Share

Bab 8

Author: Musim Gugur
Reza menyapukan pandangannya ke wajah Sonia yang mulus dan polos. Kulit putih perempuan itu terlihat sedikit merah dan membuat perempuan itu terlihat sangat bocah sekali, tidak seperti seorang mahasiswi melainkan anak SMA.

Mungkin karena sifatnya sebagai seseorang yang lebih tua, Reza berusaha menahan emosinya dan mengusir Max. Setelah itu dia berkata dengan nada datar, “Sekarang sudah boleh turun.”

Sonia menoleh ke belakang sejenak dan setelah memastikan tidak ada Max lagi di sana, dia melompat turun dengan ekspresi pura-pura datar. Perempuan itu langsung berdiri di belakang tubuh Reza dan berusaha menghindari mata anjing tersebut yang sedari tadi melihat ke arahnya. Lelaki itu tertawa kecil kemudian melangkah mendekati Max.

Dia memandangi punggung lelaki itu dan baru menyadari jaraknya tadi sangat dekat sekali dengan Reza. Saking dekatnya bahkan dia bisa menghirup aroma lelaki itu yang seperti rintikan hujan yang membentuk genangan air di pegunungan bercampur dengan aroma kayu. Begitu dingin dan juga menyegarkan di waktu yang bersamaan.

Lelaki itu berjalan dan berjongkok di samping Max sambil menepuk leher anjing tersebut. Dengan suara pelan dia berkata, “Max biasanya nggak pernah menyerang orang lain.”

Ucapan lelaki itu terdengar seperti mengandung sebuah arti yang berbeda bagi Sonia. Apa maksud Reza? Maksudnya dia tidak seperti orang baik?

Sonia menatap anjing itu dan menyadari ternyata Max adalah anjing Herder yang terlihat begitu besar dan mengerikan sekali. Kepalanya menunduk dan mengikuti sikap datar lelaki itu sambil berkata, “Ucapan yang begitu familiar. Di berita ada banyak yang memberitakan bahwa di jalanan banyak yang terluka karena digigit anjing.”

Reza terdiam dan melayangkan tatapannya ke arah perempuan itu sambil berkata, “Umur kecil tapi lidah tajam.”

Baru saja Sonia hendak membalasnya, tetapi wajah cerah Tasya terlihat muncul dari arah tangga dan langsung berlari ke arahnya sambil berseru, “Sonia, kamu sudah datang!”

Perempuan dengan dandanan tipis itu menyapa Sonia dengan semangat. “Papa mama aku nggak ada di rumah dan biasanya di sini juga nggak banyak orang. Ini om aku, kamu sudah ketemu kemarin. Kamu ikut aku panggil Om Reza saja.”

Sonia melirik Reza yang terlihat membelalakkan matanya mendengar ucapan Tasya, tetapi dia tidak berkata apa pun. Lelaki itu seperti masih belum bisa melupakan masalah yang tadi dan berkata dengan suara datar, "Ketemu orang tua nggak sapa? Hal dasar seperti ini saja nggak ngerti, aku curiga kamu bisa jadi guru les atau nggak.”

Tasya sendiri tidak tahu kenapa pamannya bersikap seperti ini pada Sonia. Dia melayangkan delikan tajam pada lelaki itu tetapi diabaikan oleh Reza. Sonia menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan penuh penekanan, “Om Reza!”

Reza mengangguk puas kemudian membawa Max untuk duduk di sofa. Melihat ekspresi angkuh Reza membuat Sonia percaya kalau lelaki itu pernah menjadi seorang pengganggu di Kota Jembara.

“Tandy ada di lantai atas, aku bawa kamu buat ketemu dia,” ujar Tasya dengan senyum lebar sambil membawa Sonia naik ke lantai dua.

Sonia menaiki tangga dengan mata yang masih mengarah ke lantai bawah. Lelaki itu terlihat sedang mengelus kepala anjing tersebut dengan lembut dan keduanya terlihat sangat akur. Mendadak rasa sesak menyerang hatinya karena iba dengan Bibo yang tidak pernah melupakan sosok Reza.

Anjing tersebut sering sekali merangkak di depan ruang baca milik lelaki itu dan mendengar suara yang berasal dari dalam sana. Dia mengira majikannya berada di dalam ruang baca tersebut. Sedangkan Reza justru sudah melupakannya dan memiliki peliharaan yang baru lagi.

