Share

Bab 11

Penulis: Hilya
Terlihat sebuah mobil Bentley Continental GT berwarna biru salju. Warnanya sangat cantik dan unik. Mata Eleanor berbinar-binar. Dia sangat menyukai mobil ini.

Seorang pria berjas turun sambil memberi hormat. Dia menyerahkan kunci mobil kepada Eleanor sebelum berujar, "Bu Eleanor, ini mobil yang diberikan Pak Dominic."

Ketika menerima kunci mobil, hati Eleanor sedikit tersentuh. Dominic cukup royal kepadanya. Mobil ini setidaknya seharga lebih dari 8 miliar.

"Terima kasih," tutur Eleanor.

"Sama-sama. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu," ucap pria itu sembari membungkuk dengan hormat.

"Oke," sahut Eleanor.

Tidak lama setelah pria itu pergi, Eleanor menerima panggilan dari Dominic.

"Mobilnya bagus nggak?" tanya Dominic dengan santai. Nada bicaranya terdengar seakan-akan sedang menanyakan makanan hari ini sesuai selera atau tidak. Mobil seharga 8 miliar terdengar seperti sayuran yang dijual di pasar saat diucapkan dari mulutnya.

Sebenarnya, bagi orang-orang dari kalangan seperti mereka, memberikan hadiah seperti ini untuk calon istri adalah hal yang biasa. Mungkin karena Eleanor sudah terlalu lama menjalani kehidupan orang biasa dan jauh dari gaya hidupnya. Jadi, dia sedikit tidak terbiasa saat menerima mobil ini.

Eleanor menjawab, "Aku sangat suka. Terima kasih, Kak Dominic."

"Syukurlah kalau kamu suka. Seingatku, kamu suka warna biru," balas Dominic. Suara rendahnya yang lembut begitu memikat.

Eleanor bertanya dengan terkejut, "Gimana kamu bisa tahu?" Seingatnya, dia tidak pernah memberi tahu Dominic warna kesukaannya.

Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum menyahut, "Dulu, saat aku membimbingmu belajar, buku catatan dan kotak pensilmu berwarna biru muda."

Eleanor tidak menyangka Dominic bahkan bisa memperhatikan detail sekecil ini. Dia memang sangat menyukai warna biru. Begitu melihat warna mobil Bentley ini barusan, dia benar-benar sangat terpukau.

Dominic bertutur lembut, ""Saat pertama kali lihat mobil ini, aku langsung berpikir kamu pasti suka. Coba dikendarai. Ukuran mobil ini agak kecil. Sangat cocok untuk perempuan."

"Oke. Nanti aku akan coba kendarai," sahut Eleanor.

Setelah mengakhiri panggilan, Eleanor duduk di dalam mobil tanpa langsung menyalakan mesin. Dia memegang setir dengan perasaan campur aduk.

Eleanor memiliki SIM. Tiga tahun ini, dia juga sering mengemudi. Namun, yang dia kendarai selama ini adalah mobil Rowan. Mobilnya sendiri masih berdebu di garasi bawah tanah di vila Kota Ordo.

Selama tiga tahun bersama Rowan, Eleanor lebih sering mengendarai mobil Rowan sebagai sopir, bukan sebagai pacar.

Rowan suka bersenang-senang. Setiap kali minum alkohol di luar dan tidak bisa mengemudi, dia akan menghubungi Eleanor untuk menjemputnya di bar.

Eleanor juga pernah mendengar dari teman-teman Rowan. Setelah putus dengan mantan pacarnya, Rowan menghadiahkan mobil BMW seharga 1,6 miliar untuk wanita itu.

Rowan tahu bahwa pekerjaan Eleanor mengharuskannya sering bepergian. Eleanor harus menghadiri persidangan, bertemu klien, dan membicarakan kasus. Namun, Rowan tidak pernah menyinggung tentang membelikan mobil untuk Eleanor.

