Share

Bab 10

Penulis: Hilya
Eleanor menghubungi Dominic.

Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?

Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"

Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya."

"Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor.

"Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic.

"Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor.

"Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.

Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar.

"Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru selesai mengurus surat-suratnya. Kirim alamatmu. Aku akan suruh orang untuk mengantarnya ke sana," ucap Dominic.

Mendengar ini, Eleanor merasa sangat tidak enak hati.

Dulu, demi menghindari perjodohan dengan Dominic, Eleanor sampai kabur dari rumah. Adrian juga memblokir kartunya. Dominic pasti tahu hal ini.

Eleanor memang tidak punya rumah dan mobil di Kota Alman. Dia menjalani hidup layaknya pekerja biasa.

Kedua sahabat Eleanor pernah mengatakan akan menghidupinya, tetapi dia menolak.

Eleanor hanya menerima sedikit uang dari sahabatnya pada dua bulan pertama untuk bertahan. Setelah pekerjaannya stabil, dia tidak menerima uang dari mereka lagi. Uang itu bahkan dikembalikan sedikit demi sedikit begitu dia menerima gaji.

Padahal Eleanor kabur ke Kota Alman untuk menghindari perjodohan dengan Dominic. Namun, Dominic bukan hanya tidak menyalahkannya, tetapi juga membelikan mobil untuknya.

Eleanor merasa bersalah. Dia menggenggam ponselnya dengan erat seraya berkata, "Nggak perlu. Naik taksi cukup leluasa."

Suara Dominic terdengar sedikit sedih. Dia bertanya, "Elea, apa kamu begitu sungkan padaku karena masih belum bersedia menikah denganku?"

Eleanor menggeleng secara spontan. Beberapa saat kemudian, dia baru sadar bahwa mereka sedang bertelepon. Dominic sama sekali tidak bisa melihat ekspresi dan gerak-geriknya.

Eleanor menjelaskan dengan lembut, "Kak Dominic, bukan begitu. Aku sudah menyetujui perjodohan ini. Itu berarti aku bersedia. Aku cuma berpikir aku akan kembali ke Kota Ordo beberapa hari lagi. Nggak perlu beli mobil sekarang."

Dominic membalas, "Nggak apa-apa. Begitu kamu kembali ke Kota Ordo, aku akan suruh orang untuk membawa mobilnya kembali."

"Ini ...," ucap Eleanor ingin menolak.

"Bukannya beberapa hari lagi kamu akan ke kota sebelah untuk menghadiri persidangan? Mengemudi sendiri lebih leluasa," sela Dominic.

Eleanor sedikit terkejut. Dia bertanya, "Gimana kamu bisa tahu?"

Dominic menyahut, "Aku melihat unggahanmu dua bulan lalu."

Eleanor tertegun.

Persidangan beberapa hari mendatang memang sudah dijadwalkan dua bulan lalu, yaitu tanggal 25 September. Lokasinya di pengadilan kota sebelah.

Saat itu, Eleanor hanya iseng mengunggah sebuah posting dan bercanda tentang perjalanan dinas gratis. Setelah menghadiri persidangan, dia berencana pergi ke kota sebelah untuk makan semangkuk mi pedas favoritnya, lalu mengunjungi tempat wisata yang terkenal.

Dominic tersenyum sambil meyakinkan dengan lembut, "Kalau punya mobil, kamu akan lebih leluasa. Setelah menghadiri persidangan, kamu juga bisa jalan-jalan di tempat wisata sekitar."

Saat ini, Dominic berdiri di depan jendela kantor CEO di lantai teratas gedung perusahaan. Dia memandang gemerlap lampu kota dengan tatapan lembut.

Begitu mengetahui betapa sulitnya hidup Eleanor di Kota Alman tiga tahun lalu, Dominic sangat ingin membelikan mobil, rumah, dan mentransfer uang untuk Eleanor. Sayangnya, saat itu Dominic tidak memiliki status yang jelas. Jika tiba-tiba memberikan hadiah, Eleanor pasti tidak akan menerimanya.