“Sonia, maaf ya. Pertama kali datang saja sudah membuatmu begitu sulit. Kamu nggak mengerti dengan sikap Om aku, dia sangat defensif sekali. Hari ini kamu sudah memanggilnya ‘Om’, lain kali kalau kamu butuh bantuan dia, dia pasti akan membantumu,” kata Tasya tiba-tiba.

Sonia berkata dalam hati bahwa dia bersumpah tidak akan pernah meminta bantuan lelaki itu. Meski begitu, dia tetap menyunggingkan seulas senyum dan berkata, “Terima kasih, Tasya.”

“Jangan sungkan. Meski kita di kampus nggak saling kenal, aku selalu kagum sama kamu dan selalu ingin menjadi teman kamu.”

“Kita memang temenan,” ujar Sonia sambil tersenyum kecil.

Senyum Tasya terlihat sangat manis, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Sonia. Tubuhnya menegang sesaat, tetapi dia tidak menghindar sama sekali. Mereka berjalan ke depan pintu kamar Tandy dan mengetuk pintu tersebut.

“Tandy, Kakak masuk!”

Tidak ada jawaban dari dalam sana. Tasya membuka pintu dan masuk ke dalam tanpa menunggu persetujuan dari sang pemilik kamar. Kamar tersebut terdapat tempat sofa, dengan sebelah kanan merupakan kamar mandi dan sebelah kiri adalah tempat tidur.

Semua dekorasi yang ada di dalam kamar tersebut merupakan hal-hal yang disukai oleh anak lelaki. Terdapat komik, ruang angkasa, senjata mainan dan yang lainnya. Akan tetapi kamar tersebut sangat rapi dan tidak berantakan.

Seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun tengah duduk di sofa sambil bermain permainan di tab miliknya. Kepalanya tidak terangkat sama sekali ketika mendengar ada orang yang masuk ke dalam kamar.

“Tandy, ini guru les yang baru. Dia teman kampusku, jadi kamu nggak boleh ganggu dia!” ancam Tasya dengan raut wajah yang galak.

Bocah itu baru mengangkat wajahnya dan melihatnya sebentar sambil membulatkan mulutnya merespons dan lanjut bermain lagi. Tasya menghela napas menahan emosi karena takut Sonia akan mundur sebelum memulai.

Dengan cepat perempuan itu berkata, “Adikku sedikit susah dihadapi, kamu jangan menyerah dulu ya.”

“Tenang saja,” ujar Sonia memberikan tatapan menenangkan pada Tasya.

Karena dia sudah menyetujuinya, maka dia akan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Meski Reza sangat menyebalkan, setidaknya Tasya sangat baik pada dirinya. Mereka berdua keluar dari dalam kamar Tandy dan menyimpan nomor ponsel Reza di ponsel Sonia sambil berbisik,

“Aku ada janji sama orang dan harus pergi sekarang juga. Kamu coba mendekatkan diri dengan Tandy dulu. Kalau dia ganggu kamu, kamu langsung cari Om aku!”

Menurut Sonia, meski nantinya Tandy memukul dan mengusirnya keluar dari rumah ini, Reza juga tidak akan memedulikannya. Setelah Tasya pergi, Reza mengelilingi kamar dan berhenti di depan sebuah meja belajar.

Buku tugas milik bocah itu masih terbuka dan belum ada satu huruf pun yang tertera di sana. Dia berjalan kembali ke sofa dan duduk di samping Tandy sambil bertanya, “Kamu nggak buat tugas dan berusaha keras buat keributan. Tujuannya untuk menarik perhatian papa mama kamu, ya?”

Papa mamanya baru saja pergi, guru les bocah ini langsung mengajukan berhenti kerja. Tandy sengaja membuat guru les sebelumnya marah.

Gerakan tangan Tandy yang tengah bermain di atas tab tiba-tiba berhenti. Matanya melirik ke arah Sonia dengan sorot mata kesal sambil berkata, “Nggak usah ikut campur! Kalau nggak, aku akan membuatmu nggak beta!”

Sonia tidak gentar dan tetap melanjutkan ucapannya, “Kamu ingin menarik perhatian orang tua kamu dengan cara bersikap berontak. Sikap kamu ini benar-benar kekanak-kanakan sekali.”

Tandy menggenggam tab nya dengan erat, wajah bocah tersebut tampak kaku tanpa ada satu kata pun yang terucap.

