Share

Bab 8

Author: Musim Gugur
Reza menyapukan pandangannya ke wajah Sonia yang mulus dan polos. Kulit putih perempuan itu terlihat sedikit merah dan membuat perempuan itu terlihat sangat bocah sekali, tidak seperti seorang mahasiswi melainkan anak SMA.

Mungkin karena sifatnya sebagai seseorang yang lebih tua, Reza berusaha menahan emosinya dan mengusir Max. Setelah itu dia berkata dengan nada datar, “Sekarang sudah boleh turun.”

Sonia menoleh ke belakang sejenak dan setelah memastikan tidak ada Max lagi di sana, dia melompat turun dengan ekspresi pura-pura datar. Perempuan itu langsung berdiri di belakang tubuh Reza dan berusaha menghindari mata anjing tersebut yang sedari tadi melihat ke arahnya. Lelaki itu tertawa kecil kemudian melangkah mendekati Max.

Dia memandangi punggung lelaki itu dan baru menyadari jaraknya tadi sangat dekat sekali dengan Reza. Saking dekatnya bahkan dia bisa menghirup aroma lelaki itu yang seperti rintikan hujan yang membentuk genangan air di pegunungan bercampur dengan aroma kayu. Begitu dingin dan juga menyegarkan di waktu yang bersamaan.

Lelaki itu berjalan dan berjongkok di samping Max sambil menepuk leher anjing tersebut. Dengan suara pelan dia berkata, “Max biasanya nggak pernah menyerang orang lain.”

Ucapan lelaki itu terdengar seperti mengandung sebuah arti yang berbeda bagi Sonia. Apa maksud Reza? Maksudnya dia tidak seperti orang baik?

Sonia menatap anjing itu dan menyadari ternyata Max adalah anjing Herder yang terlihat begitu besar dan mengerikan sekali. Kepalanya menunduk dan mengikuti sikap datar lelaki itu sambil berkata, “Ucapan yang begitu familiar. Di berita ada banyak yang memberitakan bahwa di jalanan banyak yang terluka karena digigit anjing.”

Reza terdiam dan melayangkan tatapannya ke arah perempuan itu sambil berkata, “Umur kecil tapi lidah tajam.”

Baru saja Sonia hendak membalasnya, tetapi wajah cerah Tasya terlihat muncul dari arah tangga dan langsung berlari ke arahnya sambil berseru, “Sonia, kamu sudah datang!”

Perempuan dengan dandanan tipis itu menyapa Sonia dengan semangat. “Papa mama aku nggak ada di rumah dan biasanya di sini juga nggak banyak orang. Ini om aku, kamu sudah ketemu kemarin. Kamu ikut aku panggil Om Reza saja.”

Sonia melirik Reza yang terlihat membelalakkan matanya mendengar ucapan Tasya, tetapi dia tidak berkata apa pun. Lelaki itu seperti masih belum bisa melupakan masalah yang tadi dan berkata dengan suara datar, "Ketemu orang tua nggak sapa? Hal dasar seperti ini saja nggak ngerti, aku curiga kamu bisa jadi guru les atau nggak.”

Tasya sendiri tidak tahu kenapa pamannya bersikap seperti ini pada Sonia. Dia melayangkan delikan tajam pada lelaki itu tetapi diabaikan oleh Reza. Sonia menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan penuh penekanan, “Om Reza!”

Reza mengangguk puas kemudian membawa Max untuk duduk di sofa. Melihat ekspresi angkuh Reza membuat Sonia percaya kalau lelaki itu pernah menjadi seorang pengganggu di Kota Jembara.

“Tandy ada di lantai atas, aku bawa kamu buat ketemu dia,” ujar Tasya dengan senyum lebar sambil membawa Sonia naik ke lantai dua.

Sonia menaiki tangga dengan mata yang masih mengarah ke lantai bawah. Lelaki itu terlihat sedang mengelus kepala anjing tersebut dengan lembut dan keduanya terlihat sangat akur. Mendadak rasa sesak menyerang hatinya karena iba dengan Bibo yang tidak pernah melupakan sosok Reza.

