Share

Bab 16

Penulis: Hilya
Mungkin karena Dominic menyadari bahwa Eleanor merasa agak canggung di tempat ini, dia pun berkata, "Coba periksa dulu. Kalau ada yang kurang, beri tahu aku. Aku mau naik ke atas untuk mandi."

"Tunggu sebentar," ucap Eleanor.

Dominic menghentikan langkahnya, lalu menoleh sambil bertanya, "Ada apa?"

Eleanor membuka ranselnya, mengeluarkan sebotol susu, lalu menyerahkannya kepada pria itu. Dia memberi tahu, "Kak Dominic, tolong bantu aku menghubungi lembaga pemeriksaan. Mungkin ada sesuatu yang nggak beres dengan susu ini."

Tatapan Dominic langsung menajam. Segera setelah itu, dia bertanya, "Maksudmu, ada orang yang ingin mencelakaimu?"

Eleanor membalas sambil mengangguk dengan serius, "Sepertinya begitu. Aku juga belum yakin, tapi sebaiknya tetap berhati-hati."

"Oke, serahkan saja padaku." Dominic mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan.

"Datanglah ke sini, ada sesuatu yang harus kamu lakukan," ucap Dominic sambil berjalan menjauh, hingga akhirnya sosoknya menghilang di ujung tan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 17

    Setelah sarapan, Dominic dan Eleanor turun ke tempat parkir bawah tanah. Kemudian, Eleanor berjalan ke arah mobil Bentley biru itu.Tiba-tiba, pria itu bertanya, "Gimana rasanya mengendarai mobil ini?"Eleanor mengatupkan bibirnya sejenak, lalu menyelipkan sehelai rambut di belakang telinganya sebelum membalas, "Aku sudah mencobanya tadi malam. Bagus kok. Makasih, Kak Dominic.""Kalau begitu, aku pergi dulu?" Eleanor mengangkat kunci mobil di tangannya. Seolah teringat sesuatu, dia menambahkan, "Oh ya, Kak. Aku juga punya hadiah untukmu. Seharusnya sudah kuberikan semalam saat kita bertemu, tapi aku lupa.""Hmm? Hadiah apa?" tanya Dominic.Eleanor memberi tahu, "Ada di koper di hotel. Nanti setelah kembali, aku akan ambilkan untukmu."Dominic membuka pintu di sisi pengemudi, lalu berucap, "Aku ikut denganmu. Biar aku yang menyetir saja.""Hah?" Eleanor terkejut sejenak, tetapi segera bereaksi. Dia membalas, "Oke, kita pergi bareng-bareng. Tapi biar aku saja yang menyetir, kamu istiraha

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 18

    Dominic duduk di kursi pengamat. Dia menatap wanita yang tengah berdiri di ruang sidang dengan penuh semangat. Dalam hatinya, rasa bangga muncul begitu saja.Sementara itu di mata Dominic, kekaguman dan kasih sayang meluap tanpa bisa dikendalikannya. Eleanor benar-benar luar biasa. Setelah sidang berakhir, dia menyerahkan sebotol air mineral padanya sambil berucap, "Minumlah sedikit.""Makasih." Eleanor menerimanya dan meneguk dua kali. Kemudian, dia berujar, "Putusan akan diumumkan di lain waktu, tapi kemungkinan besar kami akan menang."Dominic masih sangat kagum. Dia memuji, "Elea, saat tadi kamu berdebat di ruang sidang, matamu bersinar terang dan penuh keyakinan. Aku sampai nggak sadar dan terpikat padamu."Mendengar itu, Eleanor tersipu malu dan tertawa pelan. Dia bertanya, "Benarkah? Aku juga merasa saat sidang, aku seperti berubah menjadi orang yang berbeda."Dominic memujinya dengan tulus, "Kamu luar biasa. Suatu hari nanti, kamu pasti akan menjadi pengacara top yang dikenal d

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 19

    Setelah selesai mengambil foto, Dominic menyerahkan ponsel kepada Eleanor. Tatapannya tetap tenang, sementara suaranya datar dan tanpa emosi berlebih ketika berucap, "Sepertinya ada pesan dari temanmu.""Hmm? Biar aku lihat," balas Eleanor.Begitu Eleanor membuka pesan itu, seketika wajahnya sedikit menegang. Dia tahu ponselnya menampilkan isi pesan dalam notifikasi pop-up, jadi Dominic pasti sudah melihatnya.Berhubung merasa sedikit bersalah, Eleanor menoleh ke arahnya dan menjelaskan, "Dia mantan pacarku. Kami sudah putus.""Ya." Ekspresi Dominic tetap datar. Tak terlihat emosi apa pun di matanya."Aku sudah memblokirnya di WhatsApp, tapi malah lupa memblokir nomor teleponnya," jelas Eleanor yang merasa gugup tanpa alasan yang jelas. Entah kenapa, dia merasa bersalah.Bukankah wajar jika di usia 25 tahun Eleanor memiliki seorang mantan pacar? Lagi pula, dia mulai menjalin hubungan dengan Rowan sebelum menerima perjodohan dengan Dominic. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apa pun t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 20

