Share

Bab 2

Author: Hilya
Rowan refleks menepis tangan wanita di sampingnya. Tubuh wanita itu menegang. Eleanor bertanya seraya tersenyum sinis, "Aku juga berteman dengan Jenisa. Apa aneh kalau aku menghadiri pesta ulang tahunnya?"

Rowan menanggapi, "Nggak. Aku kira kamu nggak suka menghadiri acara seperti ini. Jadi, aku nggak kabari kamu."

Eleanor menyindir dalam hati, 'Apa kamu memang nggak kabari aku karena aku nggak suka menghadiri acara seperti ini? Seharusnya kamu sengaja nggak bilang biar bisa bawa wanita lain, 'kan?'

Rowan mengamati sekeliling dengan tatapan dingin setelah selesai menjelaskan, seolah-olah sedang bertanya siapa yang menyuruh Eleanor datang.

Jenisa yang merasa bersalah mengalihkan pandangannya. Dia tidak berani bertatapan dengan Rowan. Jenisa berpura-pura masalah ini tidak ada hubungan dengannya.

Wanita yang datang bersama Rowan berinisiatif maju dan menyapa Eleanor, "Halo, kamu Eleanor, ya? Namaku Miranda, seharusnya kamu pernah dengar Rowan mengungkit tentangku, 'kan?"

Ternyata wanita ini adalah cinta pertama Rowan, Miranda. Eleanor tetap merasa sangat sedih, hatinya sakit. Bagaimanapun, dia sudah berpacaran dengan Rowan selama 3 tahun. Perasaan cintanya kepada Rowan tidak mungkin hilang dalam waktu singkat.

Namun, Eleanor bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Dia tersenyum, lalu mengangguk dan membalas, "Halo, Miranda."

Miranda memandang Eleanor dan bertanya seraya tersenyum, "Eleanor, ada yang pernah bilang padamu kita berdua sedikit mirip?"

Begitu Miranda melontarkan perkataannya, ekspresi Rowan menjadi muram. Eleanor yang merasa lucu melirik Rowan sekilas, lalu tersenyum dan mengalihkan pandangannya. Eleanor melihat tatapan Miranda yang provokatif.

"Oh ya?" tanya Eleanor sambil mengerjap. Dia menambahkan dengan ekspresi polos, "Tapi, aku nggak sependapat. Kamu nggak secantik aku."

Semua orang yang menonton keramaian terperangah. Bukannya selama ini Eleanor sangat patuh? Kenapa hari ini ucapan Eleanor sangat provokatif?

Melihat situasinya menjadi canggung, Jenisa segera mengalihkan pembicaraan, "Kalian jangan berdiri lagi. Cepat duduk."

Miranda menahan kekesalannya terhadap Eleanor dan berusaha tersenyum. Dia memberikan hadiah kepada Jenisa sembari berucap, "Selamat ulang tahun, Jenisa. Ini hadiah untukmu."

Jenisa menerima hadiah dari Miranda. Dia merasa kantong hadiahnya sama persis dengan yang diberikan Eleanor tadi.

Jenisa mengeluarkan kotak hadiah, lalu membukanya dan berseru dengan ekspresi terkejut, "Wah, aku sudah lama menyukai kalung ini. Terima kasih, Kak Miranda."

Eleanor tertegun, kenapa kalung itu sama dengan yang dibelinya untuk Jenisa? Kemudian, Jenisa membuka hadiah yang diberikan Eleanor tadi. Dia berujar, "Wah! Eleanor, kamu juga memberiku kalung yang sama!"

Teman Jenisa langsung memfitnah tanpa memeriksa kalung itu, "Aku rasa kalung itu palsu. Harga kalungnya 100 juta lebih. Eleanor cuma pengacara biasa, gajinya setiap bulan pasti nggak tinggi. Mana mungkin Eleanor beli kalung yang begitu mahal untukmu?"

Begitu teman Jenisa melontarkan perkataannya, suasana di tempat menjadi hening. Tatapan semua orang yang sinis tertuju pada Eleanor. Sudah jelas, mereka sependapat dengan teman Jenisa.