Bukan karena Eleanor mengharapkan mobil dari Rowan. Hanya saja, begitu membandingkan Rowan dan Dominic, perbedaan perhatian mereka terlalu jelas.

Rasa suka Rowan benar-benar tidak layak dibanggakan.

Ketika Eleanor sedang melamun, tiba-tiba terdengar seruan kaget.

"Wah! Mobil ini bagus sekali! Sebelumnya aku juga mau beli mobil ini, tapi akhirnya malah nggak rela," ucap Miranda.

Eleanor menoleh. Di balik jendela, terlihat Miranda dan Rowan tak jauh dari sana. Mereka berdua sedang berjalan mendekati mobil.

Miranda tidak menyangka bisa melihat mobil Bentley Continental berwarna biru salju di depan rumah Rowan. Ini adalah mobil impiannya.

Keluarganya Miranda memang sudah berhubungan lama dengan Keluarga Naval. Namun, keluarganya tidak termasuk keluarga kaya dan hanya bisa disebut sebagai keluarga berkecukupan.

Beberapa tahun ini, bisnis sulit dijalankan. Perusahaan ayah Miranda terus merugi setiap tahun. Kini, keluarganya berharap Miranda bisa menikah dengan Rowan supaya Grup Naval bisa membantu mereka.

Begitu melihat mobil impiannya, Miranda tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Dia berjalan mendekat dan menyentuh mobil itu berkali-kali. Ekspresinya tampak seperti orang yang tidak pernah melihat mobil mewah.

"Rowan, tolong fotokan aku," ucap Miranda.

Miranda berdiri di samping mobil. Dia becermin di kaca jendela mobil sambil merapikan rambutnya.

Kaca jendela mobil ini satu arah. Orang yang di dalam bisa melihat ke luar, tetapi orang di luar tidak bisa melihat ke dalam.

Eleanor yang duduk di kursi kemudi menoleh ke arah Miranda. Dia seperti sedang melihat monyet di kebun binatang.

Ketika Miranda sedang asyik becermin, Eleanor menurunkan kaca jendela dan langsung bertatapan dengan Miranda.

"Halo," sapa Eleanor seraya tersenyum manis.

Miranda tertegun.

"Eleanor? Kenapa bisa kamu?" tanya Miranda dengan kaget seolah-olah melihat hantu.

Kala ini, Rowan juga berjalan ke samping mobil. Begitu melihat Eleanor di dalam mobil, dia mengernyit sembari bertanya, "Kamu menyewa Bentley?"

Rowan bahkan tidak bertanya dulu dan langsung menyimpulkan bahwa Eleanor menyewa mobil ini.

Miranda tersadar. Dia segera mengubah ekspresinya dan tersenyum mengejek. Katanya, "Eleanor, kamu sewa mobil untuk berfoto? Setahuku, sewa mobil mewah seperti ini nggak murah. Untuk mengambil satu foto, kamu pasti menghabiskan gaji sebulan, 'kan?"

Rowan makin mengernyit. Ekspresi jijiknya tidak bisa disembunyikan. Dia menegur, "Eleanor, kamu menyewa mobil ini untuk berfoto? Kamu gila, ya?"

Miranda tersenyum sembari menimpali, "Benar. Eleanor, semua orang tahu berapa gajimu. Sekalipun kamu berfoto dan mengunggahnya ke media sosial, orang lain cuma akan bilang kamu mementingkan gengsi. Untuk apa kamu sampai melakukan ini?"

Eleanor menatap Miranda sambil tertawa sebelum membalas, "Kamu begitu paham karena pernah sewa, ya?"

Senyuman di wajah Miranda seketika sirna. Dia memang pernah menyewanya. Sebelumnya, wanita-wanita di kalangan sosialita memamerkan mobil dan tas.

Lantaran iri, Miranda merayu ayahnya untuk membelikan mobil mewah. Ayahnya mengatakan bahwa keuangan keluarga sedang sulit dan memintanya jangan membandingkan diri dengan orang lain.

