Share

Bab 6

Author: Hilya
Eleanor melihat Rowan dan bertanya balik dengan ekspresi bingung, "Apa?"

Rowan berpikir mungkin Eleanor masih marah, jadi Eleanor tidak langsung memberikan hadiah kepada Rowan. Tidak masalah, Rowan akan mengalah terlebih dahulu. Dia berucap dengan lembut, "Tadi nada bicaraku waktu di toko agak kasar. Jangan marah lagi."

Seharusnya amarah Eleanor akan reda setelah Rowan berbicara seperti ini. Eleanor mendesah, lalu melihat Rowan dan berkata dengan serius, "Aku nggak marah."

Rowan yang tidak percaya menanggapi, "Lain di mulut, lain di hati."

"Terserah kalau kamu berpikiran begitu," balas Eleanor.

Rowan langsung merasa gusar setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia memarahi, "Eleanor, aku sudah minta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan?"

Eleanor tetap lanjut membereskan barang dan menyahut dengan tenang, "Aku nggak butuh permintaan maaf darimu."

Rowan mengamati Eleanor sejenak, lalu bertanya dengan canggung, "Mana hadiahnya?"

Eleanor memandang Rowan dan bertanya balik, "Hadiah apa?"

Rowan menjelaskan, "Anthony bilang dia lihat kamu belikan aku jam tangan. Bukannya kamu beli jam tangan itu untuk minta maaf padaku? Aku sudah pulang, kamu masih nggak mau keluarkan jam tangannya?"

Eleanor hendak mengatakan jam tangan itu bukan dibeli untuk Rowan. Namun, Rowan malah melanjutkan, "Jangan terlalu berlebihan. Aku bisa kehilangan kesabaran kalau kamu terus merajuk."

Eleanor tiba-tiba tertawa. Rowan bertanya sembari mengernyit, "Kenapa kamu tertawa?"

Eleanor bertatapan dengan Rowan dan menyahut, "Ucapanmu sangat lucu. Aku memang beli jam tangan, tapi bukan beli untukmu. Aku juga nggak merasa aku berbuat salah. Kenapa aku harus minta maaf kepadamu?"

"Kamu bukan beli jam tangan itu untukku? Jadi, kamu beli untuk siapa?" tanya Rowan. Emosinya tersulut. Dia mengepalkan tangannya dengan erat.

"Kamu nggak usah tahu," timpal Eleanor dengan santai.

Rowan membentak, "Aku nggak usah tahu? Aku ini pacarmu! Masa aku nggak peduli lihat kamu beli hadiah untuk pria lain?"

Dibandingkan dengan Rowan yang marah, sikap Eleanor sangat tenang. Dia yang merasa lucu melihat Rowan sambil bertanya, "Bukannya kamu itu pacarnya Miranda?"

Rowan langsung menjelaskan, "Hubunganku dengan Miranda nggak seperti itu."

Suara Rowan lebih kecil dibandingkan saat bertanya tadi. Dia tidak terlalu yakin ketika melontarkan ucapan itu karena merasa bersalah. Sekarang Miranda bukan pacar Rowan, lebih tepatnya Miranda adalah kekasih gelapnya.

Mereka berdua sudah berhubungan intim, tetapi wanita yang berstatus pacar Rowan adalah Eleanor. Rowan menyukai sifat Miranda yang agresif dan terbuka. Dia menyukai Miranda yang bisa berinisiatif menggodanya.

Hanya saja, Rowan juga menyukai Eleanor yang cantik. Apalagi, Eleanor mempunyai sifat yang lembut dan pengertian. Rowan tidak ingin begitu cepat memberi tahu Eleanor bahwa dirinya dan Miranda sudah bersama.

Rowan lanjut menjelaskan, "Hari ini aku dan Miranda pergi melihat cincin memang karena disuruh ibuku. Tapi, kami bukan beli cincin Miranda, melainkan bantu ibuku pilih. Ibuku baru beli gaun baru, dia bilang nggak punya perhiasan yang cocok untuk dipadankan dengan gaun itu."

Rowan meneruskan, "Ibuku bilang Miranda punya selera yang bagus, dia pandai padu padan. Jadi, ibuku suruh dia ikut aku pergi. Bukan cuma cincin, kalung, anting, dan gelang juga harus dipilih dengan cermat untuk dipadankan dengan gaunnya."

