Share

Bab 3

Penulis: Hilya
Rowan baru sadar pacarnya juga berada di tempat ini. Dia langsung menarik tangannya yang merangkul pinggang Miranda dan mundur beberapa langkah. Teman-teman Rowan mengikuti arah pandangannya. Mereka baru menyadari Eleanor masih belum pergi, lalu mereka membantu Rowan.

"Ayo, kita lanjut main. Miranda, kamu sering sakit maag. Jangan minum anggur lagi. Kita ganti saja aturan mainnya, orang yang kalah harus main jujur atau tantangan."

"Saran ini bagus. Kita main jujur atau tantangan saja."

Rowan kembali duduk di samping Eleanor setelah menenangkan dirinya. Dia mengira Eleanor akan cemburu dan merajuk. Namun, Eleanor tidak melontarkan sepatah kata pun.

Sikap Eleanor yang acuh tak acuh membuat sedikit Rowan panik. Dia merasa Eleanor berbeda dengan dulu. Mereka berdua terus terdiam.

Saat Rowan sedang ragu-ragu untuk menjelaskan kepada Eleanor, terdengar suara seruan seseorang. "Miranda, kamu kalah lagi. Kali ini, kamu mau pilih jujur atau tantangan?"

Perhatian Rowan teralih lagi. Tatapannya tertuju pada Miranda. Dia mendengar Miranda menyahut, "Aku pilih tantangan."

Miranda menoleh dan melihat Rowan. Dia tersenyum, entah apa maksudnya. Seseorang mengeluarkan setumpuk kertas dan berujar, "Semua ini pilihan untuk tantangannya. Kamu ambil salah satu."

Miranda mengambil salah satu kertas. Pria yang membuka kertas langsung memelotot. Dia melihat Miranda, Rowan, dan Eleanor.

Seorang wanita yang penasaran mendekati orang itu dan berucap, "Coba aku lihat tantangannya."

Begitu melihat tulisan di kertas, wanita itu terkesiap. Semua orang juga penasaran. Mereka bertanya.

"Apa tantangannya?"

"Cepat bilang apa tantangannya."

Pria itu membaca tulisan di kertas, "Pilih salah satu lawan jenis di tempat dan ciuman dengannya."

Kemudian, pria itu melirik Rowan. Sesuai dugaan, ekspresi Rowan menjadi dingin begitu mendengar ucapan pria itu. Suasana di dalam ruangan menjadi tegang.

Miranda malah bersikap santai. Dia berdiri sambil tersenyum, lalu menghampiri seorang pria yang tampan dan bertanya, "Shane, apa kamu keberatan ciuman denganku?"

Shane diam-diam melirik Rowan yang ekspresinya sangat dingin. Dia tidak berani bersuara. Melihat Shane tidak menjawab, Miranda merangkul leher Shane dan hendak menciumnya.

"Cukup!" bentak Rowan yang tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Dia menghampiri Miranda, lalu menarik tangannya dan membawanya keluar.

Semua orang saling bertatapan. Akhirnya, tatapan mereka tertuju pada Eleanor. Mereka mengasihaninya.

Eleanor mengambil gelas jus di atas meja, lalu meminumnya. Dia tersenyum dan bertanya dengan acuh tak acuh, "Kenapa kalian lihat aku?"

Semua orang mengalihkan pandangan. Ada yang minum anggur, ada juga yang mengobrol. Mereka berpura-pura tidak terjadi apa pun.

Eleanor yang minum jus merasa sangat kecewa. Setahunya, Rowan selalu bersikap acuh tak acuh. Ini adalah pertama kalinya Eleanor melihat Rowan kehilangan kendali.

Setelah menghabiskan jus, Eleanor pergi ke kamar mandi. Dia yang berada di dalam bilik toilet mendengar percakapan beberapa wanita di dekat wastafel.

"Rowan benar-benar gila. Dia meninggalkan pacarnya dan membawa Miranda pergi."