Miranda sangat kesal. Dia hanya ingin unggul dari beberapa wanita yang sering pamer di media sosial. Itu sebabnya, dia menyewa Lamborghini untuk berfoto-foto.

Memikirkan ini, rasa canggung dan malu karena ketahuan barusan lenyap. Miranda seketika merasa lega. Yang dia sewa adalah Lamborghini seharga 20 miliar. Jauh lebih mahal dibandingkan mobil sewaan Eleanor.

Meskipun Miranda memang pernah menyewa mobil, dia tetap tidak akan mengakuinya di depan Rowan. Dia mengangkat dagunya dengan ekspresi angkuh sembari membantah, "Aku nggak perlu sewa. Saat di luar negeri, aku mengendarai Lamborghini. Harganya lebih mahal dari mobilmu ini."

"Oh? Benarkah? Kenapa aku nggak pernah lihat kamu mengendarainya?" tanya Eleanor.

Miranda terus berkedip karena panik. Dia beralasan, "Aku sudah bosan. Mobil sport itu memang keren, tapi nggak cocok dikendarai perempuan. Beberapa waktu lalu, aku baru ganti mobil Panamera. Nanti aku akan mengendarainya kemari biar kamu bisa foto gratis."

Nada bicara Miranda penuh ejekan. Dia memang punya mobil Panamera. Namun, itu mobil bekas yang sudah tidak diinginkan pemilik sebelumnya.

Tidak ada pilihan. Kini, kondisi keluarga Miranda sudah tidak seperti dulu. Bisnis ayahnya terus merugi setiap tahun, bahkan vila mereka sudah digadaikan.

Jika bukan demi menggaet Rowan, Miranda tidak akan rela membeli mobil untuk menjaga gengsi.

Eleanor menimpali, "Oh .... Ternyata begitu. Bukannya tadi kamu mau berfoto? Mau aku pinjamkan untukmu nggak?"

Miranda membalas dengan wajah muram, "Nggak perlu."

Rowan bertanya dengan heran, "Eleanor, kenapa dulu aku nggak menyadari kamu begitu mementingkan gengsi?

Bab terkait

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 12

    Eleanor tersenyum dengan tidak acuh, lalu menyahut, "Benar. Karena kamu nggak benar-benar mengenalku."Setelah melontarkan itu, Eleanor menggoda Miranda dengan usil. Katanya, "Miranda, kamu benar-benar nggak mau berfoto? Kalau nggak mau, aku bawa mobilnya pergi, nih."Miranda begitu kesal sampai wajahnya merah padam. Dia benar-benar sangat Ingin berfoto! Namun, Eleanor ada di dalam mobil. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan menurunkan harga dirinya."Aku nggak butuh," jawab Miranda dengan keras kepala."Ya, sudah. Sampai jumpa!" seru Eleanor seraya melambaikan tangan kepada mereka. Kemudian, dia menginjak pedal gas dan melaju pergi.Mobil Bentley biru menghilang dari pandangan Rowan dan Miranda.Miranda bertanya dengan kesal, "Rowan, kenapa kamu bisa tertarik sama wanita yang begitu mementingkan gengsi?"Rowan memijat dahinya sebelum menimpali, "Dulu dia nggak seperti ini. Aku nggak tahu ada apa dengannya akhir-akhir ini. Dia bukan cuma memaksaku menikah dengannya, tapi juga menyewa m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 13

