Share

Bab 5

Penulis: Hilya
Orang yang datang adalah teman Rowan, Anthony. Dia adalah pria yang merasa kasihan pada Eleanor di bar malam itu. Eleanor mengenal Anthony hampir 3 tahun. Selama ini, kesannya terhadap Anthony juga cukup bagus.

Eleanor membalas, "Aku datang belanja."

Anthony melirik kantong belanja yang dibawa Eleanor dan bertanya, "Apa kamu beli hadiah untuk Rowan?"

Eleanor merasa repot menjelaskan, jadi dia mengangguk. Anthony berkata, "Jam tangan merek ini sangat mahal. Bahkan model yang paling simpel saja harganya ratusan juta. Sebenarnya kamu nggak perlu beli hadiah yang begitu mahal, Rowan ...."

Rowan tidak pantas menerima hadiah semahal ini dari Eleanor. Dia sudah mengakui dirinya tidak bisa melupakan Miranda. Rowan hanya menganggap Eleanor sebagai pengganti.

Semalam Rowan juga meninggalkan Eleanor. Dia menarik tangan Miranda di depan semua orang dan pergi dari lokasi pesta.

Rowan dan Miranda bersenang-senang di hotel setelah meninggalkan pesta ulang tahun Jenisa. Eleanor tidak mengetahui hal ini, tetapi Anthony tahu jelas. Rowan dan teman-temannya membentuk sebuah grup obrolan.

Eleanor dan Rowan berpacaran selama 3 tahun. Namun, Eleanor tidak diundang masuk ke grup. Miranda yang baru kembali dari luar negeri langsung diundang oleh Rowan untuk masuk ke grup obrolan tersebut.

Siang ini, Miranda tiba-tiba mengirim fotonya bersama Rowan di ranjang ke grup mereka. Dia juga meminta Rowan menyimpannya sebagai kenangan. Alhasil, Miranda langsung menghapus foto sesaat setelah mengirimnya. Dia menjelaskan dirinya salah mengirim foto itu ke grup.

Kebetulan Anthony melihat foto itu. Dia hendak berkomentar, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk menahan diri. Lagi pula, masalah ini tidak berhubungan dengannya. Lebih baik Anthony tidak ikut campur.

Anthony ingin menyarankan kepada Eleanor untuk putus dengan Rowan setelah mengingat kejadian itu. Dia berniat memberi tahu Eleanor kebenarannya. Namun, akhirnya Anthony berubah pikiran.

Anthony berujar, "Rowan nggak kekurangan barang-barang seperti ini. Kamu nggak perlu menghabiskan gaji beberapa bulan demi membeli hadiah semahal ini untuk Rowan."

Bagaimanapun, Rowan adalah teman baik Anthony. Mereka sudah berteman selama belasan tahun, jadi dia tidak tega menjelek-jelekkan Rowan.

Anthony juga ingin mengatakan kepada Eleanor mungkin Rowan tidak menghargai hadiah yang dibeli dengan gaji Eleanor selama beberapa bulan. Akan tetapi, Anthony takut Eleanor tersinggung. Jadi, dia tidak tega melontarkan ucapan seperti itu.

Tentu saja Eleanor tahu Rowan tidak pantas mendapatkan hadiah semahal ini. Lagi pula, hadiah ini memang bukan untuk Rowan. Eleanor mengangguk dan menanggapi dengan singkat sambil tersenyum, "Oke. Lain kali aku nggak beli lagi."

Eleanor dan Anthony berbincang sejenak, lalu mereka berpisah. Anthony mendesah ketika memandangi sosok Eleanor. Dia berkomentar, "Aduh, padahal Eleanor sangat baik. Tapi, dia malah dicelakai Rowan."

Anthony membuka WhatsApp, lalu mengirim pesan kepada Rowan. Anthony berniat menasihati temannya.

[ Rowan, pacarmu benar-benar baik. Tadi aku melihat dia membeli jam tangan untukmu. Dia langsung membelikan jam tangan ratusan juta untukmu tanpa ragu. Dia pasti menghabiskan gajinya selama beberapa bulan, hargai Eleanor baik-baik. ]

Rowan sedang makan bersama Miranda sewaktu menerima pesan dari Anthony. Amarah Rowan langsung reda setelah membaca pesan itu. Ekspresinya tidak terlalu muram lagi.

