Share

Bab 6

Author: Hilya
Eleanor melihat Rowan dan bertanya balik dengan ekspresi bingung, "Apa?"

Rowan berpikir mungkin Eleanor masih marah, jadi Eleanor tidak langsung memberikan hadiah kepada Rowan. Tidak masalah, Rowan akan mengalah terlebih dahulu. Dia berucap dengan lembut, "Tadi nada bicaraku waktu di toko agak kasar. Jangan marah lagi."

Seharusnya amarah Eleanor akan reda setelah Rowan berbicara seperti ini. Eleanor mendesah, lalu melihat Rowan dan berkata dengan serius, "Aku nggak marah."

Rowan yang tidak percaya menanggapi, "Lain di mulut, lain di hati."

"Terserah kalau kamu berpikiran begitu," balas Eleanor.

Rowan langsung merasa gusar setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia memarahi, "Eleanor, aku sudah minta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan?"

Eleanor tetap lanjut membereskan barang dan menyahut dengan tenang, "Aku nggak butuh permintaan maaf darimu."

Rowan mengamati Eleanor sejenak, lalu bertanya dengan canggung, "Mana hadiahnya?"

Eleanor memandang Rowan dan bertanya balik, "Hadiah apa?"

Rowan menjelaskan, "Anthony bilang dia lihat kamu belikan aku jam tangan. Bukannya kamu beli jam tangan itu untuk minta maaf padaku? Aku sudah pulang, kamu masih nggak mau keluarkan jam tangannya?"

Eleanor hendak mengatakan jam tangan itu bukan dibeli untuk Rowan. Namun, Rowan malah melanjutkan, "Jangan terlalu berlebihan. Aku bisa kehilangan kesabaran kalau kamu terus merajuk."

Eleanor tiba-tiba tertawa. Rowan bertanya sembari mengernyit, "Kenapa kamu tertawa?"

Eleanor bertatapan dengan Rowan dan menyahut, "Ucapanmu sangat lucu. Aku memang beli jam tangan, tapi bukan beli untukmu. Aku juga nggak merasa aku berbuat salah. Kenapa aku harus minta maaf kepadamu?"

"Kamu bukan beli jam tangan itu untukku? Jadi, kamu beli untuk siapa?" tanya Rowan. Emosinya tersulut. Dia mengepalkan tangannya dengan erat.

"Kamu nggak usah tahu," timpal Eleanor dengan santai.

Rowan membentak, "Aku nggak usah tahu? Aku ini pacarmu! Masa aku nggak peduli lihat kamu beli hadiah untuk pria lain?"

Dibandingkan dengan Rowan yang marah, sikap Eleanor sangat tenang. Dia yang merasa lucu melihat Rowan sambil bertanya, "Bukannya kamu itu pacarnya Miranda?"

Rowan langsung menjelaskan, "Hubunganku dengan Miranda nggak seperti itu."

Suara Rowan lebih kecil dibandingkan saat bertanya tadi. Dia tidak terlalu yakin ketika melontarkan ucapan itu karena merasa bersalah. Sekarang Miranda bukan pacar Rowan, lebih tepatnya Miranda adalah kekasih gelapnya.

Mereka berdua sudah berhubungan intim, tetapi wanita yang berstatus pacar Rowan adalah Eleanor. Rowan menyukai sifat Miranda yang agresif dan terbuka. Dia menyukai Miranda yang bisa berinisiatif menggodanya.

Hanya saja, Rowan juga menyukai Eleanor yang cantik. Apalagi, Eleanor mempunyai sifat yang lembut dan pengertian. Rowan tidak ingin begitu cepat memberi tahu Eleanor bahwa dirinya dan Miranda sudah bersama.

Rowan lanjut menjelaskan, "Hari ini aku dan Miranda pergi melihat cincin memang karena disuruh ibuku. Tapi, kami bukan beli cincin Miranda, melainkan bantu ibuku pilih. Ibuku baru beli gaun baru, dia bilang nggak punya perhiasan yang cocok untuk dipadankan dengan gaun itu."

Rowan meneruskan, "Ibuku bilang Miranda punya selera yang bagus, dia pandai padu padan. Jadi, ibuku suruh dia ikut aku pergi. Bukan cuma cincin, kalung, anting, dan gelang juga harus dipilih dengan cermat untuk dipadankan dengan gaunnya."