    Satu malam sebelum hari persidangan.Ketika sedang mandi, Eleanor mendengar suara barang pecah dari kamarnya. Dia segera membilas busa di tubuhnya, lalu memakai baju tidur dan keluar memeriksanya. Di dalam kamar tidak ada siapa-siapa, hanya ada pecahan porselen yang berserakan di lantai.Eleanor langsung mengenali barang yang pecah adalah boneka porselen peninggalan ibunya. Itu adalah boneka Cinnamoroll biru muda.Saat ulang tahunnya yang ke-12, Eleanor dan ibunya mewarnai boneka itu bersama di toko kerajinan tangan. Di belakang boneka itu juga terukir namanya dan ibunya.Begitu melihat pecahan di lantai, Eleanor merasa darahnya seakan-akan mendidih. Amarahnya seketika meluap."Siapa yang melakukannya?" pekik Eleanor keluar dari kamar.Tok! Tok! Tok! Eleanor mengetuk pintu kamar Rowan dengan keras sambil berteriak marah, "Rowan! Miranda! Siapa di antara kalian yang masuk ke kamarku?"Pintu kamar Rowan terbuka. Dia bertanya dengan jengkel, "Apa yang kamu lakukan malam-malam? Kenapa kamu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 14

    Pada hari Devina keluar dari rumah sakit, salju berhenti dan matahari bersinar cerah. Pepohonan di pinggir jalan berkilauan seperti kristal. Langit biru juga tampak jernih.Adrian mengemudi sendiri untuk menjemput Devina dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan, sepasang suami istri ini tidak berbicara. Suasananya begitu menekan dan suram.Eleanor kecil duduk di kursi belakang. Dia mengembuskan napas ke jendela mobil, lalu menggambar dengan jarinya. Hatinya dipenuhi kegembiraan karena ibunya akhirnya keluar dari rumah sakit.Eleanor kecil menggambar tiga orang di jendela mobil. Sudut matanya melengkung dengan gembira.Begitu melihat gambar di jendela mobil, hati Devina sangat pedih. Kedua matanya seketika memerah. Dia menoleh untuk menyeka air matanya diam-diam. Setelah perasaannya tenang, dia tersenyum sembari bertanya, "Beberapa hari lagi, Elea akan berulang tahun. Elea mau hadiah apa?"Eleanor kecil masih menggambar di jendela mobil. Dia menjawab ibunya dengan ceria. Katanya, "Ibu, ak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 15

    Setelah panggilan berakhir, Eleanor memikirkan dengan detail kejadian malam ini.Mengapa Miranda menyelinap masuk ke kamarnya saat Eleanor sedang mandi? Pasti bukan hanya sekadar jalan-jalan seperti yang Miranda katakan. Miranda pasti punya niat tersembunyi.Eleanor berkeliling di dalam kamar. Dia memperhatikan tata letak barang-barang di kamarnya dengan teliti. Selain boneka porselen yang pecah, semuanya tampak seperti sebelumnya. Tidak ada yang berubah.Tiba-tiba, pandangan Eleanor tertuju pada segelas susu yang terletak di meja samping tempat tidur.Eleanor memiliki kebiasaan minum segelas susu sebelum tidur. Sebelum mandi, dia sudah minta Jenar memanaskan susu. Dia berencana untuk meminumnya sesudah mandi. Sementara itu, boneka porselen juga diletakkan di meja samping tempat tidur sebelum pecah.Miranda sudah memecahkan boneka porselen. Itu berarti saat masuk ke kamarnya, Miranda mendekati meja samping tempat tidur. Susu ini kemungkinan besar juga sudah dicampuri sesuatu.....Domi

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 16

    Mungkin karena Dominic menyadari bahwa Eleanor merasa agak canggung di tempat ini, dia pun berkata, "Coba periksa dulu. Kalau ada yang kurang, beri tahu aku. Aku mau naik ke atas untuk mandi.""Tunggu sebentar," ucap Eleanor.Dominic menghentikan langkahnya, lalu menoleh sambil bertanya, "Ada apa?"Eleanor membuka ranselnya, mengeluarkan sebotol susu, lalu menyerahkannya kepada pria itu. Dia memberi tahu, "Kak Dominic, tolong bantu aku menghubungi lembaga pemeriksaan. Mungkin ada sesuatu yang nggak beres dengan susu ini."Tatapan Dominic langsung menajam. Segera setelah itu, dia bertanya, "Maksudmu, ada orang yang ingin mencelakaimu?"Eleanor membalas sambil mengangguk dengan serius, "Sepertinya begitu. Aku juga belum yakin, tapi sebaiknya tetap berhati-hati.""Oke, serahkan saja padaku." Dominic mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan."Datanglah ke sini, ada sesuatu yang harus kamu lakukan," ucap Dominic sambil berjalan menjauh, hingga akhirnya sosoknya menghilang di ujung tan

