Bab 7

Eleanor duduk di sofa tunggal di samping Yolanda. Dia tidak takut sedikit pun saat memandang Yolanda, bahkan dia berbicara dengan tenang, "Aku nggak ingin jadi menantu Keluarga Naval."

Tentu saja Yolanda tidak percaya. Dia mengamati seluruh tubuh Eleanor, ini adalah pacar putranya selama 3 tahun.

Eleanor memang cantik dan elegan. Meskipun berasal dari keluarga biasa, Eleanor tidak terlihat canggung dan minder.

Tadi Yolanda sengaja mempermalukan Eleanor. Tidak disangka, Eleanor sama sekali tidak kesal. Dia tetap bersikap tenang begitu melihat Yolanda. Bahkan, dia sangat percaya diri saat berbicara.

Namun, apa gunanya? Eleanor hanya wanita matre yang ingin menjadi menantu keluarga kaya. Biarpun pandai berpura-pura, status Eleanor tetap tidak tinggi.

Yolanda berucap dengan angkuh, "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga wanita, jadi aku memahami pemikiranmu. Aku tahu Rowan disukai banyak wanita, nggak mudah bagimu untuk bertemu dengan putra keluarga kaya seperti dia. Biasanya dia sering memberimu uang, 'kan?

Eleanor menanggapi, "Aku nggak tertarik dengan uangnya."

Yolanda mencibir, lalu menimpali dengan dingin, "Untuk apa kamu berpura-pura? Dasar wanita sok suci! Aku sudah sering melihat wanita sepertimu, kamu bilang nggak tertarik dengan uang Rowan. Kalau nggak tertarik, kenapa kamu mendekati Rowan?"

Eleanor tertawa setelah mendengar ucapan Yolanda. Dia membalas, "Bibi Yolanda, apa maksudmu nggak ada yang menarik lagi dari putramu selain uangnya?"

"Kamu!" bentak Yolanda yang amarahnya memuncak. Dia menghela napas, lalu menegur sambil memelototi Eleanor, "Beraninya kamu beradu mulut denganku! Padahal Rowan memujimu patuh dan pengertian, aku rasa dia salah menilai kamu!"

Eleanor mengambil cangkir teh dengan tenang, lalu meminumnya untuk melepas dahaga. Yolanda melirik Eleanor dan memarahi, "Benar-benar nggak sopan. Masa kamu nggak menuang secangkir teh untuk senior yang datang?"

Eleanor menyunggingkan senyum palsu dan menimpali, "Maaf, Bibi Yolanda. Di sini nggak ada cangkir lebih. Kamu pasti nggak mau pakai cangkir bekasku, jadi aku pikir nggak usah tuangkan teh untukmu. Lagi pula, kamu juga nggak kekurangan uang untuk beli minuman, 'kan?"

Yolanda sangat geram. Kenapa Rowan berpacaran dengan wanita yang tidak sopan seperti ini? Yolanda menenangkan dirinya, lalu berujar, "Hari ini aku mau beri tahu kamu, bukan sembarang orang bisa menjadi anggota Keluarga Naval. Kamu nggak mungkin bisa menikahi Rowan!"

Eleanor menyahut, "Iya."

Yolanda melanjutkan, "Miranda itu menantu pilihanku. Keluarganya sudah berteman dengan kami sejak lama. Miranda juga cinta pertama Rowan. Aku sarankan kamu nggak usah incar Rowan lagi, cepat bereskan barangmu dan pergi. Serahkan posisi pacar Rowan kepada Miranda."

Eleanor tersenyum. Dia ingat pernah mendengar Rowan menelepon dan mengatakan aliran dana Grup Naval bermasalah. Banyak proyek dihentikan dan perusahaan mengalami kerugian besar.

Kala itu, Eleanor pernah berpikiran untuk memberikan suntikan dana kepada Grup Naval. Walaupun Rowan menganggap latar belakang keluarga Eleanor tidak bagus dan tidak berniat menikahi Eleanor, mereka sudah berpacaran selama 3 tahun.

Eleanor memang menyukai Rowan, jadi tidak masalah jika Eleanor membantunya. Saat pergi ke bar untuk menjemput Rowan, sebenarnya Eleanor berniat membicarakan masalah investasi untuk Grup Naval.

Eleanor bertengkar dengan keluarganya. Tentu saja Adrian tidak akan setuju berinvestasi pada Grup Naval.

Namun, kakak ipar Eleanor yang bernama Harvey adalah pemimpin Keluarga Salvo. Grup Salvo makin berkembang setelah dikelola oleh Harvey. Tahun lalu, Grup Salvo masuk dalam jajaran 10 perusahaan terbaik di dalam negeri.