Rowan menambahkan, "Aku tahu kamu salah paham, tapi waktu itu aku terbawa emosi. Jadi, aku sengaja nggak jelaskan untuk buat kamu cemburu."

Eleanor bertanya dengan tatapan dingin, "Cemburu? Kamu masih tahu aku bisa cemburu?"

Rowan menimpali, "Eleanor, maaf ...."

Eleanor menyergah, "Aku tahu kamu sudah minta maaf, tapi aku nggak terima. Hadiah itu memang bukan dibeli untukmu."

Rowan bertanya dengan suara keras, "Jadi, kamu beli untuk siapa?"

"Tunanganku," jawab Eleanor.

Rowan tertawa sinis, lalu menyindir, "Eleanor, kamu berani membual demi desak aku nikahi kamu. Jadi maksudmu, kamu baru maafkan aku dengan memberikan hadiah itu kepadaku kalau aku setuju menikahimu dan menjadi tunanganmu?"

Eleanor mengernyit, Rowan memang pria narsistik. Kenapa Rowan begitu percaya diri Eleanor tidak mempunyai pilihan lain selain dia?

Rowan tampak kecewa. Dia memandangi Eleanor dan berujar seraya menggeleng, "Eleanor, aku kira kamu tahu kesenjangan di antara kita yang nggak bisa diselesaikan. Aku kira kamu pengertian, tapi kamu terus desak aku nikahi kamu. Aku benar-benar kecewa."

Eleanor tidak bisa berkata-kata. Rowan langsung pergi setelah selesai bicara. Dia juga membanting pintu.

Eleanor menggeleng. Awalnya, dia berencana untuk meminta putus baik-baik dengan Rowan karena masalah hari ini. Dia juga berniat memberi tahu Rowan identitasnya sebagai putri Keluarga Izara dari Kota Ordo dan dia akan pulang untuk bertunangan dengan Dominic.

Masalahnya, Rowan tidak memberi Eleanor kesempatan untuk berbicara. Eleanor berpikir mungkin dirinya yang memberikan kepercayaan diri kepada Rowan. Itulah sebabnya Rowan begitu yakin Eleanor bertekad untuk menikah dengannya.

Dulu, Eleanor selalu menjadi pacar yang patuh dan pengertian. Dia tidak pernah memeriksa keberadaan Rowan dan tidak cemburu. Eleanor juga tidak pernah bertanya tentang masalah pribadi Rowan. Selain berhubungan intim, Eleanor selalu memenuhi semua permintaan Rowan.

Kemungkinan semua tindakan Eleanor membuat Rowan menganggap Eleanor tidak mungkin meninggalkannya. Rowan tidak tahu Eleanor begitu pengertian karena sejak awal Eleanor tahu Rowan tidak akan menikahinya.

Satu tahun yang lalu, Eleanor berniat membawa Rowan pulang ke Kota Ordo dan memberi tahu Rowan identitasnya sebagai putri Keluarga Izara.

Kemudian, Eleanor tidak sengaja mendengar Rowan menelepon Yolanda, "Bu, kamu tenang saja. Aku tahu kamu nggak akan setuju Eleanor menjadi menantu Keluarga Naval. Aku cuma pacaran dengannya, aku pasti meminta izin darimu dulu kalau mau menikah."

Rowan menambahkan, "Putramu bukan bucin. Aku bisa membedakan dengan jelas masalah menikah dan pacaran."

Rowan memang bisa membedakannya dengan jelas. Sejak saat itu, Eleanor tahu Rowan tidak berencana menikah dengannya. Lebih tepatnya, Rowan tidak terlalu menyukai Eleanor.

Namun, Eleanor bukan wanita yang berjuang mati-matian demi cinta. Dia bisa bertindak tegas saat membuat keputusan. Jika Rowan hanya ingin pacaran, Eleanor juga tidak keberatan.

Eleanor butuh ditemani. Dia juga perlu memenuhi kebutuhan emosionalnya. Eleanor yang hidup sendirian di kota yang asing ini hanya memerlukan pelukan yang hangat.

Eleanor melindungi dirinya dengan baik. Ciuman dan malam pertama Eleanor belum direnggut oleh Rowan.

Kenapa Eleanor tidak putus dengan Rowan lebih awal? Hal ini karena dulu Eleanor masih menyukai Rowan. Dia juga terbiasa ditemani oleh pria itu.

