tiba-tiba, Rowan membuka mata lebar-lebar dan langsung terduduk di atas ranjang. Kesadarannya kembali perlahan. Saat itu juga, dia baru ingat bahwa Eleanor sudah pindah dari rumah ini.Hatinya terasa campur aduk. Ada kekosongan yang tak bisa dijelaskan dan dadanya terasa sesak. Sambil menekan perutnya yang terasa nyeri, Rowan turun dari ranjang dan mulai mengubrak-abrik ruangan untuk mencari obat.Namun setelah mencari ke sana kemari, Rowan tetap tidak menemukannya. Rasa sakitnya makin menjadi-jadi. Berhubung tidak tahan lagi, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon pembantu rumah tangga. Saat mene

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 100

    Mereka berdua terlihat berbincang dan tertawa, tampak begitu akrab.Rowan bergumam, "Cepat sekali dia keluar dari rumah sakit. Benar-benar susah mati."Anthony menduga pria itu adalah tunangan Eleanor. Tanpa ragu, Rowan membuka pintu mobil dan berjalan menuju Eleanor.....Sudah seminggu sejak Dominic keluar dari rumah sakit. Selama seminggu ini, setiap hari dia harus makan makanan polos di bawah pengawasan Eleanor.Awalnya dia masih bisa menerimanya, tetapi setelah beberapa hari berturut-turut hanya makan makanan yang begitu-begitu saja, dia mulai bosan.Setelah membujuk dan merajuk, akhirnya hari ini Eleanor setuju untuk membawanya keluar makan sesuatu yang lebih enak.Restoran yang mereka tuju berada di pusat kota, daerah paling ramai. Itu adalah restoran tua yang terkenal di Kota Ordo, tempat mereka biasa makan sejak kecil.Karena sekarang jam makan, restoran itu penuh. Tidak ada satu kursi pun yang kosong, bahkan di depan pintu ada antrean panjang yang menunggu giliran masuk.Untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 99

    Akhir-akhir ini, Rowan sibuk mencari investor untuk perusahaannya. Di Kota Ordo, hampir tidak ada perusahaan yang bersedia berinvestasi di Grup Naval. Jadi, dia terpaksa mencari peluang di luar kota. Sebagian besar waktunya dihabiskan di hotel dan pesawat.Hari ini, Rowan baru saja kembali ke Kota Ordo dan Anthony sudah datang menjemputnya. Saat sore hari dalam perjalanan menuju sebuah acara makan, Anthony melirik sekilas ke arah Rowan ketika mobil berhenti di lampu merah.Rowan sedang memegang ponselnya, melihat satu per satu foto lamanya bersama Eleanor. Anthony membuka mulut seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu.Sebelum dia sempat berbicara, Rowan sudah lebih dulu menyodorkan ponselnya. Matanya penuh nostalgia. "Lihat, betapa bahagianya kami dulu."Anthony memandangnya dengan ekspresi rumit. Beberapa waktu lalu, Rowan memintanya membeli cincin dari Pransis, katanya ingin menggunakannya untuk merebut kembali Eleanor.Saat itu, Rowan mengatakan bahwa Eleanor akan seg

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 98

    Eleanor masih belum puas dan bertanya lagi, "Benar-benar nggak ada perkiraan waktu?""Kalau harus dijawab, mungkin saat kamu SMA. Saat Declan mengganggumu, aku menghajarnya dan baru sadar kalau perasaanku ke kamu memang berbeda."Eleanor merapatkan bibirnya. "Kamu menyembunyikannya dengan baik ya."Dominic mengusap kepala Eleanor yang lembut. "Aku harus menunggumu tumbuh dewasa dulu."Tatapannya tiba-tiba dipenuhi sedikit kesedihan. "Begitu kamu lulus kuliah, aku langsung menemui ayahmu untuk mengajukan pernikahan. Tapi, kamu malah menolak dan kabur dari rumah."Eleanor merasa bersalah. Dia mengalihkan pandangannya dan bergumam, "Waktu itu ... aku pikir Ayah mengorbankanku demi bisnis keluarga. Mana aku tahu kalau kamu sudah merencanakan ini sejak lama? Kamu juga nggak pernah bilang. Aku benar-benar merasa dirugikan ...."Tiba-tiba, Dominic memasang ekspresi kesakitan. "Aduh, sakit sekali."Eleanor pun panik dan buru-buru melihat ke arah pinggangnya yang terluka. "Kenapa? Kebentur sesu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 97