Sepertinya Eleanor tahu hari ini dia berbuat salah. Dia mengakui kesalahannya dengan membeli hadiah untuk Rowan. Kalau begitu, Rowan juga tidak akan membuat perhitungan dengan Eleanor lagi.

Nantinya Rowan akan meminta maaf kepada Eleanor setelah menerima hadiah darinya. Tadi nada bicara Rowan agak kasar, dia akan meminta Eleanor untuk tidak menganggapnya serius. Rowan juga akan menghibur Eleanor. Rowan yakin cara ini pasti bisa membuat Eleanor luluh.

Miranda yang duduk di seberang bertanya, "Rowan, ada apa? Siapa yang mengirim pesan kepadamu?"

Rowan menyimpan ponselnya, lalu menjawab dengan tenang, "Nggak penting."

Miranda tidak bertanya lagi. Tak lama kemudian, Rowan pergi ke kamar mandi. Miranda mengambil ponsel Rowan yang diletakkan di atas meja.

Miranda pernah melihat Rowan memasukkan kode sandi ponselnya. Rowan menggunakan hari ulang tahunnya sebagai kode sandi, jadi sangat mudah diingat.

Miranda segera memasukkan kode sandi dan membuka WhatsApp. Dia melihat ruang obrolan Eleanor terlebih dahulu.

Terakhir kali Eleanor mengirim pesan kepada Rowan seminggu yang lalu. Dia mengajak Rowan jalan-jalan saat libur di hari kemerdekaan. Eleanor yang jarang bisa berlibur ingin jalan-jalan.

Eleanor juga mengirim detail beberapa tempat yang ingin dikunjunginya. Rowan baru membalas pesan Eleanor 5 jam kemudian. Dia mengatakan tempat wisata pasti sangat ramai dan tidak menyenangkan saat hari libur. Setelah itu, Eleanor tidak mengirim pesan lagi.

Miranda melihat tempat wisata yang ingin dikunjungi Eleanor sekilas. Ekspresinya terlihat sinis. Sepertinya hubungan Eleanor dan Rowan selama 3 tahun tidak terlalu dekat. Rowan bahkan tidak bersedia menemani Eleanor liburan.

Miranda tidak menemukan ada yang tidak beres dengan pesan Eleanor. Jadi, dia keluar dari ruang obrolan, lalu lanjut mencari. Miranda melihat pesan Anthony.

Miranda mencibir. Mengingat sikap Eleanor yang acuh tak acuh saat bertemu 2 kali, Miranda sangat meremehkan Eleanor.

Miranda mengira Eleanor hendak melepaskan Rowan. Tidak disangka, Eleanor masih berusaha mengakui kesalahannya dengan membeli hadiah. Dia ingin berbaikan dengan Rowan.

Miranda keluar dari WhatsApp, lalu mematikan layar ponsel. Dia meletakkan ponsel Rowan di tempat semula.

Miranda mengeluarkan ponselnya sendiri dan menelepon Yolanda, "Halo? Bibi Yolanda, tadi aku bertemu pacar Rowan waktu melihat cincin bersama Rowan. Wanita itu lagi mencoba cincin di toko dan berniat mendesak Rowan menikahinya ...."

....

Eleanor pulang ke vila dengan membawa hadiah. Dia lanjut membereskan kopernya. Eleanor memasukkan hadiah Dominic ke dalam koper. Wajah tampan Dominic tiba-tiba muncul di benak Eleanor.

Eleanor sudah mengenal Dominic sejak lama. Mereka tinggal di kompleks yang sama, jarak rumah mereka tidak sampai 300 meter. Waktu kecil, mereka sering bertemu.

Dominic lebih tua 4 tahun dari Eleanor. Dia bertemu Dominic pertama kali di kediaman Keluarga Orlando.

Orang tua Eleanor membawa putri mereka bertamu di rumah kediaman Keluarga Orlando. Kala itu, Eleanor baru berumur 10 tahun. Dia masih polos, sedangkan Dominic sudah tumbuh besar menjadi remaja tampan seperti pemeran utama pria dalam drama anak sekolah.