Kepala perempuan itu melongok ke arah layar dan berkata lagi, “Lagi main? Kamu kerjakan tugasmu dengan baik, setelah itu aku temani kamu bermain.”

Bocah itu tertawa miring dan berceletuk, “Tadi kamu baru menertawakan aku dan bilang aku kekanak-kanakan. Sekarang kamu membujukku seperti seorang anak kecil. Orang dewasa seperti kalian ini semuanya bermuka dua, ya?”

Kening Sonia berkerut dan berkata, “Siapa yang dewasa? Aku juga anak kecil!”

Tandy melihat wajah serius di depannya ini dan langsung menyemburkan tawanya. Melihat itu, Sonia hanya bisa tersenyum paksa dan mengeluarkan ponselnya sambil berkata, “Sudahlah, aku nggak ada waktu. Berhubung aku sudah datang, aku akan pergi setelah main denganmu.”

Bocah lelaki itu memandangnya dengan penuh curiga sedangkan Sonia sudah sibuk membuka aplikasi permainan di ponselnya. Wajahnya menunduk ke arah layar ponsel sambil berkata, “Aku jujur! Aku memang nggak mau mengajarmu. Karena kakakmu mengasihaniku, makanya dia memintaku datang.”

“Kasihan kenapa?” tanya Tandy.

Perempuan itu menahan tawa dalam hati dan dengan suara lirih dia berkata, “Sejak kecil aku sudah nggak punya orang tua. Kakek yang merawatku dan menyekolahkanku dengan susah payah. Beberapa hari yang lalu dia sakit, aku mau cari uang buat membawanya ke dokter.”

Dia sengaja mengeluarkan isakan kecil dan membuat lipatan di kening Tandy semakin dalam. Sesaat kemudian, bocah kecil itu meletakkan tab nya dan berkata, “Kamu jadi guru les aku demi mencari uang untuk mengobati kakekmu?”

Sonia melonjak girang dalam hati. Ternyata tebakannya benar! Kedua orang tua Tandy jarang menemaninya sehingga hubungan bocah ini jauh lebih dekat dengan kakek dan neneknya. Mendengar kakek orang lain sedang sakit membuat anak itu ikut merasa iba.

Kedua bola matanya berkaca-kaca dan dengan sengaja dia membuang wajahnya seolah-olah ingin menutupi kesedihannya. Sonia dengan jujur berkata, “Benar, jadi guru les di rumah kamu jauh lebih banyak mendapatkan uang dibandingkan di tempat orang lain. Dengan begitu aku bisa membawa kakek ke dokter secepatnya.”

Bola mata Tandy memutar dan dengan wajah terpaksa dia berkata, “Ok, aku biarkan kamu di sini. Tapi ini semua karena kakek kamu!”

Sonia ingin sekali terbahak saat ini juga. Bahkan bocah ini tidak tahu kakeknya itu siapa, atas dasar apa dia berkata seperti itu? Akan tetapi perempuan itu berusaha tidak mengubah ekspresinya dan dengan berat hati berkata,

“Nggak ada gunanya aku di sini, kamu juga harus kerja sama denganku dengan menyelesaikan tugasmu secepatnya. Kalau aku nggak ada gunanya sama sekali menjadi guru les, Om kamu juga bakalan mengusirku.”

“Ribet sekali!” gumam Tandy sambil meletakkan tab-nya di meja.

“Cepat selesaikan! Jangan lupa juga dengan ucapanmu tadi! Setelah selesai, temani aku main dulu!”

“Yes, Sir!” sahut Sonia sambil tertawa dan bangkit berdiri.

Setelah satu jam berada di lantai satu, Reza naik dan melewati kamar milik Tandy. Tiba-tiba dia ingin melihat apakah Sonia sanggup mengatur bocah lelaki itu. Pintu kamar tersebut sedikit terbuka sehingga Reza bisa mendengar suara Sonia yang tengah berteriak di dalam sana.

“Aku sudah mau mati!”

“Kamu di mana? Cepat tolong aku!”

Suara marah Tandy juga ikut terdengar, “Dasar cupu! Kenapa ditembak?! Itu aku!”

“Hah?”

Reza mendorong pintu bertepatan dengan Sonia yang baru saja mengangkat kepalanya. Ekspresi perempuan itu tampak tercengang ketika melihat lelaki yang ada di depan pintu.