Anjing tersebut sering sekali merangkak di depan ruang baca milik lelaki itu dan mendengar suara yang berasal dari dalam sana. Dia mengira majikannya berada di dalam ruang baca tersebut. Sedangkan Reza justru sudah melupakannya dan memiliki peliharaan yang baru lagi.

“Sonia, maaf ya. Pertama kali datang saja sudah membuatmu begitu sulit. Kamu nggak mengerti dengan sikap Om aku, dia sangat defensif sekali. Hari ini kamu sudah memanggilnya ‘Om’, lain kali kalau kamu butuh bantuan dia, dia pasti akan membantumu,” kata Tasya tiba-tiba.

Sonia berkata dalam hati bahwa dia bersumpah tidak akan pernah meminta bantuan lelaki itu. Meski begitu, dia tetap menyunggingkan seulas senyum dan berkata, “Terima kasih, Tasya.”

“Jangan sungkan. Meski kita di kampus nggak saling kenal, aku selalu kagum sama kamu dan selalu ingin menjadi teman kamu.”

“Kita memang temenan,” ujar Sonia sambil tersenyum kecil.

Senyum Tasya terlihat sangat manis, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Sonia. Tubuhnya menegang sesaat, tetapi dia tidak menghindar sama sekali. Mereka berjalan ke depan pintu kamar Tandy dan mengetuk pintu tersebut.

“Tandy, Kakak masuk!”

Tidak ada jawaban dari dalam sana. Tasya membuka pintu dan masuk ke dalam tanpa menunggu persetujuan dari sang pemilik kamar. Kamar tersebut terdapat tempat sofa, dengan sebelah kanan merupakan kamar mandi dan sebelah kiri adalah tempat tidur.

Semua dekorasi yang ada di dalam kamar tersebut merupakan hal-hal yang disukai oleh anak lelaki. Terdapat komik, ruang angkasa, senjata mainan dan yang lainnya. Akan tetapi kamar tersebut sangat rapi dan tidak berantakan.

Seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun tengah duduk di sofa sambil bermain permainan di tab miliknya. Kepalanya tidak terangkat sama sekali ketika mendengar ada orang yang masuk ke dalam kamar.

“Tandy, ini guru les yang baru. Dia teman kampusku, jadi kamu nggak boleh ganggu dia!” ancam Tasya dengan raut wajah yang galak.

Bocah itu baru mengangkat wajahnya dan melihatnya sebentar sambil membulatkan mulutnya merespons dan lanjut bermain lagi. Tasya menghela napas menahan emosi karena takut Sonia akan mundur sebelum memulai.

Dengan cepat perempuan itu berkata, “Adikku sedikit susah dihadapi, kamu jangan menyerah dulu ya.”

“Tenang saja,” ujar Sonia memberikan tatapan menenangkan pada Tasya.

Karena dia sudah menyetujuinya, maka dia akan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Meski Reza sangat menyebalkan, setidaknya Tasya sangat baik pada dirinya. Mereka berdua keluar dari dalam kamar Tandy dan menyimpan nomor ponsel Reza di ponsel Sonia sambil berbisik,

“Aku ada janji sama orang dan harus pergi sekarang juga. Kamu coba mendekatkan diri dengan Tandy dulu. Kalau dia ganggu kamu, kamu langsung cari Om aku!”

Menurut Sonia, meski nantinya Tandy memukul dan mengusirnya keluar dari rumah ini, Reza juga tidak akan memedulikannya. Setelah Tasya pergi, Reza mengelilingi kamar dan berhenti di depan sebuah meja belajar.

Buku tugas milik bocah itu masih terbuka dan belum ada satu huruf pun yang tertera di sana. Dia berjalan kembali ke sofa dan duduk di samping Tandy sambil bertanya, “Kamu nggak buat tugas dan berusaha keras buat keributan. Tujuannya untuk menarik perhatian papa mama kamu, ya?”

Papa mamanya baru saja pergi, guru les bocah ini langsung mengajukan berhenti kerja. Tandy sengaja membuat guru les sebelumnya marah.