Perasaan manusia memang sangat rumit. Sering kali, masalah percintaan tidak bisa dijelaskan dengan sederhana.

Setelah mendengar ucapan Rowan, Eleanor juga tidak pernah mengungkit tentang identitasnya sebagai putri konglomerat lagi. Namun, Eleanor tiba-tiba merasa hubungan ini tidak menarik lagi sesudah tahu dirinya hanya seorang pengganti.

Eleanor bisa terima Rowan tidak menikahinya dan tidak terlalu mencintainya. Akan tetapi, Eleanor tidak bisa terima jika Rowan menganggapnya pengganti Miranda. Eleanor memiliki jati diri sendiri.

....

Eleanor tidak menyangka Yolanda akan mencarinya. Yolanda memakai gaun tradisional sutra berwarna biru tua. Dia juga memakai anting dan kalung batu safir yang mahal. Cincin berlian di jarinya juga sepadan dengan warna gaunnya.

Seperti yang dikatakan Rowan, Yolanda adalah istri pria kaya yang bisa membeli satu set perhiasan untuk dipadankan dengan gaunnya.

"Kamu Eleanor, ya?" tanya Yolanda. Dia mengamati Eleanor dengan sinis, seolah-olah melihat barang yang tidak disukainya. Yolanda sangat pemilih.

Eleanor menyapa dengan sopan, "Hala, Bibi Yolanda."

"Ya," sahut Yolanda. Dia berjalan masuk ke ruangan, lalu mengamati sekeliling. Akhirnya, dia melihat Eleanor dan berkata, "Aku sudah tahu masalahmu dengan Rowan."

Yolanda duduk di sofa. Kedua kakinya dirapatkan dengan posisi sedikit miring. Dia terlihat sangat anggun, tetapi ucapannya sangat kasar. "Wanita sepertimu ingin menjadi menantu Keluarga Naval?"

Related chapters

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 7

    Eleanor duduk di sofa tunggal di samping Yolanda. Dia tidak takut sedikit pun saat memandang Yolanda, bahkan dia berbicara dengan tenang, "Aku nggak ingin jadi menantu Keluarga Naval."Tentu saja Yolanda tidak percaya. Dia mengamati seluruh tubuh Eleanor, ini adalah pacar putranya selama 3 tahun.Eleanor memang cantik dan elegan. Meskipun berasal dari keluarga biasa, Eleanor tidak terlihat canggung dan minder.Tadi Yolanda sengaja mempermalukan Eleanor. Tidak disangka, Eleanor sama sekali tidak kesal. Dia tetap bersikap tenang begitu melihat Yolanda. Bahkan, dia sangat percaya diri saat berbicara.Namun, apa gunanya? Eleanor hanya wanita matre yang ingin menjadi menantu keluarga kaya. Biarpun pandai berpura-pura, status Eleanor tetap tidak tinggi.Yolanda berucap dengan angkuh, "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga wanita, jadi aku memahami pemikiranmu. Aku tahu Rowan disukai banyak wanita, nggak mudah bagimu untuk bertemu dengan putra keluarga kaya seperti dia. Biasanya

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 8

    Satu tahun yang lalu, Nichelle putus dengan pacarnya. Kemudian, pacarnya membuat daftar utang dan menyuruh Nichelle membayar. Di dalam daftar utang tertulis bahwa pacarnya mentransfer total 100 juta lebih kepada Nichelle saat pacaran selama 2 tahun.Nichelle menolak untuk membayar, lalu Nichelle digugat pacarnya. Jadi, Nichelle datang ke kantor pengacara untuk meminta bantuan. Kala itu, pengacara lain di kantor pergi menyelesaikan kasus di pengadilan. Hanya Eleanor yang berada di kantor.Nichelle berucap sambil menangis, "Bukan begitu, aku tinggal bersama dia selama 2 tahun. Dari awal, kami sudah sepakat untuk membagi 2 uang sewa, listrik, air, dan biaya sehari-hari lainnya. Dia bilang mau transfer 4 juta setiap bulan kepadaku, itu sudah termasuk uang sewa dan semua biaya lainnya."Nichelle melanjutkan, "Aku juga keluarkan 4 juta untuk membayar biaya hidup kami. Waktu itu, aku langsung menuruti kemauannya tanpa pikir panjang. Siapa sangka, dia malah suruh aku bayar utang setelah kami p