Eleanor hanya ingat dirinya terpana begitu melihat Dominic pertama kali. Ketampanan Dominic sangat menonjol, tetapi tatapannya sangat dingin.

Eleanor disuruh ibunya untuk memanggil Dominic, lalu Eleanor memanggil dengan patuh, "Kak Dominic."

Dalam ingatan Eleanor, Dominic selalu bersikap dingin. Dia hanya membalas Eleanor dengan singkat, "Halo."

Saat itu, Eleanor merasa seharusnya Dominic sangat sulit didekati. Dia salah paham kepada Dominic selama bertahun-tahun.

Ketika Eleanor masuk SMA, nilai matematikanya sangat buruk. Entah dari mana ibunya Dominic mendengar kabar. Dia berkata kepada Adrian seraya tersenyum, "Nanti aku suruh Dominic ajar Elea. Waktu SMA, Dominic paling menguasai pelajaran matematika. Nilai matematikanya hampir sempurna waktu ujian masuk universitas!"

Waktu itu, ibunya Eleanor sudah meninggal. Sifat Eleanor berbeda jauh jika dibandingkan dengan sifatnya saat kecil. Dalam waktu 5 tahun, Eleanor yang ceria berubah menjadi gadis pendiam dan pembangkang.

Setelah Dominic datang, Eleanor langsung berkata, "Kamu nggak usah ajar aku."

Pada saat itu, Dominic sudah berusia 21 tahun. Dia sangat tinggi, tampaknya tinggi badannya di atas 185 sentimeter. Dominic memakai kaos putih lengan pendek dan celana jin berwarna abu-abu tua. Gaya rambut berponi membuat Dominic terlihat muda.

"Tapi, aku tetap mau mengajarmu," sahut Dominic seraya tersenyum. Nada bicaranya terkesan santai.

Eleanor mengira Dominic pasti sangat galak dan kritis. Ternyata, Dominic hanya mengernyit setelah melihat kertas ujian matematika Eleanor. Kemudian, Dominic mulai mengajari Eleanor dengan sabar.

Dominic menjelaskan setiap soal yang salah. Hanya saja, dia tetap tidak kehilangan kesabaran. Suara Dominic yang sedikit serak sangat enak didengar. Lama-kelamaan, Eleanor merasa matematika tidak terlalu menyebalkan lagi.

Ada beberapa soal yang bisa diselesaikan dengan lebih dari satu cara. Dominic menjelaskan semua cara kepada Eleanor.

Eleanor yang awalnya menolak dan tidak tertarik perlahan mulai mengagumi Dominic. Dia memuji, "Wah! Dominic, kamu hebat sekali. Kamu sudah tamat SMA cukup lama, tapi kamu masih mengingat pelajarannya begitu jelas."

"Aku juga nggak ingat semuanya. Aku sudah baca buku pelajaran sebelum datang," timpal Dominic. Selesai bicara, dia berjeda sejenak. Dominic memukul kepala Eleanor dengan pena dan menegur, "Nggak sopan, ke depannya ingat panggil aku 'Kak Dominic'."

Saat musim panas itu, Eleanor duduk di bangku SMA 2. Dominic mengajar Eleanor selama 2 bulan. Kala itu, Dominic kuliah tahun ketiga di Universitas Ordo. Dia hampir tidak bermain selama liburan musim panas.

Setiap hari, Dominic sibuk mengajar Eleanor serta memeriksa kertas ujian dan pekerjaan rumahnya. Liburan musim panas untuk murid SMA sangat singkat. Dominic masih libur saat Eleanor sudah masuk sekolah.

Eleanor selalu melihat Dominic duduk di sofa ruang tamu setiap pulang dari sekolah. Dia menunggu Eleanor pulang untuk mengajarinya.

Berkat Dominic, nilai matematika Eleanor meningkat pesat. Dia bahkan bisa mendapatkan nilai 80 sampai 90. Padahal, awalnya Eleanor tidak lulus ujian matematika.

Nilai Eleanor dalam pelajaran lain sangat bagus. Tanpa nilai ujian matematika yang buruk, Eleanor berhasil masuk ke Universitas Ordo dan menjadi junior Dominic.