Rowan menambahkan, "Aku tahu kamu salah paham, tapi waktu itu aku terbawa emosi. Jadi, aku sengaja nggak jelaskan untuk buat kamu cemburu."

Eleanor bertanya dengan tatapan dingin, "Cemburu? Kamu masih tahu aku bisa cemburu?"

Rowan menimpali, "Eleanor, maaf ...."

Eleanor menyergah, "Aku tahu kamu sudah minta maaf, tapi aku nggak terima. Hadiah itu memang bukan dibeli untukmu."

Rowan bertanya dengan suara keras, "Jadi, kamu beli untuk siapa?"

"Tunanganku," jawab Eleanor.

Rowan tertawa sinis, lalu menyindir, "Eleanor, kamu berani membual demi desak aku nikahi kamu. Jadi maksudmu, kamu baru maafkan aku dengan memberikan hadiah itu kepadaku kalau aku setuju menikahimu dan menjadi tunanganmu?"

Eleanor mengernyit, Rowan memang pria narsistik. Kenapa Rowan begitu percaya diri Eleanor tidak mempunyai pilihan lain selain dia?

Rowan tampak kecewa. Dia memandangi Eleanor dan berujar seraya menggeleng, "Eleanor, aku kira kamu tahu kesenjangan di antara kita yang nggak bisa diselesaikan. Aku kira kamu pengertian, tapi kamu terus desak aku nikahi kamu. Aku benar-benar kecewa."

Eleanor tidak bisa berkata-kata. Rowan langsung pergi setelah selesai bicara. Dia juga membanting pintu.

Eleanor menggeleng. Awalnya, dia berencana untuk meminta putus baik-baik dengan Rowan karena masalah hari ini. Dia juga berniat memberi tahu Rowan identitasnya sebagai putri Keluarga Izara dari Kota Ordo dan dia akan pulang untuk bertunangan dengan Dominic.

Masalahnya, Rowan tidak memberi Eleanor kesempatan untuk berbicara. Eleanor berpikir mungkin dirinya yang memberikan kepercayaan diri kepada Rowan. Itulah sebabnya Rowan begitu yakin Eleanor bertekad untuk menikah dengannya.

Dulu, Eleanor selalu menjadi pacar yang patuh dan pengertian. Dia tidak pernah memeriksa keberadaan Rowan dan tidak cemburu. Eleanor juga tidak pernah bertanya tentang masalah pribadi Rowan. Selain berhubungan intim, Eleanor selalu memenuhi semua permintaan Rowan.

Kemungkinan semua tindakan Eleanor membuat Rowan menganggap Eleanor tidak mungkin meninggalkannya. Rowan tidak tahu Eleanor begitu pengertian karena sejak awal Eleanor tahu Rowan tidak akan menikahinya.

Satu tahun yang lalu, Eleanor berniat membawa Rowan pulang ke Kota Ordo dan memberi tahu Rowan identitasnya sebagai putri Keluarga Izara.

Kemudian, Eleanor tidak sengaja mendengar Rowan menelepon Yolanda, "Bu, kamu tenang saja. Aku tahu kamu nggak akan setuju Eleanor menjadi menantu Keluarga Naval. Aku cuma pacaran dengannya, aku pasti meminta izin darimu dulu kalau mau menikah."

Rowan menambahkan, "Putramu bukan bucin. Aku bisa membedakan dengan jelas masalah menikah dan pacaran."

Rowan memang bisa membedakannya dengan jelas. Sejak saat itu, Eleanor tahu Rowan tidak berencana menikah dengannya. Lebih tepatnya, Rowan tidak terlalu menyukai Eleanor.

Namun, Eleanor bukan wanita yang berjuang mati-matian demi cinta. Dia bisa bertindak tegas saat membuat keputusan. Jika Rowan hanya ingin pacaran, Eleanor juga tidak keberatan.

Eleanor butuh ditemani. Dia juga perlu memenuhi kebutuhan emosionalnya. Eleanor yang hidup sendirian di kota yang asing ini hanya memerlukan pelukan yang hangat.

Eleanor melindungi dirinya dengan baik. Ciuman dan malam pertama Eleanor belum direnggut oleh Rowan.

Kenapa Eleanor tidak putus dengan Rowan lebih awal? Hal ini karena dulu Eleanor masih menyukai Rowan. Dia juga terbiasa ditemani oleh pria itu.

