Share

Bab 2

Penulis: Hilya
Rowan refleks menepis tangan wanita di sampingnya. Tubuh wanita itu menegang. Eleanor bertanya seraya tersenyum sinis, "Aku juga berteman dengan Jenisa. Apa aneh kalau aku menghadiri pesta ulang tahunnya?"

Rowan menanggapi, "Nggak. Aku kira kamu nggak suka menghadiri acara seperti ini. Jadi, aku nggak kabari kamu."

Eleanor menyindir dalam hati, 'Apa kamu memang nggak kabari aku karena aku nggak suka menghadiri acara seperti ini? Seharusnya kamu sengaja nggak bilang biar bisa bawa wanita lain, 'kan?'

Rowan mengamati sekeliling dengan tatapan dingin setelah selesai menjelaskan, seolah-olah sedang bertanya siapa yang menyuruh Eleanor datang.

Jenisa yang merasa bersalah mengalihkan pandangannya. Dia tidak berani bertatapan dengan Rowan. Jenisa berpura-pura masalah ini tidak ada hubungan dengannya.

Wanita yang datang bersama Rowan berinisiatif maju dan menyapa Eleanor, "Halo, kamu Eleanor, ya? Namaku Miranda, seharusnya kamu pernah dengar Rowan mengungkit tentangku, 'kan?"

Ternyata wanita ini adalah cinta pertama Rowan, Miranda. Eleanor tetap merasa sangat sedih, hatinya sakit. Bagaimanapun, dia sudah berpacaran dengan Rowan selama 3 tahun. Perasaan cintanya kepada Rowan tidak mungkin hilang dalam waktu singkat.

Namun, Eleanor bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Dia tersenyum, lalu mengangguk dan membalas, "Halo, Miranda."

Miranda memandang Eleanor dan bertanya seraya tersenyum, "Eleanor, ada yang pernah bilang padamu kita berdua sedikit mirip?"

Begitu Miranda melontarkan perkataannya, ekspresi Rowan menjadi muram. Eleanor yang merasa lucu melirik Rowan sekilas, lalu tersenyum dan mengalihkan pandangannya. Eleanor melihat tatapan Miranda yang provokatif.

"Oh ya?" tanya Eleanor sambil mengerjap. Dia menambahkan dengan ekspresi polos, "Tapi, aku nggak sependapat. Kamu nggak secantik aku."

Semua orang yang menonton keramaian terperangah. Bukannya selama ini Eleanor sangat patuh? Kenapa hari ini ucapan Eleanor sangat provokatif?

Melihat situasinya menjadi canggung, Jenisa segera mengalihkan pembicaraan, "Kalian jangan berdiri lagi. Cepat duduk."

Miranda menahan kekesalannya terhadap Eleanor dan berusaha tersenyum. Dia memberikan hadiah kepada Jenisa sembari berucap, "Selamat ulang tahun, Jenisa. Ini hadiah untukmu."

Jenisa menerima hadiah dari Miranda. Dia merasa kantong hadiahnya sama persis dengan yang diberikan Eleanor tadi.

Jenisa mengeluarkan kotak hadiah, lalu membukanya dan berseru dengan ekspresi terkejut, "Wah, aku sudah lama menyukai kalung ini. Terima kasih, Kak Miranda."

Eleanor tertegun, kenapa kalung itu sama dengan yang dibelinya untuk Jenisa? Kemudian, Jenisa membuka hadiah yang diberikan Eleanor tadi. Dia berujar, "Wah! Eleanor, kamu juga memberiku kalung yang sama!"

Teman Jenisa langsung memfitnah tanpa memeriksa kalung itu, "Aku rasa kalung itu palsu. Harga kalungnya 100 juta lebih. Eleanor cuma pengacara biasa, gajinya setiap bulan pasti nggak tinggi. Mana mungkin Eleanor beli kalung yang begitu mahal untukmu?"

Begitu teman Jenisa melontarkan perkataannya, suasana di tempat menjadi hening. Tatapan semua orang yang sinis tertuju pada Eleanor. Sudah jelas, mereka sependapat dengan teman Jenisa.

Eleanor hanya seorang pengacara yang tidak terkenal. Dia pasti tidak rela menghabiskan uang demi membeli barang asli untuk Jenisa.