Waktu itu, Eleanor hanya menganggap Dominic sebagai kakak yang sangat baik. Eleanor menghormati dan menyukai Dominic, tetapi dia tidak berpikiran untuk menjadi pacar Dominic.

Jadi, Eleanor tidak bisa menerimanya saat ayahnya berniat menikahkannya dengan Dominic. Dia hanya menganggap Dominic sebagai kakak. Mana mungkin adik menikah dengan kakaknya?

Ketika Eleanor mengingat momen di masa lalu, tiba-tiba pintu kamar dibuka. Rowan berdiri di samping pintu dan bertanya sembari menatap Eleanor, "Apa kamu sudah selesai beres-beres?"

"Hampir selesai," jawab Eleanor.

Rowan bersandar di kusen pintu dan bertanya lagi, "Eleanor, apa kamu ingin bilang sesuatu padaku?"

Bab terkait

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 6

    Eleanor melihat Rowan dan bertanya balik dengan ekspresi bingung, "Apa?"Rowan berpikir mungkin Eleanor masih marah, jadi Eleanor tidak langsung memberikan hadiah kepada Rowan. Tidak masalah, Rowan akan mengalah terlebih dahulu. Dia berucap dengan lembut, "Tadi nada bicaraku waktu di toko agak kasar. Jangan marah lagi."Seharusnya amarah Eleanor akan reda setelah Rowan berbicara seperti ini. Eleanor mendesah, lalu melihat Rowan dan berkata dengan serius, "Aku nggak marah."Rowan yang tidak percaya menanggapi, "Lain di mulut, lain di hati.""Terserah kalau kamu berpikiran begitu," balas Eleanor.Rowan langsung merasa gusar setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia memarahi, "Eleanor, aku sudah minta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan?"Eleanor tetap lanjut membereskan barang dan menyahut dengan tenang, "Aku nggak butuh permintaan maaf darimu."Rowan mengamati Eleanor sejenak, lalu bertanya dengan canggung, "Mana hadiahnya?"Eleanor memandang Rowan dan bertanya balik, "Hadiah apa?"Rowan menj

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 7

    Eleanor duduk di sofa tunggal di samping Yolanda. Dia tidak takut sedikit pun saat memandang Yolanda, bahkan dia berbicara dengan tenang, "Aku nggak ingin jadi menantu Keluarga Naval."Tentu saja Yolanda tidak percaya. Dia mengamati seluruh tubuh Eleanor, ini adalah pacar putranya selama 3 tahun.Eleanor memang cantik dan elegan. Meskipun berasal dari keluarga biasa, Eleanor tidak terlihat canggung dan minder.Tadi Yolanda sengaja mempermalukan Eleanor. Tidak disangka, Eleanor sama sekali tidak kesal. Dia tetap bersikap tenang begitu melihat Yolanda. Bahkan, dia sangat percaya diri saat berbicara.Namun, apa gunanya? Eleanor hanya wanita matre yang ingin menjadi menantu keluarga kaya. Biarpun pandai berpura-pura, status Eleanor tetap tidak tinggi.Yolanda berucap dengan angkuh, "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga wanita, jadi aku memahami pemikiranmu. Aku tahu Rowan disukai banyak wanita, nggak mudah bagimu untuk bertemu dengan putra keluarga kaya seperti dia. Biasanya

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 8

    Satu tahun yang lalu, Nichelle putus dengan pacarnya. Kemudian, pacarnya membuat daftar utang dan menyuruh Nichelle membayar. Di dalam daftar utang tertulis bahwa pacarnya mentransfer total 100 juta lebih kepada Nichelle saat pacaran selama 2 tahun.Nichelle menolak untuk membayar, lalu Nichelle digugat pacarnya. Jadi, Nichelle datang ke kantor pengacara untuk meminta bantuan. Kala itu, pengacara lain di kantor pergi menyelesaikan kasus di pengadilan. Hanya Eleanor yang berada di kantor.Nichelle berucap sambil menangis, "Bukan begitu, aku tinggal bersama dia selama 2 tahun. Dari awal, kami sudah sepakat untuk membagi 2 uang sewa, listrik, air, dan biaya sehari-hari lainnya. Dia bilang mau transfer 4 juta setiap bulan kepadaku, itu sudah termasuk uang sewa dan semua biaya lainnya."Nichelle melanjutkan, "Aku juga keluarkan 4 juta untuk membayar biaya hidup kami. Waktu itu, aku langsung menuruti kemauannya tanpa pikir panjang. Siapa sangka, dia malah suruh aku bayar utang setelah kami p