“Kalian lagi ngapain?!” Wajah lelaki itu tampak menggelap. 
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 9

    Sonia tanpa sadar ingin menyembunyikan tangannya ke balik punggungnya. Akan tetapi menyadari gerakan tersebut terlalu mencurigakan sehingga dia berusaha tidak membuat respons berlebihan apa pun.Dalam permainan tadi dia baru saja meledakkan Tandy dan dirinya sendiri juga telah mati di bunuh lawan. Bocah lelaki itu menahan dirinya untuk tidak menendang Sonia saat ini juga. Padahal tadi perempuan itu berjanji mau bilang pada Pamannya dan membantunya.“Om, tugasku sudah selesai!”Reza terlihat sedikit terkejut ketika mendengar ucapan keponakannya itu. Dia melirik wajah Sonia kemudian berjalan ke arah meja belajar dan berkata, “Coba Om lihat!”Tandy memberikan buku tugasnya pada Reza dan ternyata memang sudah selesai dan juga telah diperiksa. Bagian yang salah sudah diperbaiki bahkan ada beberapa penjelasan penyelesaian dari tugas tersebut.Lelaki itu semakin merasa aneh. Dia menoleh dan melihat Sonia yang juga tengah menatapnya dengan matanya yang polos dan jernih. “Aku janji pada Tandy u

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 10

    Pukul sepuluh malam hari, Tasya sudah tiba di rumahnya dan melihat sosok Reza yang duduk di sofa. Dia memutar bola matanya dan memberi kode melalui pandangan mata pada pelayannya yang tiba-tiba buru-buru naik ke lantai atas.“Sini!” Lelaki itu bersandar pada punggung sofa dengan sebelah tangannya yang memegang sebuah buku. Detik selanjutnya Tasya tahu dia sudah tidak bisa menutupinya lagi. Lebih baik dia bersikap pura-pura tenang dan berjalan ke arah lelaki itu sambil bertanya,“Om, kok belum tidur?”Reza meliriknya dan berkata, “Pantasan begitu buru-buru mau cari guru les. Ternyata kamu ingin pergi berkencan? Sudah ada pacar?”“Nggak!” sahut Tasya sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku hanya jalan sama temanku.”“Pacarmu itu teman kampus?” tanya Reza lagi dengan nada suara lebih berat.Perempuan itu tahu kalau dia tidak bisa membohongi pamannya yang cerdik ini. Dia duduk di hadapan Reza dan berkata jujur,“Iya, aku memang sudah ada pacar. Aku juga tahu kalau keluarga kita sedi

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 11

    Dosen pelajaran bahasa asing kali ini berasal dari luar negeri dengan wajah yang tampan. Chenny kerap bilang padanya kalau dosennya yang ini merupakan sosok idamannya yang sempurna.Saat masuk ke dalam kelas, banyak mata yang memandang Sonia. Sepertinya mereka semua sudah melihat atau mendengar apa yang baru saja terjadi di lantai bawah. Tatapan semua orang terlihat ada yang kagum, menertawakan bahkan ada yang meremehkan sikap Sonia.Tidak ada perubahan ekspresi yang berarti di wajah perempuan itu. Dia dan Chenny memilih tempat duduk dan mengeluarkan peralatan kuliahnya sambil fokus mendengarkan pelajaran.Setelah jam kuliah tersebut telah selesai, Chenny memanfaatkan kesempatan untuk bertanya pada sang dosen agar bisa mendekatkan dirinya dengan lelaki itu. Sedangkan Sonia hanya duduk di tempatnya sambil menunggu perempuan itu.Sekitar sepuluh menit kemudian, tidak ada tanda-tanda Chenny yang akan menyudahi kegiatannya. Sonia memutuskan untuk berdiri dan pergi ke toilet dulu. Ketika di

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 12

    Chenny menunggu Sonia di lantai bawah ruangan Santo. Melihat perempuan itu keluar, dia langsung bergegas menghampirinya dan bertanya, “Gimana? Petugas konseling ada bilang mau menghukum kamu, nggak?”Sonia yang mengenakan tas sandang hanya memegang dua tali tas yang menggantung di samping tubuhnya sambil menjawab dengan nada santai, “Kenapa harus menghukumku? Aku hanya sedang melindungi diri!”Chenny menatapnya dengan tidak percaya dan berkata, “Melia patah tulang dan papanya datang dengan emosi yang begitu membludak. Memangnya dia bisa diam saja?”“Pokoknya sudah beres!” sahut Sonia sambil tertawa lebar.Walaupun Chenny masih merasa ragu dan curiga, dia juga merasa lega. Perempuan itu mengikuti langkah Sonia keluar dari area universitas sambil berceloteh ria.“Salah aku juga, coba kalau aku nggak nempelin pangeranku, kita sudah balik dari tadi! Nggak akan ada kejadian seperti ini.”Dengan santai Sonia berkata, “Melia sudah mempersiapkan semuanya. Siapa tahu dia menungguku di suatu tem