Gerakan tangan Tandy yang tengah bermain di atas tab tiba-tiba berhenti. Matanya melirik ke arah Sonia dengan sorot mata kesal sambil berkata, “Nggak usah ikut campur! Kalau nggak, aku akan membuatmu nggak beta!”

Sonia tidak gentar dan tetap melanjutkan ucapannya, “Kamu ingin menarik perhatian orang tua kamu dengan cara bersikap berontak. Sikap kamu ini benar-benar kekanak-kanakan sekali.”

Tandy menggenggam tab nya dengan erat, wajah bocah tersebut tampak kaku tanpa ada satu kata pun yang terucap.

Kepala perempuan itu melongok ke arah layar dan berkata lagi, “Lagi main? Kamu kerjakan tugasmu dengan baik, setelah itu aku temani kamu bermain.”

Bocah itu tertawa miring dan berceletuk, “Tadi kamu baru menertawakan aku dan bilang aku kekanak-kanakan. Sekarang kamu membujukku seperti seorang anak kecil. Orang dewasa seperti kalian ini semuanya bermuka dua, ya?”

Kening Sonia berkerut dan berkata, “Siapa yang dewasa? Aku juga anak kecil!”

Tandy melihat wajah serius di depannya ini dan langsung menyemburkan tawanya. Melihat itu, Sonia hanya bisa tersenyum paksa dan mengeluarkan ponselnya sambil berkata, “Sudahlah, aku nggak ada waktu. Berhubung aku sudah datang, aku akan pergi setelah main denganmu.”

Bocah lelaki itu memandangnya dengan penuh curiga sedangkan Sonia sudah sibuk membuka aplikasi permainan di ponselnya. Wajahnya menunduk ke arah layar ponsel sambil berkata, “Aku jujur! Aku memang nggak mau mengajarmu. Karena kakakmu mengasihaniku, makanya dia memintaku datang.”

“Kasihan kenapa?” tanya Tandy.

Perempuan itu menahan tawa dalam hati dan dengan suara lirih dia berkata, “Sejak kecil aku sudah nggak punya orang tua. Kakek yang merawatku dan menyekolahkanku dengan susah payah. Beberapa hari yang lalu dia sakit, aku mau cari uang buat membawanya ke dokter.”

Dia sengaja mengeluarkan isakan kecil dan membuat lipatan di kening Tandy semakin dalam. Sesaat kemudian, bocah kecil itu meletakkan tab nya dan berkata, “Kamu jadi guru les aku demi mencari uang untuk mengobati kakekmu?”

Sonia melonjak girang dalam hati. Ternyata tebakannya benar! Kedua orang tua Tandy jarang menemaninya sehingga hubungan bocah ini jauh lebih dekat dengan kakek dan neneknya. Mendengar kakek orang lain sedang sakit membuat anak itu ikut merasa iba.

Kedua bola matanya berkaca-kaca dan dengan sengaja dia membuang wajahnya seolah-olah ingin menutupi kesedihannya. Sonia dengan jujur berkata, “Benar, jadi guru les di rumah kamu jauh lebih banyak mendapatkan uang dibandingkan di tempat orang lain. Dengan begitu aku bisa membawa kakek ke dokter secepatnya.”

Bola mata Tandy memutar dan dengan wajah terpaksa dia berkata, “Ok, aku biarkan kamu di sini. Tapi ini semua karena kakek kamu!”

Sonia ingin sekali terbahak saat ini juga. Bahkan bocah ini tidak tahu kakeknya itu siapa, atas dasar apa dia berkata seperti itu? Akan tetapi perempuan itu berusaha tidak mengubah ekspresinya dan dengan berat hati berkata,

“Nggak ada gunanya aku di sini, kamu juga harus kerja sama denganku dengan menyelesaikan tugasmu secepatnya. Kalau aku nggak ada gunanya sama sekali menjadi guru les, Om kamu juga bakalan mengusirku.”

“Ribet sekali!” gumam Tandy sambil meletakkan tab-nya di meja.