"Hais, itu berarti Rowan lebih mencintai Miranda."

"Iya. Tadi kalian lihat, nggak? Waktu Miranda mau cium Shane, ekspresi Rowan sangat muram."

"Aku lihat. Pacar Rowan kasihan sekali. Dia melihat Rowan mengamuk karena wanita lain."

"Memang kasihan. Pacar Rowan ini cuma pengganti."

"Menurutku, seharusnya Rowan dan Eleanor akan segera putus. Siapa pun bisa melihat dengan jelas wanita yang dicintai Rowan itu Miranda."

"Iya, aku juga ...."

Wanita itu langsung menutup mulut sebelum menyelesaikan perkataannya. Dari cermin, dia melihat Eleanor berjalan keluar dari bilik toilet. Dua wanita lain juga melihat Eleanor. Mereka tidak berbicara lagi dan buru-buru keluar sambil menunduk.

Eleanor berjalan ke depan cermin dan mencuci tangan dengan tenang. Dia memang akan segera putus dengan Rowan. Namun, bukan Rowan yang meminta putus atau Rowan yang mencampakkannya. Eleanor yang mencampakkan Rowan karena tidak mencintainya lagi.

....

Saat Eleanor kembali ke vila Rowan, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Eleanor merasa sangat lelah. Dia langsung tidur sesudah mandi.

Rowan baru pulang keesokan sorenya. Dia membuka pintu kamar dan melihat koper yang terbuka di lantai. Rowan bertanya dengan ekspresi bingung, "Apa yang kamu lakukan?"

Eleanor menjulurkan kepalanya dari balik lemari dan menyahut, "Kamu sudah pulang, ya? Nanti aku mau pulang ke kampung halamanku."

Barang Eleanor sangat banyak. Bagaimanapun, dia sudah tinggal di vila ini selama 2 tahun. Sebagian baju, sepatu, dan barang-barang lainnya memang tidak perlu dibawa ke Kota Ordo. Namun, Eleanor harus membereskan semua barang itu dan membuangnya.

Eleanor tidak akan meninggalkan barang-barangnya saat pergi. Selesai bicara, Eleanor melihat bekas merah di leher Rowan. Eleanor tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya seolah-olah tidak melihat apa-apa.

Eleanor tidak berharap pada Rowan lagi. Jadi, dia tidak peduli jika Rowan berhubungan dengan wanita lain.

Begitu mendengar ucapan Eleanor, Rowan bertanya sembari mengernyit, "Kenapa kamu tiba-tiba mau pulang ke kampung halaman? Apa kamu marah karena masalah semalam? Kamu mau pulang ke kampung halaman untuk menghindariku?"

"Nggak. Aku cuma merindukan orang tuaku, jadi aku mau mengunjungi mereka," jawab Eleanor.

Setelah mendengar jawaban Eleanor, Rowan baru merasa tenang. Dia menanggapi, "Sudah seharusnya kamu mengunjungi mereka."

Selama 3 tahun ini, Eleanor tidak pernah pulang ke kampung halamannya. Bahkan, dia selalu sendirian saat melewati tahun baru.

Rowan tidak mungkin mengabaikan keluarganya dan menemani Eleanor merayakan tahun baru. Apalagi membawa Eleanor pulang ke rumah keluarganya. Hal ini karena Rowan tahu ibunya tidak akan menerima wanita dengan latar belakang keluarga yang biasa seperti Eleanor.

Rowan terdiam sesaat sebelum berkata, "Belakangan ini aku agak sibuk, jadi aku nggak bisa temani kamu pulang ke kampung halaman. Kapan kamu berangkat? Aku suruh sopir antar kamu ke bandara."

Eleanor memilih beberapa baju yang paling disukainya dan meletakkannya di tempat tidur. Dia melipat semua baju itu dan memasukkannya ke dalam koper.

