Share

Bab 3

Author: Hilya
Rowan baru sadar pacarnya juga berada di tempat ini. Dia langsung menarik tangannya yang merangkul pinggang Miranda dan mundur beberapa langkah. Teman-teman Rowan mengikuti arah pandangannya. Mereka baru menyadari Eleanor masih belum pergi, lalu mereka membantu Rowan.

"Ayo, kita lanjut main. Miranda, kamu sering sakit maag. Jangan minum anggur lagi. Kita ganti saja aturan mainnya, orang yang kalah harus main jujur atau tantangan."

"Saran ini bagus. Kita main jujur atau tantangan saja."

Rowan kembali duduk di samping Eleanor setelah menenangkan dirinya. Dia mengira Eleanor akan cemburu dan merajuk. Namun, Eleanor tidak melontarkan sepatah kata pun.

Sikap Eleanor yang acuh tak acuh membuat sedikit Rowan panik. Dia merasa Eleanor berbeda dengan dulu. Mereka berdua terus terdiam.

Saat Rowan sedang ragu-ragu untuk menjelaskan kepada Eleanor, terdengar suara seruan seseorang. "Miranda, kamu kalah lagi. Kali ini, kamu mau pilih jujur atau tantangan?"

Perhatian Rowan teralih lagi. Tatapannya tertuju pada Miranda. Dia mendengar Miranda menyahut, "Aku pilih tantangan."

Miranda menoleh dan melihat Rowan. Dia tersenyum, entah apa maksudnya. Seseorang mengeluarkan setumpuk kertas dan berujar, "Semua ini pilihan untuk tantangannya. Kamu ambil salah satu."

Miranda mengambil salah satu kertas. Pria yang membuka kertas langsung memelotot. Dia melihat Miranda, Rowan, dan Eleanor.

Seorang wanita yang penasaran mendekati orang itu dan berucap, "Coba aku lihat tantangannya."

Begitu melihat tulisan di kertas, wanita itu terkesiap. Semua orang juga penasaran. Mereka bertanya.

"Apa tantangannya?"

"Cepat bilang apa tantangannya."

Pria itu membaca tulisan di kertas, "Pilih salah satu lawan jenis di tempat dan ciuman dengannya."

Kemudian, pria itu melirik Rowan. Sesuai dugaan, ekspresi Rowan menjadi dingin begitu mendengar ucapan pria itu. Suasana di dalam ruangan menjadi tegang.

Miranda malah bersikap santai. Dia berdiri sambil tersenyum, lalu menghampiri seorang pria yang tampan dan bertanya, "Shane, apa kamu keberatan ciuman denganku?"

Shane diam-diam melirik Rowan yang ekspresinya sangat dingin. Dia tidak berani bersuara. Melihat Shane tidak menjawab, Miranda merangkul leher Shane dan hendak menciumnya.

"Cukup!" bentak Rowan yang tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Dia menghampiri Miranda, lalu menarik tangannya dan membawanya keluar.

Semua orang saling bertatapan. Akhirnya, tatapan mereka tertuju pada Eleanor. Mereka mengasihaninya.

Eleanor mengambil gelas jus di atas meja, lalu meminumnya. Dia tersenyum dan bertanya dengan acuh tak acuh, "Kenapa kalian lihat aku?"

Semua orang mengalihkan pandangan. Ada yang minum anggur, ada juga yang mengobrol. Mereka berpura-pura tidak terjadi apa pun.

Eleanor yang minum jus merasa sangat kecewa. Setahunya, Rowan selalu bersikap acuh tak acuh. Ini adalah pertama kalinya Eleanor melihat Rowan kehilangan kendali.

Setelah menghabiskan jus, Eleanor pergi ke kamar mandi. Dia yang berada di dalam bilik toilet mendengar percakapan beberapa wanita di dekat wastafel.

"Rowan benar-benar gila. Dia meninggalkan pacarnya dan membawa Miranda pergi."