“Cepat selesaikan! Jangan lupa juga dengan ucapanmu tadi! Setelah selesai, temani aku main dulu!”

“Yes, Sir!” sahut Sonia sambil tertawa dan bangkit berdiri.

Setelah satu jam berada di lantai satu, Reza naik dan melewati kamar milik Tandy. Tiba-tiba dia ingin melihat apakah Sonia sanggup mengatur bocah lelaki itu. Pintu kamar tersebut sedikit terbuka sehingga Reza bisa mendengar suara Sonia yang tengah berteriak di dalam sana.

“Aku sudah mau mati!”

“Kamu di mana? Cepat tolong aku!”

Suara marah Tandy juga ikut terdengar, “Dasar cupu! Kenapa ditembak?! Itu aku!”

“Hah?”

Reza mendorong pintu bertepatan dengan Sonia yang baru saja mengangkat kepalanya. Ekspresi perempuan itu tampak tercengang ketika melihat lelaki yang ada di depan pintu.

“Kalian lagi ngapain?!” Wajah lelaki itu tampak menggelap. 

Related chapters

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 9

    Sonia tanpa sadar ingin menyembunyikan tangannya ke balik punggungnya. Akan tetapi menyadari gerakan tersebut terlalu mencurigakan sehingga dia berusaha tidak membuat respons berlebihan apa pun.Dalam permainan tadi dia baru saja meledakkan Tandy dan dirinya sendiri juga telah mati di bunuh lawan. Bocah lelaki itu menahan dirinya untuk tidak menendang Sonia saat ini juga. Padahal tadi perempuan itu berjanji mau bilang pada Pamannya dan membantunya.“Om, tugasku sudah selesai!”Reza terlihat sedikit terkejut ketika mendengar ucapan keponakannya itu. Dia melirik wajah Sonia kemudian berjalan ke arah meja belajar dan berkata, “Coba Om lihat!”Tandy memberikan buku tugasnya pada Reza dan ternyata memang sudah selesai dan juga telah diperiksa. Bagian yang salah sudah diperbaiki bahkan ada beberapa penjelasan penyelesaian dari tugas tersebut.Lelaki itu semakin merasa aneh. Dia menoleh dan melihat Sonia yang juga tengah menatapnya dengan matanya yang polos dan jernih. “Aku janji pada Tandy u

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 10

    Pukul sepuluh malam hari, Tasya sudah tiba di rumahnya dan melihat sosok Reza yang duduk di sofa. Dia memutar bola matanya dan memberi kode melalui pandangan mata pada pelayannya yang tiba-tiba buru-buru naik ke lantai atas.“Sini!” Lelaki itu bersandar pada punggung sofa dengan sebelah tangannya yang memegang sebuah buku. Detik selanjutnya Tasya tahu dia sudah tidak bisa menutupinya lagi. Lebih baik dia bersikap pura-pura tenang dan berjalan ke arah lelaki itu sambil bertanya,“Om, kok belum tidur?”Reza meliriknya dan berkata, “Pantasan begitu buru-buru mau cari guru les. Ternyata kamu ingin pergi berkencan? Sudah ada pacar?”“Nggak!” sahut Tasya sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku hanya jalan sama temanku.”“Pacarmu itu teman kampus?” tanya Reza lagi dengan nada suara lebih berat.Perempuan itu tahu kalau dia tidak bisa membohongi pamannya yang cerdik ini. Dia duduk di hadapan Reza dan berkata jujur,“Iya, aku memang sudah ada pacar. Aku juga tahu kalau keluarga kita sedi