Perasaan manusia memang sangat rumit. Sering kali, masalah percintaan tidak bisa dijelaskan dengan sederhana.

Setelah mendengar ucapan Rowan, Eleanor juga tidak pernah mengungkit tentang identitasnya sebagai putri konglomerat lagi. Namun, Eleanor tiba-tiba merasa hubungan ini tidak menarik lagi sesudah tahu dirinya hanya seorang pengganti.

Eleanor bisa terima Rowan tidak menikahinya dan tidak terlalu mencintainya. Akan tetapi, Eleanor tidak bisa terima jika Rowan menganggapnya pengganti Miranda. Eleanor memiliki jati diri sendiri.

....

Eleanor tidak menyangka Yolanda akan mencarinya. Yolanda memakai gaun tradisional sutra berwarna biru tua. Dia juga memakai anting dan kalung batu safir yang mahal. Cincin berlian di jarinya juga sepadan dengan warna gaunnya.

Seperti yang dikatakan Rowan, Yolanda adalah istri pria kaya yang bisa membeli satu set perhiasan untuk dipadankan dengan gaunnya.

"Kamu Eleanor, ya?" tanya Yolanda. Dia mengamati Eleanor dengan sinis, seolah-olah melihat barang yang tidak disukainya. Yolanda sangat pemilih.

Eleanor menyapa dengan sopan, "Hala, Bibi Yolanda."

"Ya," sahut Yolanda. Dia berjalan masuk ke ruangan, lalu mengamati sekeliling. Akhirnya, dia melihat Eleanor dan berkata, "Aku sudah tahu masalahmu dengan Rowan."

Yolanda duduk di sofa. Kedua kakinya dirapatkan dengan posisi sedikit miring. Dia terlihat sangat anggun, tetapi ucapannya sangat kasar. "Wanita sepertimu ingin menjadi menantu Keluarga Naval?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 7

    Eleanor duduk di sofa tunggal di samping Yolanda. Dia tidak takut sedikit pun saat memandang Yolanda, bahkan dia berbicara dengan tenang, "Aku nggak ingin jadi menantu Keluarga Naval."Tentu saja Yolanda tidak percaya. Dia mengamati seluruh tubuh Eleanor, ini adalah pacar putranya selama 3 tahun.Eleanor memang cantik dan elegan. Meskipun berasal dari keluarga biasa, Eleanor tidak terlihat canggung dan minder.Tadi Yolanda sengaja mempermalukan Eleanor. Tidak disangka, Eleanor sama sekali tidak kesal. Dia tetap bersikap tenang begitu melihat Yolanda. Bahkan, dia sangat percaya diri saat berbicara.Namun, apa gunanya? Eleanor hanya wanita matre yang ingin menjadi menantu keluarga kaya. Biarpun pandai berpura-pura, status Eleanor tetap tidak tinggi.Yolanda berucap dengan angkuh, "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga wanita, jadi aku memahami pemikiranmu. Aku tahu Rowan disukai banyak wanita, nggak mudah bagimu untuk bertemu dengan putra keluarga kaya seperti dia. Biasanya

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 8

    Satu tahun yang lalu, Nichelle putus dengan pacarnya. Kemudian, pacarnya membuat daftar utang dan menyuruh Nichelle membayar. Di dalam daftar utang tertulis bahwa pacarnya mentransfer total 100 juta lebih kepada Nichelle saat pacaran selama 2 tahun.Nichelle menolak untuk membayar, lalu Nichelle digugat pacarnya. Jadi, Nichelle datang ke kantor pengacara untuk meminta bantuan. Kala itu, pengacara lain di kantor pergi menyelesaikan kasus di pengadilan. Hanya Eleanor yang berada di kantor.Nichelle berucap sambil menangis, "Bukan begitu, aku tinggal bersama dia selama 2 tahun. Dari awal, kami sudah sepakat untuk membagi 2 uang sewa, listrik, air, dan biaya sehari-hari lainnya. Dia bilang mau transfer 4 juta setiap bulan kepadaku, itu sudah termasuk uang sewa dan semua biaya lainnya."Nichelle melanjutkan, "Aku juga keluarkan 4 juta untuk membayar biaya hidup kami. Waktu itu, aku langsung menuruti kemauannya tanpa pikir panjang. Siapa sangka, dia malah suruh aku bayar utang setelah kami p