Untung saja, sekarang sudah berbeda. Eleanor sudah setuju untuk menikah dengan Dominic. Akhirnya Dominic memiliki alasan yang kuat untuk memberikan hadiah.

Sesudah mendengar ucapan Dominic, Eleanor tertegun sejenak. Hatinya tersentuh. Perasaan ini seperti sebuah kerikil kecil yang jatuh ke kolam dan menimbulkan riak yang menyebar dengan tenang.

Unggahan Eleanor hanya bisa dilihat selama tiga hari. Terkadang, dia sendiri juga lupa apa yang dirinya pernah unggah. Tidak disangka, Dominic justru mengingatnya dengan begitu jelas. Sementara itu, Rowan tidak pernah peduli dengan semua unggahan Eleanor.

Terkadang, Eleanor jelas-jelas sudah memberi tahu Rowan sebelumnya bahwa dia akan melakukan perjalanan dinas. Namun, pada hari keberangkatan, Rowan tetap menghubunginya dan bertanya mengapa dia tidak ada di Kota Alman.

Dulu, Eleanor berkali-kali mengatakan pada Rowan tentang tempat wisata yang ingin dia kunjungi. Namun, Rowan tidak memedulikannya. Tempat yang ingin dia kunjungi bersama Rowan dua tahun lalu belum terwujud sampai sekarang.

Ternyata seperti ini rasanya dipedulikan seseorang. Eleanor tidak menolak lagi dan mengirimkan alamat vilanya kepada Dominic.

Dominic berkata, "Besok pagi kamu ada di rumah, 'kan? Aku akan suruh orang untuk mengantarkan mobilnya ke sana."

"Iya, ada," sahut Eleanor.

Tidak lama setelah mengakhiri panggilan, Rowan pulang bersama Miranda. Ketika mereka masuk, Eleanor sedang menonton televisi di ruang tamu lantai satu. Dia melirik mereka sekilas dengan sudut matanya tanpa berbicara.

Rowan juga tidak mengatakan apa-apa. Justru Miranda yang lebih dulu menyapa, "Eleanor, kita bertemu lagi."

Eleanor bersandar di sofa dengan santai. Dia fokus menonton acara hukum di televisi tanpa menanggapi Miranda.

Miranda tidak kesal. Dia tersenyum sembari berjalan ke arah sofa dan duduk. Katanya, "Eleanor, ternyata biasanya kamu suka menonton acara seperti ini, ya?"

Rowan hanya mengatakan dia mau mandi, lalu ke lantai atas. Entah kepada siapa dia berbicara.

"Kamu pasti sudah melihat video itu." Begitu Rowan pergi, Miranda segera berhenti tersenyum dan mengubah ekspresi. Dia melanjutkan, "Orang yang dicintai Rowan itu aku."

Eleanor tidak peduli siapa yang dicintai Rowan. Dia hanya mengangguk dan tidak mengalihkan pandangannya sembari menimpali, "Iya, aku tahu."

Sikap tidak acuh Eleanor membuat Miranda sangat tidak senang. Dia menatap Eleanor dengan jijik sambil menyindir, "Kamu memang sangat pintar berpura-pura tenang. Kita lihat berapa lama kamu bisa bertahan."

Eleanor menimpali dengan dingin, "Nggak sehebat kamu."

Miranda mendengus dingin sebelum berdiri dan menuju ke lantai atas. Dia bertutur, "Rowan, aku mau mandi bersamamu."

Selesai berbicara, Miranda menoleh dan tersenyum provokatif kepada Eleanor. Sayangnya, Eleanor sama sekali tidak memperhatikan Miranda.

Ketika makan malam, Rowan dan Miranda duduk bersebelahan, sedangkan Eleanor duduk sendirian.

Jenar menyajikan sepiring caisim seraya berkata, "Makanan sudah selesai dihidangkan."