Rowan berkata dengan ekspresi masam, "Eleanor, seharusnya kamu bilang padaku kalau nggak punya uang. Aku juga bisa bantu kamu siapkan hadiah. Seharusnya kamu ...."

Seharusnya Eleanor tidak membeli barang palsu. Rowan malu untuk menyelesaikan ucapannya, tetapi semua orang di tempat paham.

Eleanor yang kecewa melihat Rowan dan bertanya, "Rowan, kamu juga menganggap aku memberi Jenisa barang palsu?"

Raut wajah Rowan sangat muram. Dia tidak berbicara. Itu berarti dia mengakuinya.

Jenisa tersenyum canggung dan berusaha menengahi, "Nggak mungkin. Aku cukup dekat dengan Eleanor, mana mungkin dia memberiku barang palsu? Kalian jangan bicara begitu, nanti Eleanor tersinggung."

Meskipun berbicara demikian, Eleanor bisa melihat dari ekspresi Jenisa sebenarnya Jenisa meremehkannya. Eleanor benar-benar kecewa.

Eleanor membeli kalung seharga 100 juta lebih untuk Jenisa karena sebelumnya Jenisa sering memperhatikannya. Jadi, Eleanor ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan memberikan kalung ini.

Tiga tahun yang lalu, Eleanor bertengkar dengan keluarganya karena menolak dijodohkan. Dia datang ke Kota Alman sendirian.

Adrian Izara memblokir kartu bank Eleanor dan berhenti memberinya dukungan finansial. Eleanor juga tidak memakai koneksi Keluarga Izara. Dia mendapatkan pekerjaan di kantor pengacara dengan mengandalkan kemampuan sendiri.

Awalnya, Eleanor yang menjadi pengacara magang mendapatkan gaji 8 juta sebulan. Satu tahun kemudian, gaji Eleanor naik setelah dia mendapatkan lisensi advokat. Namun, gajinya tidak termasuk tinggi. Bagi semua orang di tempat ini, Eleanor sangat miskin.

Para keturunan keluarga kaya di lingkaran sosial Rowan meremehkan "orang miskin" seperti Eleanor. Setiap kali berkumpul, mereka selalu mengucilkan Eleanor.

Rowan mengabaikan perlakuan mereka terhadap Eleanor, tetapi Jenisa membantu Eleanor beberapa kali. Bahkan, Jenisa juga mengajak Eleanor mengobrol.

Eleanor mengira Jenisa berbeda dengan orang lain. Tidak disangka, dia juga meremehkan Eleanor. Benar-benar konyol.

Setelah Eleanor menyetujui perjodohan keluarga, Adrian langsung mengaktifkan kembali kartu bank Eleanor. Uang 100 juta sama sekali tidak ada apa-apanya bagi Eleanor.

Rowan berujar, "Berikan kalungnya padaku. Nanti aku belikan hadiah lain lagi untukmu. Eleanor nggak pengertian, maaf."

Jenisa melihat Eleanor dan Rowan. Dia dilema. Jika Jenisa tidak memberikan kalungnya, itu berarti dia tidak menghormati Rowan.

Jika Jenisa memberikan kalungnya, itu berarti dia juga menganggap kalung itu palsu. Eleanor memang dipermalukan, tetapi dia adalah pacar Rowan. Jadi, sebenarnya orang yang dipermalukan adalah Rowan.

Eleanor berbicara sembari melipat kedua tangannya di dada, "Kalau dia mau, berikan saja pada dia."

Eleanor memandang Rowan dengan dingin. Jenisa terpaksa memberikan kalung itu kepada Rowan. Tiba-tiba, Miranda menceletuk, "Rowan, jangan salahkan Eleanor. Dia juga berniat baik."

Rowan tidak berbicara. Ekspresinya tetap tampak muram. Seseorang menyarankan untuk bermain gim agar bisa mencairkan suasana.

Miranda tersenyum, lalu ikut mereka minum anggur dan bermain gim. Eleanor tidak suka keramaian, jadi dia duduk sendirian di sofa yang terletak di sudut.

Rowan menghampiri Eleanor dengan ekspresi muram, lalu duduk di sampingnya. Eleanor tidak memedulikan Rowan. Dia hanya sibuk bermain ponsel.