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 9

    Eleanor tidur sampai terbangun sendiri. Ketika membuka mata, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi."Ah! " Eleanor meregangkan tubuh sembari bergumam, "Nggak bekerja memang menyenangkan."Eleanor beranjak dari kasur. Setelah cuci wajah dan gosok gigi, dia turun untuk makan sarapan.Jenar menyiapkan sarapan untuk dua orang.Eleanor melirik sekilas tempat duduk yang kosong di depannya tanpa mengatakan apa-apa.Melihat Eleanor sudah turun, Jenar bertanya dengan bingung, "Nona Eleanor, apa hari ini Tuan nggak turun untuk makan sarapan?"Eleanor makan sesuap bubur ayam sebelum menjawab, "Dia nggak pulang semalam. Sepertinya nggak akan makan.""Oh," sahut Jenar. Begitu sadar dirinya banyak bicara, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi dan kembali ke dapur.Setelah menghabiskan sarapan, Eleanor menerima pesan dari Dominic.[ Elea, apa gaun pertunanganmu mau dibuat khusus atau pilih koleksi terbaru merek ternama? ]Jika ingin dibuat khusus, apakah masih sempat? Sepertinya Eleanor masih belum ta

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 10

    Eleanor menghubungi Dominic.Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya.""Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor."Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic."Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor."Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar."Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 11

    Terlihat sebuah mobil Bentley Continental GT berwarna biru salju. Warnanya sangat cantik dan unik. Mata Eleanor berbinar-binar. Dia sangat menyukai mobil ini.Seorang pria berjas turun sambil memberi hormat. Dia menyerahkan kunci mobil kepada Eleanor sebelum berujar, "Bu Eleanor, ini mobil yang diberikan Pak Dominic."Ketika menerima kunci mobil, hati Eleanor sedikit tersentuh. Dominic cukup royal kepadanya. Mobil ini setidaknya seharga lebih dari 8 miliar."Terima kasih," tutur Eleanor."Sama-sama. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu," ucap pria itu sembari membungkuk dengan hormat."Oke," sahut Eleanor.Tidak lama setelah pria itu pergi, Eleanor menerima panggilan dari Dominic."Mobilnya bagus nggak?" tanya Dominic dengan santai. Nada bicaranya terdengar seakan-akan sedang menanyakan makanan hari ini sesuai selera atau tidak. Mobil seharga 8 miliar terdengar seperti sayuran yang dijual di pasar saat diucapkan dari mulutnya.Sebenarnya, bagi orang-orang dari kalangan seperti m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 12

    Eleanor tersenyum dengan tidak acuh, lalu menyahut, "Benar. Karena kamu nggak benar-benar mengenalku."Setelah melontarkan itu, Eleanor menggoda Miranda dengan usil. Katanya, "Miranda, kamu benar-benar nggak mau berfoto? Kalau nggak mau, aku bawa mobilnya pergi, nih."Miranda begitu kesal sampai wajahnya merah padam. Dia benar-benar sangat Ingin berfoto! Namun, Eleanor ada di dalam mobil. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan menurunkan harga dirinya."Aku nggak butuh," jawab Miranda dengan keras kepala."Ya, sudah. Sampai jumpa!" seru Eleanor seraya melambaikan tangan kepada mereka. Kemudian, dia menginjak pedal gas dan melaju pergi.Mobil Bentley biru menghilang dari pandangan Rowan dan Miranda.Miranda bertanya dengan kesal, "Rowan, kenapa kamu bisa tertarik sama wanita yang begitu mementingkan gengsi?"Rowan memijat dahinya sebelum menimpali, "Dulu dia nggak seperti ini. Aku nggak tahu ada apa dengannya akhir-akhir ini. Dia bukan cuma memaksaku menikah dengannya, tapi juga menyewa m

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 13

    Satu malam sebelum hari persidangan.Ketika sedang mandi, Eleanor mendengar suara barang pecah dari kamarnya. Dia segera membilas busa di tubuhnya, lalu memakai baju tidur dan keluar memeriksanya. Di dalam kamar tidak ada siapa-siapa, hanya ada pecahan porselen yang berserakan di lantai.Eleanor langsung mengenali barang yang pecah adalah boneka porselen peninggalan ibunya. Itu adalah boneka Cinnamoroll biru muda.Saat ulang tahunnya yang ke-12, Eleanor dan ibunya mewarnai boneka itu bersama di toko kerajinan tangan. Di belakang boneka itu juga terukir namanya dan ibunya.Begitu melihat pecahan di lantai, Eleanor merasa darahnya seakan-akan mendidih. Amarahnya seketika meluap."Siapa yang melakukannya?" pekik Eleanor keluar dari kamar.Tok! Tok! Tok! Eleanor mengetuk pintu kamar Rowan dengan keras sambil berteriak marah, "Rowan! Miranda! Siapa di antara kalian yang masuk ke kamarku?"Pintu kamar Rowan terbuka. Dia bertanya dengan jengkel, "Apa yang kamu lakukan malam-malam? Kenapa kamu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 14