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 13

    Akhirnya Sonia tahu alasan dibalik berhentinya para guru les bocah lelaki itu. Anak keluarga orang kaya tidak bisa diajar dengan menggunakan kekerasan. Jika dengan ucapan nasihat, maka mereka akan protes kita cerewet. Kalau membujuknya dengan ucapan manis, maka akan dikatakan kekanakan. Rasa tidak berdaya seperti itu membuat siapa pun akan menyerah.Sonia bangkit dan melihat anak panah yang tergeletak di atas meja. Dia melirik papan panah kemudian melayangkan anak panah dalam satu gerakan dan mendarat tepat di bagian tengah!Ketika anak panah ketiga masih mengenai bagian tengah papan panah, Tandy mengangkat wajahnya dan menatap dia dengan raut terkejut. Sonia mengambil anak panah dengan kedua tangannya, setelah itu dia melayangkan anak panah tanpa melihatnya di waktu yang bersamaan.Kedua anak panah tersebut melayang dengan kecepatan yang sama. Dua buah anak panah tersebut menjatuhkan anak panah yang sebelumnya tertancap dan menggantikannya berada di posisi bagian tengah papan.Tandy b

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 14

    ”Hmmm? Aku nggak ketawa,” ujar Sonia dengan ekspresi bingung.Reza mengangkat alisnya dan bertanya, “Kamu takut sekali denganku? Kamu itu temannya Tasya dan guru lesnya Tandy. Kamu boleh ikut mereka panggil aku Om. Biasanya aku selalu penuh toleransi terhadap orang yang menjadi juniorku.”Sonia semakin ingin terbahak, tetapi dia berusaha tetap bersikap tenang dan mengangguk berkata, “Ok.”Mata Reza menatap wajah perempuan di sampingnya sekilas, kemudian mengarah ke depan dan berkata lagi, “Lain kali kalau ketemu Hana lagi, kamu nggak perlu peduliin dia.”“Dia menutupi jalanku,” jawab Sonia membela diri.“Bukannya kamu pintar menendang orang?” balas Reza.Sonia mengangkat alisnya dan bertanya balik, “Hana juga boleh ditendang?”“Tentu saja! Kamu tendang saja sesuka hatimu, biar aku yang urus,” jawab Reza dengan nada datar.Kedua alis Sonia terangkat lagi ke atas. Kalimat tersebut menunjukkan sikap dan karakter lelaki itu dalam menyelesaikan sebuah masalah. Mungkin Reza menyadarinya dan

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 15

    Suara lelaki itu terdengar sangat ringan dan juga hangat seperti mentari di musim semi. Terasa begitu sejuk dan juga nyaman. Sonia berbalik dan memandangi lelaki asing itu dengan tatapan tidak mengerti.Lelaki itu maju dua langkah sambil menatap Sonia. Sebersit sorot cahaya melintas di mata lelaki itu.“Meski nggak harus bayar dengan sesuatu yang berharga, setidaknya traktir makan juga nggak masalah, bukan?”Setelah mengatakan kalimat itu, dia mengulurkan tangannya dan berkata, “Kenalan dulu, namaku Melvin.”Sonia memandangi telapak tangan di hadapannya tanpa membalasnya, kemudian dia berbalik pergi begitu saja. Melvin melongo terkejut di tempatnya dan bergegas mengejar langkah perempuan itu.“Hei! Kamu nggak ngerti apa yang aku katakan?”Langkah Sonia berhenti dan menatapnya sambil menjawab, “Ngerti, tapi kamu nggak butuh traktiran aku. Tanpamu aku juga bisa membereskan masalah tadi seorang diri. Nggak perlu saling kenalan juga, aku harus segera masuk kelas.”Setelah mengatakan kalima