"Nggak usah repot-repot. Aku sudah sewa mobil, ada yang antar aku," ujar Eleanor.

Rowan diam-diam merasa lega setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia takut Eleanor mengajaknya pulang bersama ke kampung halaman untuk bertemu orang tuanya.

Rowan dan Eleanor sudah berpacaran selama 3 tahun. Pasangan biasa seperti mereka pasti sudah menemui orang tua dan mempersiapkan pernikahan.

Namun, Rowan bukan orang biasa. Dia adalah putra tunggal Keluarga Naval dan satu-satunya penerus Grup Naval. Perbedaan latar belakang keluarga Rowan dan Eleanor adalah kesenjangan yang tidak bisa diselesaikan selamanya.

Rowan tahu dirinya tidak mungkin menikah dengan Eleanor, jadi dia tidak perlu menemui orang tua Eleanor. Untung saja, Eleanor juga memahami hal ini. Dia tidak memaksa Rowan untuk ikut pulang bersamanya.

Saat memikirkan semua ini, lagi-lagi Rowan bersyukur Eleanor sangat patuh dan pengertian. Semalam, Rowan bertindak gegabah. Dia meninggalkan Eleanor dan membawa Miranda pergi.

Rowan mengira hari ini Eleanor akan merajuk. Alhasil, Eleanor tidak menangis ataupun mengomel. Sikap Eleanor membuat Rowan sangat tenang.

Selama berpacaran 3 tahun, Eleanor tidak pernah memeriksa keberadaan pacarnya seperti wanita lain. Dia juga tidak pernah bertengkar dengan Rowan karena Rowan mendekati wanita lain.

Kala ini, Rowan teringat ucapan temannya. 'Menurutku, kamu pacaran dengan mereka berdua saja. Kalau kamu merasa bersalah pada Eleanor, belikan lebih banyak hadiah untuk hibur dia. Wanita itu gampang dibujuk.'

Mungkin Rowan bisa mempertimbangkan untuk menikahi Miranda dan menjadikan Eleanor sebagai kekasih gelapnya. Bagaimanapun, wanita biasa seperti Eleanor tidak mungkin bertemu dengan pria hebat yang mempunyai latar belakang keluarga bagus seperti Rowan lagi.

Eleanor sangat mencintai Rowan. Dia tidak mungkin rela meninggalkannya. Rowan akan membicarakan hal ini setelah Eleanor kembali dari kampung halamannya.

Rowan berpesan, "Kalau begitu, hati-hati di jalan. Kabari aku kalau kamu sudah sampai di rumah. Ingat beri tahu aku waktu kamu kembali ke Kota Alman. Aku jemput kamu."

Eleanor menyahut dengan patuh, "Oke."

Eleanor membatin, 'Aku nggak akan kembali lagi.'

Rowan hendak berbicara lagi, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia menjawab panggilan telepon.

Beberapa menit kemudian, Rowan mengakhiri panggilan telepon dan berkata kepada Eleanor, "Aku mau keluar karena ada urusan penting. Semalam aku salah, seharusnya aku nggak meninggalkanmu di lokasi pesta sendirian. Aku sudah belikan hadiah untukmu, nanti aku suruh asisten antar kemari."

Eleanor mengiakan dengan sikap acuh tak acuh. Rowan tidak berbicara lagi dan langsung pergi. Tak lama setelah Rowan pergi, Eleanor menerima pesan dari Dominic.