Eleanor hanya seorang pengacara yang tidak terkenal. Dia pasti tidak rela menghabiskan uang demi membeli barang asli untuk Jenisa.

Rowan berkata dengan ekspresi masam, "Eleanor, seharusnya kamu bilang padaku kalau nggak punya uang. Aku juga bisa bantu kamu siapkan hadiah. Seharusnya kamu ...."

Seharusnya Eleanor tidak membeli barang palsu. Rowan malu untuk menyelesaikan ucapannya, tetapi semua orang di tempat paham.

Eleanor yang kecewa melihat Rowan dan bertanya, "Rowan, kamu juga menganggap aku memberi Jenisa barang palsu?"

Raut wajah Rowan sangat muram. Dia tidak berbicara. Itu berarti dia mengakuinya.

Jenisa tersenyum canggung dan berusaha menengahi, "Nggak mungkin. Aku cukup dekat dengan Eleanor, mana mungkin dia memberiku barang palsu? Kalian jangan bicara begitu, nanti Eleanor tersinggung."

Meskipun berbicara demikian, Eleanor bisa melihat dari ekspresi Jenisa sebenarnya Jenisa meremehkannya. Eleanor benar-benar kecewa.

Eleanor membeli kalung seharga 100 juta lebih untuk Jenisa karena sebelumnya Jenisa sering memperhatikannya. Jadi, Eleanor ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan memberikan kalung ini.

Tiga tahun yang lalu, Eleanor bertengkar dengan keluarganya karena menolak dijodohkan. Dia datang ke Kota Alman sendirian.

Adrian Izara memblokir kartu bank Eleanor dan berhenti memberinya dukungan finansial. Eleanor juga tidak memakai koneksi Keluarga Izara. Dia mendapatkan pekerjaan di kantor pengacara dengan mengandalkan kemampuan sendiri.

Awalnya, Eleanor yang menjadi pengacara magang mendapatkan gaji 8 juta sebulan. Satu tahun kemudian, gaji Eleanor naik setelah dia mendapatkan lisensi advokat. Namun, gajinya tidak termasuk tinggi. Bagi semua orang di tempat ini, Eleanor sangat miskin.

Para keturunan keluarga kaya di lingkaran sosial Rowan meremehkan "orang miskin" seperti Eleanor. Setiap kali berkumpul, mereka selalu mengucilkan Eleanor.

Rowan mengabaikan perlakuan mereka terhadap Eleanor, tetapi Jenisa membantu Eleanor beberapa kali. Bahkan, Jenisa juga mengajak Eleanor mengobrol.

Eleanor mengira Jenisa berbeda dengan orang lain. Tidak disangka, dia juga meremehkan Eleanor. Benar-benar konyol.

Setelah Eleanor menyetujui perjodohan keluarga, Adrian langsung mengaktifkan kembali kartu bank Eleanor. Uang 100 juta sama sekali tidak ada apa-apanya bagi Eleanor.

Rowan berujar, "Berikan kalungnya padaku. Nanti aku belikan hadiah lain lagi untukmu. Eleanor nggak pengertian, maaf."

Jenisa melihat Eleanor dan Rowan. Dia dilema. Jika Jenisa tidak memberikan kalungnya, itu berarti dia tidak menghormati Rowan.

Jika Jenisa memberikan kalungnya, itu berarti dia juga menganggap kalung itu palsu. Eleanor memang dipermalukan, tetapi dia adalah pacar Rowan. Jadi, sebenarnya orang yang dipermalukan adalah Rowan.

Eleanor berbicara sembari melipat kedua tangannya di dada, "Kalau dia mau, berikan saja pada dia."

Eleanor memandang Rowan dengan dingin. Jenisa terpaksa memberikan kalung itu kepada Rowan. Tiba-tiba, Miranda menceletuk, "Rowan, jangan salahkan Eleanor. Dia juga berniat baik."

Rowan tidak berbicara. Ekspresinya tetap tampak muram. Seseorang menyarankan untuk bermain gim agar bisa mencairkan suasana.