Eleanor menatap Jenar sambil mengernyit dan bertanya, "Bi Jenar, kenapa hari ini semuanya begini?"

Di atas meja ada sayur putih, selada, kangkung, caisim, brokoli, dan acar timun. Semuanya sayuran hijau. Tidak ada satu pun hidangan daging.

Rowan berucap dengan dingin, "Ini semua makanan favorit Miranda. Dia suka makan sayur."

"Suka makan sayur?" Eleanor tersenyum sinis sembari menimpali, "Aku rasa dia pasti mau menyiksaku."

Rowan menyergah dengan ekspresi marah, "Eleanor! Ada apa lagi denganmu? Jangan bicara sembarangan!"

Eleanor menatap leher Rowan. Ada bekas ciuman yang sangat mencolok. Miranda sengaja meninggalkan bekas di sana agar Eleanor bisa melihatnya.

Eleanor tersenyum memandang pria yang sedang marah di hadapannya, lalu menimpali, "Bukannya kamu yang paling tahu aku bicara sembarangan atau nggak?"

Rowan membalas dengan wajah muram, "Terserah kamu mau makan atau nggak. Satu hal lagi, Miranda nggak punya tempat tinggal. Beberapa hari ini, dia juga tinggal di sini. Ke depannya, kita mungkin akan sering makan sayur. Kalau kamu nggak suka, masak saja sendiri."

Padahal ada pembantu, tetapi Rowan malah tidak mengizinkannya untuk memasak dua hidangan tambahan. Jika ingatan Eleanor tidak salah, Rowan tidak begitu suka makan sayur. Jelas sekali ini dilakukan untuk mempermalukannya.

Demi membuat Eleanor kesal, Rowan sampai berkorban, bahkan rela makan sayur bersama Miranda. Dia benar-benar nekat menyakiti diri sendiri untuk menjatuhkan Eleanor.

Eleanor tahu Rowan masih marah tentang jam tangan itu. Namun, dia sama sekali tidak berniat menjelaskan, apalagi meminta maaf. Lagi pula, dia tidak salah.

Eleanor meletakkan alat makan, lalu berdiri dan pergi. Tidak masalah jika dia tidak makan sayuran itu. Zaman sekarang, siapa yang tidak bisa memesan makanan dari luar?

Keesokan harinya, Dominic menyuruh orang untuk mengantarkan mobilnya ke rumah Eleanor.

Bab terkait

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 11

    Terlihat sebuah mobil Bentley Continental GT berwarna biru salju. Warnanya sangat cantik dan unik. Mata Eleanor berbinar-binar. Dia sangat menyukai mobil ini.Seorang pria berjas turun sambil memberi hormat. Dia menyerahkan kunci mobil kepada Eleanor sebelum berujar, "Bu Eleanor, ini mobil yang diberikan Pak Dominic."Ketika menerima kunci mobil, hati Eleanor sedikit tersentuh. Dominic cukup royal kepadanya. Mobil ini setidaknya seharga lebih dari 8 miliar."Terima kasih," tutur Eleanor."Sama-sama. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu," ucap pria itu sembari membungkuk dengan hormat."Oke," sahut Eleanor.Tidak lama setelah pria itu pergi, Eleanor menerima panggilan dari Dominic."Mobilnya bagus nggak?" tanya Dominic dengan santai. Nada bicaranya terdengar seakan-akan sedang menanyakan makanan hari ini sesuai selera atau tidak. Mobil seharga 8 miliar terdengar seperti sayuran yang dijual di pasar saat diucapkan dari mulutnya.Sebenarnya, bagi orang-orang dari kalangan seperti m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 12