Setelah beberapa saat, Rowan baru berkata, "Kalau nggak punya uang, kamu bisa beli hadiah yang lebih murah. Itu lebih baik daripada kamu beli barang palsu."

"Kalau kamu menganggap itu barang palsu, kembalikan saja padaku," timpal Eleanor dengan acuh tak acuh. Dia tetap bermain ponsel.

"Aku yang dipermalukan kalau kamu berbuat begitu," tegur Rowan.

Eleanor memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam, lalu membuka matanya dan melihat Rowan. Dia bertanya, "Aku mempermalukanmu? Setruknya ada di dalam, apa kamu nggak bisa lihat sendiri? Apa perlu aku bawa kamu ke konternya biar kamu bisa cari staf untuk buktikan?"

Rowan tertegun sejenak, lalu mencari setruk. Begitu melihat setruk, Rowan baru percaya kalung pemberian Eleanor memang asli. Ekspresi Rowan tidak terlalu muram lagi, dia bertanya dengan lembut, "Kenapa tadi kamu nggak bilang ada setruk?"

Eleanor mendengus dan menyahut, "Aku malas bilang."

Selesai bicara, Eleanor lanjut bermain ponsel. Tak lama kemudian, Rowan baru berucap, "Maaf, hari ini aku salah paham padamu."

Eleanor berpura-pura tidak mendengar ucapan Rowan. Dia hanya fokus bermain gim. Sementara itu, Rowan hanya duduk di samping Eleanor dan tidak berbicara lagi. Tatapannya tertuju pada orang-orang yang sedang bermain gim.

Lebih tepatnya, tatapan Rowan tertuju pada Miranda. Eleanor mendongak setelah selesai bermain 1 ronde. Kebetulan dia melihat Rowan sedang memandangi Miranda.

Miranda kalah bermain, jadi dia dipaksa minum anggur. Awalnya, Rowan masih berusaha mengendalikan dirinya. Saat melihat Miranda menghabiskan gelas ketiga dan hendak minum gelas keempat, Rowan langsung berdiri.

Rowan menghampiri Miranda, lalu merebut gelasnya dan bertanya, "Kamu sering sakit mag, tapi minum banyak anggur. Miranda, kamu nggak mau hidup lagi, ya?"

Siapa pun bisa melihat Rowan sangat marah. Tadi semua orang masih bersorak, sekarang suasana menjadi hening. Tatapan mereka tertuju pada Rowan dan Miranda.

Miranda yang mengambek bertatapan dengan Rowan dan membalas, "Kamu nggak usah atur-atur aku."

"Kamu nggak boleh minum anggur lagi," tegur Rowan. Dia mengamati semua orang yang bermain gim dan bertanya dengan ekspresi dingin, "Siapa yang berani paksa dia minum lagi?"

Semua orang mengalihkan pandangan dan tidak berani bertatapan dengan Rowan. Eleanor yang duduk di sofa melihat kejadian ini dengan tatapan dingin. Dia juga tersenyum sinis.

Miranda berdiri dan hendak merebut gelas anggur. Rowan mengangkat gelas lebih tinggi supaya Miranda tidak bisa menyentuhnya.

Miranda berjinjit, lalu dia terjatuh ke pelukan Rowan karena tidak berdiri dengan stabil. Rowan langsung merangkul Miranda dengan satu tangan dan berkomentar, "Hati-hati, kenapa kamu masih begitu ceroboh seperti dulu?"

Wajah Miranda memerah. Dia bersandar di pelukan Rowan dan memandanginya sambil berucap dengan manja, "Rowan, kamu benar-benar menyebalkan."

Semua orang di tempat mulai memanas-manasi situasi. Saat Rowan hendak bicara, dia tidak sengaja melihat tatapan Eleanor yang dingin.