Miranda tersenyum, lalu ikut mereka minum anggur dan bermain gim. Eleanor tidak suka keramaian, jadi dia duduk sendirian di sofa yang terletak di sudut.

Rowan menghampiri Eleanor dengan ekspresi muram, lalu duduk di sampingnya. Eleanor tidak memedulikan Rowan. Dia hanya sibuk bermain ponsel.

Setelah beberapa saat, Rowan baru berkata, "Kalau nggak punya uang, kamu bisa beli hadiah yang lebih murah. Itu lebih baik daripada kamu beli barang palsu."

"Kalau kamu menganggap itu barang palsu, kembalikan saja padaku," timpal Eleanor dengan acuh tak acuh. Dia tetap bermain ponsel.

"Aku yang dipermalukan kalau kamu berbuat begitu," tegur Rowan.

Eleanor memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam, lalu membuka matanya dan melihat Rowan. Dia bertanya, "Aku mempermalukanmu? Setruknya ada di dalam, apa kamu nggak bisa lihat sendiri? Apa perlu aku bawa kamu ke konternya biar kamu bisa cari staf untuk buktikan?"

Rowan tertegun sejenak, lalu mencari setruk. Begitu melihat setruk, Rowan baru percaya kalung pemberian Eleanor memang asli. Ekspresi Rowan tidak terlalu muram lagi, dia bertanya dengan lembut, "Kenapa tadi kamu nggak bilang ada setruk?"

Eleanor mendengus dan menyahut, "Aku malas bilang."

Selesai bicara, Eleanor lanjut bermain ponsel. Tak lama kemudian, Rowan baru berucap, "Maaf, hari ini aku salah paham padamu."

Eleanor berpura-pura tidak mendengar ucapan Rowan. Dia hanya fokus bermain gim. Sementara itu, Rowan hanya duduk di samping Eleanor dan tidak berbicara lagi. Tatapannya tertuju pada orang-orang yang sedang bermain gim.

Lebih tepatnya, tatapan Rowan tertuju pada Miranda. Eleanor mendongak setelah selesai bermain 1 ronde. Kebetulan dia melihat Rowan sedang memandangi Miranda.

Miranda kalah bermain, jadi dia dipaksa minum anggur. Awalnya, Rowan masih berusaha mengendalikan dirinya. Saat melihat Miranda menghabiskan gelas ketiga dan hendak minum gelas keempat, Rowan langsung berdiri.

Rowan menghampiri Miranda, lalu merebut gelasnya dan bertanya, "Kamu sering sakit mag, tapi minum banyak anggur. Miranda, kamu nggak mau hidup lagi, ya?"

Siapa pun bisa melihat Rowan sangat marah. Tadi semua orang masih bersorak, sekarang suasana menjadi hening. Tatapan mereka tertuju pada Rowan dan Miranda.

Miranda yang mengambek bertatapan dengan Rowan dan membalas, "Kamu nggak usah atur-atur aku."

"Kamu nggak boleh minum anggur lagi," tegur Rowan. Dia mengamati semua orang yang bermain gim dan bertanya dengan ekspresi dingin, "Siapa yang berani paksa dia minum lagi?"

Semua orang mengalihkan pandangan dan tidak berani bertatapan dengan Rowan. Eleanor yang duduk di sofa melihat kejadian ini dengan tatapan dingin. Dia juga tersenyum sinis.

Miranda berdiri dan hendak merebut gelas anggur. Rowan mengangkat gelas lebih tinggi supaya Miranda tidak bisa menyentuhnya.

Miranda berjinjit, lalu dia terjatuh ke pelukan Rowan karena tidak berdiri dengan stabil. Rowan langsung merangkul Miranda dengan satu tangan dan berkomentar, "Hati-hati, kenapa kamu masih begitu ceroboh seperti dulu?"

Wajah Miranda memerah. Dia bersandar di pelukan Rowan dan memandanginya sambil berucap dengan manja, "Rowan, kamu benar-benar menyebalkan."