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 9

    Eleanor tidur sampai terbangun sendiri. Ketika membuka mata, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi."Ah! " Eleanor meregangkan tubuh sembari bergumam, "Nggak bekerja memang menyenangkan."Eleanor beranjak dari kasur. Setelah cuci wajah dan gosok gigi, dia turun untuk makan sarapan.Jenar menyiapkan sarapan untuk dua orang.Eleanor melirik sekilas tempat duduk yang kosong di depannya tanpa mengatakan apa-apa.Melihat Eleanor sudah turun, Jenar bertanya dengan bingung, "Nona Eleanor, apa hari ini Tuan nggak turun untuk makan sarapan?"Eleanor makan sesuap bubur ayam sebelum menjawab, "Dia nggak pulang semalam. Sepertinya nggak akan makan.""Oh," sahut Jenar. Begitu sadar dirinya banyak bicara, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi dan kembali ke dapur.Setelah menghabiskan sarapan, Eleanor menerima pesan dari Dominic.[ Elea, apa gaun pertunanganmu mau dibuat khusus atau pilih koleksi terbaru merek ternama? ]Jika ingin dibuat khusus, apakah masih sempat? Sepertinya Eleanor masih belum ta

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 10

    Eleanor menghubungi Dominic.Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya.""Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor."Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic."Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor."Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar."Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 11

    Terlihat sebuah mobil Bentley Continental GT berwarna biru salju. Warnanya sangat cantik dan unik. Mata Eleanor berbinar-binar. Dia sangat menyukai mobil ini.Seorang pria berjas turun sambil memberi hormat. Dia menyerahkan kunci mobil kepada Eleanor sebelum berujar, "Bu Eleanor, ini mobil yang diberikan Pak Dominic."Ketika menerima kunci mobil, hati Eleanor sedikit tersentuh. Dominic cukup royal kepadanya. Mobil ini setidaknya seharga lebih dari 8 miliar."Terima kasih," tutur Eleanor."Sama-sama. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu," ucap pria itu sembari membungkuk dengan hormat."Oke," sahut Eleanor.Tidak lama setelah pria itu pergi, Eleanor menerima panggilan dari Dominic."Mobilnya bagus nggak?" tanya Dominic dengan santai. Nada bicaranya terdengar seakan-akan sedang menanyakan makanan hari ini sesuai selera atau tidak. Mobil seharga 8 miliar terdengar seperti sayuran yang dijual di pasar saat diucapkan dari mulutnya.Sebenarnya, bagi orang-orang dari kalangan seperti m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 12

    Eleanor tersenyum dengan tidak acuh, lalu menyahut, "Benar. Karena kamu nggak benar-benar mengenalku."Setelah melontarkan itu, Eleanor menggoda Miranda dengan usil. Katanya, "Miranda, kamu benar-benar nggak mau berfoto? Kalau nggak mau, aku bawa mobilnya pergi, nih."Miranda begitu kesal sampai wajahnya merah padam. Dia benar-benar sangat Ingin berfoto! Namun, Eleanor ada di dalam mobil. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan menurunkan harga dirinya."Aku nggak butuh," jawab Miranda dengan keras kepala."Ya, sudah. Sampai jumpa!" seru Eleanor seraya melambaikan tangan kepada mereka. Kemudian, dia menginjak pedal gas dan melaju pergi.Mobil Bentley biru menghilang dari pandangan Rowan dan Miranda.Miranda bertanya dengan kesal, "Rowan, kenapa kamu bisa tertarik sama wanita yang begitu mementingkan gengsi?"Rowan memijat dahinya sebelum menimpali, "Dulu dia nggak seperti ini. Aku nggak tahu ada apa dengannya akhir-akhir ini. Dia bukan cuma memaksaku menikah dengannya, tapi juga menyewa m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 13