"Hais, itu berarti Rowan lebih mencintai Miranda."

"Iya. Tadi kalian lihat, nggak? Waktu Miranda mau cium Shane, ekspresi Rowan sangat muram."

"Aku lihat. Pacar Rowan kasihan sekali. Dia melihat Rowan mengamuk karena wanita lain."

"Memang kasihan. Pacar Rowan ini cuma pengganti."

"Menurutku, seharusnya Rowan dan Eleanor akan segera putus. Siapa pun bisa melihat dengan jelas wanita yang dicintai Rowan itu Miranda."

"Iya, aku juga ...."

Wanita itu langsung menutup mulut sebelum menyelesaikan perkataannya. Dari cermin, dia melihat Eleanor berjalan keluar dari bilik toilet. Dua wanita lain juga melihat Eleanor. Mereka tidak berbicara lagi dan buru-buru keluar sambil menunduk.

Eleanor berjalan ke depan cermin dan mencuci tangan dengan tenang. Dia memang akan segera putus dengan Rowan. Namun, bukan Rowan yang meminta putus atau Rowan yang mencampakkannya. Eleanor yang mencampakkan Rowan karena tidak mencintainya lagi.

....

Saat Eleanor kembali ke vila Rowan, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Eleanor merasa sangat lelah. Dia langsung tidur sesudah mandi.

Rowan baru pulang keesokan sorenya. Dia membuka pintu kamar dan melihat koper yang terbuka di lantai. Rowan bertanya dengan ekspresi bingung, "Apa yang kamu lakukan?"

Eleanor menjulurkan kepalanya dari balik lemari dan menyahut, "Kamu sudah pulang, ya? Nanti aku mau pulang ke kampung halamanku."

Barang Eleanor sangat banyak. Bagaimanapun, dia sudah tinggal di vila ini selama 2 tahun. Sebagian baju, sepatu, dan barang-barang lainnya memang tidak perlu dibawa ke Kota Ordo. Namun, Eleanor harus membereskan semua barang itu dan membuangnya.

Eleanor tidak akan meninggalkan barang-barangnya saat pergi. Selesai bicara, Eleanor melihat bekas merah di leher Rowan. Eleanor tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya seolah-olah tidak melihat apa-apa.

Eleanor tidak berharap pada Rowan lagi. Jadi, dia tidak peduli jika Rowan berhubungan dengan wanita lain.

Begitu mendengar ucapan Eleanor, Rowan bertanya sembari mengernyit, "Kenapa kamu tiba-tiba mau pulang ke kampung halaman? Apa kamu marah karena masalah semalam? Kamu mau pulang ke kampung halaman untuk menghindariku?"

"Nggak. Aku cuma merindukan orang tuaku, jadi aku mau mengunjungi mereka," jawab Eleanor.

Setelah mendengar jawaban Eleanor, Rowan baru merasa tenang. Dia menanggapi, "Sudah seharusnya kamu mengunjungi mereka."

Selama 3 tahun ini, Eleanor tidak pernah pulang ke kampung halamannya. Bahkan, dia selalu sendirian saat melewati tahun baru.

Rowan tidak mungkin mengabaikan keluarganya dan menemani Eleanor merayakan tahun baru. Apalagi membawa Eleanor pulang ke rumah keluarganya. Hal ini karena Rowan tahu ibunya tidak akan menerima wanita dengan latar belakang keluarga yang biasa seperti Eleanor.

Rowan terdiam sesaat sebelum berkata, "Belakangan ini aku agak sibuk, jadi aku nggak bisa temani kamu pulang ke kampung halaman. Kapan kamu berangkat? Aku suruh sopir antar kamu ke bandara."

Eleanor memilih beberapa baju yang paling disukainya dan meletakkannya di tempat tidur. Dia melipat semua baju itu dan memasukkannya ke dalam koper.

"Nggak usah repot-repot. Aku sudah sewa mobil, ada yang antar aku," ujar Eleanor.