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 17

    Setelah sarapan, Dominic dan Eleanor turun ke tempat parkir bawah tanah. Kemudian, Eleanor berjalan ke arah mobil Bentley biru itu.Tiba-tiba, pria itu bertanya, "Gimana rasanya mengendarai mobil ini?"Eleanor mengatupkan bibirnya sejenak, lalu menyelipkan sehelai rambut di belakang telinganya sebelum membalas, "Aku sudah mencobanya tadi malam. Bagus kok. Makasih, Kak Dominic.""Kalau begitu, aku pergi dulu?" Eleanor mengangkat kunci mobil di tangannya. Seolah teringat sesuatu, dia menambahkan, "Oh ya, Kak. Aku juga punya hadiah untukmu. Seharusnya sudah kuberikan semalam saat kita bertemu, tapi aku lupa.""Hmm? Hadiah apa?" tanya Dominic.Eleanor memberi tahu, "Ada di koper di hotel. Nanti setelah kembali, aku akan ambilkan untukmu."Dominic membuka pintu di sisi pengemudi, lalu berucap, "Aku ikut denganmu. Biar aku yang menyetir saja.""Hah?" Eleanor terkejut sejenak, tetapi segera bereaksi. Dia membalas, "Oke, kita pergi bareng-bareng. Tapi biar aku saja yang menyetir, kamu istiraha

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 18

    Dominic duduk di kursi pengamat. Dia menatap wanita yang tengah berdiri di ruang sidang dengan penuh semangat. Dalam hatinya, rasa bangga muncul begitu saja.Sementara itu di mata Dominic, kekaguman dan kasih sayang meluap tanpa bisa dikendalikannya. Eleanor benar-benar luar biasa. Setelah sidang berakhir, dia menyerahkan sebotol air mineral padanya sambil berucap, "Minumlah sedikit.""Makasih." Eleanor menerimanya dan meneguk dua kali. Kemudian, dia berujar, "Putusan akan diumumkan di lain waktu, tapi kemungkinan besar kami akan menang."Dominic masih sangat kagum. Dia memuji, "Elea, saat tadi kamu berdebat di ruang sidang, matamu bersinar terang dan penuh keyakinan. Aku sampai nggak sadar dan terpikat padamu."Mendengar itu, Eleanor tersipu malu dan tertawa pelan. Dia bertanya, "Benarkah? Aku juga merasa saat sidang, aku seperti berubah menjadi orang yang berbeda."Dominic memujinya dengan tulus, "Kamu luar biasa. Suatu hari nanti, kamu pasti akan menjadi pengacara top yang dikenal d

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 19

    Setelah selesai mengambil foto, Dominic menyerahkan ponsel kepada Eleanor. Tatapannya tetap tenang, sementara suaranya datar dan tanpa emosi berlebih ketika berucap, "Sepertinya ada pesan dari temanmu.""Hmm? Biar aku lihat," balas Eleanor.Begitu Eleanor membuka pesan itu, seketika wajahnya sedikit menegang. Dia tahu ponselnya menampilkan isi pesan dalam notifikasi pop-up, jadi Dominic pasti sudah melihatnya.Berhubung merasa sedikit bersalah, Eleanor menoleh ke arahnya dan menjelaskan, "Dia mantan pacarku. Kami sudah putus.""Ya." Ekspresi Dominic tetap datar. Tak terlihat emosi apa pun di matanya."Aku sudah memblokirnya di WhatsApp, tapi malah lupa memblokir nomor teleponnya," jelas Eleanor yang merasa gugup tanpa alasan yang jelas. Entah kenapa, dia merasa bersalah.Bukankah wajar jika di usia 25 tahun Eleanor memiliki seorang mantan pacar? Lagi pula, dia mulai menjalin hubungan dengan Rowan sebelum menerima perjodohan dengan Dominic. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apa pun t