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 9

    Eleanor tidur sampai terbangun sendiri. Ketika membuka mata, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi."Ah! " Eleanor meregangkan tubuh sembari bergumam, "Nggak bekerja memang menyenangkan."Eleanor beranjak dari kasur. Setelah cuci wajah dan gosok gigi, dia turun untuk makan sarapan.Jenar menyiapkan sarapan untuk dua orang.Eleanor melirik sekilas tempat duduk yang kosong di depannya tanpa mengatakan apa-apa.Melihat Eleanor sudah turun, Jenar bertanya dengan bingung, "Nona Eleanor, apa hari ini Tuan nggak turun untuk makan sarapan?"Eleanor makan sesuap bubur ayam sebelum menjawab, "Dia nggak pulang semalam. Sepertinya nggak akan makan.""Oh," sahut Jenar. Begitu sadar dirinya banyak bicara, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi dan kembali ke dapur.Setelah menghabiskan sarapan, Eleanor menerima pesan dari Dominic.[ Elea, apa gaun pertunanganmu mau dibuat khusus atau pilih koleksi terbaru merek ternama? ]Jika ingin dibuat khusus, apakah masih sempat? Sepertinya Eleanor masih belum ta

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 10

    Eleanor menghubungi Dominic.Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya.""Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor."Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic."Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor."Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar."Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 11

    Terlihat sebuah mobil Bentley Continental GT berwarna biru salju. Warnanya sangat cantik dan unik. Mata Eleanor berbinar-binar. Dia sangat menyukai mobil ini.Seorang pria berjas turun sambil memberi hormat. Dia menyerahkan kunci mobil kepada Eleanor sebelum berujar, "Bu Eleanor, ini mobil yang diberikan Pak Dominic."Ketika menerima kunci mobil, hati Eleanor sedikit tersentuh. Dominic cukup royal kepadanya. Mobil ini setidaknya seharga lebih dari 8 miliar."Terima kasih," tutur Eleanor."Sama-sama. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu," ucap pria itu sembari membungkuk dengan hormat."Oke," sahut Eleanor.Tidak lama setelah pria itu pergi, Eleanor menerima panggilan dari Dominic."Mobilnya bagus nggak?" tanya Dominic dengan santai. Nada bicaranya terdengar seakan-akan sedang menanyakan makanan hari ini sesuai selera atau tidak. Mobil seharga 8 miliar terdengar seperti sayuran yang dijual di pasar saat diucapkan dari mulutnya.Sebenarnya, bagi orang-orang dari kalangan seperti m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 12

    Eleanor tersenyum dengan tidak acuh, lalu menyahut, "Benar. Karena kamu nggak benar-benar mengenalku."Setelah melontarkan itu, Eleanor menggoda Miranda dengan usil. Katanya, "Miranda, kamu benar-benar nggak mau berfoto? Kalau nggak mau, aku bawa mobilnya pergi, nih."Miranda begitu kesal sampai wajahnya merah padam. Dia benar-benar sangat Ingin berfoto! Namun, Eleanor ada di dalam mobil. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan menurunkan harga dirinya."Aku nggak butuh," jawab Miranda dengan keras kepala."Ya, sudah. Sampai jumpa!" seru Eleanor seraya melambaikan tangan kepada mereka. Kemudian, dia menginjak pedal gas dan melaju pergi.Mobil Bentley biru menghilang dari pandangan Rowan dan Miranda.Miranda bertanya dengan kesal, "Rowan, kenapa kamu bisa tertarik sama wanita yang begitu mementingkan gengsi?"Rowan memijat dahinya sebelum menimpali, "Dulu dia nggak seperti ini. Aku nggak tahu ada apa dengannya akhir-akhir ini. Dia bukan cuma memaksaku menikah dengannya, tapi juga menyewa m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 13