Rowan diam-diam merasa lega setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia takut Eleanor mengajaknya pulang bersama ke kampung halaman untuk bertemu orang tuanya.

Rowan dan Eleanor sudah berpacaran selama 3 tahun. Pasangan biasa seperti mereka pasti sudah menemui orang tua dan mempersiapkan pernikahan.

Namun, Rowan bukan orang biasa. Dia adalah putra tunggal Keluarga Naval dan satu-satunya penerus Grup Naval. Perbedaan latar belakang keluarga Rowan dan Eleanor adalah kesenjangan yang tidak bisa diselesaikan selamanya.

Rowan tahu dirinya tidak mungkin menikah dengan Eleanor, jadi dia tidak perlu menemui orang tua Eleanor. Untung saja, Eleanor juga memahami hal ini. Dia tidak memaksa Rowan untuk ikut pulang bersamanya.

Saat memikirkan semua ini, lagi-lagi Rowan bersyukur Eleanor sangat patuh dan pengertian. Semalam, Rowan bertindak gegabah. Dia meninggalkan Eleanor dan membawa Miranda pergi.

Rowan mengira hari ini Eleanor akan merajuk. Alhasil, Eleanor tidak menangis ataupun mengomel. Sikap Eleanor membuat Rowan sangat tenang.

Selama berpacaran 3 tahun, Eleanor tidak pernah memeriksa keberadaan pacarnya seperti wanita lain. Dia juga tidak pernah bertengkar dengan Rowan karena Rowan mendekati wanita lain.

Kala ini, Rowan teringat ucapan temannya. 'Menurutku, kamu pacaran dengan mereka berdua saja. Kalau kamu merasa bersalah pada Eleanor, belikan lebih banyak hadiah untuk hibur dia. Wanita itu gampang dibujuk.'

Mungkin Rowan bisa mempertimbangkan untuk menikahi Miranda dan menjadikan Eleanor sebagai kekasih gelapnya. Bagaimanapun, wanita biasa seperti Eleanor tidak mungkin bertemu dengan pria hebat yang mempunyai latar belakang keluarga bagus seperti Rowan lagi.

Eleanor sangat mencintai Rowan. Dia tidak mungkin rela meninggalkannya. Rowan akan membicarakan hal ini setelah Eleanor kembali dari kampung halamannya.

Rowan berpesan, "Kalau begitu, hati-hati di jalan. Kabari aku kalau kamu sudah sampai di rumah. Ingat beri tahu aku waktu kamu kembali ke Kota Alman. Aku jemput kamu."

Eleanor menyahut dengan patuh, "Oke."

Eleanor membatin, 'Aku nggak akan kembali lagi.'

Rowan hendak berbicara lagi, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia menjawab panggilan telepon.

Beberapa menit kemudian, Rowan mengakhiri panggilan telepon dan berkata kepada Eleanor, "Aku mau keluar karena ada urusan penting. Semalam aku salah, seharusnya aku nggak meninggalkanmu di lokasi pesta sendirian. Aku sudah belikan hadiah untukmu, nanti aku suruh asisten antar kemari."

Eleanor mengiakan dengan sikap acuh tak acuh. Rowan tidak berbicara lagi dan langsung pergi. Tak lama setelah Rowan pergi, Eleanor menerima pesan dari Dominic.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 4