Harvey sangat menyayangi Eleanor. Asalkan Eleanor meminta kepada Harvey, mendapatkan dana untuk Grup Naval bukan hal yang sulit. Hanya saja, malam itu Eleanor mendengar dia hanya pengganti Miranda.

Setelah memikirkan semua ini, Eleanor berhenti merenung. Dia berkata kepada Yolanda, "Kamu tenang saja. Beberapa hari lagi, aku mau pulang ke kampung halamanku. Ke depannya aku nggak akan kembali lagi."

Yolanda tidak menyangka Eleanor bisa menyerah begitu cepat. Seketika dia tidak tahu bagaimana caranya merespons. Ternyata semudah ini mengusir Eleanor? Apa Eleanor tidak menginginkan uang sepeser pun?

Yolanda merasa sedikit aneh, tetapi dia tidak bisa mengungkapkannya. Eleanor melihat jam tangannya dan berujar, "Sudah dulu, ya. Aku masih ada urusan. Aku pamit dulu."

Selesai bicara, Eleanor langsung pergi ke kamarnya untuk mengambil tas dan keluar sebelum Yolanda sempat bicara. Yolanda tertegun, Eleanor langsung pergi begitu saja?

Yolanda yang tersadar mengomel saking kesal, "Dasar wanita kurang ajar! Aku belum bilang mau pergi, tapi dia sudah pergi dulu! Apa dia menghormatiku sebagai senior?"

Hari ini, Yolanda sengaja memilih satu set perhiasan yang paling mewah dan mahal. Tujuannya adalah membuat Eleanor yang kampungan menyadari kesenjangannya dengan Rowan.

Sebelum datang, Yolanda berniat menggertak Eleanor dan menyuruh Eleanor melayaninya. Bahkan, dia membayangkan Eleanor menelepon dan mengadu kepada Rowan sembari menangis. Siapa sangka, hasilnya malah begini.

Eleanor sudah pergi, jadi Yolanda juga tidak berlama-lama lagi di vila. Dia keluar dari vila dengan marah. Yolanda memikirkan bagaimana caranya mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap Eleanor kepada Rowan. Dia benar-benar tidak menyukai Eleanor yang tidak tahu aturan.

Sopir menunggu di depan pintu. Yolanda yang baru masuk ke mobil ditelepon Miranda. Dia menenangkan dirinya, lalu menjawab panggilan telepon dengan nada bicara yang lembut, "Miranda, pacar Rowan benar-benar nggak sopan. Tadi aku sudah bertemu dia, orang miskin memang punya karakter yang buruk!"

Miranda sangat gembira. Baguslah, Eleanor sudah menyinggung Yolanda. Biarpun Rowan tidak rela putus dengan Eleanor, hubungan mereka berdua juga tidak bisa bertahan lama.

Miranda menghibur, "Bibi, jangan marah. Nggak usah perhitungan dengan wanita kampungan seperti itu."

Bagi Miranda, orang miskin pasti berasal dari desa. Kalaupun Eleanor bukan berasal dari desa, Miranda juga menganggap status Eleanor sangat rendah.

Yolanda menanggapi, "Miranda, kamu lebih patuh. Beberapa hari lagi, wanita kampungan itu mau pulang ke kampung halamannya. Dia nggak akan kembali lagi, untung dia tahu diri."

Miranda bertanya, "Dia benar-benar bilang begitu? Apa dia mau putus dengan Rowan?"

Yolanda menyahut, "Tentu saja. Biarpun dia nggak mau putus, aku juga akan desak dia. Hari ini dia sudah bersikap nggak sopan denganku, jadi dia nggak mungkin bisa melanjutkan hubungannya dengan Rowan lagi."

Miranda berkata, "Baguslah kalau begitu. Bibi, apa sekarang kamu mau pulang ke rumah? Aku temani kamu."

....

Setelah meninggalkan vila di Kompleks Helia, Eleanor langsung pergi ke kantor pengacara untuk mengundurkan diri. Eleanor sudah bekerja di kantor pengacara ini selama 3 tahun lebih. Dimulai dari pengacara magang sampai mendapatkan lisensi advokat, kantor ini adalah tempat Eleanor berkembang.

Asisten Eleanor yang bernama Nichelle baru lulus kuliah tahun ini. Dia berusia 20-an tahun dan lebih muda 3 tahun dari Eleanor.

Begitu mendengar Eleanor mengundurkan diri, mata Nichelle memerah. Dia bertanya, "Kak, kenapa kamu tiba-tiba mengundurkan diri?"

"Karena urusan keluarga," jawab Eleanor. Sebenarnya dia merasa mengundurkan diri bukan masalah besar. Namun, dia juga sedih melihat Nichelle hampir menangis. Bagaimanapun, Eleanor dan Nichelle bukan hanya rekan kerja biasa.