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 50

    Mengingat bagaimana dulu dia mengabaikan Eleanor demi Miranda dan mengucapkan banyak kata-kata menyakitkan, Rowan kembali merasakan sakit di hatinya.Tiba-tiba, dia teringat bahwa Eleanor dulu sangat ingin menikah dengannya. Namun, dia pernah mengatakan banyak hal yang menyakitkan, bahkan berkata bahwa dia tidak mungkin menikahinya.Namun, bagaimana jika dia bersedia menikahi Eleanor? Apakah Eleanor akan kembali padanya?Memikirkan hal itu, mata Rowan kembali berbinar. Jika Eleanor menikah dengannya dan menjadi Nyonya Keluarga Naval, dia pasti akan menerima ajakannya untuk kembali bersama!....Keesokan paginya, Eleanor pergi ke kantor jaminan sosial bersama kliennya untuk mengurus klaim kecelakaan kerja. Menjelang siang, dia naik taksi kembali ke firma hukum.Saat taksi mendekati jalan tempat firma hukum berada, sopirnya bergumam, "Ada apa di depan sana? Kenapa ramai sekali?"Kemudian, dia menoleh ke arah Eleanor. "Bu, jalan di depan macet, sebaiknya turun di sini saja. Nggak jauh kok

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 49

    Beberapa tahun lalu, Dominic pernah berkelahi dan dihukum oleh kakeknya dengan aturan keluarga. Untungnya, saat itu mereka tidak tahu alasan dia berkelahi.Kali ini pun, dia tidak boleh membiarkan keluarganya tahu bahwa dia berkelahi demi Eleanor. Jika tidak, pertunangan mereka bisa ditunda atau bahkan dibatalkan.Haris menyeka keringat dingin di dahinya, punggungnya terasa dingin. Dia lalu mengangguk cepat. "Baik, baik.""Urus administrasi," perintah Dominic dengan suara datar."Baik, Pak."Tempat tidur Rowan tidak jauh dari sana, jadi dia bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. "Hah." Dia mengangkat alis dan tersenyum sinis. "Sudah sebesar ini, masih takut ketahuan keluarga kalau berkelahi? Dasar bayi besar!"Dominic hanya tertawa dan meliriknya dengan tatapan penuh provokasi. "Keluargaku nggak perlu tahu, cukup tunanganku saja yang tahu."Kata tunangan terlalu tajam, seperti belati paling tajam yang menusuk tepat ke jantung Rowan. Dalam sekejap, Rowan kehilangan seluruh tenag

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 48

    Begitu kedua pria itu dipisahkan, Eleanor segera berlari ke arah Dominic. Matanya penuh kepedihan. Air mata menggenang di pelupuknya, suaranya bergetar seperti hendak menangis. "Kak, kamu terluka! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"Melihat Eleanor, semua keganasan di mata Dominic langsung lenyap, berganti dengan kelembutan. "Aku baik-baik saja."Tidak jauh dari sana, Rowan yang ditahan oleh polisi melihat pemandangan itu dan merasa hatinya hancur berkeping-keping.Dengan wajahnya yang tersirat kesakitan mendalam, dia terlihat seperti anjing yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Dia bertanya, "Eleanor, siapa dia?"Begitu mendengar pertanyaan itu, kilatan amarah muncul di mata Eleanor. Dia sontak menoleh dan menatap langsung ke arah Rowan.Kebencian dalam tatapannya begitu jelas, menusuk tepat ke hati Rowan, membuatnya terasa seperti tertusuk belati. Detik berikutnya, Rowan mendengar suara dingin yang menusuk tulang."Rowan, aku nggak ingin melihatmu lagi. Tolong lenyap dari hidupku untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 47