    Eleanor tersenyum dengan tidak acuh, lalu menyahut, "Benar. Karena kamu nggak benar-benar mengenalku."Setelah melontarkan itu, Eleanor menggoda Miranda dengan usil. Katanya, "Miranda, kamu benar-benar nggak mau berfoto? Kalau nggak mau, aku bawa mobilnya pergi, nih."Miranda begitu kesal sampai wajahnya merah padam. Dia benar-benar sangat Ingin berfoto! Namun, Eleanor ada di dalam mobil. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan menurunkan harga dirinya."Aku nggak butuh," jawab Miranda dengan keras kepala."Ya, sudah. Sampai jumpa!" seru Eleanor seraya melambaikan tangan kepada mereka. Kemudian, dia menginjak pedal gas dan melaju pergi.Mobil Bentley biru menghilang dari pandangan Rowan dan Miranda.Miranda bertanya dengan kesal, "Rowan, kenapa kamu bisa tertarik sama wanita yang begitu mementingkan gengsi?"Rowan memijat dahinya sebelum menimpali, "Dulu dia nggak seperti ini. Aku nggak tahu ada apa dengannya akhir-akhir ini. Dia bukan cuma memaksaku menikah dengannya, tapi juga menyewa m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 13

    Satu malam sebelum hari persidangan.Ketika sedang mandi, Eleanor mendengar suara barang pecah dari kamarnya. Dia segera membilas busa di tubuhnya, lalu memakai baju tidur dan keluar memeriksanya. Di dalam kamar tidak ada siapa-siapa, hanya ada pecahan porselen yang berserakan di lantai.Eleanor langsung mengenali barang yang pecah adalah boneka porselen peninggalan ibunya. Itu adalah boneka Cinnamoroll biru muda.Saat ulang tahunnya yang ke-12, Eleanor dan ibunya mewarnai boneka itu bersama di toko kerajinan tangan. Di belakang boneka itu juga terukir namanya dan ibunya.Begitu melihat pecahan di lantai, Eleanor merasa darahnya seakan-akan mendidih. Amarahnya seketika meluap."Siapa yang melakukannya?" pekik Eleanor keluar dari kamar.Tok! Tok! Tok! Eleanor mengetuk pintu kamar Rowan dengan keras sambil berteriak marah, "Rowan! Miranda! Siapa di antara kalian yang masuk ke kamarku?"Pintu kamar Rowan terbuka. Dia bertanya dengan jengkel, "Apa yang kamu lakukan malam-malam? Kenapa kamu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 14

    Pada hari Devina keluar dari rumah sakit, salju berhenti dan matahari bersinar cerah. Pepohonan di pinggir jalan berkilauan seperti kristal. Langit biru juga tampak jernih.Adrian mengemudi sendiri untuk menjemput Devina dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan, sepasang suami istri ini tidak berbicara. Suasananya begitu menekan dan suram.Eleanor kecil duduk di kursi belakang. Dia mengembuskan napas ke jendela mobil, lalu menggambar dengan jarinya. Hatinya dipenuhi kegembiraan karena ibunya akhirnya keluar dari rumah sakit.Eleanor kecil menggambar tiga orang di jendela mobil. Sudut matanya melengkung dengan gembira.Begitu melihat gambar di jendela mobil, hati Devina sangat pedih. Kedua matanya seketika memerah. Dia menoleh untuk menyeka air matanya diam-diam. Setelah perasaannya tenang, dia tersenyum sembari bertanya, "Beberapa hari lagi, Elea akan berulang tahun. Elea mau hadiah apa?"Eleanor kecil masih menggambar di jendela mobil. Dia menjawab ibunya dengan ceria. Katanya, "Ibu, ak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 15