    [ Elea, cincin tunangan yang kubuat khusus untukmu di Chaumet sudah diantar ke toko cabang Kota Alman. Kamu bisa melihatnya kalau ada waktu. ]Chaumet adalah merek perhiasan terkenal di dunia. Beberapa hari yang lalu, Eleanor baru menyetujui perjodohan keluarga. Namun, hari ini cincin tunangan sudah diantar.Apa cincin ini sudah dibuat sebelumnya? Eleanor tidak bertanya lagi, dia hanya membalas pesan Dominic dengan singkat.[ Oke. ]Di toko Chaumet. Staf toko mengeluarkan cincin dan berkata dengan ramah, "Bu Eleanor, ini cincin yang dibuat Pak Dominic untukmu."Eleanor mengambil cincin itu dan mengamatinya dengan saksama. Berlian langka berwarna biru sebesar 5 karat dikelilingi oleh berlian kecil berwarna merah muda dan tidak berwarna. Di bawah cahaya lampu, cincin itu tampak berkilauan dan sangat indah.Staf menjelaskan, "Inisial nama Bu Eleanor dan Pak Dominic diukir di bagian dalam cincin."Eleanor melihat cincin itu dengan teliti. Di bagian dalamnya memang terukir inisial "DO" dan

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 5

    Orang yang datang adalah teman Rowan, Anthony. Dia adalah pria yang merasa kasihan pada Eleanor di bar malam itu. Eleanor mengenal Anthony hampir 3 tahun. Selama ini, kesannya terhadap Anthony juga cukup bagus.Eleanor membalas, "Aku datang belanja."Anthony melirik kantong belanja yang dibawa Eleanor dan bertanya, "Apa kamu beli hadiah untuk Rowan?"Eleanor merasa repot menjelaskan, jadi dia mengangguk. Anthony berkata, "Jam tangan merek ini sangat mahal. Bahkan model yang paling simpel saja harganya ratusan juta. Sebenarnya kamu nggak perlu beli hadiah yang begitu mahal, Rowan ...."Rowan tidak pantas menerima hadiah semahal ini dari Eleanor. Dia sudah mengakui dirinya tidak bisa melupakan Miranda. Rowan hanya menganggap Eleanor sebagai pengganti.Semalam Rowan juga meninggalkan Eleanor. Dia menarik tangan Miranda di depan semua orang dan pergi dari lokasi pesta.Rowan dan Miranda bersenang-senang di hotel setelah meninggalkan pesta ulang tahun Jenisa. Eleanor tidak mengetahui hal in

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 6

    Eleanor melihat Rowan dan bertanya balik dengan ekspresi bingung, "Apa?"Rowan berpikir mungkin Eleanor masih marah, jadi Eleanor tidak langsung memberikan hadiah kepada Rowan. Tidak masalah, Rowan akan mengalah terlebih dahulu. Dia berucap dengan lembut, "Tadi nada bicaraku waktu di toko agak kasar. Jangan marah lagi."Seharusnya amarah Eleanor akan reda setelah Rowan berbicara seperti ini. Eleanor mendesah, lalu melihat Rowan dan berkata dengan serius, "Aku nggak marah."Rowan yang tidak percaya menanggapi, "Lain di mulut, lain di hati.""Terserah kalau kamu berpikiran begitu," balas Eleanor.Rowan langsung merasa gusar setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia memarahi, "Eleanor, aku sudah minta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan?"Eleanor tetap lanjut membereskan barang dan menyahut dengan tenang, "Aku nggak butuh permintaan maaf darimu."Rowan mengamati Eleanor sejenak, lalu bertanya dengan canggung, "Mana hadiahnya?"Eleanor memandang Rowan dan bertanya balik, "Hadiah apa?"Rowan menj

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 7

    Eleanor duduk di sofa tunggal di samping Yolanda. Dia tidak takut sedikit pun saat memandang Yolanda, bahkan dia berbicara dengan tenang, "Aku nggak ingin jadi menantu Keluarga Naval."Tentu saja Yolanda tidak percaya. Dia mengamati seluruh tubuh Eleanor, ini adalah pacar putranya selama 3 tahun.Eleanor memang cantik dan elegan. Meskipun berasal dari keluarga biasa, Eleanor tidak terlihat canggung dan minder.Tadi Yolanda sengaja mempermalukan Eleanor. Tidak disangka, Eleanor sama sekali tidak kesal. Dia tetap bersikap tenang begitu melihat Yolanda. Bahkan, dia sangat percaya diri saat berbicara.Namun, apa gunanya? Eleanor hanya wanita matre yang ingin menjadi menantu keluarga kaya. Biarpun pandai berpura-pura, status Eleanor tetap tidak tinggi.Yolanda berucap dengan angkuh, "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga wanita, jadi aku memahami pemikiranmu. Aku tahu Rowan disukai banyak wanita, nggak mudah bagimu untuk bertemu dengan putra keluarga kaya seperti dia. Biasanya