    Tanpa Gina, mungkin Eleanor tidak akan mampu melewati masa-masa sulit itu. Di hatinya, Gina sudah seperti keluarganya sendiri.Selama tiga tahun ini, Eleanor memang tidak pernah menghubungi Adrian. Hanya saja setiap hari raya dan perayaan, dia selalu menelepon Gina untuk menanyakan kabarnya.Berhubung teringat sesuatu, Eleanor mengeluarkan sebuah kotak hadiah dan menyerahkannya kepada Gina. Dia memberi tahu, "Ini sarang burung walet, oleh-oleh khas paling terkenal dari Kota Alman. Bibi rebuslah untuk dimakan."Saat menerimanya, Gina menimpali sambil tersenyum, "Malam ini, aku akan buatkan untuk Nona."Eleanor menggeleng pelan, lalu menjelaskan, "Bukan untukku. Ini khusus untuk Bibi. Aku sudah sering makan, jadi bawakan untukmu agar bisa mencicipinya."Gina buru-buru melambaikan tangan sambil menolak, "Aduh, ini nggak pantas."Namun, Eleanor langsung menyelipkan kotak itu ke dalam pelukan Gina. Dia menegaskan, "Ambillah. Bibi sudah banyak mengkhawatirkanku selama ini. Anggap saja ini se

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 21

    Makan malam itu berlangsung dengan suasana yang canggung dan tidak menyenangkan bagi semua orang di meja.Eleanor tidak punya banyak hal untuk dibicarakan dengan mereka. Begitu selesai makan, dia langsung naik ke atas dan kembali ke kamarnya.Begitu masuk, pandangannya tertuju pada kotak hadiah di atas meja. Baru saat itulah Eleanor teringat bahwa dia belum sempat memberikan jam tangan untuk Dominic. Dia segera menelepon pria itu.Eleanor berucap, "Halo, Kak Dominic. Aku pernah bilang akan menyiapkan hadiah untukmu, 'kan? Sekarang, aku ingin mengantarnya. Apa kamu ada di rumah?""Ya, aku di sini," balas Dominic.Eleanor memberi tahu, "Oke, tunggu sebentar. Aku akan segera ke sana."....Di vila Kompleks Helia.Saat Rowan dan Miranda baru saja masuk ke rumah, Jenar melirik ke arah belakang mereka dan bertanya, "Tuan, Nona Eleanor nggak pulang bareng kamu?"Rowan balas bertanya sambil mengernyit, "Dia nggak ada di rumah?"Jenar terlihat bingung. Dia menimpali, "Bukankah Nona Eleanor kelu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 22

    Miranda bertanya dengan penuh semangat, "Benarkah? Aku mau pergi ke Provinsi Nabo dulu. Musim ini, pemandangan di Kansa sangat indah."Kansa? Ekspresi Rowan sedikit berubah. Kenapa tempat ini terdengar begitu familier?Rowan segera mengingatnya. Eleanor ternyata pernah menyebutkan hal ini sebelumnya. Dia bilang, ingin pergi ke Kansa saat liburan Hari Nasional.Namun, bagaimana Rowan menanggapinya saat itu? Dia beralasan bahwa saat liburan, Kansa pasti akan sangat ramai. Apa yang menyenangkan dari itu?Sekarang juga sama-sama liburan Hari Nasional. Secara refleks, Rowan ingin menolak ajakan Miranda. Hanya saja begitu teringat Eleanor, dia tiba-tiba berubah pikiran. Pria itu malah membalas, "Baiklah, ayo pergi ke Provinsi Nabo."Setelah menemani Miranda menonton TV sebentar, rasa gelisah di hati Rowan masih belum juga mereda.Rowan pun memberi tahu, "Kamu baru saja keluar dari rumah sakit. Istirahatlah di rumah dengan baik. Aku ada urusan dan harus pergi sebentar."Miranda sangat mengert