Bab terkait

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 3

    Rowan baru sadar pacarnya juga berada di tempat ini. Dia langsung menarik tangannya yang merangkul pinggang Miranda dan mundur beberapa langkah. Teman-teman Rowan mengikuti arah pandangannya. Mereka baru menyadari Eleanor masih belum pergi, lalu mereka membantu Rowan."Ayo, kita lanjut main. Miranda, kamu sering sakit maag. Jangan minum anggur lagi. Kita ganti saja aturan mainnya, orang yang kalah harus main jujur atau tantangan.""Saran ini bagus. Kita main jujur atau tantangan saja."Rowan kembali duduk di samping Eleanor setelah menenangkan dirinya. Dia mengira Eleanor akan cemburu dan merajuk. Namun, Eleanor tidak melontarkan sepatah kata pun.Sikap Eleanor yang acuh tak acuh membuat sedikit Rowan panik. Dia merasa Eleanor berbeda dengan dulu. Mereka berdua terus terdiam.Saat Rowan sedang ragu-ragu untuk menjelaskan kepada Eleanor, terdengar suara seruan seseorang. "Miranda, kamu kalah lagi. Kali ini, kamu mau pilih jujur atau tantangan?"Perhatian Rowan teralih lagi. Tatapannya t

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 4

    [ Elea, cincin tunangan yang kubuat khusus untukmu di Chaumet sudah diantar ke toko cabang Kota Alman. Kamu bisa melihatnya kalau ada waktu. ]Chaumet adalah merek perhiasan terkenal di dunia. Beberapa hari yang lalu, Eleanor baru menyetujui perjodohan keluarga. Namun, hari ini cincin tunangan sudah diantar.Apa cincin ini sudah dibuat sebelumnya? Eleanor tidak bertanya lagi, dia hanya membalas pesan Dominic dengan singkat.[ Oke. ]Di toko Chaumet. Staf toko mengeluarkan cincin dan berkata dengan ramah, "Bu Eleanor, ini cincin yang dibuat Pak Dominic untukmu."Eleanor mengambil cincin itu dan mengamatinya dengan saksama. Berlian langka berwarna biru sebesar 5 karat dikelilingi oleh berlian kecil berwarna merah muda dan tidak berwarna. Di bawah cahaya lampu, cincin itu tampak berkilauan dan sangat indah.Staf menjelaskan, "Inisial nama Bu Eleanor dan Pak Dominic diukir di bagian dalam cincin."Eleanor melihat cincin itu dengan teliti. Di bagian dalamnya memang terukir inisial "DO" dan

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 5

    Orang yang datang adalah teman Rowan, Anthony. Dia adalah pria yang merasa kasihan pada Eleanor di bar malam itu. Eleanor mengenal Anthony hampir 3 tahun. Selama ini, kesannya terhadap Anthony juga cukup bagus.Eleanor membalas, "Aku datang belanja."Anthony melirik kantong belanja yang dibawa Eleanor dan bertanya, "Apa kamu beli hadiah untuk Rowan?"Eleanor merasa repot menjelaskan, jadi dia mengangguk. Anthony berkata, "Jam tangan merek ini sangat mahal. Bahkan model yang paling simpel saja harganya ratusan juta. Sebenarnya kamu nggak perlu beli hadiah yang begitu mahal, Rowan ...."Rowan tidak pantas menerima hadiah semahal ini dari Eleanor. Dia sudah mengakui dirinya tidak bisa melupakan Miranda. Rowan hanya menganggap Eleanor sebagai pengganti.Semalam Rowan juga meninggalkan Eleanor. Dia menarik tangan Miranda di depan semua orang dan pergi dari lokasi pesta.Rowan dan Miranda bersenang-senang di hotel setelah meninggalkan pesta ulang tahun Jenisa. Eleanor tidak mengetahui hal in

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 6

    Eleanor melihat Rowan dan bertanya balik dengan ekspresi bingung, "Apa?"Rowan berpikir mungkin Eleanor masih marah, jadi Eleanor tidak langsung memberikan hadiah kepada Rowan. Tidak masalah, Rowan akan mengalah terlebih dahulu. Dia berucap dengan lembut, "Tadi nada bicaraku waktu di toko agak kasar. Jangan marah lagi."Seharusnya amarah Eleanor akan reda setelah Rowan berbicara seperti ini. Eleanor mendesah, lalu melihat Rowan dan berkata dengan serius, "Aku nggak marah."Rowan yang tidak percaya menanggapi, "Lain di mulut, lain di hati.""Terserah kalau kamu berpikiran begitu," balas Eleanor.Rowan langsung merasa gusar setelah mendengar ucapan Eleanor. Dia memarahi, "Eleanor, aku sudah minta maaf. Apa lagi yang kamu inginkan?"Eleanor tetap lanjut membereskan barang dan menyahut dengan tenang, "Aku nggak butuh permintaan maaf darimu."Rowan mengamati Eleanor sejenak, lalu bertanya dengan canggung, "Mana hadiahnya?"Eleanor memandang Rowan dan bertanya balik, "Hadiah apa?"Rowan menj