    Satu malam sebelum hari persidangan.Ketika sedang mandi, Eleanor mendengar suara barang pecah dari kamarnya. Dia segera membilas busa di tubuhnya, lalu memakai baju tidur dan keluar memeriksanya. Di dalam kamar tidak ada siapa-siapa, hanya ada pecahan porselen yang berserakan di lantai.Eleanor langsung mengenali barang yang pecah adalah boneka porselen peninggalan ibunya. Itu adalah boneka Cinnamoroll biru muda.Saat ulang tahunnya yang ke-12, Eleanor dan ibunya mewarnai boneka itu bersama di toko kerajinan tangan. Di belakang boneka itu juga terukir namanya dan ibunya.Begitu melihat pecahan di lantai, Eleanor merasa darahnya seakan-akan mendidih. Amarahnya seketika meluap."Siapa yang melakukannya?" pekik Eleanor keluar dari kamar.Tok! Tok! Tok! Eleanor mengetuk pintu kamar Rowan dengan keras sambil berteriak marah, "Rowan! Miranda! Siapa di antara kalian yang masuk ke kamarku?"Pintu kamar Rowan terbuka. Dia bertanya dengan jengkel, "Apa yang kamu lakukan malam-malam? Kenapa kamu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 14

    Pada hari Devina keluar dari rumah sakit, salju berhenti dan matahari bersinar cerah. Pepohonan di pinggir jalan berkilauan seperti kristal. Langit biru juga tampak jernih.Adrian mengemudi sendiri untuk menjemput Devina dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan, sepasang suami istri ini tidak berbicara. Suasananya begitu menekan dan suram.Eleanor kecil duduk di kursi belakang. Dia mengembuskan napas ke jendela mobil, lalu menggambar dengan jarinya. Hatinya dipenuhi kegembiraan karena ibunya akhirnya keluar dari rumah sakit.Eleanor kecil menggambar tiga orang di jendela mobil. Sudut matanya melengkung dengan gembira.Begitu melihat gambar di jendela mobil, hati Devina sangat pedih. Kedua matanya seketika memerah. Dia menoleh untuk menyeka air matanya diam-diam. Setelah perasaannya tenang, dia tersenyum sembari bertanya, "Beberapa hari lagi, Elea akan berulang tahun. Elea mau hadiah apa?"Eleanor kecil masih menggambar di jendela mobil. Dia menjawab ibunya dengan ceria. Katanya, "Ibu, ak

Latest chapter

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 50

    Mengingat bagaimana dulu dia mengabaikan Eleanor demi Miranda dan mengucapkan banyak kata-kata menyakitkan, Rowan kembali merasakan sakit di hatinya.Tiba-tiba, dia teringat bahwa Eleanor dulu sangat ingin menikah dengannya. Namun, dia pernah mengatakan banyak hal yang menyakitkan, bahkan berkata bahwa dia tidak mungkin menikahinya.Namun, bagaimana jika dia bersedia menikahi Eleanor? Apakah Eleanor akan kembali padanya?Memikirkan hal itu, mata Rowan kembali berbinar. Jika Eleanor menikah dengannya dan menjadi Nyonya Keluarga Naval, dia pasti akan menerima ajakannya untuk kembali bersama!....Keesokan paginya, Eleanor pergi ke kantor jaminan sosial bersama kliennya untuk mengurus klaim kecelakaan kerja. Menjelang siang, dia naik taksi kembali ke firma hukum.Saat taksi mendekati jalan tempat firma hukum berada, sopirnya bergumam, "Ada apa di depan sana? Kenapa ramai sekali?"Kemudian, dia menoleh ke arah Eleanor. "Bu, jalan di depan macet, sebaiknya turun di sini saja. Nggak jauh kok

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 49

    Beberapa tahun lalu, Dominic pernah berkelahi dan dihukum oleh kakeknya dengan aturan keluarga. Untungnya, saat itu mereka tidak tahu alasan dia berkelahi.Kali ini pun, dia tidak boleh membiarkan keluarganya tahu bahwa dia berkelahi demi Eleanor. Jika tidak, pertunangan mereka bisa ditunda atau bahkan dibatalkan.Haris menyeka keringat dingin di dahinya, punggungnya terasa dingin. Dia lalu mengangguk cepat. "Baik, baik.""Urus administrasi," perintah Dominic dengan suara datar."Baik, Pak."Tempat tidur Rowan tidak jauh dari sana, jadi dia bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. "Hah." Dia mengangkat alis dan tersenyum sinis. "Sudah sebesar ini, masih takut ketahuan keluarga kalau berkelahi? Dasar bayi besar!"Dominic hanya tertawa dan meliriknya dengan tatapan penuh provokasi. "Keluargaku nggak perlu tahu, cukup tunanganku saja yang tahu."Kata tunangan terlalu tajam, seperti belati paling tajam yang menusuk tepat ke jantung Rowan. Dalam sekejap, Rowan kehilangan seluruh tenag