    Setelah panggilan berakhir, Eleanor memikirkan dengan detail kejadian malam ini.Mengapa Miranda menyelinap masuk ke kamarnya saat Eleanor sedang mandi? Pasti bukan hanya sekadar jalan-jalan seperti yang Miranda katakan. Miranda pasti punya niat tersembunyi.Eleanor berkeliling di dalam kamar. Dia memperhatikan tata letak barang-barang di kamarnya dengan teliti. Selain boneka porselen yang pecah, semuanya tampak seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah.Tiba-tiba, pandangan Eleanor tertuju pada segelas susu yang terletak di meja samping tempat tidur.Eleanor memiliki kebiasaan minum segelas susu sebelum tidur. Sebelum mandi, dia sudah minta Jenar memanaskan susu. Dia berencana untuk meminumnya sesudah mandi. Sementara itu, boneka porselen juga diletakkan di meja samping tempat tidur sebelum pecah.Miranda sudah memecahkan boneka porselen. Itu berarti saat masuk ke kamarnya, Miranda mendekati meja samping tempat tidur. Susu ini kemungkinan besar juga sudah dicampuri sesuatu.....Domi

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 16

    Mungkin karena Dominic menyadari bahwa Eleanor merasa agak canggung di tempat ini, dia pun berkata, "Coba periksa dulu. Kalau ada yang kurang, beri tahu aku. Aku mau naik ke atas untuk mandi.""Tunggu sebentar," ucap Eleanor.Dominic menghentikan langkahnya, lalu menoleh sambil bertanya, "Ada apa?"Eleanor membuka ranselnya, mengeluarkan sebotol susu, lalu menyerahkannya kepada pria itu. Dia memberi tahu, "Kak Dominic, tolong bantu aku menghubungi lembaga pemeriksaan. Mungkin ada sesuatu yang nggak beres dengan susu ini."Tatapan Dominic langsung menajam. Segera setelah itu, dia bertanya, "Maksudmu, ada orang yang ingin mencelakaimu?"Eleanor membalas sambil mengangguk dengan serius, "Sepertinya begitu. Aku juga belum yakin, tapi sebaiknya tetap berhati-hati.""Oke, serahkan saja padaku." Dominic mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan."Datanglah ke sini, ada sesuatu yang harus kamu lakukan," ucap Dominic sambil berjalan menjauh, hingga akhirnya sosoknya menghilang di ujung tan

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 17

    Setelah sarapan, Dominic dan Eleanor turun ke tempat parkir bawah tanah. Kemudian, Eleanor berjalan ke arah mobil Bentley biru itu.Tiba-tiba, pria itu bertanya, "Gimana rasanya mengendarai mobil ini?"Eleanor mengatupkan bibirnya sejenak, lalu menyelipkan sehelai rambut di belakang telinganya sebelum membalas, "Aku sudah mencobanya tadi malam. Bagus kok. Makasih, Kak Dominic.""Kalau begitu, aku pergi dulu?" Eleanor mengangkat kunci mobil di tangannya. Seolah teringat sesuatu, dia menambahkan, "Oh ya, Kak. Aku juga punya hadiah untukmu. Seharusnya sudah kuberikan semalam saat kita bertemu, tapi aku lupa.""Hmm? Hadiah apa?" tanya Dominic.Eleanor memberi tahu, "Ada di koper di hotel. Nanti setelah kembali, aku akan ambilkan untukmu."Dominic membuka pintu di sisi pengemudi, lalu berucap, "Aku ikut denganmu. Biar aku yang menyetir saja.""Hah?" Eleanor terkejut sejenak, tetapi segera bereaksi. Dia membalas, "Oke, kita pergi bareng-bareng. Tapi biar aku saja yang menyetir, kamu istiraha

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 18

    Dominic duduk di kursi pengamat. Dia menatap wanita yang tengah berdiri di ruang sidang dengan penuh semangat. Dalam hatinya, rasa bangga muncul begitu saja.Sementara itu di mata Dominic, kekaguman dan kasih sayang meluap tanpa bisa dikendalikannya. Eleanor benar-benar luar biasa. Setelah sidang berakhir, dia menyerahkan sebotol air mineral padanya sambil berucap, "Minumlah sedikit.""Makasih." Eleanor menerimanya dan meneguk dua kali. Kemudian, dia berujar, "Putusan akan diumumkan di lain waktu, tapi kemungkinan besar kami akan menang."Dominic masih sangat kagum. Dia memuji, "Elea, saat tadi kamu berdebat di ruang sidang, matamu bersinar terang dan penuh keyakinan. Aku sampai nggak sadar dan terpikat padamu."Mendengar itu, Eleanor tersipu malu dan tertawa pelan. Dia bertanya, "Benarkah? Aku juga merasa saat sidang, aku seperti berubah menjadi orang yang berbeda."Dominic memujinya dengan tulus, "Kamu luar biasa. Suatu hari nanti, kamu pasti akan menjadi pengacara top yang dikenal d