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 7

    Eleanor duduk di sofa tunggal di samping Yolanda. Dia tidak takut sedikit pun saat memandang Yolanda, bahkan dia berbicara dengan tenang, "Aku nggak ingin jadi menantu Keluarga Naval."Tentu saja Yolanda tidak percaya. Dia mengamati seluruh tubuh Eleanor, ini adalah pacar putranya selama 3 tahun.Eleanor memang cantik dan elegan. Meskipun berasal dari keluarga biasa, Eleanor tidak terlihat canggung dan minder.Tadi Yolanda sengaja mempermalukan Eleanor. Tidak disangka, Eleanor sama sekali tidak kesal. Dia tetap bersikap tenang begitu melihat Yolanda. Bahkan, dia sangat percaya diri saat berbicara.Namun, apa gunanya? Eleanor hanya wanita matre yang ingin menjadi menantu keluarga kaya. Biarpun pandai berpura-pura, status Eleanor tetap tidak tinggi.Yolanda berucap dengan angkuh, "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga wanita, jadi aku memahami pemikiranmu. Aku tahu Rowan disukai banyak wanita, nggak mudah bagimu untuk bertemu dengan putra keluarga kaya seperti dia. Biasanya

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 8

    Satu tahun yang lalu, Nichelle putus dengan pacarnya. Kemudian, pacarnya membuat daftar utang dan menyuruh Nichelle membayar. Di dalam daftar utang tertulis bahwa pacarnya mentransfer total 100 juta lebih kepada Nichelle saat pacaran selama 2 tahun.Nichelle menolak untuk membayar, lalu Nichelle digugat pacarnya. Jadi, Nichelle datang ke kantor pengacara untuk meminta bantuan. Kala itu, pengacara lain di kantor pergi menyelesaikan kasus di pengadilan. Hanya Eleanor yang berada di kantor.Nichelle berucap sambil menangis, "Bukan begitu, aku tinggal bersama dia selama 2 tahun. Dari awal, kami sudah sepakat untuk membagi 2 uang sewa, listrik, air, dan biaya sehari-hari lainnya. Dia bilang mau transfer 4 juta setiap bulan kepadaku, itu sudah termasuk uang sewa dan semua biaya lainnya."Nichelle melanjutkan, "Aku juga keluarkan 4 juta untuk membayar biaya hidup kami. Waktu itu, aku langsung menuruti kemauannya tanpa pikir panjang. Siapa sangka, dia malah suruh aku bayar utang setelah kami p

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 9

    Eleanor tidur sampai terbangun sendiri. Ketika membuka mata, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi."Ah! " Eleanor meregangkan tubuh sembari bergumam, "Nggak bekerja memang menyenangkan."Eleanor beranjak dari kasur. Setelah cuci wajah dan gosok gigi, dia turun untuk makan sarapan.Jenar menyiapkan sarapan untuk dua orang.Eleanor melirik sekilas tempat duduk yang kosong di depannya tanpa mengatakan apa-apa.Melihat Eleanor sudah turun, Jenar bertanya dengan bingung, "Nona Eleanor, apa hari ini Tuan nggak turun untuk makan sarapan?"Eleanor makan sesuap bubur ayam sebelum menjawab, "Dia nggak pulang semalam. Sepertinya nggak akan makan.""Oh," sahut Jenar. Begitu sadar dirinya banyak bicara, dia tidak bertanya lebih lanjut lagi dan kembali ke dapur.Setelah menghabiskan sarapan, Eleanor menerima pesan dari Dominic.[ Elea, apa gaun pertunanganmu mau dibuat khusus atau pilih koleksi terbaru merek ternama? ]Jika ingin dibuat khusus, apakah masih sempat? Sepertinya Eleanor masih belum ta