    Pada hari Devina keluar dari rumah sakit, salju berhenti dan matahari bersinar cerah. Pepohonan di pinggir jalan berkilauan seperti kristal. Langit biru juga tampak jernih.Adrian mengemudi sendiri untuk menjemput Devina dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan, sepasang suami istri ini tidak berbicara. Suasananya begitu menekan dan suram.Eleanor kecil duduk di kursi belakang. Dia mengembuskan napas ke jendela mobil, lalu menggambar dengan jarinya. Hatinya dipenuhi kegembiraan karena ibunya akhirnya keluar dari rumah sakit.Eleanor kecil menggambar tiga orang di jendela mobil. Sudut matanya melengkung dengan gembira.Begitu melihat gambar di jendela mobil, hati Devina sangat pedih. Kedua matanya seketika memerah. Dia menoleh untuk menyeka air matanya diam-diam. Setelah perasaannya tenang, dia tersenyum sembari bertanya, "Beberapa hari lagi, Elea akan berulang tahun. Elea mau hadiah apa?"Eleanor kecil masih menggambar di jendela mobil. Dia menjawab ibunya dengan ceria. Katanya, "Ibu, ak

Latest chapter

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 100

    Mereka berdua terlihat berbincang dan tertawa, tampak begitu akrab.Rowan bergumam, "Cepat sekali dia keluar dari rumah sakit. Benar-benar susah mati."Anthony menduga pria itu adalah tunangan Eleanor. Tanpa ragu, Rowan membuka pintu mobil dan berjalan menuju Eleanor.....Sudah seminggu sejak Dominic keluar dari rumah sakit. Selama seminggu ini, setiap hari dia harus makan makanan polos di bawah pengawasan Eleanor.Awalnya dia masih bisa menerimanya, tetapi setelah beberapa hari berturut-turut hanya makan makanan yang begitu-begitu saja, dia mulai bosan.Setelah membujuk dan merajuk, akhirnya hari ini Eleanor setuju untuk membawanya keluar makan sesuatu yang lebih enak.Restoran yang mereka tuju berada di pusat kota, daerah paling ramai. Itu adalah restoran tua yang terkenal di Kota Ordo, tempat mereka biasa makan sejak kecil.Karena sekarang jam makan, restoran itu penuh. Tidak ada satu kursi pun yang kosong, bahkan di depan pintu ada antrean panjang yang menunggu giliran masuk.Untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 99

    Akhir-akhir ini, Rowan sibuk mencari investor untuk perusahaannya. Di Kota Ordo, hampir tidak ada perusahaan yang bersedia berinvestasi di Grup Naval. Jadi, dia terpaksa mencari peluang di luar kota. Sebagian besar waktunya dihabiskan di hotel dan pesawat.Hari ini, Rowan baru saja kembali ke Kota Ordo dan Anthony sudah datang menjemputnya. Saat sore hari dalam perjalanan menuju sebuah acara makan, Anthony melirik sekilas ke arah Rowan ketika mobil berhenti di lampu merah.Rowan sedang memegang ponselnya, melihat satu per satu foto lamanya bersama Eleanor. Anthony membuka mulut seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu.Sebelum dia sempat berbicara, Rowan sudah lebih dulu menyodorkan ponselnya. Matanya penuh nostalgia. "Lihat, betapa bahagianya kami dulu."Anthony memandangnya dengan ekspresi rumit. Beberapa waktu lalu, Rowan memintanya membeli cincin dari Pransis, katanya ingin menggunakannya untuk merebut kembali Eleanor.Saat itu, Rowan mengatakan bahwa Eleanor akan seg