Bab terkait

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 4

    [ Elea, cincin tunangan yang kubuat khusus untukmu di Chaumet sudah diantar ke toko cabang Kota Alman. Kamu bisa melihatnya kalau ada waktu. ]Chaumet adalah merek perhiasan terkenal di dunia. Beberapa hari yang lalu, Eleanor baru menyetujui perjodohan keluarga. Namun, hari ini cincin tunangan sudah diantar.Apa cincin ini sudah dibuat sebelumnya? Eleanor tidak bertanya lagi, dia hanya membalas pesan Dominic dengan singkat.[ Oke. ]Di toko Chaumet. Staf toko mengeluarkan cincin dan berkata dengan ramah, "Bu Eleanor, ini cincin yang dibuat Pak Dominic untukmu."Eleanor mengambil cincin itu dan mengamatinya dengan saksama. Berlian langka berwarna biru sebesar 5 karat dikelilingi oleh berlian kecil berwarna merah muda dan tidak berwarna. Di bawah cahaya lampu, cincin itu tampak berkilauan dan sangat indah.Staf menjelaskan, "Inisial nama Bu Eleanor dan Pak Dominic diukir di bagian dalam cincin."Eleanor melihat cincin itu dengan teliti. Di bagian dalamnya memang terukir inisial "DO" dan

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 5

    Orang yang datang adalah teman Rowan, Anthony. Dia adalah pria yang merasa kasihan pada Eleanor di bar malam itu. Eleanor mengenal Anthony hampir 3 tahun. Selama ini, kesannya terhadap Anthony juga cukup bagus.Eleanor membalas, "Aku datang belanja."Anthony melirik kantong belanja yang dibawa Eleanor dan bertanya, "Apa kamu beli hadiah untuk Rowan?"Eleanor merasa repot menjelaskan, jadi dia mengangguk. Anthony berkata, "Jam tangan merek ini sangat mahal. Bahkan model yang paling simpel saja harganya ratusan juta. Sebenarnya kamu nggak perlu beli hadiah yang begitu mahal, Rowan ...."Rowan tidak pantas menerima hadiah semahal ini dari Eleanor. Dia sudah mengakui dirinya tidak bisa melupakan Miranda. Rowan hanya menganggap Eleanor sebagai pengganti.Semalam Rowan juga meninggalkan Eleanor. Dia menarik tangan Miranda di depan semua orang dan pergi dari lokasi pesta.Rowan dan Miranda bersenang-senang di hotel setelah meninggalkan pesta ulang tahun Jenisa. Eleanor tidak mengetahui hal in

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 6

    Eleanor melihat Rowan dan bertanya balik dengan ekspresi bingung, "Apa?"Rowan berpikir mungkin Eleanor masih marah, jadi Eleanor tidak langsung memberikan hadiah kepada Rowan. Tidak masalah, Rowan akan mengalah terlebih dahulu. Dia berucap dengan lembut, "Tadi nada bicaraku waktu di toko agak kasar. Jangan marah lagi."Seharusnya amarah Eleanor akan reda setelah Rowan berbicara seperti ini. Eleanor mendesah, lalu melihat Rowan dan berkata dengan serius, "Aku nggak marah."Rowan yang tidak percaya menanggapi, "Lain di mulut, lain di hati.""Terserah kalau kamu berpikiran begitu," balas Eleanor.Rowan langsung merasa gusar setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia memarahi, "Eleanor, aku sudah minta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan?"Eleanor tetap lanjut membereskan barang dan menyahut dengan tenang, "Aku nggak butuh permintaan maaf darimu."Rowan mengamati Eleanor sejenak, lalu bertanya dengan canggung, "Mana hadiahnya?"Eleanor memandang Rowan dan bertanya balik, "Hadiah apa?"Rowan menj

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 7

    Eleanor duduk di sofa tunggal di samping Yolanda. Dia tidak takut sedikit pun saat memandang Yolanda, bahkan dia berbicara dengan tenang, "Aku nggak ingin jadi menantu Keluarga Naval."Tentu saja Yolanda tidak percaya. Dia mengamati seluruh tubuh Eleanor, ini adalah pacar putranya selama 3 tahun.Eleanor memang cantik dan elegan. Meskipun berasal dari keluarga biasa, Eleanor tidak terlihat canggung dan minder.Tadi Yolanda sengaja mempermalukan Eleanor. Tidak disangka, Eleanor sama sekali tidak kesal. Dia tetap bersikap tenang begitu melihat Yolanda. Bahkan, dia sangat percaya diri saat berbicara.Namun, apa gunanya? Eleanor hanya wanita matre yang ingin menjadi menantu keluarga kaya. Biarpun pandai berpura-pura, status Eleanor tetap tidak tinggi.Yolanda berucap dengan angkuh, "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga wanita, jadi aku memahami pemikiranmu. Aku tahu Rowan disukai banyak wanita, nggak mudah bagimu untuk bertemu dengan putra keluarga kaya seperti dia. Biasanya