Semua orang di tempat mulai memanas-manasi situasi. Saat Rowan hendak bicara, dia tidak sengaja melihat tatapan Eleanor yang dingin.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 3

    Rowan baru sadar pacarnya juga berada di tempat ini. Dia langsung menarik tangannya yang merangkul pinggang Miranda dan mundur beberapa langkah. Teman-teman Rowan mengikuti arah pandangannya. Mereka baru menyadari Eleanor masih belum pergi, lalu mereka membantu Rowan."Ayo, kita lanjut main. Miranda, kamu sering sakit maag. Jangan minum anggur lagi. Kita ganti saja aturan mainnya, orang yang kalah harus main jujur atau tantangan.""Saran ini bagus. Kita main jujur atau tantangan saja."Rowan kembali duduk di samping Eleanor setelah menenangkan dirinya. Dia mengira Eleanor akan cemburu dan merajuk. Namun, Eleanor tidak melontarkan sepatah kata pun.Sikap Eleanor yang acuh tak acuh membuat sedikit Rowan panik. Dia merasa Eleanor berbeda dengan dulu. Mereka berdua terus terdiam.Saat Rowan sedang ragu-ragu untuk menjelaskan kepada Eleanor, terdengar suara seruan seseorang. "Miranda, kamu kalah lagi. Kali ini, kamu mau pilih jujur atau tantangan?"Perhatian Rowan teralih lagi. Tatapannya t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 4

    [ Elea, cincin tunangan yang kubuat khusus untukmu di Chaumet sudah diantar ke toko cabang Kota Alman. Kamu bisa melihatnya kalau ada waktu. ]Chaumet adalah merek perhiasan terkenal di dunia. Beberapa hari yang lalu, Eleanor baru menyetujui perjodohan keluarga. Namun, hari ini cincin tunangan sudah diantar.Apa cincin ini sudah dibuat sebelumnya? Eleanor tidak bertanya lagi, dia hanya membalas pesan Dominic dengan singkat.[ Oke. ]Di toko Chaumet. Staf toko mengeluarkan cincin dan berkata dengan ramah, "Bu Eleanor, ini cincin yang dibuat Pak Dominic untukmu."Eleanor mengambil cincin itu dan mengamatinya dengan saksama. Berlian langka berwarna biru sebesar 5 karat dikelilingi oleh berlian kecil berwarna merah muda dan tidak berwarna. Di bawah cahaya lampu, cincin itu tampak berkilauan dan sangat indah.Staf menjelaskan, "Inisial nama Bu Eleanor dan Pak Dominic diukir di bagian dalam cincin."Eleanor melihat cincin itu dengan teliti. Di bagian dalamnya memang terukir inisial "DO" dan

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 5

    Orang yang datang adalah teman Rowan, Anthony. Dia adalah pria yang merasa kasihan pada Eleanor di bar malam itu. Eleanor mengenal Anthony hampir 3 tahun. Selama ini, kesannya terhadap Anthony juga cukup bagus.Eleanor membalas, "Aku datang belanja."Anthony melirik kantong belanja yang dibawa Eleanor dan bertanya, "Apa kamu beli hadiah untuk Rowan?"Eleanor merasa repot menjelaskan, jadi dia mengangguk. Anthony berkata, "Jam tangan merek ini sangat mahal. Bahkan model yang paling simpel saja harganya ratusan juta. Sebenarnya kamu nggak perlu beli hadiah yang begitu mahal, Rowan ...."Rowan tidak pantas menerima hadiah semahal ini dari Eleanor. Dia sudah mengakui dirinya tidak bisa melupakan Miranda. Rowan hanya menganggap Eleanor sebagai pengganti.Semalam Rowan juga meninggalkan Eleanor. Dia menarik tangan Miranda di depan semua orang dan pergi dari lokasi pesta.Rowan dan Miranda bersenang-senang di hotel setelah meninggalkan pesta ulang tahun Jenisa. Eleanor tidak mengetahui hal in