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 16

    Sonia berjalan lurus ke arah mobil Melvin. Akan tetapi dia tidak mengambil bunga-bunga mawar segar itu, melainkan langsung membuka pintu di posisi kemudi dan menekan tombol kunci. Setelah itu dia menghidupkan mesin dan melajukan mobil tersebut ke arah jalan raya.Gerakan tersebut membuat seluruh orang yang melihatnya tampak tercengang di tempat termasuk Melvin. Senyuman di wajah lelaki itu perlahan-lahan berubah kaku. Dia tidak menyangka bahwa Sonia tidak mengambil bunganya, tetapi dia membawa bunga beserta mobilnya juga.Saat ini dia berdiri di tengah kerumunan dengan tangan yang masih menggenggam satu tangkai bunga dan menjadi pusat perhatian semua orang. Wajahnya menggelap dan terlihat sangat emosi. Untuk sekarang dia ingin sekali mencekik leher Sonia hingga perempuan itu kehabisan napas.Sebenarnya orang seperti apa yang Hana minta dirinya taklukin? Pantas saja perempuan itu rela kehilangan uang ratusan triliun. Apakah Hana sengaja mempermainkan dirinya?Semua orang yang ada di san

Pinakabagong kabanata

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2008

    “Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2007

    Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2006

    Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2005

    Tadinya Sonia mengira, seiring berjalannya waktu, efek samping dari obat itu akan berkurang. Namun setelah dilihat sekarang, sepertinya tidak demikian.“Jangan! Aku yang menyebabkanmu menjadi seperti ini!” Terlintas rasa sakit hati dan bersalah di dalam mata Kase. Dia menatap Sonia dalam-dalam, lalu membuka pintu berjalan meninggalkan tempat.Setelah Kase pergi, Sonia kembali mengenang kembali mimpi semalam. Dia tetap saja tidak bisa kepikiran apa pun. Hanya saja, seharusnya Sonia telah mimpi semalam.Sampai saat ini, rasa gelisah dan sakit masih terbayang di dalam benak Sonia. Rasa pesimis yang tidak terdeskripsikan telah menguasai benaknya saat ini. Tiba-tiba Sonia kepikiran kenapa Rayden bisa melepaskannya dengan semudah ini? Apa benar hanya karena Kase dan Bondala? Apa Rayden masih sedang mengontrol dirinya?Sonia kembali berbaring di atas ranjang. Dia meringkuk, tidak bisa meluapkan rasa lara di hatinya. Dia juga tidak tahu bagaimana caranya keluar dari perasaan ini? Dia hanya mer

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2004

    Sebentar lagi sudah subuh, Reza membuka ponselnya. Dia sedang melihat jam, tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu membuka sistem yang terhubung dengan kalung Sonia. Suhu tubuh dan detak jantung Sonia tidak berada di kondisi normal.Kening Reza sedikit berkerut. Apa Sonia melepaskan kalungnya lagi?Sebelumnya Reza menyadari Sonia akan melepaskan kalung itu saat sedang tidur. Reza juga pernah mempertanyakan masalah itu. Sonia mengatakan tidaklah nyaman untuk mengenakan sesuatu di saat sedang tidur.Hanya saja, meski Sonia sedang tidur, Reza juga bisa merasakan detak jantungnya. Siapa suruh saat ini Sonia tidak berada di dalam pelukannya.Reza mengendus ringan. Setelah waktu menunjukkan pukul 12, dia mengirim pesan kepada Sonia.[ Istriku, selamat ulang tahun! ]…Keesokan harinya, sama seperti biasanya, saat hampir mendekati pukul sembilan pagi, Sonia dibangunkan oleh Kase.Kali ini, agak sulit untuk membangunkan Sonia daripada biasanya. Saat Sonia bangun, dia malah kelihatan linglung.“

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2003

    “Bondan!” balas Reza dengan suara datar, “Ada urusan?”“Iya, sudah terjadi sesuatu!” Bondan segera memberi tahu masalah Sonia dihujat kepada Reza. “Sekarang masalah ini sangat heboh. Keluarga Dikara sendiri yang merusak nama Sonia. Sekarang Sonia lagi dihujat habis-habisan sama warganet. Bahkan, Arkava Studio dan GK Jewelry juga terkena imbasnya.”Suara Reza bagai suara halilintar yang terdengar menggelegar. “Mereka memang cari mati!”“Kapan kalian kembalinya? Apa yang bisa aku lakukan untuk Sonia?” tanya Bondan, “Kak Jason lagi tidak di sini. Nona Ranty dan Matias juga belum kembali dari bulan madu. Keluarga Tamara memang pintar dalam mencari kesempatan.”Sepertinya anggota Keluarga Tamara yakin Sonia tidak akan menampakkan diri, itulah sebabnya mereka bisa bersikap semena-mena. Sekarang kondisi Sonia tidaklah bagus. Semua skandalnya tampaknya sudah memiliki bukti kuat. Bahkan jika suatu hari nanti dia kembali dan mencoba untuk menjelaskan, kemungkinan besar warganet juga tidak akan m