    Ucapan Rowan seperti mantra yang terus bergema di kepala Eleanor, membuat pikirannya kacau sepanjang hari.Keesokan harinya saat Eleanor datang ke rumah sakit untuk menjenguk Dominic, wajahnya tampak penuh beban."Elea, lagi pikirin apa?" tanya Dominic.Eleanor mengedipkan matanya, memalingkan wajahnya agar tak menatapnya langsung. "Itu ... soal Katalina, sebenarnya dia siapa?"Dominic tersenyum misterius. "Cemburu ya?"Eleanor berusaha terlihat tidak acuh dan menggembungkan pipinya sedikit. "Nggak kok. Aku hanya penasaran. Kamu nggak pernah menyebutnya sebelumnya."Mengingat bagaimana wanita itu menculik Emily dan hampir menikamnya, Eleanor bukan hanya cemburu, tetapi juga marah. "Dari mana kamu mendapatkan penggemar gila seperti itu?"Dominic melambaikan tangannya ke arah Eleanor. "Kemari."Eleanor menurut. Dia mendekat dan duduk di tepi tempat tidur.Dominic menggenggam tangannya dengan serius. "Aku dan dia dulu teman sekelas waktu SMA. Dia pernah mengejarku dengan sangat agresif, t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 96

    "Hmm."Selena menoleh menatap Dominic. "Kamu sudah kenyang? Mau makan lagi nggak? Ibu bawa semua makanan favoritmu."Dominic menjawab, "Nggak perlu. Masakan Eleanor pas banget di lidahku, aku habiskan semuanya."Mendengar itu, Selena tersenyum puas. "Baiklah. Kalau sudah makan, nggak apa-apa."Kevin memandang mereka dengan tatapan menggoda. "Oh? Masakan Eleanor ya?"Dia meletakkan keranjang buah dan suplemen yang dibawanya, lalu menatap Dominic sambil tersenyum. "Kamu beruntung sekali ya."Dominic menanggapi, "Tentu saja. Kebahagiaan seperti ini mana bisa dirasakan oleh para jomblo?"Senyuman Kevin langsung membeku. "Baiklah, aku juga harus cari pacar, lalu pamer kemesraan setiap hari di depanmu sampai kamu muak!"Olivia membelalakkan mata karena terkejut. "Elea, kamu bisa masak?"Eleanor tersenyum tipis. "Baru saja belajar.""Tsk, tsk, cinta memang ajaib." Olivia masih tak percaya. Dia bahkan mengelilingi Eleanor seakan-akan ingin memastikan sesuatu."Aku masih ingat waktu kuliah dulu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 95

    Saat Dominic sadar kembali, meja lipat di depannya sudah penuh dengan makanan. Ada tumis pakcoy, daging sapi, nasi putih yang masih mengepul asap, serta semangkuk sup."Kamu masak sebanyak ini?" Dominic tersenyum lembut. "Sup apa ini?""Sup ayam kampung." Eleanor mengangkat mangkuk sup, mengambil sesendok, lalu meniupnya perlahan sebelum menyodorkannya ke bibir Dominic. "Coba cicipi."Dominic menurunkan pandangannya sambil tersenyum, tetapi senyuman itu tiba-tiba memudar. "Tanganmu kenapa?" Dia melihat ada lepuhan kecil di jari telunjuk kanan Eleanor.Eleanor refleks ingin menyembunyikannya, tetapi sudah terlambat. Dia hanya bisa berkata dengan jujur, "Tadi ... waktu di dapur, aku nggak sengaja kena air panas. Nggak apa-apa, cuma lepuhan kecil saja."Mata Dominic sedikit memerah. "Sakit nggak?"Eleanor menggeleng. "Nggak sakit."Dominic menyesap sup dengan tenang, lalu menggenggam pergelangan tangan Eleanor dengan lembut, menunduk dan meniup pelan bagian yang terluka.Setelah beberapa