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 6

    Eleanor melihat Rowan dan bertanya balik dengan ekspresi bingung, "Apa?"Rowan berpikir mungkin Eleanor masih marah, jadi Eleanor tidak langsung memberikan hadiah kepada Rowan. Tidak masalah, Rowan akan mengalah terlebih dahulu. Dia berucap dengan lembut, "Tadi nada bicaraku waktu di toko agak kasar. Jangan marah lagi."Seharusnya amarah Eleanor akan reda setelah Rowan berbicara seperti ini. Eleanor mendesah, lalu melihat Rowan dan berkata dengan serius, "Aku nggak marah."Rowan yang tidak percaya menanggapi, "Lain di mulut, lain di hati.""Terserah kalau kamu berpikiran begitu," balas Eleanor.Rowan langsung merasa gusar setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia memarahi, "Eleanor, aku sudah minta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan?"Eleanor tetap lanjut membereskan barang dan menyahut dengan tenang, "Aku nggak butuh permintaan maaf darimu."Rowan mengamati Eleanor sejenak, lalu bertanya dengan canggung, "Mana hadiahnya?"Eleanor memandang Rowan dan bertanya balik, "Hadiah apa?"Rowan menj

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 7

    Eleanor duduk di sofa tunggal di samping Yolanda. Dia tidak takut sedikit pun saat memandang Yolanda, bahkan dia berbicara dengan tenang, "Aku nggak ingin jadi menantu Keluarga Naval."Tentu saja Yolanda tidak percaya. Dia mengamati seluruh tubuh Eleanor, ini adalah pacar putranya selama 3 tahun.Eleanor memang cantik dan elegan. Meskipun berasal dari keluarga biasa, Eleanor tidak terlihat canggung dan minder.Tadi Yolanda sengaja mempermalukan Eleanor. Tidak disangka, Eleanor sama sekali tidak kesal. Dia tetap bersikap tenang begitu melihat Yolanda. Bahkan, dia sangat percaya diri saat berbicara.Namun, apa gunanya? Eleanor hanya wanita matre yang ingin menjadi menantu keluarga kaya. Biarpun pandai berpura-pura, status Eleanor tetap tidak tinggi.Yolanda berucap dengan angkuh, "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga wanita, jadi aku memahami pemikiranmu. Aku tahu Rowan disukai banyak wanita, nggak mudah bagimu untuk bertemu dengan putra keluarga kaya seperti dia. Biasanya

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 8

    Satu tahun yang lalu, Nichelle putus dengan pacarnya. Kemudian, pacarnya membuat daftar utang dan menyuruh Nichelle membayar. Di dalam daftar utang tertulis bahwa pacarnya mentransfer total 100 juta lebih kepada Nichelle saat pacaran selama 2 tahun.Nichelle menolak untuk membayar, lalu Nichelle digugat pacarnya. Jadi, Nichelle datang ke kantor pengacara untuk meminta bantuan. Kala itu, pengacara lain di kantor pergi menyelesaikan kasus di pengadilan. Hanya Eleanor yang berada di kantor.Nichelle berucap sambil menangis, "Bukan begitu, aku tinggal bersama dia selama 2 tahun. Dari awal, kami sudah sepakat untuk membagi 2 uang sewa, listrik, air, dan biaya sehari-hari lainnya. Dia bilang mau transfer 4 juta setiap bulan kepadaku, itu sudah termasuk uang sewa dan semua biaya lainnya."Nichelle melanjutkan, "Aku juga keluarkan 4 juta untuk membayar biaya hidup kami. Waktu itu, aku langsung menuruti kemauannya tanpa pikir panjang. Siapa sangka, dia malah suruh aku bayar utang setelah kami p