    Satu malam sebelum hari persidangan.Ketika sedang mandi, Eleanor mendengar suara barang pecah dari kamarnya. Dia segera membilas busa di tubuhnya, lalu memakai baju tidur dan keluar memeriksanya. Di dalam kamar tidak ada siapa-siapa, hanya ada pecahan porselen yang berserakan di lantai.Eleanor langsung mengenali barang yang pecah adalah boneka porselen peninggalan ibunya. Itu adalah boneka Cinnamoroll biru muda.Saat ulang tahunnya yang ke-12, Eleanor dan ibunya mewarnai boneka itu bersama di toko kerajinan tangan. Di belakang boneka itu juga terukir namanya dan ibunya.Begitu melihat pecahan di lantai, Eleanor merasa darahnya seakan-akan mendidih. Amarahnya seketika meluap."Siapa yang melakukannya?" pekik Eleanor keluar dari kamar.Tok! Tok! Tok! Eleanor mengetuk pintu kamar Rowan dengan keras sambil berteriak marah, "Rowan! Miranda! Siapa di antara kalian yang masuk ke kamarku?"Pintu kamar Rowan terbuka. Dia bertanya dengan jengkel, "Apa yang kamu lakukan malam-malam? Kenapa kamu

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 50

    Mengingat bagaimana dulu dia mengabaikan Eleanor demi Miranda dan mengucapkan banyak kata-kata menyakitkan, Rowan kembali merasakan sakit di hatinya.Tiba-tiba, dia teringat bahwa Eleanor dulu sangat ingin menikah dengannya. Namun, dia pernah mengatakan banyak hal yang menyakitkan, bahkan berkata bahwa dia tidak mungkin menikahinya.Namun, bagaimana jika dia bersedia menikahi Eleanor? Apakah Eleanor akan kembali padanya?Memikirkan hal itu, mata Rowan kembali berbinar. Jika Eleanor menikah dengannya dan menjadi Nyonya Keluarga Naval, dia pasti akan menerima ajakannya untuk kembali bersama!....Keesokan paginya, Eleanor pergi ke kantor jaminan sosial bersama kliennya untuk mengurus klaim kecelakaan kerja. Menjelang siang, dia naik taksi kembali ke firma hukum.Saat taksi mendekati jalan tempat firma hukum berada, sopirnya bergumam, "Ada apa di depan sana? Kenapa ramai sekali?"Kemudian, dia menoleh ke arah Eleanor. "Bu, jalan di depan macet, sebaiknya turun di sini saja. Nggak jauh kok

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 49

    Beberapa tahun lalu, Dominic pernah berkelahi dan dihukum oleh kakeknya dengan aturan keluarga. Untungnya, saat itu mereka tidak tahu alasan dia berkelahi.Kali ini pun, dia tidak boleh membiarkan keluarganya tahu bahwa dia berkelahi demi Eleanor. Jika tidak, pertunangan mereka bisa ditunda atau bahkan dibatalkan.Haris menyeka keringat dingin di dahinya, punggungnya terasa dingin. Dia lalu mengangguk cepat. "Baik, baik.""Urus administrasi," perintah Dominic dengan suara datar."Baik, Pak."Tempat tidur Rowan tidak jauh dari sana, jadi dia bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. "Hah." Dia mengangkat alis dan tersenyum sinis. "Sudah sebesar ini, masih takut ketahuan keluarga kalau berkelahi? Dasar bayi besar!"Dominic hanya tertawa dan meliriknya dengan tatapan penuh provokasi. "Keluargaku nggak perlu tahu, cukup tunanganku saja yang tahu."Kata tunangan terlalu tajam, seperti belati paling tajam yang menusuk tepat ke jantung Rowan. Dalam sekejap, Rowan kehilangan seluruh tenag