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 48

    Begitu kedua pria itu dipisahkan, Eleanor segera berlari ke arah Dominic. Matanya penuh kepedihan. Air mata menggenang di pelupuknya, suaranya bergetar seperti hendak menangis. "Kak, kamu terluka! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"Melihat Eleanor, semua keganasan di mata Dominic langsung lenyap, berganti dengan kelembutan. "Aku baik-baik saja."Tidak jauh dari sana, Rowan yang ditahan oleh polisi melihat pemandangan itu dan merasa hatinya hancur berkeping-keping.Dengan wajahnya yang tersirat kesakitan mendalam, dia terlihat seperti anjing yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Dia bertanya, "Eleanor, siapa dia?"Begitu mendengar pertanyaan itu, kilatan amarah muncul di mata Eleanor. Dia sontak menoleh dan menatap langsung ke arah Rowan.Kebencian dalam tatapannya begitu jelas, menusuk tepat ke hati Rowan, membuatnya terasa seperti tertusuk belati. Detik berikutnya, Rowan mendengar suara dingin yang menusuk tulang."Rowan, aku nggak ingin melihatmu lagi. Tolong lenyap dari hidupku untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 47

    Dominic bahkan tidak melirik Rowan. Tanpa sepatah kata pun, dia langsung mengayunkan tinjunya ke wajah Rowan. Pukulan itu penuh dengan amarah, dia mengerahkan seluruh kekuatannya.Rowan mengerang kesakitan, refleks melepaskan Eleanor dan menutupi bagian yang dipukul. "Sialan! Cari mati ya!"Dominic menarik Eleanor ke belakangnya, melindunginya dengan tubuhnya. Tatapan dinginnya yang penuh niat membunuh tertuju pada Rowan. Dia menggertakkan giginya. "Jauhi dia!"Rowan yang sudah dipukul pun semakin marah saat melihat pria ini melindungi Eleanor. Dadanya sesak dipenuhi amarah. Dia mendorong Dominic dengan kasar. "Berengsek! Dia wanitaku, jangan sentuh dia!"Dominic menyerahkan termos makanan ke tangan Eleanor. "Tunggu di sana."Begitu Eleanor menerima termos itu, Dominic langsung berbalik dan menendang Rowan dengan keras.Rowan terjungkal ke tanah. Dia bangkit dengan wajah penuh amarah. Sebagai pewaris Keluarga Naval, dia selalu dipuja dan dihormati. Dia tidak pernah diperlakukan sehina

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 46

    Eleanor langsung menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Rowan berdiri di bawah pohon, menatapnya dalam diam. Tatapannya gelap dan berbahaya."Nanti kita bicara lagi, aku tutup dulu." Eleanor langsung mengakhiri panggilan dan berjalan ke arah Rowan.Dia berhenti satu meter di depannya. Ekspresinya penuh kekesalan. "Gimana kamu bisa menemukan tempat ini?""Hah." Rowan menyipitkan matanya sedikit, auranya penuh ancaman. "Kamu menghindar dariku?"Eleanor mengernyit. "Kenapa aku harus menghindarimu? Bukannya aku sudah bilang aku akan balik ke kampung halaman?"Rowan melangkah lebih dekat. Eleanor refleks mundur. Gerakan itu membuat kekesalan di tatapan Rowan semakin dalam."Kamu bilang cuma sebentar, tapi kamu nggak bilang nggak akan kembali ke Kota Alman." Rowan mencondongkan tubuhnya ke depan. Tatapannya dipenuhi emosi yang berkecamuk. "Kamu mau merajuk sampai kapan?"Eleanor berdecak kesal sambil menatap mata Rowan dengan tenang. "Aku nggak merajuk. Ro

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 45

    Keesokan hari saat bekerja, Vivian memberikan dua kasus kepada Eleanor. Dia secara langsung menyerahkan berkas kasus dan berbicara dengan cepat, "Klien ingin mengajukan banding. Pengacara sebelumnya sudah mengundurkan diri, jadi sekarang dialihkan ke kamu.""Batas waktu banding sudah dekat, sebaiknya kamu segera menyiapkan dokumen banding hari ini dan merapikan semua berkas untuk diajukan ke pengadilan.""Lalu, ada kasus kecelakaan kerja ini. Kamu perlu membawa klien melakukan verifikasi kecelakaan dan penilaian kemampuan kerja. Kamu bisa membuat janji dengannya hari ini atau besok. Besok sudah hari Jumat, sebaiknya jangan ditunda sampai minggu depan."Eleanor menerima berkas kasus dan mengangguk berkali-kali. "Baik, baik."Dia baru mulai bekerja, tetapi sudah langsung menangani kasus. Memang pantas jika firma hukum ini menjadi yang terbaik di Kota Ordo.Sibuk sedikit bukan masalah, semakin banyak kasus berarti semakin banyak komisi dan pengalaman yang bisa didapat.Eleanor lantas meng