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 9

    Eleanor tidur sampai terbangun sendiri. Ketika membuka mata, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi."Ah! " Eleanor meregangkan tubuh sembari bergumam, "Nggak bekerja memang menyenangkan."Eleanor beranjak dari kasur. Setelah cuci wajah dan gosok gigi, dia turun untuk makan sarapan.Jenar menyiapkan sarapan untuk dua orang.Eleanor melirik sekilas tempat duduk yang kosong di depannya tanpa mengatakan apa-apa.Melihat Eleanor sudah turun, Jenar bertanya dengan bingung, "Nona Eleanor, apa hari ini Tuan nggak turun untuk makan sarapan?"Eleanor makan sesuap bubur ayam sebelum menjawab, "Dia nggak pulang semalam. Sepertinya nggak akan makan.""Oh," sahut Jenar. Begitu sadar dirinya banyak bicara, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi dan kembali ke dapur.Setelah menghabiskan sarapan, Eleanor menerima pesan dari Dominic.[ Elea, apa gaun pertunanganmu mau dibuat khusus atau pilih koleksi terbaru merek ternama? ]Jika ingin dibuat khusus, apakah masih sempat? Sepertinya Eleanor masih belum ta

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 10

    Eleanor menghubungi Dominic.Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya.""Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor."Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic."Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor."Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar."Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru

Latest chapter

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 100

    Mereka berdua terlihat berbincang dan tertawa, tampak begitu akrab.Rowan bergumam, "Cepat sekali dia keluar dari rumah sakit. Benar-benar susah mati."Anthony menduga pria itu adalah tunangan Eleanor. Tanpa ragu, Rowan membuka pintu mobil dan berjalan menuju Eleanor.....Sudah seminggu sejak Dominic keluar dari rumah sakit. Selama seminggu ini, setiap hari dia harus makan makanan polos di bawah pengawasan Eleanor.Awalnya dia masih bisa menerimanya, tetapi setelah beberapa hari berturut-turut hanya makan makanan yang begitu-begitu saja, dia mulai bosan.Setelah membujuk dan merajuk, akhirnya hari ini Eleanor setuju untuk membawanya keluar makan sesuatu yang lebih enak.Restoran yang mereka tuju berada di pusat kota, daerah paling ramai. Itu adalah restoran tua yang terkenal di Kota Ordo, tempat mereka biasa makan sejak kecil.Karena sekarang jam makan, restoran itu penuh. Tidak ada satu kursi pun yang kosong, bahkan di depan pintu ada antrean panjang yang menunggu giliran masuk.Untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 99

    Akhir-akhir ini, Rowan sibuk mencari investor untuk perusahaannya. Di Kota Ordo, hampir tidak ada perusahaan yang bersedia berinvestasi di Grup Naval. Jadi, dia terpaksa mencari peluang di luar kota. Sebagian besar waktunya dihabiskan di hotel dan pesawat.Hari ini, Rowan baru saja kembali ke Kota Ordo dan Anthony sudah datang menjemputnya. Saat sore hari dalam perjalanan menuju sebuah acara makan, Anthony melirik sekilas ke arah Rowan ketika mobil berhenti di lampu merah.Rowan sedang memegang ponselnya, melihat satu per satu foto lamanya bersama Eleanor. Anthony membuka mulut seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu.Sebelum dia sempat berbicara, Rowan sudah lebih dulu menyodorkan ponselnya. Matanya penuh nostalgia. "Lihat, betapa bahagianya kami dulu."Anthony memandangnya dengan ekspresi rumit. Beberapa waktu lalu, Rowan memintanya membeli cincin dari Pransis, katanya ingin menggunakannya untuk merebut kembali Eleanor.Saat itu, Rowan mengatakan bahwa Eleanor akan seg

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 98

    Eleanor masih belum puas dan bertanya lagi, "Benar-benar nggak ada perkiraan waktu?""Kalau harus dijawab, mungkin saat kamu SMA. Saat Declan mengganggumu, aku menghajarnya dan baru sadar kalau perasaanku ke kamu memang berbeda."Eleanor merapatkan bibirnya. "Kamu menyembunyikannya dengan baik ya."Dominic mengusap kepala Eleanor yang lembut. "Aku harus menunggumu tumbuh dewasa dulu."Tatapannya tiba-tiba dipenuhi sedikit kesedihan. "Begitu kamu lulus kuliah, aku langsung menemui ayahmu untuk mengajukan pernikahan. Tapi, kamu malah menolak dan kabur dari rumah."Eleanor merasa bersalah. Dia mengalihkan pandangannya dan bergumam, "Waktu itu ... aku pikir Ayah mengorbankanku demi bisnis keluarga. Mana aku tahu kalau kamu sudah merencanakan ini sejak lama? Kamu juga nggak pernah bilang. Aku benar-benar merasa dirugikan ...."Tiba-tiba, Dominic memasang ekspresi kesakitan. "Aduh, sakit sekali."Eleanor pun panik dan buru-buru melihat ke arah pinggangnya yang terluka. "Kenapa? Kebentur sesu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 97