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 8

    Satu tahun yang lalu, Nichelle putus dengan pacarnya. Kemudian, pacarnya membuat daftar utang dan menyuruh Nichelle membayar. Di dalam daftar utang tertulis bahwa pacarnya mentransfer total 100 juta lebih kepada Nichelle saat pacaran selama 2 tahun.Nichelle menolak untuk membayar, lalu Nichelle digugat pacarnya. Jadi, Nichelle datang ke kantor pengacara untuk meminta bantuan. Kala itu, pengacara lain di kantor pergi menyelesaikan kasus di pengadilan. Hanya Eleanor yang berada di kantor.Nichelle berucap sambil menangis, "Bukan begitu, aku tinggal bersama dia selama 2 tahun. Dari awal, kami sudah sepakat untuk membagi 2 uang sewa, listrik, air, dan biaya sehari-hari lainnya. Dia bilang mau transfer 4 juta setiap bulan kepadaku, itu sudah termasuk uang sewa dan semua biaya lainnya."Nichelle melanjutkan, "Aku juga keluarkan 4 juta untuk membayar biaya hidup kami. Waktu itu, aku langsung menuruti kemauannya tanpa pikir panjang. Siapa sangka, dia malah suruh aku bayar utang setelah kami p

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 9

    Eleanor tidur sampai terbangun sendiri. Ketika membuka mata, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi."Ah! " Eleanor meregangkan tubuh sembari bergumam, "Nggak bekerja memang menyenangkan."Eleanor beranjak dari kasur. Setelah cuci wajah dan gosok gigi, dia turun untuk makan sarapan.Jenar menyiapkan sarapan untuk dua orang.Eleanor melirik sekilas tempat duduk yang kosong di depannya tanpa mengatakan apa-apa.Melihat Eleanor sudah turun, Jenar bertanya dengan bingung, "Nona Eleanor, apa hari ini Tuan nggak turun untuk makan sarapan?"Eleanor makan sesuap bubur ayam sebelum menjawab, "Dia nggak pulang semalam. Sepertinya nggak akan makan.""Oh," sahut Jenar. Begitu sadar dirinya banyak bicara, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi dan kembali ke dapur.Setelah menghabiskan sarapan, Eleanor menerima pesan dari Dominic.[ Elea, apa gaun pertunanganmu mau dibuat khusus atau pilih koleksi terbaru merek ternama? ]Jika ingin dibuat khusus, apakah masih sempat? Sepertinya Eleanor masih belum ta

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 10

    Eleanor menghubungi Dominic.Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya.""Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor."Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic."Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor."Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar."Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 11

    Terlihat sebuah mobil Bentley Continental GT berwarna biru salju. Warnanya sangat cantik dan unik. Mata Eleanor berbinar-binar. Dia sangat menyukai mobil ini.Seorang pria berjas turun sambil memberi hormat. Dia menyerahkan kunci mobil kepada Eleanor sebelum berujar, "Bu Eleanor, ini mobil yang diberikan Pak Dominic."Ketika menerima kunci mobil, hati Eleanor sedikit tersentuh. Dominic cukup royal kepadanya. Mobil ini setidaknya seharga lebih dari 8 miliar."Terima kasih," tutur Eleanor."Sama-sama. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu," ucap pria itu sembari membungkuk dengan hormat."Oke," sahut Eleanor.Tidak lama setelah pria itu pergi, Eleanor menerima panggilan dari Dominic."Mobilnya bagus nggak?" tanya Dominic dengan santai. Nada bicaranya terdengar seakan-akan sedang menanyakan makanan hari ini sesuai selera atau tidak. Mobil seharga 8 miliar terdengar seperti sayuran yang dijual di pasar saat diucapkan dari mulutnya.Sebenarnya, bagi orang-orang dari kalangan seperti m