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 11

    Dosen pelajaran bahasa asing kali ini berasal dari luar negeri dengan wajah yang tampan. Chenny kerap bilang padanya kalau dosennya yang ini merupakan sosok idamannya yang sempurna.Saat masuk ke dalam kelas, banyak mata yang memandang Sonia. Sepertinya mereka semua sudah melihat atau mendengar apa yang baru saja terjadi di lantai bawah. Tatapan semua orang terlihat ada yang kagum, menertawakan bahkan ada yang meremehkan sikap Sonia.Tidak ada perubahan ekspresi yang berarti di wajah perempuan itu. Dia dan Chenny memilih tempat duduk dan mengeluarkan peralatan kuliahnya sambil fokus mendengarkan pelajaran.Setelah jam kuliah tersebut telah selesai, Chenny memanfaatkan kesempatan untuk bertanya pada sang dosen agar bisa mendekatkan dirinya dengan lelaki itu. Sedangkan Sonia hanya duduk di tempatnya sambil menunggu perempuan itu.Sekitar sepuluh menit kemudian, tidak ada tanda-tanda Chenny yang akan menyudahi kegiatannya. Sonia memutuskan untuk berdiri dan pergi ke toilet dulu. Ketika di

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 12

    Chenny menunggu Sonia di lantai bawah ruangan Santo. Melihat perempuan itu keluar, dia langsung bergegas menghampirinya dan bertanya, “Gimana? Petugas konseling ada bilang mau menghukum kamu, nggak?”Sonia yang mengenakan tas sandang hanya memegang dua tali tas yang menggantung di samping tubuhnya sambil menjawab dengan nada santai, “Kenapa harus menghukumku? Aku hanya sedang melindungi diri!”Chenny menatapnya dengan tidak percaya dan berkata, “Melia patah tulang dan papanya datang dengan emosi yang begitu membludak. Memangnya dia bisa diam saja?”“Pokoknya sudah beres!” sahut Sonia sambil tertawa lebar.Walaupun Chenny masih merasa ragu dan curiga, dia juga merasa lega. Perempuan itu mengikuti langkah Sonia keluar dari area universitas sambil berceloteh ria.“Salah aku juga, coba kalau aku nggak nempelin pangeranku, kita sudah balik dari tadi! Nggak akan ada kejadian seperti ini.”Dengan santai Sonia berkata, “Melia sudah mempersiapkan semuanya. Siapa tahu dia menungguku di suatu tem

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 13

    Akhirnya Sonia tahu alasan dibalik berhentinya para guru les bocah lelaki itu. Anak keluarga orang kaya tidak bisa diajar dengan menggunakan kekerasan. Jika dengan ucapan nasihat, maka mereka akan protes kita cerewet. Kalau membujuknya dengan ucapan manis, maka akan dikatakan kekanakan. Rasa tidak berdaya seperti itu membuat siapa pun akan menyerah.Sonia bangkit dan melihat anak panah yang tergeletak di atas meja. Dia melirik papan panah kemudian melayangkan anak panah dalam satu gerakan dan mendarat tepat di bagian tengah!Ketika anak panah ketiga masih mengenai bagian tengah papan panah, Tandy mengangkat wajahnya dan menatap dia dengan raut terkejut. Sonia mengambil anak panah dengan kedua tangannya, setelah itu dia melayangkan anak panah tanpa melihatnya di waktu yang bersamaan.Kedua anak panah tersebut melayang dengan kecepatan yang sama. Dua buah anak panah tersebut menjatuhkan anak panah yang sebelumnya tertancap dan menggantikannya berada di posisi bagian tengah papan.Tandy b

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 14

    ”Hmmm? Aku nggak ketawa,” ujar Sonia dengan ekspresi bingung.Reza mengangkat alisnya dan bertanya, “Kamu takut sekali denganku? Kamu itu temannya Tasya dan guru lesnya Tandy. Kamu boleh ikut mereka panggil aku Om. Biasanya aku selalu penuh toleransi terhadap orang yang menjadi juniorku.”Sonia semakin ingin terbahak, tetapi dia berusaha tetap bersikap tenang dan mengangguk berkata, “Ok.”Mata Reza menatap wajah perempuan di sampingnya sekilas, kemudian mengarah ke depan dan berkata lagi, “Lain kali kalau ketemu Hana lagi, kamu nggak perlu peduliin dia.”“Dia menutupi jalanku,” jawab Sonia membela diri.“Bukannya kamu pintar menendang orang?” balas Reza.Sonia mengangkat alisnya dan bertanya balik, “Hana juga boleh ditendang?”“Tentu saja! Kamu tendang saja sesuka hatimu, biar aku yang urus,” jawab Reza dengan nada datar.Kedua alis Sonia terangkat lagi ke atas. Kalimat tersebut menunjukkan sikap dan karakter lelaki itu dalam menyelesaikan sebuah masalah. Mungkin Reza menyadarinya dan