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 48

    Begitu kedua pria itu dipisahkan, Eleanor segera berlari ke arah Dominic. Matanya penuh kepedihan. Air mata menggenang di pelupuknya, suaranya bergetar seperti hendak menangis. "Kak, kamu terluka! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"Melihat Eleanor, semua keganasan di mata Dominic langsung lenyap, berganti dengan kelembutan. "Aku baik-baik saja."Tidak jauh dari sana, Rowan yang ditahan oleh polisi melihat pemandangan itu dan merasa hatinya hancur berkeping-keping.Dengan wajahnya yang tersirat kesakitan mendalam, dia terlihat seperti anjing yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Dia bertanya, "Eleanor, siapa dia?"Begitu mendengar pertanyaan itu, kilatan amarah muncul di mata Eleanor. Dia sontak menoleh dan menatap langsung ke arah Rowan.Kebencian dalam tatapannya begitu jelas, menusuk tepat ke hati Rowan, membuatnya terasa seperti tertusuk belati. Detik berikutnya, Rowan mendengar suara dingin yang menusuk tulang."Rowan, aku nggak ingin melihatmu lagi. Tolong lenyap dari hidupku untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 47

    Dominic bahkan tidak melirik Rowan. Tanpa sepatah kata pun, dia langsung mengayunkan tinjunya ke wajah Rowan. Pukulan itu penuh dengan amarah, dia mengerahkan seluruh kekuatannya.Rowan mengerang kesakitan, refleks melepaskan Eleanor dan menutupi bagian yang dipukul. "Sialan! Cari mati ya!"Dominic menarik Eleanor ke belakangnya, melindunginya dengan tubuhnya. Tatapan dinginnya yang penuh niat membunuh tertuju pada Rowan. Dia menggertakkan giginya. "Jauhi dia!"Rowan yang sudah dipukul pun semakin marah saat melihat pria ini melindungi Eleanor. Dadanya sesak dipenuhi amarah. Dia mendorong Dominic dengan kasar. "Berengsek! Dia wanitaku, jangan sentuh dia!"Dominic menyerahkan termos makanan ke tangan Eleanor. "Tunggu di sana."Begitu Eleanor menerima termos itu, Dominic langsung berbalik dan menendang Rowan dengan keras.Rowan terjungkal ke tanah. Dia bangkit dengan wajah penuh amarah. Sebagai pewaris Keluarga Naval, dia selalu dipuja dan dihormati. Dia tidak pernah diperlakukan sehina

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 46

    Eleanor langsung menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Rowan berdiri di bawah pohon, menatapnya dalam diam. Tatapannya gelap dan berbahaya."Nanti kita bicara lagi, aku tutup dulu." Eleanor langsung mengakhiri panggilan dan berjalan ke arah Rowan.Dia berhenti satu meter di depannya. Ekspresinya penuh kekesalan. "Gimana kamu bisa menemukan tempat ini?""Hah." Rowan menyipitkan matanya sedikit, auranya penuh ancaman. "Kamu menghindar dariku?"Eleanor mengernyit. "Kenapa aku harus menghindarimu? Bukannya aku sudah bilang aku akan balik ke kampung halaman?"Rowan melangkah lebih dekat. Eleanor refleks mundur. Gerakan itu membuat kekesalan di tatapan Rowan semakin dalam."Kamu bilang cuma sebentar, tapi kamu nggak bilang nggak akan kembali ke Kota Alman." Rowan mencondongkan tubuhnya ke depan. Tatapannya dipenuhi emosi yang berkecamuk. "Kamu mau merajuk sampai kapan?"Eleanor berdecak kesal sambil menatap mata Rowan dengan tenang. "Aku nggak merajuk. Ro

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 45

    Keesokan hari saat bekerja, Vivian memberikan dua kasus kepada Eleanor. Dia secara langsung menyerahkan berkas kasus dan berbicara dengan cepat, "Klien ingin mengajukan banding. Pengacara sebelumnya sudah mengundurkan diri, jadi sekarang dialihkan ke kamu.""Batas waktu banding sudah dekat, sebaiknya kamu segera menyiapkan dokumen banding hari ini dan merapikan semua berkas untuk diajukan ke pengadilan.""Lalu, ada kasus kecelakaan kerja ini. Kamu perlu membawa klien melakukan verifikasi kecelakaan dan penilaian kemampuan kerja. Kamu bisa membuat janji dengannya hari ini atau besok. Besok sudah hari Jumat, sebaiknya jangan ditunda sampai minggu depan."Eleanor menerima berkas kasus dan mengangguk berkali-kali. "Baik, baik."Dia baru mulai bekerja, tetapi sudah langsung menangani kasus. Memang pantas jika firma hukum ini menjadi yang terbaik di Kota Ordo.Sibuk sedikit bukan masalah, semakin banyak kasus berarti semakin banyak komisi dan pengalaman yang bisa didapat.Eleanor lantas meng