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 10

    Eleanor menghubungi Dominic.Dominic segera menjawab panggilan. Dia bertanya dengan sangat lembut, "Elea, kamu suka ketiga gaun itu, ya?Eleanor menyahut, "Iya. Menurutmu, mana yang paling bagus?"Di ujung telepon, Dominic tertawa pelan sebelum membalas dengan penuh kasih sayang, "Bukannya sudah kubilang beli saja semuanya kalau suka? Aku sudah menyuruh asistenku pesan ketiganya.""Secepat itu? Aku baru saja mengunggahnya," timpal Eleanor."Aku takut kehabisan kalau terlambat. Itu semua edisi terbatas," tutur Dominic."Oke. Kalau begitu, maaf merepotkanmu, Kak Dominic," kata Eleanor."Elea, sekarang kamu calon istriku. Kita keluarga. Nggak ada yang merepotkan," balas Dominic.Ucapan Dominic memang tidak salah. Namun, sekarang Eleanor masih belum bisa menjalani peran sebagai calon istri. Di dalam hatinya, Dominic tetap seorang kakak tetangga yang dulu membimbingnya belajar dengan sabar."Oh, iya, Elea. Naik taksi di Kota Alman kurang leluasa. Aku sudah membelikan mobil untukmu dan baru

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 50

    Mengingat bagaimana dulu dia mengabaikan Eleanor demi Miranda dan mengucapkan banyak kata-kata menyakitkan, Rowan kembali merasakan sakit di hatinya.Tiba-tiba, dia teringat bahwa Eleanor dulu sangat ingin menikah dengannya. Namun, dia pernah mengatakan banyak hal yang menyakitkan, bahkan berkata bahwa dia tidak mungkin menikahinya.Namun, bagaimana jika dia bersedia menikahi Eleanor? Apakah Eleanor akan kembali padanya?Memikirkan hal itu, mata Rowan kembali berbinar. Jika Eleanor menikah dengannya dan menjadi Nyonya Keluarga Naval, dia pasti akan menerima ajakannya untuk kembali bersama!....Keesokan paginya, Eleanor pergi ke kantor jaminan sosial bersama kliennya untuk mengurus klaim kecelakaan kerja. Menjelang siang, dia naik taksi kembali ke firma hukum.Saat taksi mendekati jalan tempat firma hukum berada, sopirnya bergumam, "Ada apa di depan sana? Kenapa ramai sekali?"Kemudian, dia menoleh ke arah Eleanor. "Bu, jalan di depan macet, sebaiknya turun di sini saja. Nggak jauh kok

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 49

    Beberapa tahun lalu, Dominic pernah berkelahi dan dihukum oleh kakeknya dengan aturan keluarga. Untungnya, saat itu mereka tidak tahu alasan dia berkelahi.Kali ini pun, dia tidak boleh membiarkan keluarganya tahu bahwa dia berkelahi demi Eleanor. Jika tidak, pertunangan mereka bisa ditunda atau bahkan dibatalkan.Haris menyeka keringat dingin di dahinya, punggungnya terasa dingin. Dia lalu mengangguk cepat. "Baik, baik.""Urus administrasi," perintah Dominic dengan suara datar."Baik, Pak."Tempat tidur Rowan tidak jauh dari sana, jadi dia bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. "Hah." Dia mengangkat alis dan tersenyum sinis. "Sudah sebesar ini, masih takut ketahuan keluarga kalau berkelahi? Dasar bayi besar!"Dominic hanya tertawa dan meliriknya dengan tatapan penuh provokasi. "Keluargaku nggak perlu tahu, cukup tunanganku saja yang tahu."Kata tunangan terlalu tajam, seperti belati paling tajam yang menusuk tepat ke jantung Rowan. Dalam sekejap, Rowan kehilangan seluruh tenag