    Dominic bahkan tidak melirik Rowan. Tanpa sepatah kata pun, dia langsung mengayunkan tinjunya ke wajah Rowan. Pukulan itu penuh dengan amarah, dia mengerahkan seluruh kekuatannya.Rowan mengerang kesakitan, refleks melepaskan Eleanor dan menutupi bagian yang dipukul. "Sialan! Cari mati ya!"Dominic menarik Eleanor ke belakangnya, melindunginya dengan tubuhnya. Tatapan dinginnya yang penuh niat membunuh tertuju pada Rowan. Dia menggertakkan giginya. "Jauhi dia!"Rowan yang sudah dipukul pun semakin marah saat melihat pria ini melindungi Eleanor. Dadanya sesak dipenuhi amarah. Dia mendorong Dominic dengan kasar. "Berengsek! Dia wanitaku, jangan sentuh dia!"Dominic menyerahkan termos makanan ke tangan Eleanor. "Tunggu di sana."Begitu Eleanor menerima termos itu, Dominic langsung berbalik dan menendang Rowan dengan keras.Rowan terjungkal ke tanah. Dia bangkit dengan wajah penuh amarah. Sebagai pewaris Keluarga Naval, dia selalu dipuja dan dihormati. Dia tidak pernah diperlakukan sehina

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 46

    Eleanor langsung menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Rowan berdiri di bawah pohon, menatapnya dalam diam. Tatapannya gelap dan berbahaya."Nanti kita bicara lagi, aku tutup dulu." Eleanor langsung mengakhiri panggilan dan berjalan ke arah Rowan.Dia berhenti satu meter di depannya. Ekspresinya penuh kekesalan. "Gimana kamu bisa menemukan tempat ini?""Hah." Rowan menyipitkan matanya sedikit, auranya penuh ancaman. "Kamu menghindar dariku?"Eleanor mengernyit. "Kenapa aku harus menghindarimu? Bukannya aku sudah bilang aku akan balik ke kampung halaman?"Rowan melangkah lebih dekat. Eleanor refleks mundur. Gerakan itu membuat kekesalan di tatapan Rowan semakin dalam."Kamu bilang cuma sebentar, tapi kamu nggak bilang nggak akan kembali ke Kota Alman." Rowan mencondongkan tubuhnya ke depan. Tatapannya dipenuhi emosi yang berkecamuk. "Kamu mau merajuk sampai kapan?"Eleanor berdecak kesal sambil menatap mata Rowan dengan tenang. "Aku nggak merajuk. Ro

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 45

    Keesokan hari saat bekerja, Vivian memberikan dua kasus kepada Eleanor. Dia secara langsung menyerahkan berkas kasus dan berbicara dengan cepat, "Klien ingin mengajukan banding. Pengacara sebelumnya sudah mengundurkan diri, jadi sekarang dialihkan ke kamu.""Batas waktu banding sudah dekat, sebaiknya kamu segera menyiapkan dokumen banding hari ini dan merapikan semua berkas untuk diajukan ke pengadilan.""Lalu, ada kasus kecelakaan kerja ini. Kamu perlu membawa klien melakukan verifikasi kecelakaan dan penilaian kemampuan kerja. Kamu bisa membuat janji dengannya hari ini atau besok. Besok sudah hari Jumat, sebaiknya jangan ditunda sampai minggu depan."Eleanor menerima berkas kasus dan mengangguk berkali-kali. "Baik, baik."Dia baru mulai bekerja, tetapi sudah langsung menangani kasus. Memang pantas jika firma hukum ini menjadi yang terbaik di Kota Ordo.Sibuk sedikit bukan masalah, semakin banyak kasus berarti semakin banyak komisi dan pengalaman yang bisa didapat.Eleanor lantas meng