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 50

    Mengingat bagaimana dulu dia mengabaikan Eleanor demi Miranda dan mengucapkan banyak kata-kata menyakitkan, Rowan kembali merasakan sakit di hatinya.Tiba-tiba, dia teringat bahwa Eleanor dulu sangat ingin menikah dengannya. Namun, dia pernah mengatakan banyak hal yang menyakitkan, bahkan berkata bahwa dia tidak mungkin menikahinya.Namun, bagaimana jika dia bersedia menikahi Eleanor? Apakah Eleanor akan kembali padanya?Memikirkan hal itu, mata Rowan kembali berbinar. Jika Eleanor menikah dengannya dan menjadi Nyonya Keluarga Naval, dia pasti akan menerima ajakannya untuk kembali bersama!....Keesokan paginya, Eleanor pergi ke kantor jaminan sosial bersama kliennya untuk mengurus klaim kecelakaan kerja. Menjelang siang, dia naik taksi kembali ke firma hukum.Saat taksi mendekati jalan tempat firma hukum berada, sopirnya bergumam, "Ada apa di depan sana? Kenapa ramai sekali?"Kemudian, dia menoleh ke arah Eleanor. "Bu, jalan di depan macet, sebaiknya turun di sini saja. Nggak jauh kok

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 49

    Beberapa tahun lalu, Dominic pernah berkelahi dan dihukum oleh kakeknya dengan aturan keluarga. Untungnya, saat itu mereka tidak tahu alasan dia berkelahi.Kali ini pun, dia tidak boleh membiarkan keluarganya tahu bahwa dia berkelahi demi Eleanor. Jika tidak, pertunangan mereka bisa ditunda atau bahkan dibatalkan.Haris menyeka keringat dingin di dahinya, punggungnya terasa dingin. Dia lalu mengangguk cepat. "Baik, baik.""Urus administrasi," perintah Dominic dengan suara datar."Baik, Pak."Tempat tidur Rowan tidak jauh dari sana, jadi dia bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. "Hah." Dia mengangkat alis dan tersenyum sinis. "Sudah sebesar ini, masih takut ketahuan keluarga kalau berkelahi? Dasar bayi besar!"Dominic hanya tertawa dan meliriknya dengan tatapan penuh provokasi. "Keluargaku nggak perlu tahu, cukup tunanganku saja yang tahu."Kata tunangan terlalu tajam, seperti belati paling tajam yang menusuk tepat ke jantung Rowan. Dalam sekejap, Rowan kehilangan seluruh tenag

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 48

    Begitu kedua pria itu dipisahkan, Eleanor segera berlari ke arah Dominic. Matanya penuh kepedihan. Air mata menggenang di pelupuknya, suaranya bergetar seperti hendak menangis. "Kak, kamu terluka! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"Melihat Eleanor, semua keganasan di mata Dominic langsung lenyap, berganti dengan kelembutan. "Aku baik-baik saja."Tidak jauh dari sana, Rowan yang ditahan oleh polisi melihat pemandangan itu dan merasa hatinya hancur berkeping-keping.Dengan wajahnya yang tersirat kesakitan mendalam, dia terlihat seperti anjing yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Dia bertanya, "Eleanor, siapa dia?"Begitu mendengar pertanyaan itu, kilatan amarah muncul di mata Eleanor. Dia sontak menoleh dan menatap langsung ke arah Rowan.Kebencian dalam tatapannya begitu jelas, menusuk tepat ke hati Rowan, membuatnya terasa seperti tertusuk belati. Detik berikutnya, Rowan mendengar suara dingin yang menusuk tulang."Rowan, aku nggak ingin melihatmu lagi. Tolong lenyap dari hidupku untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 47