    Ucapan Rowan seperti mantra yang terus bergema di kepala Eleanor, membuat pikirannya kacau sepanjang hari.Keesokan harinya saat Eleanor datang ke rumah sakit untuk menjenguk Dominic, wajahnya tampak penuh beban."Elea, lagi pikirin apa?" tanya Dominic.Eleanor mengedipkan matanya, memalingkan wajahnya agar tak menatapnya langsung. "Itu ... soal Katalina, sebenarnya dia siapa?"Dominic tersenyum misterius. "Cemburu ya?"Eleanor berusaha terlihat tidak acuh dan menggembungkan pipinya sedikit. "Nggak kok. Aku hanya penasaran. Kamu nggak pernah menyebutnya sebelumnya."Mengingat bagaimana wanita itu menculik Emily dan hampir menikamnya, Eleanor bukan hanya cemburu, tetapi juga marah. "Dari mana kamu mendapatkan penggemar gila seperti itu?"Dominic melambaikan tangannya ke arah Eleanor. "Kemari."Eleanor menurut. Dia mendekat dan duduk di tepi tempat tidur.Dominic menggenggam tangannya dengan serius. "Aku dan dia dulu teman sekelas waktu SMA. Dia pernah mengejarku dengan sangat agresif, t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 96

    "Hmm."Selena menoleh menatap Dominic. "Kamu sudah kenyang? Mau makan lagi nggak? Ibu bawa semua makanan favoritmu."Dominic menjawab, "Nggak perlu. Masakan Eleanor pas banget di lidahku, aku habiskan semuanya."Mendengar itu, Selena tersenyum puas. "Baiklah. Kalau sudah makan, nggak apa-apa."Kevin memandang mereka dengan tatapan menggoda. "Oh? Masakan Eleanor ya?"Dia meletakkan keranjang buah dan suplemen yang dibawanya, lalu menatap Dominic sambil tersenyum. "Kamu beruntung sekali ya."Dominic menanggapi, "Tentu saja. Kebahagiaan seperti ini mana bisa dirasakan oleh para jomblo?"Senyuman Kevin langsung membeku. "Baiklah, aku juga harus cari pacar, lalu pamer kemesraan setiap hari di depanmu sampai kamu muak!"Olivia membelalakkan mata karena terkejut. "Elea, kamu bisa masak?"Eleanor tersenyum tipis. "Baru saja belajar.""Tsk, tsk, cinta memang ajaib." Olivia masih tak percaya. Dia bahkan mengelilingi Eleanor seakan-akan ingin memastikan sesuatu."Aku masih ingat waktu kuliah dulu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 95

    Saat Dominic sadar kembali, meja lipat di depannya sudah penuh dengan makanan. Ada tumis pakcoy, daging sapi, nasi putih yang masih mengepul asap, serta semangkuk sup."Kamu masak sebanyak ini?" Dominic tersenyum lembut. "Sup apa ini?""Sup ayam kampung." Eleanor mengangkat mangkuk sup, mengambil sesendok, lalu meniupnya perlahan sebelum menyodorkannya ke bibir Dominic. "Coba cicipi."Dominic menurunkan pandangannya sambil tersenyum, tetapi senyuman itu tiba-tiba memudar. "Tanganmu kenapa?" Dia melihat ada lepuhan kecil di jari telunjuk kanan Eleanor.Eleanor refleks ingin menyembunyikannya, tetapi sudah terlambat. Dia hanya bisa berkata dengan jujur, "Tadi ... waktu di dapur, aku nggak sengaja kena air panas. Nggak apa-apa, cuma lepuhan kecil saja."Mata Dominic sedikit memerah. "Sakit nggak?"Eleanor menggeleng. "Nggak sakit."Dominic menyesap sup dengan tenang, lalu menggenggam pergelangan tangan Eleanor dengan lembut, menunduk dan meniup pelan bagian yang terluka.Setelah beberapa