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 44

    Sekarang Adrian sudah mengaktifkan kembali kartu banknya, jadi nominal sebanyak ini bukan masalah bagi Eleanor. Anggap saja ini sebagai biaya untuk menjaga hubungan sosial.Saat makan malam berlangsung, Eleanor bangkit untuk pergi ke toilet. Erica kembali melontarkan sindiran, "Bu Eleanor, mau ke mana? Jangan-jangan mau kabur karena nggak sanggup bayar ya? Hahaha."Dengan ekspresi datar, Eleanor menjawab, "Aku mau ke toilet. Kenapa? Kamu nggak percaya padaku? Mau ikut juga?""Mana mungkin? Aku cuma bercanda kok. Kalau kamu terlalu serius, berarti salahmu sendiri," balas Erica dengan santai.Eleanor tidak lagi menggubrisnya dan langsung keluar dari ruangan. Saat berjalan ke toilet dan melewati area dekat lift, dia tanpa sengaja menoleh dan bertemu dengan sepasang mata yang familier.Dominic tampak terkejut. "Elea? Kok kamu ada di sini?"Di sekelilingnya, ada beberapa pria berpakaian formal dengan tampilan berkelas.Ruangan tempat Eleanor makan bersama rekan-rekannya berada di lantai sat

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 43

    Di Restoran Nuansa, restoran mewah di sekitar Firma Hukum Victory. Selain ruang VIP eksklusif, hampir semua ruang privat dipesan oleh firma hukum.Di dalam ruang makan tempat Eleanor duduk ...."Bu Eleanor, wah, kamu royal sekali ya! Langsung pilih Restoran Nuansa!" Seorang pengacara wanita muda tersenyum. "Terakhir kali aku makan di sini itu pas acara tahunan firma, waktu bos besar yang traktir."Vivian ikut bercanda, "Bu Eleanor masih muda, tapi sudah sukses. Sepertinya selama ini dapat banyak klien besar ya? Di kantor kita, kalau semua departemen digabung, ada lebih dari 100 orang. Sepertinya malam ini kamu bakal keluar banyak uang nih."Torro terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu ini keren juga ya."Seorang wanita muda lainnya bertanya dengan nada sarkastis, "Bu Eleanor, kamu yakin bisa nih? Di sini, rata-rata per orang bisa habis 400 sampai 600 ribu. Ditambah minuman dan alkohol, makan malam ini bisa-bisa menghabiskan gaji tiga bulanmu. Gimana kalau cari tempat lain saja? Jangan memak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 42

    Eleanor berpikir, jika dirinya bekerja di Firma Hukum Victory nanti, dia akan pindah ke apartemen supaya perjalanan ke kantor lebih mudah. Tinggal sendiri juga lebih nyaman. Yang paling penting, dia tidak perlu berhadapan dengan Adrian dan Karmela. Hidupnya akan lebih tenang.Di Firma Hukum Victory, yang mewawancarainya adalah HRD serta Vivian. Eleanor adalah lulusan universitas ternama dan memiliki pengalaman kerja 3 tahun. Semua pertanyaan profesional yang diajukan oleh Vivian dapat dijawab dengan lancar.Terlihat jelas bahwa Vivian sangat puas dengannya. Untuk gaji dan tunjangan, mereka langsung menyetujui ekspektasi Eleanor. Gaji pokok 30 juta ditambah komisi dari biaya hukum.Setelah wawancara selesai, Vivian tersenyum dan berkata, "Bu Eleanor, sampai jumpa besok."Eleanor membalas dengan senyuman sopan, "Sampai jumpa besok."Wawancara ini jauh lebih mudah dari yang dibayangkan. Awalnya, dia mengira firma hukum akan menekan tawaran gajinya. Tak disangka, semuanya berjalan begitu l

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status