    Dominic bahkan tidak melirik Rowan. Tanpa sepatah kata pun, dia langsung mengayunkan tinjunya ke wajah Rowan. Pukulan itu penuh dengan amarah, dia mengerahkan seluruh kekuatannya.Rowan mengerang kesakitan, refleks melepaskan Eleanor dan menutupi bagian yang dipukul. "Sialan! Cari mati ya!"Dominic menarik Eleanor ke belakangnya, melindunginya dengan tubuhnya. Tatapan dinginnya yang penuh niat membunuh tertuju pada Rowan. Dia menggertakkan giginya. "Jauhi dia!"Rowan yang sudah dipukul pun semakin marah saat melihat pria ini melindungi Eleanor. Dadanya sesak dipenuhi amarah. Dia mendorong Dominic dengan kasar. "Berengsek! Dia wanitaku, jangan sentuh dia!"Dominic menyerahkan termos makanan ke tangan Eleanor. "Tunggu di sana."Begitu Eleanor menerima termos itu, Dominic langsung berbalik dan menendang Rowan dengan keras.Rowan terjungkal ke tanah. Dia bangkit dengan wajah penuh amarah. Sebagai pewaris Keluarga Naval, dia selalu dipuja dan dihormati. Dia tidak pernah diperlakukan sehina

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 46

    Eleanor langsung menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Rowan berdiri di bawah pohon, menatapnya dalam diam. Tatapannya gelap dan berbahaya."Nanti kita bicara lagi, aku tutup dulu." Eleanor langsung mengakhiri panggilan dan berjalan ke arah Rowan.Dia berhenti satu meter di depannya. Ekspresinya penuh kekesalan. "Gimana kamu bisa menemukan tempat ini?""Hah." Rowan menyipitkan matanya sedikit, auranya penuh ancaman. "Kamu menghindar dariku?"Eleanor mengernyit. "Kenapa aku harus menghindarimu? Bukannya aku sudah bilang aku akan balik ke kampung halaman?"Rowan melangkah lebih dekat. Eleanor refleks mundur. Gerakan itu membuat kekesalan di tatapan Rowan semakin dalam."Kamu bilang cuma sebentar, tapi kamu nggak bilang nggak akan kembali ke Kota Alman." Rowan mencondongkan tubuhnya ke depan. Tatapannya dipenuhi emosi yang berkecamuk. "Kamu mau merajuk sampai kapan?"Eleanor berdecak kesal sambil menatap mata Rowan dengan tenang. "Aku nggak merajuk. Ro

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 45

    Keesokan hari saat bekerja, Vivian memberikan dua kasus kepada Eleanor. Dia secara langsung menyerahkan berkas kasus dan berbicara dengan cepat, "Klien ingin mengajukan banding. Pengacara sebelumnya sudah mengundurkan diri, jadi sekarang dialihkan ke kamu.""Batas waktu banding sudah dekat, sebaiknya kamu segera menyiapkan dokumen banding hari ini dan merapikan semua berkas untuk diajukan ke pengadilan.""Lalu, ada kasus kecelakaan kerja ini. Kamu perlu membawa klien melakukan verifikasi kecelakaan dan penilaian kemampuan kerja. Kamu bisa membuat janji dengannya hari ini atau besok. Besok sudah hari Jumat, sebaiknya jangan ditunda sampai minggu depan."Eleanor menerima berkas kasus dan mengangguk berkali-kali. "Baik, baik."Dia baru mulai bekerja, tetapi sudah langsung menangani kasus. Memang pantas jika firma hukum ini menjadi yang terbaik di Kota Ordo.Sibuk sedikit bukan masalah, semakin banyak kasus berarti semakin banyak komisi dan pengalaman yang bisa didapat.Eleanor lantas meng