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 8

    Satu tahun yang lalu, Nichelle putus dengan pacarnya. Kemudian, pacarnya membuat daftar utang dan menyuruh Nichelle membayar. Di dalam daftar utang tertulis bahwa pacarnya mentransfer total 100 juta lebih kepada Nichelle saat pacaran selama 2 tahun.Nichelle menolak untuk membayar, lalu Nichelle digugat pacarnya. Jadi, Nichelle datang ke kantor pengacara untuk meminta bantuan. Kala itu, pengacara lain di kantor pergi menyelesaikan kasus di pengadilan. Hanya Eleanor yang berada di kantor.Nichelle berucap sambil menangis, "Bukan begitu, aku tinggal bersama dia selama 2 tahun. Dari awal, kami sudah sepakat untuk membagi 2 uang sewa, listrik, air, dan biaya sehari-hari lainnya. Dia bilang mau transfer 4 juta setiap bulan kepadaku, itu sudah termasuk uang sewa dan semua biaya lainnya."Nichelle melanjutkan, "Aku juga keluarkan 4 juta untuk membayar biaya hidup kami. Waktu itu, aku langsung menuruti kemauannya tanpa pikir panjang. Siapa sangka, dia malah suruh aku bayar utang setelah kami p

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 9

    Eleanor tidur sampai terbangun sendiri. Ketika membuka mata, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi."Ah! " Eleanor meregangkan tubuh sembari bergumam, "Nggak bekerja memang menyenangkan."Eleanor beranjak dari kasur. Setelah cuci wajah dan gosok gigi, dia turun untuk makan sarapan.Jenar menyiapkan sarapan untuk dua orang.Eleanor melirik sekilas tempat duduk yang kosong di depannya tanpa mengatakan apa-apa.Melihat Eleanor sudah turun, Jenar bertanya dengan bingung, "Nona Eleanor, apa hari ini Tuan nggak turun untuk makan sarapan?"Eleanor makan sesuap bubur ayam sebelum menjawab, "Dia nggak pulang semalam. Sepertinya nggak akan makan.""Oh," sahut Jenar. Begitu sadar dirinya banyak bicara, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi dan kembali ke dapur.Setelah menghabiskan sarapan, Eleanor menerima pesan dari Dominic.[ Elea, apa gaun pertunanganmu mau dibuat khusus atau pilih koleksi terbaru merek ternama? ]Jika ingin dibuat khusus, apakah masih sempat? Sepertinya Eleanor masih belum ta

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 10

    Eleanor menghubungi Dominic.Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya.""Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor."Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic."Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor."Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar."Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 11

    Terlihat sebuah mobil Bentley Continental GT berwarna biru salju. Warnanya sangat cantik dan unik. Mata Eleanor berbinar-binar. Dia sangat menyukai mobil ini.Seorang pria berjas turun sambil memberi hormat. Dia menyerahkan kunci mobil kepada Eleanor sebelum berujar, "Bu Eleanor, ini mobil yang diberikan Pak Dominic."Ketika menerima kunci mobil, hati Eleanor sedikit tersentuh. Dominic cukup royal kepadanya. Mobil ini setidaknya seharga lebih dari 8 miliar."Terima kasih," tutur Eleanor."Sama-sama. Kalau nggak ada urusan lain, aku pamit dulu," ucap pria itu sembari membungkuk dengan hormat."Oke," sahut Eleanor.Tidak lama setelah pria itu pergi, Eleanor menerima panggilan dari Dominic."Mobilnya bagus nggak?" tanya Dominic dengan santai. Nada bicaranya terdengar seakan-akan sedang menanyakan makanan hari ini sesuai selera atau tidak. Mobil seharga 8 miliar terdengar seperti sayuran yang dijual di pasar saat diucapkan dari mulutnya.Sebenarnya, bagi orang-orang dari kalangan seperti m