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 23

    Saat Rowan diantar pulang oleh sopir, waktu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Dengan langkah terhuyung-huyung, dia berjalan menuju kamar lalu langsung jatuh ke ranjang dan tertidur lelap.Rowan terbangun karena rasa sakit. Dalam keadaan setengah sadar, dia bergumam, "Eleanor, perutku sakit. Tolong ambilkan obat maag untukku."Berhubung tidak ada jawaban, Rowan memanggil lagi, "Eleanor ...."Tiba-tiba, Rowan membuka mata lebar-lebar dan langsung terduduk di atas ranjang. Kesadarannya kembali perlahan. Saat itu juga, dia baru ingat bahwa Eleanor sudah pindah dari rumah ini.Hatinya terasa campur aduk. Ada kekosongan yang tak bisa dijelaskan dan dadanya terasa sesak. Sambil menekan perutnya yang terasa nyeri, Rowan turun dari ranjang dan mulai mengubrak-abrik ruangan untuk mencari obat.Namun setelah mencari ke sana kemari, Rowan tetap tidak menemukannya. Rasa sakitnya makin menjadi-jadi. Berhubung tidak tahan lagi, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon pembantu rumah tangga. Saat mene

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 24

    Miranda duduk di tepi ranjang dan mengeluarkan ponselnya, lalu memperlihatkannya kepada Rowan.Miranda memberi tahu, "Rowan, lihat ini. Aku menemukan panduan wisata ke Provinsi Nabo di internet. Nanti kita bisa road trip dan menyewa dua sopir untuk bergantian mengemudi. Provinsi Nabo sangat luas, jadi lebih nyaman kalau pakai mobil. Setelah ke Kansa, kita juga bisa lanjut ke ...."Saat itu juga, Rowan tiba-tiba merasa kalau Miranda sangat berisik. Kepalanya sudah pusing, tetapi wanita ini terus saja berceloteh di telinganya tanpa henti. Benar-benar menjengkelkan.Kalau yang ada di sini adalah Eleanor, dia pasti akan lebih perhatian. Dia akan turun tangan sendiri untuk memasak bubur, lalu menyuapinya perlahan dengan sabar."Cukup." Rowan akhirnya memotong ucapannya dengan nada tidak sabar. Dia berucap, "Bahasnya besok saja, aku lagi lelah hari ini."Miranda terdiam sejenak, lalu memasukkan kembali ponselnya. Dia menundukkan kepala, sementara ekspresinya terlihat sedih. Suaranya terdenga

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 50

    Mengingat bagaimana dulu dia mengabaikan Eleanor demi Miranda dan mengucapkan banyak kata-kata menyakitkan, Rowan kembali merasakan sakit di hatinya.Tiba-tiba, dia teringat bahwa Eleanor dulu sangat ingin menikah dengannya. Namun, dia pernah mengatakan banyak hal yang menyakitkan, bahkan berkata bahwa dia tidak mungkin menikahinya.Namun, bagaimana jika dia bersedia menikahi Eleanor? Apakah Eleanor akan kembali padanya?Memikirkan hal itu, mata Rowan kembali berbinar. Jika Eleanor menikah dengannya dan menjadi Nyonya Keluarga Naval, dia pasti akan menerima ajakannya untuk kembali bersama!....Keesokan paginya, Eleanor pergi ke kantor jaminan sosial bersama kliennya untuk mengurus klaim kecelakaan kerja. Menjelang siang, dia naik taksi kembali ke firma hukum.Saat taksi mendekati jalan tempat firma hukum berada, sopirnya bergumam, "Ada apa di depan sana? Kenapa ramai sekali?"Kemudian, dia menoleh ke arah Eleanor. "Bu, jalan di depan macet, sebaiknya turun di sini saja. Nggak jauh kok

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 49

    Beberapa tahun lalu, Dominic pernah berkelahi dan dihukum oleh kakeknya dengan aturan keluarga. Untungnya, saat itu mereka tidak tahu alasan dia berkelahi.Kali ini pun, dia tidak boleh membiarkan keluarganya tahu bahwa dia berkelahi demi Eleanor. Jika tidak, pertunangan mereka bisa ditunda atau bahkan dibatalkan.Haris menyeka keringat dingin di dahinya, punggungnya terasa dingin. Dia lalu mengangguk cepat. "Baik, baik.""Urus administrasi," perintah Dominic dengan suara datar."Baik, Pak."Tempat tidur Rowan tidak jauh dari sana, jadi dia bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. "Hah." Dia mengangkat alis dan tersenyum sinis. "Sudah sebesar ini, masih takut ketahuan keluarga kalau berkelahi? Dasar bayi besar!"Dominic hanya tertawa dan meliriknya dengan tatapan penuh provokasi. "Keluargaku nggak perlu tahu, cukup tunanganku saja yang tahu."Kata tunangan terlalu tajam, seperti belati paling tajam yang menusuk tepat ke jantung Rowan. Dalam sekejap, Rowan kehilangan seluruh tenag