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 44

    Sekarang Adrian sudah mengaktifkan kembali kartu banknya, jadi nominal sebanyak ini bukan masalah bagi Eleanor. Anggap saja ini sebagai biaya untuk menjaga hubungan sosial.Saat makan malam berlangsung, Eleanor bangkit untuk pergi ke toilet. Erica kembali melontarkan sindiran, "Bu Eleanor, mau ke mana? Jangan-jangan mau kabur karena nggak sanggup bayar ya? Hahaha."Dengan ekspresi datar, Eleanor menjawab, "Aku mau ke toilet. Kenapa? Kamu nggak percaya padaku? Mau ikut juga?""Mana mungkin? Aku cuma bercanda kok. Kalau kamu terlalu serius, berarti salahmu sendiri," balas Erica dengan santai.Eleanor tidak lagi menggubrisnya dan langsung keluar dari ruangan. Saat berjalan ke toilet dan melewati area dekat lift, dia tanpa sengaja menoleh dan bertemu dengan sepasang mata yang familier.Dominic tampak terkejut. "Elea? Kok kamu ada di sini?"Di sekelilingnya, ada beberapa pria berpakaian formal dengan tampilan berkelas.Ruangan tempat Eleanor makan bersama rekan-rekannya berada di lantai sat

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 43

    Di Restoran Nuansa, restoran mewah di sekitar Firma Hukum Victory. Selain ruang VIP eksklusif, hampir semua ruang privat dipesan oleh firma hukum.Di dalam ruang makan tempat Eleanor duduk ...."Bu Eleanor, wah, kamu royal sekali ya! Langsung pilih Restoran Nuansa!" Seorang pengacara wanita muda tersenyum. "Terakhir kali aku makan di sini itu pas acara tahunan firma, waktu bos besar yang traktir."Vivian ikut bercanda, "Bu Eleanor masih muda, tapi sudah sukses. Sepertinya selama ini dapat banyak klien besar ya? Di kantor kita, kalau semua departemen digabung, ada lebih dari 100 orang. Sepertinya malam ini kamu bakal keluar banyak uang nih."Torro terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu ini keren juga ya."Seorang wanita muda lainnya bertanya dengan nada sarkastis, "Bu Eleanor, kamu yakin bisa nih? Di sini, rata-rata per orang bisa habis 400 sampai 600 ribu. Ditambah minuman dan alkohol, makan malam ini bisa-bisa menghabiskan gaji tiga bulanmu. Gimana kalau cari tempat lain saja? Jangan memak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 42

    Eleanor berpikir, jika dirinya bekerja di Firma Hukum Victory nanti, dia akan pindah ke apartemen supaya perjalanan ke kantor lebih mudah. Tinggal sendiri juga lebih nyaman. Yang paling penting, dia tidak perlu berhadapan dengan Adrian dan Karmela. Hidupnya akan lebih tenang.Di Firma Hukum Victory, yang mewawancarainya adalah HRD serta Vivian. Eleanor adalah lulusan universitas ternama dan memiliki pengalaman kerja 3 tahun. Semua pertanyaan profesional yang diajukan oleh Vivian dapat dijawab dengan lancar.Terlihat jelas bahwa Vivian sangat puas dengannya. Untuk gaji dan tunjangan, mereka langsung menyetujui ekspektasi Eleanor. Gaji pokok 30 juta ditambah komisi dari biaya hukum.Setelah wawancara selesai, Vivian tersenyum dan berkata, "Bu Eleanor, sampai jumpa besok."Eleanor membalas dengan senyuman sopan, "Sampai jumpa besok."Wawancara ini jauh lebih mudah dari yang dibayangkan. Awalnya, dia mengira firma hukum akan menekan tawaran gajinya. Tak disangka, semuanya berjalan begitu l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status