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 48

    Begitu kedua pria itu dipisahkan, Eleanor segera berlari ke arah Dominic. Matanya penuh kepedihan. Air mata menggenang di pelupuknya, suaranya bergetar seperti hendak menangis. "Kak, kamu terluka! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"Melihat Eleanor, semua keganasan di mata Dominic langsung lenyap, berganti dengan kelembutan. "Aku baik-baik saja."Tidak jauh dari sana, Rowan yang ditahan oleh polisi melihat pemandangan itu dan merasa hatinya hancur berkeping-keping.Dengan wajahnya yang tersirat kesakitan mendalam, dia terlihat seperti anjing yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Dia bertanya, "Eleanor, siapa dia?"Begitu mendengar pertanyaan itu, kilatan amarah muncul di mata Eleanor. Dia sontak menoleh dan menatap langsung ke arah Rowan.Kebencian dalam tatapannya begitu jelas, menusuk tepat ke hati Rowan, membuatnya terasa seperti tertusuk belati. Detik berikutnya, Rowan mendengar suara dingin yang menusuk tulang."Rowan, aku nggak ingin melihatmu lagi. Tolong lenyap dari hidupku untu

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 47

    Dominic bahkan tidak melirik Rowan. Tanpa sepatah kata pun, dia langsung mengayunkan tinjunya ke wajah Rowan. Pukulan itu penuh dengan amarah, dia mengerahkan seluruh kekuatannya.Rowan mengerang kesakitan, refleks melepaskan Eleanor dan menutupi bagian yang dipukul. "Sialan! Cari mati ya!"Dominic menarik Eleanor ke belakangnya, melindunginya dengan tubuhnya. Tatapan dinginnya yang penuh niat membunuh tertuju pada Rowan. Dia menggertakkan giginya. "Jauhi dia!"Rowan yang sudah dipukul pun semakin marah saat melihat pria ini melindungi Eleanor. Dadanya sesak dipenuhi amarah. Dia mendorong Dominic dengan kasar. "Berengsek! Dia wanitaku, jangan sentuh dia!"Dominic menyerahkan termos makanan ke tangan Eleanor. "Tunggu di sana."Begitu Eleanor menerima termos itu, Dominic langsung berbalik dan menendang Rowan dengan keras.Rowan terjungkal ke tanah. Dia bangkit dengan wajah penuh amarah. Sebagai pewaris Keluarga Naval, dia selalu dipuja dan dihormati. Dia tidak pernah diperlakukan sehina

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 46

    Eleanor langsung menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Rowan berdiri di bawah pohon, menatapnya dalam diam. Tatapannya gelap dan berbahaya."Nanti kita bicara lagi, aku tutup dulu." Eleanor langsung mengakhiri panggilan dan berjalan ke arah Rowan.Dia berhenti satu meter di depannya. Ekspresinya penuh kekesalan. "Gimana kamu bisa menemukan tempat ini?""Hah." Rowan menyipitkan matanya sedikit, auranya penuh ancaman. "Kamu menghindar dariku?"Eleanor mengernyit. "Kenapa aku harus menghindarimu? Bukannya aku sudah bilang aku akan balik ke kampung halaman?"Rowan melangkah lebih dekat. Eleanor refleks mundur. Gerakan itu membuat kekesalan di tatapan Rowan semakin dalam."Kamu bilang cuma sebentar, tapi kamu nggak bilang nggak akan kembali ke Kota Alman." Rowan mencondongkan tubuhnya ke depan. Tatapannya dipenuhi emosi yang berkecamuk. "Kamu mau merajuk sampai kapan?"Eleanor berdecak kesal sambil menatap mata Rowan dengan tenang. "Aku nggak merajuk. Ro

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 45

    Keesokan hari saat bekerja, Vivian memberikan dua kasus kepada Eleanor. Dia secara langsung menyerahkan berkas kasus dan berbicara dengan cepat, "Klien ingin mengajukan banding. Pengacara sebelumnya sudah mengundurkan diri, jadi sekarang dialihkan ke kamu.""Batas waktu banding sudah dekat, sebaiknya kamu segera menyiapkan dokumen banding hari ini dan merapikan semua berkas untuk diajukan ke pengadilan.""Lalu, ada kasus kecelakaan kerja ini. Kamu perlu membawa klien melakukan verifikasi kecelakaan dan penilaian kemampuan kerja. Kamu bisa membuat janji dengannya hari ini atau besok. Besok sudah hari Jumat, sebaiknya jangan ditunda sampai minggu depan."Eleanor menerima berkas kasus dan mengangguk berkali-kali. "Baik, baik."Dia baru mulai bekerja, tetapi sudah langsung menangani kasus. Memang pantas jika firma hukum ini menjadi yang terbaik di Kota Ordo.Sibuk sedikit bukan masalah, semakin banyak kasus berarti semakin banyak komisi dan pengalaman yang bisa didapat.Eleanor lantas meng