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 98

    Eleanor masih belum puas dan bertanya lagi, "Benar-benar nggak ada perkiraan waktu?""Kalau harus dijawab, mungkin saat kamu SMA. Saat Declan mengganggumu, aku menghajarnya dan baru sadar kalau perasaanku ke kamu memang berbeda."Eleanor merapatkan bibirnya. "Kamu menyembunyikannya dengan baik ya."Dominic mengusap kepala Eleanor yang lembut. "Aku harus menunggumu tumbuh dewasa dulu."Tatapannya tiba-tiba dipenuhi sedikit kesedihan. "Begitu kamu lulus kuliah, aku langsung menemui ayahmu untuk mengajukan pernikahan. Tapi, kamu malah menolak dan kabur dari rumah."Eleanor merasa bersalah. Dia mengalihkan pandangannya dan bergumam, "Waktu itu ... aku pikir Ayah mengorbankanku demi bisnis keluarga. Mana aku tahu kalau kamu sudah merencanakan ini sejak lama? Kamu juga nggak pernah bilang. Aku benar-benar merasa dirugikan ...."Tiba-tiba, Dominic memasang ekspresi kesakitan. "Aduh, sakit sekali."Eleanor pun panik dan buru-buru melihat ke arah pinggangnya yang terluka. "Kenapa? Kebentur sesu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 97

    Ucapan Rowan seperti mantra yang terus bergema di kepala Eleanor, membuat pikirannya kacau sepanjang hari.Keesokan harinya saat Eleanor datang ke rumah sakit untuk menjenguk Dominic, wajahnya tampak penuh beban."Elea, lagi pikirin apa?" tanya Dominic.Eleanor mengedipkan matanya, memalingkan wajahnya agar tak menatapnya langsung. "Itu ... soal Katalina, sebenarnya dia siapa?"Dominic tersenyum misterius. "Cemburu ya?"Eleanor berusaha terlihat tidak acuh dan menggembungkan pipinya sedikit. "Nggak kok. Aku hanya penasaran. Kamu nggak pernah menyebutnya sebelumnya."Mengingat bagaimana wanita itu menculik Emily dan hampir menikamnya, Eleanor bukan hanya cemburu, tetapi juga marah. "Dari mana kamu mendapatkan penggemar gila seperti itu?"Dominic melambaikan tangannya ke arah Eleanor. "Kemari."Eleanor menurut. Dia mendekat dan duduk di tepi tempat tidur.Dominic menggenggam tangannya dengan serius. "Aku dan dia dulu teman sekelas waktu SMA. Dia pernah mengejarku dengan sangat agresif, t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 96

    "Hmm."Selena menoleh menatap Dominic. "Kamu sudah kenyang? Mau makan lagi nggak? Ibu bawa semua makanan favoritmu."Dominic menjawab, "Nggak perlu. Masakan Eleanor pas banget di lidahku, aku habiskan semuanya."Mendengar itu, Selena tersenyum puas. "Baiklah. Kalau sudah makan, nggak apa-apa."Kevin memandang mereka dengan tatapan menggoda. "Oh? Masakan Eleanor ya?"Dia meletakkan keranjang buah dan suplemen yang dibawanya, lalu menatap Dominic sambil tersenyum. "Kamu beruntung sekali ya."Dominic menanggapi, "Tentu saja. Kebahagiaan seperti ini mana bisa dirasakan oleh para jomblo?"Senyuman Kevin langsung membeku. "Baiklah, aku juga harus cari pacar, lalu pamer kemesraan setiap hari di depanmu sampai kamu muak!"Olivia membelalakkan mata karena terkejut. "Elea, kamu bisa masak?"Eleanor tersenyum tipis. "Baru saja belajar.""Tsk, tsk, cinta memang ajaib." Olivia masih tak percaya. Dia bahkan mengelilingi Eleanor seakan-akan ingin memastikan sesuatu."Aku masih ingat waktu kuliah dulu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 95