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 50

    Mengingat bagaimana dulu dia mengabaikan Eleanor demi Miranda dan mengucapkan banyak kata-kata menyakitkan, Rowan kembali merasakan sakit di hatinya.Tiba-tiba, dia teringat bahwa Eleanor dulu sangat ingin menikah dengannya. Namun, dia pernah mengatakan banyak hal yang menyakitkan, bahkan berkata bahwa dia tidak mungkin menikahinya.Namun, bagaimana jika dia bersedia menikahi Eleanor? Apakah Eleanor akan kembali padanya?Memikirkan hal itu, mata Rowan kembali berbinar. Jika Eleanor menikah dengannya dan menjadi Nyonya Keluarga Naval, dia pasti akan menerima ajakannya untuk kembali bersama!....Keesokan paginya, Eleanor pergi ke kantor jaminan sosial bersama kliennya untuk mengurus klaim kecelakaan kerja. Menjelang siang, dia naik taksi kembali ke firma hukum.Saat taksi mendekati jalan tempat firma hukum berada, sopirnya bergumam, "Ada apa di depan sana? Kenapa ramai sekali?"Kemudian, dia menoleh ke arah Eleanor. "Bu, jalan di depan macet, sebaiknya turun di sini saja. Nggak jauh kok

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 49

    Beberapa tahun lalu, Dominic pernah berkelahi dan dihukum oleh kakeknya dengan aturan keluarga. Untungnya, saat itu mereka tidak tahu alasan dia berkelahi.Kali ini pun, dia tidak boleh membiarkan keluarganya tahu bahwa dia berkelahi demi Eleanor. Jika tidak, pertunangan mereka bisa ditunda atau bahkan dibatalkan.Haris menyeka keringat dingin di dahinya, punggungnya terasa dingin. Dia lalu mengangguk cepat. "Baik, baik.""Urus administrasi," perintah Dominic dengan suara datar."Baik, Pak."Tempat tidur Rowan tidak jauh dari sana, jadi dia bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. "Hah." Dia mengangkat alis dan tersenyum sinis. "Sudah sebesar ini, masih takut ketahuan keluarga kalau berkelahi? Dasar bayi besar!"Dominic hanya tertawa dan meliriknya dengan tatapan penuh provokasi. "Keluargaku nggak perlu tahu, cukup tunanganku saja yang tahu."Kata tunangan terlalu tajam, seperti belati paling tajam yang menusuk tepat ke jantung Rowan. Dalam sekejap, Rowan kehilangan seluruh tenag

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 48

    Begitu kedua pria itu dipisahkan, Eleanor segera berlari ke arah Dominic. Matanya penuh kepedihan. Air mata menggenang di pelupuknya, suaranya bergetar seperti hendak menangis. "Kak, kamu terluka! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"Melihat Eleanor, semua keganasan di mata Dominic langsung lenyap, berganti dengan kelembutan. "Aku baik-baik saja."Tidak jauh dari sana, Rowan yang ditahan oleh polisi melihat pemandangan itu dan merasa hatinya hancur berkeping-keping.Dengan wajahnya yang tersirat kesakitan mendalam, dia terlihat seperti anjing yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Dia bertanya, "Eleanor, siapa dia?"Begitu mendengar pertanyaan itu, kilatan amarah muncul di mata Eleanor. Dia sontak menoleh dan menatap langsung ke arah Rowan.Kebencian dalam tatapannya begitu jelas, menusuk tepat ke hati Rowan, membuatnya terasa seperti tertusuk belati. Detik berikutnya, Rowan mendengar suara dingin yang menusuk tulang."Rowan, aku nggak ingin melihatmu lagi. Tolong lenyap dari hidupku untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 47