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2002

    Ketika melihat ayahnya juga melihat dengan penasaran, Cindy memutar bola matanya dan mendengus dingin. “Tebakanku!”“Kalau kamu bisa menghubungi Sonia, kamu telepon dia, suruh dia sementara ini untuk jangan kembali ke Jembara. Sembunyi di luar saja.” Hani menghela napas. Dia kelihatan sangat cemas. “Mengenai masalah kita, pasti kita akan ditekan oleh Keluarga Dikara dan juga Keluarga Tamara. Lebih baik kita banyak berdoa saja. Semoga Ayah tidak sadis memperlakukan kita seperti dia memperlakukan Sonia!”Ferdi berkata, “Jangan takut. Masih ada aku dan juga Kak Cindy!”Cindy berucap, “Ibu, kamu dan Ayah pasti mesti tetap berpihak sama Sonia. Kalian percaya sama aku. Keputusan kalian hari ini sudah benar.”Hani tahu Cindy sangat mengagumi Sonia, juga tidak memasukkan ucapannya ke dalam hati. Dia berpikir sejenak, kemudian berkata, “Aku akan telepon Tuan Bondan untuk beri tahu masalah ini.”Harun berdiri. “Biar aku saja!”Setelah anggota Keluarga Tamara meninggalkan rumah Harun, dia segera

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2001

    Hani menatap putrinya sendiri dengan ekspresi serbasalah.Hani tahu dirinya tidak seharusnya bersikap seperti anggota Keluarga Dikara lainnya untuk menjebak Sonia. Namun, seandainya mereka tidak mengikuti perkataan Keluarga Tamara, kelak, tidak peduli di Kota Jembara maupun di Kota Kibau, mereka pun tidak memiliki tempat untuk berdiri lagi.Nama Sonia memang sangat terkenal di dalam negeri. Dia juga memiliki banyak koneksi dengan orang kaya, tetapi dia hanyalah seorang desainer yang tidak memiliki kekuasaan apa pun. Apalagi dengan kondisi sekarang, sepertinya akan sulit baginya untuk bisa bangkit dari dunia desainer.Jika ingin berpikir panjang, demi masa depan putra-putrinya, mereka terpaksa melakukan hal yang melawan hati nurani mereka. “Cindy, keluar!” ucap Harun dengan nada serius.“Nggak mau!” Cindy menggeleng sembari berlinangkan air mata. “Meskipun kalian nggak membantu Sonia, kalian juga jangan menambah masalah. Aku mohon sama kalian!”Saat ini, Ferdi juga membuka pintu ruanga

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2000

    Hani tersenyum dingin. “Ayah ingin bersikap tidak sungkan seperti bagaimana?”Nada bicara Tobias terdengar gusar. “Kalian akan segera tahu!”Panggilan diakhiri. Hani menatap Harun dengan tidak tenang. “Suamiku, apa kita sudah menyinggung Ayah? Apa akan terjadi sesuatu?”Harun berkata dengan serius, “Masalah sudah berkembang menjadi seperti ini. Terserah saja!”Hani duduk di bangku. “Kita bisa membantu Sonia untuk melakukan klarifikasi karena permintaan Bondan dan juga kasihan terhadap Sonia. Kenapa dia sial sekali? Malah bisa punya orang tua seperti Kak Hendri dan Kak Reviana!”Harun merenung sembari berkata, “Apa kamu tidak merasa masalah ini sangat aneh? Pertama-tama, ada yang mengekspos Sonia menerima sogokan, sengaja mengalah terhadap negara lain. Disusul, aib buruk King terbongkar. Setelah itu, Kak Hendri dan Kak Reviana segera mengunggah pernyataan. Kenapa semuanya seolah-olah sudah direncanakan saja? Menurutmu, kenapa mereka berbuat seperti ini?”Setelah mendengar ucapan Harun,

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status