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 44

    Sekarang Adrian sudah mengaktifkan kembali kartu banknya, jadi nominal sebanyak ini bukan masalah bagi Eleanor. Anggap saja ini sebagai biaya untuk menjaga hubungan sosial.Saat makan malam berlangsung, Eleanor bangkit untuk pergi ke toilet. Erica kembali melontarkan sindiran, "Bu Eleanor, mau ke mana? Jangan-jangan mau kabur karena nggak sanggup bayar ya? Hahaha."Dengan ekspresi datar, Eleanor menjawab, "Aku mau ke toilet. Kenapa? Kamu nggak percaya padaku? Mau ikut juga?""Mana mungkin? Aku cuma bercanda kok. Kalau kamu terlalu serius, berarti salahmu sendiri," balas Erica dengan santai.Eleanor tidak lagi menggubrisnya dan langsung keluar dari ruangan. Saat berjalan ke toilet dan melewati area dekat lift, dia tanpa sengaja menoleh dan bertemu dengan sepasang mata yang familier.Dominic tampak terkejut. "Elea? Kok kamu ada di sini?"Di sekelilingnya, ada beberapa pria berpakaian formal dengan tampilan berkelas.Ruangan tempat Eleanor makan bersama rekan-rekannya berada di lantai sat

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 43

    Di Restoran Nuansa, restoran mewah di sekitar Firma Hukum Victory. Selain ruang VIP eksklusif, hampir semua ruang privat dipesan oleh firma hukum.Di dalam ruang makan tempat Eleanor duduk ...."Bu Eleanor, wah, kamu royal sekali ya! Langsung pilih Restoran Nuansa!" Seorang pengacara wanita muda tersenyum. "Terakhir kali aku makan di sini itu pas acara tahunan firma, waktu bos besar yang traktir."Vivian ikut bercanda, "Bu Eleanor masih muda, tapi sudah sukses. Sepertinya selama ini dapat banyak klien besar ya? Di kantor kita, kalau semua departemen digabung, ada lebih dari 100 orang. Sepertinya malam ini kamu bakal keluar banyak uang nih."Torro terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu ini keren juga ya."Seorang wanita muda lainnya bertanya dengan nada sarkastis, "Bu Eleanor, kamu yakin bisa nih? Di sini, rata-rata per orang bisa habis 400 sampai 600 ribu. Ditambah minuman dan alkohol, makan malam ini bisa-bisa menghabiskan gaji tiga bulanmu. Gimana kalau cari tempat lain saja? Jangan memak

  • Jatuh Cinta di Hati yang Tepat   Bab 42

    Eleanor berpikir, jika dirinya bekerja di Firma Hukum Victory nanti, dia akan pindah ke apartemen supaya perjalanan ke kantor lebih mudah. Tinggal sendiri juga lebih nyaman. Yang paling penting, dia tidak perlu berhadapan dengan Adrian dan Karmela. Hidupnya akan lebih tenang.Di Firma Hukum Victory, yang mewawancarainya adalah HRD serta Vivian. Eleanor adalah lulusan universitas ternama dan memiliki pengalaman kerja 3 tahun. Semua pertanyaan profesional yang diajukan oleh Vivian dapat dijawab dengan lancar.Terlihat jelas bahwa Vivian sangat puas dengannya. Untuk gaji dan tunjangan, mereka langsung menyetujui ekspektasi Eleanor. Gaji pokok 30 juta ditambah komisi dari biaya hukum.Setelah wawancara selesai, Vivian tersenyum dan berkata, "Bu Eleanor, sampai jumpa besok."Eleanor membalas dengan senyuman sopan, "Sampai jumpa besok."Wawancara ini jauh lebih mudah dari yang dibayangkan. Awalnya, dia mengira firma hukum akan menekan tawaran gajinya. Tak disangka, semuanya berjalan begitu l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status