    Dominic bahkan tidak melirik Rowan. Tanpa sepatah kata pun, dia langsung mengayunkan tinjunya ke wajah Rowan. Pukulan itu penuh dengan amarah, dia mengerahkan seluruh kekuatannya.Rowan mengerang kesakitan, refleks melepaskan Eleanor dan menutupi bagian yang dipukul. "Sialan! Cari mati ya!"Dominic menarik Eleanor ke belakangnya, melindunginya dengan tubuhnya. Tatapan dinginnya yang penuh niat membunuh tertuju pada Rowan. Dia menggertakkan giginya. "Jauhi dia!"Rowan yang sudah dipukul pun semakin marah saat melihat pria ini melindungi Eleanor. Dadanya sesak dipenuhi amarah. Dia mendorong Dominic dengan kasar. "Berengsek! Dia wanitaku, jangan sentuh dia!"Dominic menyerahkan termos makanan ke tangan Eleanor. "Tunggu di sana."Begitu Eleanor menerima termos itu, Dominic langsung berbalik dan menendang Rowan dengan keras.Rowan terjungkal ke tanah. Dia bangkit dengan wajah penuh amarah. Sebagai pewaris Keluarga Naval, dia selalu dipuja dan dihormati. Dia tidak pernah diperlakukan sehina

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 46

    Eleanor langsung menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Rowan berdiri di bawah pohon, menatapnya dalam diam. Tatapannya gelap dan berbahaya."Nanti kita bicara lagi, aku tutup dulu." Eleanor langsung mengakhiri panggilan dan berjalan ke arah Rowan.Dia berhenti satu meter di depannya. Ekspresinya penuh kekesalan. "Gimana kamu bisa menemukan tempat ini?""Hah." Rowan menyipitkan matanya sedikit, auranya penuh ancaman. "Kamu menghindar dariku?"Eleanor mengernyit. "Kenapa aku harus menghindarimu? Bukannya aku sudah bilang aku akan balik ke kampung halaman?"Rowan melangkah lebih dekat. Eleanor refleks mundur. Gerakan itu membuat kekesalan di tatapan Rowan semakin dalam."Kamu bilang cuma sebentar, tapi kamu nggak bilang nggak akan kembali ke Kota Alman." Rowan mencondongkan tubuhnya ke depan. Tatapannya dipenuhi emosi yang berkecamuk. "Kamu mau merajuk sampai kapan?"Eleanor berdecak kesal sambil menatap mata Rowan dengan tenang. "Aku nggak merajuk. Ro

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 45

    Keesokan hari saat bekerja, Vivian memberikan dua kasus kepada Eleanor. Dia secara langsung menyerahkan berkas kasus dan berbicara dengan cepat, "Klien ingin mengajukan banding. Pengacara sebelumnya sudah mengundurkan diri, jadi sekarang dialihkan ke kamu.""Batas waktu banding sudah dekat, sebaiknya kamu segera menyiapkan dokumen banding hari ini dan merapikan semua berkas untuk diajukan ke pengadilan.""Lalu, ada kasus kecelakaan kerja ini. Kamu perlu membawa klien melakukan verifikasi kecelakaan dan penilaian kemampuan kerja. Kamu bisa membuat janji dengannya hari ini atau besok. Besok sudah hari Jumat, sebaiknya jangan ditunda sampai minggu depan."Eleanor menerima berkas kasus dan mengangguk berkali-kali. "Baik, baik."Dia baru mulai bekerja, tetapi sudah langsung menangani kasus. Memang pantas jika firma hukum ini menjadi yang terbaik di Kota Ordo.Sibuk sedikit bukan masalah, semakin banyak kasus berarti semakin banyak komisi dan pengalaman yang bisa didapat.Eleanor lantas meng