Latest chapter

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 100

    Mereka berdua terlihat berbincang dan tertawa, tampak begitu akrab.Rowan bergumam, "Cepat sekali dia keluar dari rumah sakit. Benar-benar susah mati."Anthony menduga pria itu adalah tunangan Eleanor. Tanpa ragu, Rowan membuka pintu mobil dan berjalan menuju Eleanor.....Sudah seminggu sejak Dominic keluar dari rumah sakit. Selama seminggu ini, setiap hari dia harus makan makanan polos di bawah pengawasan Eleanor.Awalnya dia masih bisa menerimanya, tetapi setelah beberapa hari berturut-turut hanya makan makanan yang begitu-begitu saja, dia mulai bosan.Setelah membujuk dan merajuk, akhirnya hari ini Eleanor setuju untuk membawanya keluar makan sesuatu yang lebih enak.Restoran yang mereka tuju berada di pusat kota, daerah paling ramai. Itu adalah restoran tua yang terkenal di Kota Ordo, tempat mereka biasa makan sejak kecil.Karena sekarang jam makan, restoran itu penuh. Tidak ada satu kursi pun yang kosong, bahkan di depan pintu ada antrean panjang yang menunggu giliran masuk.Untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 99

    Akhir-akhir ini, Rowan sibuk mencari investor untuk perusahaannya. Di Kota Ordo, hampir tidak ada perusahaan yang bersedia berinvestasi di Grup Naval. Jadi, dia terpaksa mencari peluang di luar kota. Sebagian besar waktunya dihabiskan di hotel dan pesawat.Hari ini, Rowan baru saja kembali ke Kota Ordo dan Anthony sudah datang menjemputnya. Saat sore hari dalam perjalanan menuju sebuah acara makan, Anthony melirik sekilas ke arah Rowan ketika mobil berhenti di lampu merah.Rowan sedang memegang ponselnya, melihat satu per satu foto lamanya bersama Eleanor. Anthony membuka mulut seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu.Sebelum dia sempat berbicara, Rowan sudah lebih dulu menyodorkan ponselnya. Matanya penuh nostalgia. "Lihat, betapa bahagianya kami dulu."Anthony memandangnya dengan ekspresi rumit. Beberapa waktu lalu, Rowan memintanya membeli cincin dari Pransis, katanya ingin menggunakannya untuk merebut kembali Eleanor.Saat itu, Rowan mengatakan bahwa Eleanor akan seg

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 98

    Eleanor masih belum puas dan bertanya lagi, "Benar-benar nggak ada perkiraan waktu?""Kalau harus dijawab, mungkin saat kamu SMA. Saat Declan mengganggumu, aku menghajarnya dan baru sadar kalau perasaanku ke kamu memang berbeda."Eleanor merapatkan bibirnya. "Kamu menyembunyikannya dengan baik ya."Dominic mengusap kepala Eleanor yang lembut. "Aku harus menunggumu tumbuh dewasa dulu."Tatapannya tiba-tiba dipenuhi sedikit kesedihan. "Begitu kamu lulus kuliah, aku langsung menemui ayahmu untuk mengajukan pernikahan. Tapi, kamu malah menolak dan kabur dari rumah."Eleanor merasa bersalah. Dia mengalihkan pandangannya dan bergumam, "Waktu itu ... aku pikir Ayah mengorbankanku demi bisnis keluarga. Mana aku tahu kalau kamu sudah merencanakan ini sejak lama? Kamu juga nggak pernah bilang. Aku benar-benar merasa dirugikan ...."Tiba-tiba, Dominic memasang ekspresi kesakitan. "Aduh, sakit sekali."Eleanor pun panik dan buru-buru melihat ke arah pinggangnya yang terluka. "Kenapa? Kebentur sesu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 97