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 94

    Bibir pucat Dominic membentuk senyuman tipis. "Baik, aku janji padamu."Isaac dan Selena baru saja keluar dari ruang ICU ketika mereka menerima telepon. Suara di ujung telepon terdengar cemas. "Pak Isaac, ada masalah."Di pusat tahanan, Katalina mengaku bahwa dia hamil. Sesuai prosedur, dia harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan.Dalam perjalanan ke rumah sakit, sebuah mobil tiba-tiba melaju dengan kencang, menabrak mobil yang membawa Katalina hingga berhenti di tepi jalan.Dari mobil itu, turun beberapa pria bertubuh kekar dengan keterampilan luar biasa. Mereka pun membawa Katalina pergi.Petugas yang mengawal mengalami cedera parah, sementara kendaraan mereka rusak berat dan tidak bisa langsung mengejar.Mendengar laporan itu, wajah Isaac menunjukkan ekspresi tak percaya. "Dia berhasil dibawa pergi?""Apa yang terjadi? Siapa yang dibawa pergi?" tanya Selena dengan cemas.Isaac menarik napas dalam-dalam, tubuhnya sedikit bungkuk. "Katalina.""Apa?" Selena terkejut. "Bukankah di

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 93

    Eleanor sudah cemas sepanjang sore. Sekarang setelah Dominic melewati masa kritis, dia ingin melihatnya. Bagaimanapun, Dominic terluka karena melindunginya."Ayo, ikut aku pulang," ucap Adrian dengan tegas.Eleanor menggeleng, menatap ayahnya dengan teguh. "Ayah, aku tahu Ayah sangat marah sekarang, tapi aku belum bisa pulang. Dominic sudah mempertaruhkan nyawanya untukku. Aku nggak punya alasan untuk pergi begitu saja. Kalau dia nggak melihatku saat siuman nanti, dia pasti akan sangat sedih."Nirvan merasa terharu mendengar kata-kata itu. Dia lantas menoleh ke Adrian. "Adrian, istriku tadi memang terlalu kasar. Aku minta maaf, jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati."Isaac juga menimpali, "Benar, Dominic pasti ingin melihat Eleanor di sisinya setelah siuman."Selena berkata, "Adrian, jangan marah. Kedua anak ini saling mencintai, ini hal yang baik."Tokoh besar seperti Nirvan sampai merendahkan diri untuk meminta maaf, Adrian pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.Memang benar bahwa Gi

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 92

    Eleanor menunduk. "Semua ini salahku."Selena langsung menoleh ke arahnya. "Elea, apa maksudmu?"Eleanor pun menceritakan semuanya dengan jelas.Giana bertanya dengan nada menyalahkan, "Jadi, Dominic ditikam karena melindungimu?"Eleanor menggigit bibirnya. "Ya."Giana pun kesal. "Eleanor, kamu terlalu gegabah. Kami sudah melapor ke polisi dan ada banyak pengawal di vila. Kenapa kamu nggak bisa menunggu sebentar? Kalau kamu nggak bertindak gegabah, Dominic nggak akan terluka seperti ini.""Maafkan aku, ini semua salahku," ucap Eleanor dengan suara lirih, kepalanya semakin tertunduk.Giana semakin menekan. "Kamu belum resmi masuk keluarga ini, tapi sudah membawa masalah sebesar ini."Wajah Adrian langsung menjadi masam. "Apa maksudmu? Jelas-jelas Dominic yang ada masalah dengan wanita itu, sementara putriku adalah korbannya. Kenapa malah menyalahkan putriku?"Adrian menyindir, "Gampang sekali kalian bicaranya. Kalian suruh kami menunggu? Wanita itu menculik putri bungsuku, menodongkan p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status