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 44

    Sekarang Adrian sudah mengaktifkan kembali kartu banknya, jadi nominal sebanyak ini bukan masalah bagi Eleanor. Anggap saja ini sebagai biaya untuk menjaga hubungan sosial.Saat makan malam berlangsung, Eleanor bangkit untuk pergi ke toilet. Erica kembali melontarkan sindiran, "Bu Eleanor, mau ke mana? Jangan-jangan mau kabur karena nggak sanggup bayar ya? Hahaha."Dengan ekspresi datar, Eleanor menjawab, "Aku mau ke toilet. Kenapa? Kamu nggak percaya padaku? Mau ikut juga?""Mana mungkin? Aku cuma bercanda kok. Kalau kamu terlalu serius, berarti salahmu sendiri," balas Erica dengan santai.Eleanor tidak lagi menggubrisnya dan langsung keluar dari ruangan. Saat berjalan ke toilet dan melewati area dekat lift, dia tanpa sengaja menoleh dan bertemu dengan sepasang mata yang familier.Dominic tampak terkejut. "Elea? Kok kamu ada di sini?"Di sekelilingnya, ada beberapa pria berpakaian formal dengan tampilan berkelas.Ruangan tempat Eleanor makan bersama rekan-rekannya berada di lantai sat

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 43

    Di Restoran Nuansa, restoran mewah di sekitar Firma Hukum Victory. Selain ruang VIP eksklusif, hampir semua ruang privat dipesan oleh firma hukum.Di dalam ruang makan tempat Eleanor duduk ...."Bu Eleanor, wah, kamu royal sekali ya! Langsung pilih Restoran Nuansa!" Seorang pengacara wanita muda tersenyum. "Terakhir kali aku makan di sini itu pas acara tahunan firma, waktu bos besar yang traktir."Vivian ikut bercanda, "Bu Eleanor masih muda, tapi sudah sukses. Sepertinya selama ini dapat banyak klien besar ya? Di kantor kita, kalau semua departemen digabung, ada lebih dari 100 orang. Sepertinya malam ini kamu bakal keluar banyak uang nih."Torro terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu ini keren juga ya."Seorang wanita muda lainnya bertanya dengan nada sarkastis, "Bu Eleanor, kamu yakin bisa nih? Di sini, rata-rata per orang bisa habis 400 sampai 600 ribu. Ditambah minuman dan alkohol, makan malam ini bisa-bisa menghabiskan gaji tiga bulanmu. Gimana kalau cari tempat lain saja? Jangan memak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 42

    Eleanor berpikir, jika dirinya bekerja di Firma Hukum Victory nanti, dia akan pindah ke apartemen supaya perjalanan ke kantor lebih mudah. Tinggal sendiri juga lebih nyaman. Yang paling penting, dia tidak perlu berhadapan dengan Adrian dan Karmela. Hidupnya akan lebih tenang.Di Firma Hukum Victory, yang mewawancarainya adalah HRD serta Vivian. Eleanor adalah lulusan universitas ternama dan memiliki pengalaman kerja 3 tahun. Semua pertanyaan profesional yang diajukan oleh Vivian dapat dijawab dengan lancar.Terlihat jelas bahwa Vivian sangat puas dengannya. Untuk gaji dan tunjangan, mereka langsung menyetujui ekspektasi Eleanor. Gaji pokok 30 juta ditambah komisi dari biaya hukum.Setelah wawancara selesai, Vivian tersenyum dan berkata, "Bu Eleanor, sampai jumpa besok."Eleanor membalas dengan senyuman sopan, "Sampai jumpa besok."Wawancara ini jauh lebih mudah dari yang dibayangkan. Awalnya, dia mengira firma hukum akan menekan tawaran gajinya. Tak disangka, semuanya berjalan begitu l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status