    Saat Dominic sadar kembali, meja lipat di depannya sudah penuh dengan makanan. Ada tumis pakcoy, daging sapi, nasi putih yang masih mengepul asap, serta semangkuk sup."Kamu masak sebanyak ini?" Dominic tersenyum lembut. "Sup apa ini?""Sup ayam kampung." Eleanor mengangkat mangkuk sup, mengambil sesendok, lalu meniupnya perlahan sebelum menyodorkannya ke bibir Dominic. "Coba cicipi."Dominic menurunkan pandangannya sambil tersenyum, tetapi senyuman itu tiba-tiba memudar. "Tanganmu kenapa?" Dia melihat ada lepuhan kecil di jari telunjuk kanan Eleanor.Eleanor refleks ingin menyembunyikannya, tetapi sudah terlambat. Dia hanya bisa berkata dengan jujur, "Tadi ... waktu di dapur, aku nggak sengaja kena air panas. Nggak apa-apa, cuma lepuhan kecil saja."Mata Dominic sedikit memerah. "Sakit nggak?"Eleanor menggeleng. "Nggak sakit."Dominic menyesap sup dengan tenang, lalu menggenggam pergelangan tangan Eleanor dengan lembut, menunduk dan meniup pelan bagian yang terluka.Setelah beberapa

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 94

    Bibir pucat Dominic membentuk senyuman tipis. "Baik, aku janji padamu."Isaac dan Selena baru saja keluar dari ruang ICU ketika mereka menerima telepon. Suara di ujung telepon terdengar cemas. "Pak Isaac, ada masalah."Di pusat tahanan, Katalina mengaku bahwa dia hamil. Sesuai prosedur, dia harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan.Dalam perjalanan ke rumah sakit, sebuah mobil tiba-tiba melaju dengan kencang, menabrak mobil yang membawa Katalina hingga berhenti di tepi jalan.Dari mobil itu, turun beberapa pria bertubuh kekar dengan keterampilan luar biasa. Mereka pun membawa Katalina pergi.Petugas yang mengawal mengalami cedera parah, sementara kendaraan mereka rusak berat dan tidak bisa langsung mengejar.Mendengar laporan itu, wajah Isaac menunjukkan ekspresi tak percaya. "Dia berhasil dibawa pergi?""Apa yang terjadi? Siapa yang dibawa pergi?" tanya Selena dengan cemas.Isaac menarik napas dalam-dalam, tubuhnya sedikit bungkuk. "Katalina.""Apa?" Selena terkejut. "Bukankah di

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 93

    Eleanor sudah cemas sepanjang sore. Sekarang setelah Dominic melewati masa kritis, dia ingin melihatnya. Bagaimanapun, Dominic terluka karena melindunginya."Ayo, ikut aku pulang," ucap Adrian dengan tegas.Eleanor menggeleng, menatap ayahnya dengan teguh. "Ayah, aku tahu Ayah sangat marah sekarang, tapi aku belum bisa pulang. Dominic sudah mempertaruhkan nyawanya untukku. Aku nggak punya alasan untuk pergi begitu saja. Kalau dia nggak melihatku saat siuman nanti, dia pasti akan sangat sedih."Nirvan merasa terharu mendengar kata-kata itu. Dia lantas menoleh ke Adrian. "Adrian, istriku tadi memang terlalu kasar. Aku minta maaf, jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati."Isaac juga menimpali, "Benar, Dominic pasti ingin melihat Eleanor di sisinya setelah siuman."Selena berkata, "Adrian, jangan marah. Kedua anak ini saling mencintai, ini hal yang baik."Tokoh besar seperti Nirvan sampai merendahkan diri untuk meminta maaf, Adrian pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.Memang benar bahwa Gi

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 92

    Eleanor menunduk. "Semua ini salahku."Selena langsung menoleh ke arahnya. "Elea, apa maksudmu?"Eleanor pun menceritakan semuanya dengan jelas.Giana bertanya dengan nada menyalahkan, "Jadi, Dominic ditikam karena melindungimu?"Eleanor menggigit bibirnya. "Ya."Giana pun kesal. "Eleanor, kamu terlalu gegabah. Kami sudah melapor ke polisi dan ada banyak pengawal di vila. Kenapa kamu nggak bisa menunggu sebentar? Kalau kamu nggak bertindak gegabah, Dominic nggak akan terluka seperti ini.""Maafkan aku, ini semua salahku," ucap Eleanor dengan suara lirih, kepalanya semakin tertunduk.Giana semakin menekan. "Kamu belum resmi masuk keluarga ini, tapi sudah membawa masalah sebesar ini."Wajah Adrian langsung menjadi masam. "Apa maksudmu? Jelas-jelas Dominic yang ada masalah dengan wanita itu, sementara putriku adalah korbannya. Kenapa malah menyalahkan putriku?"Adrian menyindir, "Gampang sekali kalian bicaranya. Kalian suruh kami menunggu? Wanita itu menculik putri bungsuku, menodongkan p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status