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 48

    Begitu kedua pria itu dipisahkan, Eleanor segera berlari ke arah Dominic. Matanya penuh kepedihan. Air mata menggenang di pelupuknya, suaranya bergetar seperti hendak menangis. "Kak, kamu terluka! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"Melihat Eleanor, semua keganasan di mata Dominic langsung lenyap, berganti dengan kelembutan. "Aku baik-baik saja."Tidak jauh dari sana, Rowan yang ditahan oleh polisi melihat pemandangan itu dan merasa hatinya hancur berkeping-keping.Dengan wajahnya yang tersirat kesakitan mendalam, dia terlihat seperti anjing yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Dia bertanya, "Eleanor, siapa dia?"Begitu mendengar pertanyaan itu, kilatan amarah muncul di mata Eleanor. Dia sontak menoleh dan menatap langsung ke arah Rowan.Kebencian dalam tatapannya begitu jelas, menusuk tepat ke hati Rowan, membuatnya terasa seperti tertusuk belati. Detik berikutnya, Rowan mendengar suara dingin yang menusuk tulang."Rowan, aku nggak ingin melihatmu lagi. Tolong lenyap dari hidupku untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 47

    Dominic bahkan tidak melirik Rowan. Tanpa sepatah kata pun, dia langsung mengayunkan tinjunya ke wajah Rowan. Pukulan itu penuh dengan amarah, dia mengerahkan seluruh kekuatannya.Rowan mengerang kesakitan, refleks melepaskan Eleanor dan menutupi bagian yang dipukul. "Sialan! Cari mati ya!"Dominic menarik Eleanor ke belakangnya, melindunginya dengan tubuhnya. Tatapan dinginnya yang penuh niat membunuh tertuju pada Rowan. Dia menggertakkan giginya. "Jauhi dia!"Rowan yang sudah dipukul pun semakin marah saat melihat pria ini melindungi Eleanor. Dadanya sesak dipenuhi amarah. Dia mendorong Dominic dengan kasar. "Berengsek! Dia wanitaku, jangan sentuh dia!"Dominic menyerahkan termos makanan ke tangan Eleanor. "Tunggu di sana."Begitu Eleanor menerima termos itu, Dominic langsung berbalik dan menendang Rowan dengan keras.Rowan terjungkal ke tanah. Dia bangkit dengan wajah penuh amarah. Sebagai pewaris Keluarga Naval, dia selalu dipuja dan dihormati. Dia tidak pernah diperlakukan sehina

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 46

    Eleanor langsung menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Rowan berdiri di bawah pohon, menatapnya dalam diam. Tatapannya gelap dan berbahaya."Nanti kita bicara lagi, aku tutup dulu." Eleanor langsung mengakhiri panggilan dan berjalan ke arah Rowan.Dia berhenti satu meter di depannya. Ekspresinya penuh kekesalan. "Gimana kamu bisa menemukan tempat ini?""Hah." Rowan menyipitkan matanya sedikit, auranya penuh ancaman. "Kamu menghindar dariku?"Eleanor mengernyit. "Kenapa aku harus menghindarimu? Bukannya aku sudah bilang aku akan balik ke kampung halaman?"Rowan melangkah lebih dekat. Eleanor refleks mundur. Gerakan itu membuat kekesalan di tatapan Rowan semakin dalam."Kamu bilang cuma sebentar, tapi kamu nggak bilang nggak akan kembali ke Kota Alman." Rowan mencondongkan tubuhnya ke depan. Tatapannya dipenuhi emosi yang berkecamuk. "Kamu mau merajuk sampai kapan?"Eleanor berdecak kesal sambil menatap mata Rowan dengan tenang. "Aku nggak merajuk. Ro