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 94

    Bibir pucat Dominic membentuk senyuman tipis. "Baik, aku janji padamu."Isaac dan Selena baru saja keluar dari ruang ICU ketika mereka menerima telepon. Suara di ujung telepon terdengar cemas. "Pak Isaac, ada masalah."Di pusat tahanan, Katalina mengaku bahwa dia hamil. Sesuai prosedur, dia harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan.Dalam perjalanan ke rumah sakit, sebuah mobil tiba-tiba melaju dengan kencang, menabrak mobil yang membawa Katalina hingga berhenti di tepi jalan.Dari mobil itu, turun beberapa pria bertubuh kekar dengan keterampilan luar biasa. Mereka pun membawa Katalina pergi.Petugas yang mengawal mengalami cedera parah, sementara kendaraan mereka rusak berat dan tidak bisa langsung mengejar.Mendengar laporan itu, wajah Isaac menunjukkan ekspresi tak percaya. "Dia berhasil dibawa pergi?""Apa yang terjadi? Siapa yang dibawa pergi?" tanya Selena dengan cemas.Isaac menarik napas dalam-dalam, tubuhnya sedikit bungkuk. "Katalina.""Apa?" Selena terkejut. "Bukankah di

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 93

    Eleanor sudah cemas sepanjang sore. Sekarang setelah Dominic melewati masa kritis, dia ingin melihatnya. Bagaimanapun, Dominic terluka karena melindunginya."Ayo, ikut aku pulang," ucap Adrian dengan tegas.Eleanor menggeleng, menatap ayahnya dengan teguh. "Ayah, aku tahu Ayah sangat marah sekarang, tapi aku belum bisa pulang. Dominic sudah mempertaruhkan nyawanya untukku. Aku nggak punya alasan untuk pergi begitu saja. Kalau dia nggak melihatku saat siuman nanti, dia pasti akan sangat sedih."Nirvan merasa terharu mendengar kata-kata itu. Dia lantas menoleh ke Adrian. "Adrian, istriku tadi memang terlalu kasar. Aku minta maaf, jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati."Isaac juga menimpali, "Benar, Dominic pasti ingin melihat Eleanor di sisinya setelah siuman."Selena berkata, "Adrian, jangan marah. Kedua anak ini saling mencintai, ini hal yang baik."Tokoh besar seperti Nirvan sampai merendahkan diri untuk meminta maaf, Adrian pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.Memang benar bahwa Gi

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 92

    Eleanor menunduk. "Semua ini salahku."Selena langsung menoleh ke arahnya. "Elea, apa maksudmu?"Eleanor pun menceritakan semuanya dengan jelas.Giana bertanya dengan nada menyalahkan, "Jadi, Dominic ditikam karena melindungimu?"Eleanor menggigit bibirnya. "Ya."Giana pun kesal. "Eleanor, kamu terlalu gegabah. Kami sudah melapor ke polisi dan ada banyak pengawal di vila. Kenapa kamu nggak bisa menunggu sebentar? Kalau kamu nggak bertindak gegabah, Dominic nggak akan terluka seperti ini.""Maafkan aku, ini semua salahku," ucap Eleanor dengan suara lirih, kepalanya semakin tertunduk.Giana semakin menekan. "Kamu belum resmi masuk keluarga ini, tapi sudah membawa masalah sebesar ini."Wajah Adrian langsung menjadi masam. "Apa maksudmu? Jelas-jelas Dominic yang ada masalah dengan wanita itu, sementara putriku adalah korbannya. Kenapa malah menyalahkan putriku?"Adrian menyindir, "Gampang sekali kalian bicaranya. Kalian suruh kami menunggu? Wanita itu menculik putri bungsuku, menodongkan p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status