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 44

    Sekarang Adrian sudah mengaktifkan kembali kartu banknya, jadi nominal sebanyak ini bukan masalah bagi Eleanor. Anggap saja ini sebagai biaya untuk menjaga hubungan sosial.Saat makan malam berlangsung, Eleanor bangkit untuk pergi ke toilet. Erica kembali melontarkan sindiran, "Bu Eleanor, mau ke mana? Jangan-jangan mau kabur karena nggak sanggup bayar ya? Hahaha."Dengan ekspresi datar, Eleanor menjawab, "Aku mau ke toilet. Kenapa? Kamu nggak percaya padaku? Mau ikut juga?""Mana mungkin? Aku cuma bercanda kok. Kalau kamu terlalu serius, berarti salahmu sendiri," balas Erica dengan santai.Eleanor tidak lagi menggubrisnya dan langsung keluar dari ruangan. Saat berjalan ke toilet dan melewati area dekat lift, dia tanpa sengaja menoleh dan bertemu dengan sepasang mata yang familier.Dominic tampak terkejut. "Elea? Kok kamu ada di sini?"Di sekelilingnya, ada beberapa pria berpakaian formal dengan tampilan berkelas.Ruangan tempat Eleanor makan bersama rekan-rekannya berada di lantai sat

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 43

    Di Restoran Nuansa, restoran mewah di sekitar Firma Hukum Victory. Selain ruang VIP eksklusif, hampir semua ruang privat dipesan oleh firma hukum.Di dalam ruang makan tempat Eleanor duduk ...."Bu Eleanor, wah, kamu royal sekali ya! Langsung pilih Restoran Nuansa!" Seorang pengacara wanita muda tersenyum. "Terakhir kali aku makan di sini itu pas acara tahunan firma, waktu bos besar yang traktir."Vivian ikut bercanda, "Bu Eleanor masih muda, tapi sudah sukses. Sepertinya selama ini dapat banyak klien besar ya? Di kantor kita, kalau semua departemen digabung, ada lebih dari 100 orang. Sepertinya malam ini kamu bakal keluar banyak uang nih."Torro terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu ini keren juga ya."Seorang wanita muda lainnya bertanya dengan nada sarkastis, "Bu Eleanor, kamu yakin bisa nih? Di sini, rata-rata per orang bisa habis 400 sampai 600 ribu. Ditambah minuman dan alkohol, makan malam ini bisa-bisa menghabiskan gaji tiga bulanmu. Gimana kalau cari tempat lain saja? Jangan memak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 42

    Eleanor berpikir, jika dirinya bekerja di Firma Hukum Victory nanti, dia akan pindah ke apartemen supaya perjalanan ke kantor lebih mudah. Tinggal sendiri juga lebih nyaman. Yang paling penting, dia tidak perlu berhadapan dengan Adrian dan Karmela. Hidupnya akan lebih tenang.Di Firma Hukum Victory, yang mewawancarainya adalah HRD serta Vivian. Eleanor adalah lulusan universitas ternama dan memiliki pengalaman kerja 3 tahun. Semua pertanyaan profesional yang diajukan oleh Vivian dapat dijawab dengan lancar.Terlihat jelas bahwa Vivian sangat puas dengannya. Untuk gaji dan tunjangan, mereka langsung menyetujui ekspektasi Eleanor. Gaji pokok 30 juta ditambah komisi dari biaya hukum.Setelah wawancara selesai, Vivian tersenyum dan berkata, "Bu Eleanor, sampai jumpa besok."Eleanor membalas dengan senyuman sopan, "Sampai jumpa besok."Wawancara ini jauh lebih mudah dari yang dibayangkan. Awalnya, dia mengira firma hukum akan menekan tawaran gajinya. Tak disangka, semuanya berjalan begitu l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status