    Ucapan Rowan seperti mantra yang terus bergema di kepala Eleanor, membuat pikirannya kacau sepanjang hari.Keesokan harinya saat Eleanor datang ke rumah sakit untuk menjenguk Dominic, wajahnya tampak penuh beban."Elea, lagi pikirin apa?" tanya Dominic.Eleanor mengedipkan matanya, memalingkan wajahnya agar tak menatapnya langsung. "Itu ... soal Katalina, sebenarnya dia siapa?"Dominic tersenyum misterius. "Cemburu ya?"Eleanor berusaha terlihat tidak acuh dan menggembungkan pipinya sedikit. "Nggak kok. Aku hanya penasaran. Kamu nggak pernah menyebutnya sebelumnya."Mengingat bagaimana wanita itu menculik Emily dan hampir menikamnya, Eleanor bukan hanya cemburu, tetapi juga marah. "Dari mana kamu mendapatkan penggemar gila seperti itu?"Dominic melambaikan tangannya ke arah Eleanor. "Kemari."Eleanor menurut. Dia mendekat dan duduk di tepi tempat tidur.Dominic menggenggam tangannya dengan serius. "Aku dan dia dulu teman sekelas waktu SMA. Dia pernah mengejarku dengan sangat agresif, t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 96

    "Hmm."Selena menoleh menatap Dominic. "Kamu sudah kenyang? Mau makan lagi nggak? Ibu bawa semua makanan favoritmu."Dominic menjawab, "Nggak perlu. Masakan Eleanor pas banget di lidahku, aku habiskan semuanya."Mendengar itu, Selena tersenyum puas. "Baiklah. Kalau sudah makan, nggak apa-apa."Kevin memandang mereka dengan tatapan menggoda. "Oh? Masakan Eleanor ya?"Dia meletakkan keranjang buah dan suplemen yang dibawanya, lalu menatap Dominic sambil tersenyum. "Kamu beruntung sekali ya."Dominic menanggapi, "Tentu saja. Kebahagiaan seperti ini mana bisa dirasakan oleh para jomblo?"Senyuman Kevin langsung membeku. "Baiklah, aku juga harus cari pacar, lalu pamer kemesraan setiap hari di depanmu sampai kamu muak!"Olivia membelalakkan mata karena terkejut. "Elea, kamu bisa masak?"Eleanor tersenyum tipis. "Baru saja belajar.""Tsk, tsk, cinta memang ajaib." Olivia masih tak percaya. Dia bahkan mengelilingi Eleanor seakan-akan ingin memastikan sesuatu."Aku masih ingat waktu kuliah dulu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 95

    Saat Dominic sadar kembali, meja lipat di depannya sudah penuh dengan makanan. Ada tumis pakcoy, daging sapi, nasi putih yang masih mengepul asap, serta semangkuk sup."Kamu masak sebanyak ini?" Dominic tersenyum lembut. "Sup apa ini?""Sup ayam kampung." Eleanor mengangkat mangkuk sup, mengambil sesendok, lalu meniupnya perlahan sebelum menyodorkannya ke bibir Dominic. "Coba cicipi."Dominic menurunkan pandangannya sambil tersenyum, tetapi senyuman itu tiba-tiba memudar. "Tanganmu kenapa?" Dia melihat ada lepuhan kecil di jari telunjuk kanan Eleanor.Eleanor refleks ingin menyembunyikannya, tetapi sudah terlambat. Dia hanya bisa berkata dengan jujur, "Tadi ... waktu di dapur, aku nggak sengaja kena air panas. Nggak apa-apa, cuma lepuhan kecil saja."Mata Dominic sedikit memerah. "Sakit nggak?"Eleanor menggeleng. "Nggak sakit."Dominic menyesap sup dengan tenang, lalu menggenggam pergelangan tangan Eleanor dengan lembut, menunduk dan meniup pelan bagian yang terluka.Setelah beberapa