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 44

    Sekarang Adrian sudah mengaktifkan kembali kartu banknya, jadi nominal sebanyak ini bukan masalah bagi Eleanor. Anggap saja ini sebagai biaya untuk menjaga hubungan sosial.Saat makan malam berlangsung, Eleanor bangkit untuk pergi ke toilet. Erica kembali melontarkan sindiran, "Bu Eleanor, mau ke mana? Jangan-jangan mau kabur karena nggak sanggup bayar ya? Hahaha."Dengan ekspresi datar, Eleanor menjawab, "Aku mau ke toilet. Kenapa? Kamu nggak percaya padaku? Mau ikut juga?""Mana mungkin? Aku cuma bercanda kok. Kalau kamu terlalu serius, berarti salahmu sendiri," balas Erica dengan santai.Eleanor tidak lagi menggubrisnya dan langsung keluar dari ruangan. Saat berjalan ke toilet dan melewati area dekat lift, dia tanpa sengaja menoleh dan bertemu dengan sepasang mata yang familier.Dominic tampak terkejut. "Elea? Kok kamu ada di sini?"Di sekelilingnya, ada beberapa pria berpakaian formal dengan tampilan berkelas.Ruangan tempat Eleanor makan bersama rekan-rekannya berada di lantai sat

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 43

    Di Restoran Nuansa, restoran mewah di sekitar Firma Hukum Victory. Selain ruang VIP eksklusif, hampir semua ruang privat dipesan oleh firma hukum.Di dalam ruang makan tempat Eleanor duduk ...."Bu Eleanor, wah, kamu royal sekali ya! Langsung pilih Restoran Nuansa!" Seorang pengacara wanita muda tersenyum. "Terakhir kali aku makan di sini itu pas acara tahunan firma, waktu bos besar yang traktir."Vivian ikut bercanda, "Bu Eleanor masih muda, tapi sudah sukses. Sepertinya selama ini dapat banyak klien besar ya? Di kantor kita, kalau semua departemen digabung, ada lebih dari 100 orang. Sepertinya malam ini kamu bakal keluar banyak uang nih."Torro terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu ini keren juga ya."Seorang wanita muda lainnya bertanya dengan nada sarkastis, "Bu Eleanor, kamu yakin bisa nih? Di sini, rata-rata per orang bisa habis 400 sampai 600 ribu. Ditambah minuman dan alkohol, makan malam ini bisa-bisa menghabiskan gaji tiga bulanmu. Gimana kalau cari tempat lain saja? Jangan memak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 42

    Eleanor berpikir, jika dirinya bekerja di Firma Hukum Victory nanti, dia akan pindah ke apartemen supaya perjalanan ke kantor lebih mudah. Tinggal sendiri juga lebih nyaman. Yang paling penting, dia tidak perlu berhadapan dengan Adrian dan Karmela. Hidupnya akan lebih tenang.Di Firma Hukum Victory, yang mewawancarainya adalah HRD serta Vivian. Eleanor adalah lulusan universitas ternama dan memiliki pengalaman kerja 3 tahun. Semua pertanyaan profesional yang diajukan oleh Vivian dapat dijawab dengan lancar.Terlihat jelas bahwa Vivian sangat puas dengannya. Untuk gaji dan tunjangan, mereka langsung menyetujui ekspektasi Eleanor. Gaji pokok 30 juta ditambah komisi dari biaya hukum.Setelah wawancara selesai, Vivian tersenyum dan berkata, "Bu Eleanor, sampai jumpa besok."Eleanor membalas dengan senyuman sopan, "Sampai jumpa besok."Wawancara ini jauh lebih mudah dari yang dibayangkan. Awalnya, dia mengira firma hukum akan menekan tawaran gajinya. Tak disangka, semuanya berjalan begitu l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status