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 45

    Keesokan hari saat bekerja, Vivian memberikan dua kasus kepada Eleanor. Dia secara langsung menyerahkan berkas kasus dan berbicara dengan cepat, "Klien ingin mengajukan banding. Pengacara sebelumnya sudah mengundurkan diri, jadi sekarang dialihkan ke kamu.""Batas waktu banding sudah dekat, sebaiknya kamu segera menyiapkan dokumen banding hari ini dan merapikan semua berkas untuk diajukan ke pengadilan.""Lalu, ada kasus kecelakaan kerja ini. Kamu perlu membawa klien melakukan verifikasi kecelakaan dan penilaian kemampuan kerja. Kamu bisa membuat janji dengannya hari ini atau besok. Besok sudah hari Jumat, sebaiknya jangan ditunda sampai minggu depan."Eleanor menerima berkas kasus dan mengangguk berkali-kali. "Baik, baik."Dia baru mulai bekerja, tetapi sudah langsung menangani kasus. Memang pantas jika firma hukum ini menjadi yang terbaik di Kota Ordo.Sibuk sedikit bukan masalah, semakin banyak kasus berarti semakin banyak komisi dan pengalaman yang bisa didapat.Eleanor lantas meng

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 44

    Sekarang Adrian sudah mengaktifkan kembali kartu banknya, jadi nominal sebanyak ini bukan masalah bagi Eleanor. Anggap saja ini sebagai biaya untuk menjaga hubungan sosial.Saat makan malam berlangsung, Eleanor bangkit untuk pergi ke toilet. Erica kembali melontarkan sindiran, "Bu Eleanor, mau ke mana? Jangan-jangan mau kabur karena nggak sanggup bayar ya? Hahaha."Dengan ekspresi datar, Eleanor menjawab, "Aku mau ke toilet. Kenapa? Kamu nggak percaya padaku? Mau ikut juga?""Mana mungkin? Aku cuma bercanda kok. Kalau kamu terlalu serius, berarti salahmu sendiri," balas Erica dengan santai.Eleanor tidak lagi menggubrisnya dan langsung keluar dari ruangan. Saat berjalan ke toilet dan melewati area dekat lift, dia tanpa sengaja menoleh dan bertemu dengan sepasang mata yang familier.Dominic tampak terkejut. "Elea? Kok kamu ada di sini?"Di sekelilingnya, ada beberapa pria berpakaian formal dengan tampilan berkelas.Ruangan tempat Eleanor makan bersama rekan-rekannya berada di lantai sat

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 43

    Di Restoran Nuansa, restoran mewah di sekitar Firma Hukum Victory. Selain ruang VIP eksklusif, hampir semua ruang privat dipesan oleh firma hukum.Di dalam ruang makan tempat Eleanor duduk ...."Bu Eleanor, wah, kamu royal sekali ya! Langsung pilih Restoran Nuansa!" Seorang pengacara wanita muda tersenyum. "Terakhir kali aku makan di sini itu pas acara tahunan firma, waktu bos besar yang traktir."Vivian ikut bercanda, "Bu Eleanor masih muda, tapi sudah sukses. Sepertinya selama ini dapat banyak klien besar ya? Di kantor kita, kalau semua departemen digabung, ada lebih dari 100 orang. Sepertinya malam ini kamu bakal keluar banyak uang nih."Torro terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu ini keren juga ya."Seorang wanita muda lainnya bertanya dengan nada sarkastis, "Bu Eleanor, kamu yakin bisa nih? Di sini, rata-rata per orang bisa habis 400 sampai 600 ribu. Ditambah minuman dan alkohol, makan malam ini bisa-bisa menghabiskan gaji tiga bulanmu. Gimana kalau cari tempat lain saja? Jangan memak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 42

    Eleanor berpikir, jika dirinya bekerja di Firma Hukum Victory nanti, dia akan pindah ke apartemen supaya perjalanan ke kantor lebih mudah. Tinggal sendiri juga lebih nyaman. Yang paling penting, dia tidak perlu berhadapan dengan Adrian dan Karmela. Hidupnya akan lebih tenang.Di Firma Hukum Victory, yang mewawancarainya adalah HRD serta Vivian. Eleanor adalah lulusan universitas ternama dan memiliki pengalaman kerja 3 tahun. Semua pertanyaan profesional yang diajukan oleh Vivian dapat dijawab dengan lancar.Terlihat jelas bahwa Vivian sangat puas dengannya. Untuk gaji dan tunjangan, mereka langsung menyetujui ekspektasi Eleanor. Gaji pokok 30 juta ditambah komisi dari biaya hukum.Setelah wawancara selesai, Vivian tersenyum dan berkata, "Bu Eleanor, sampai jumpa besok."Eleanor membalas dengan senyuman sopan, "Sampai jumpa besok."Wawancara ini jauh lebih mudah dari yang dibayangkan. Awalnya, dia mengira firma hukum akan menekan tawaran gajinya. Tak disangka, semuanya berjalan begitu l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status