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 94

    Bibir pucat Dominic membentuk senyuman tipis. "Baik, aku janji padamu."Isaac dan Selena baru saja keluar dari ruang ICU ketika mereka menerima telepon. Suara di ujung telepon terdengar cemas. "Pak Isaac, ada masalah."Di pusat tahanan, Katalina mengaku bahwa dia hamil. Sesuai prosedur, dia harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan.Dalam perjalanan ke rumah sakit, sebuah mobil tiba-tiba melaju dengan kencang, menabrak mobil yang membawa Katalina hingga berhenti di tepi jalan.Dari mobil itu, turun beberapa pria bertubuh kekar dengan keterampilan luar biasa. Mereka pun membawa Katalina pergi.Petugas yang mengawal mengalami cedera parah, sementara kendaraan mereka rusak berat dan tidak bisa langsung mengejar.Mendengar laporan itu, wajah Isaac menunjukkan ekspresi tak percaya. "Dia berhasil dibawa pergi?""Apa yang terjadi? Siapa yang dibawa pergi?" tanya Selena dengan cemas.Isaac menarik napas dalam-dalam, tubuhnya sedikit bungkuk. "Katalina.""Apa?" Selena terkejut. "Bukankah di

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 93

    Eleanor sudah cemas sepanjang sore. Sekarang setelah Dominic melewati masa kritis, dia ingin melihatnya. Bagaimanapun, Dominic terluka karena melindunginya."Ayo, ikut aku pulang," ucap Adrian dengan tegas.Eleanor menggeleng, menatap ayahnya dengan teguh. "Ayah, aku tahu Ayah sangat marah sekarang, tapi aku belum bisa pulang. Dominic sudah mempertaruhkan nyawanya untukku. Aku nggak punya alasan untuk pergi begitu saja. Kalau dia nggak melihatku saat siuman nanti, dia pasti akan sangat sedih."Nirvan merasa terharu mendengar kata-kata itu. Dia lantas menoleh ke Adrian. "Adrian, istriku tadi memang terlalu kasar. Aku minta maaf, jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati."Isaac juga menimpali, "Benar, Dominic pasti ingin melihat Eleanor di sisinya setelah siuman."Selena berkata, "Adrian, jangan marah. Kedua anak ini saling mencintai, ini hal yang baik."Tokoh besar seperti Nirvan sampai merendahkan diri untuk meminta maaf, Adrian pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.Memang benar bahwa Gi

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 92

    Eleanor menunduk. "Semua ini salahku."Selena langsung menoleh ke arahnya. "Elea, apa maksudmu?"Eleanor pun menceritakan semuanya dengan jelas.Giana bertanya dengan nada menyalahkan, "Jadi, Dominic ditikam karena melindungimu?"Eleanor menggigit bibirnya. "Ya."Giana pun kesal. "Eleanor, kamu terlalu gegabah. Kami sudah melapor ke polisi dan ada banyak pengawal di vila. Kenapa kamu nggak bisa menunggu sebentar? Kalau kamu nggak bertindak gegabah, Dominic nggak akan terluka seperti ini.""Maafkan aku, ini semua salahku," ucap Eleanor dengan suara lirih, kepalanya semakin tertunduk.Giana semakin menekan. "Kamu belum resmi masuk keluarga ini, tapi sudah membawa masalah sebesar ini."Wajah Adrian langsung menjadi masam. "Apa maksudmu? Jelas-jelas Dominic yang ada masalah dengan wanita itu, sementara putriku adalah korbannya. Kenapa malah menyalahkan putriku?"Adrian menyindir, "Gampang sekali kalian bicaranya. Kalian suruh kami menunggu? Wanita itu menculik putri bungsuku, menodongkan p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status