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 15

    Suara lelaki itu terdengar sangat ringan dan juga hangat seperti mentari di musim semi. Terasa begitu sejuk dan juga nyaman. Sonia berbalik dan memandangi lelaki asing itu dengan tatapan tidak mengerti.Lelaki itu maju dua langkah sambil menatap Sonia. Sebersit sorot cahaya melintas di mata lelaki itu.“Meski nggak harus bayar dengan sesuatu yang berharga, setidaknya traktir makan juga nggak masalah, bukan?”Setelah mengatakan kalimat itu, dia mengulurkan tangannya dan berkata, “Kenalan dulu, namaku Melvin.”Sonia memandangi telapak tangan di hadapannya tanpa membalasnya, kemudian dia berbalik pergi begitu saja. Melvin melongo terkejut di tempatnya dan bergegas mengejar langkah perempuan itu.“Hei! Kamu nggak ngerti apa yang aku katakan?”Langkah Sonia berhenti dan menatapnya sambil menjawab, “Ngerti, tapi kamu nggak butuh traktiran aku. Tanpamu aku juga bisa membereskan masalah tadi seorang diri. Nggak perlu saling kenalan juga, aku harus segera masuk kelas.”Setelah mengatakan kalima

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 16

    Sonia berjalan lurus ke arah mobil Melvin. Akan tetapi dia tidak mengambil bunga-bunga mawar segar itu, melainkan langsung membuka pintu di posisi kemudi dan menekan tombol kunci. Setelah itu dia menghidupkan mesin dan melajukan mobil tersebut ke arah jalan raya.Gerakan tersebut membuat seluruh orang yang melihatnya tampak tercengang di tempat termasuk Melvin. Senyuman di wajah lelaki itu perlahan-lahan berubah kaku. Dia tidak menyangka bahwa Sonia tidak mengambil bunganya, tetapi dia membawa bunga beserta mobilnya juga.Saat ini dia berdiri di tengah kerumunan dengan tangan yang masih menggenggam satu tangkai bunga dan menjadi pusat perhatian semua orang. Wajahnya menggelap dan terlihat sangat emosi. Untuk sekarang dia ingin sekali mencekik leher Sonia hingga perempuan itu kehabisan napas.Sebenarnya orang seperti apa yang Hana minta dirinya taklukin? Pantas saja perempuan itu rela kehilangan uang ratusan triliun. Apakah Hana sengaja mempermainkan dirinya?Semua orang yang ada di san

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1889

    Dua orang pria di belakang menatap Sonia lekat-lekat. Si pria berkulit putih menjilat bibirnya dengan ujung lidahnya. Dia masih belum melepaskan tangannya, malah mengelus leher Sonia. “Cewek cantik, kamu tidak usah bayar ongkos perjalananmu. Kamu cukup temani kami saja, ya?”Nada bicara Sonia sangat dingin. “Aku ulangi sekali lagi. Lepaskan tanganmu!”Si pria berkulit putih mengeluarkan raut wajah licik. Tiba-tiba muncul sebatang jarum di telapak tangannya. Dia langsung menusukkan jarum ke pundak Sonia.Saat jarum tajam itu hampir mengenai kulit Sonia. Tiba-tiba Sonia membalikkan tubuhnya, kemudian meraih pergelangan tangan si pria. Si pria spontan merasa kaget. Tetiba terdengar suara keretekan keras. Disusul, pergelangan tangan pria itu langsung patah. Dia ditarik Sonia, lalu dibuang ke luar mobil.“Ahh!” jerit si pria berkulit putih. Dia jatuh menghantam jalan raya, lalu bergulir beberapa kali.Ekspresi mereka berdua langsung berubah. Pengemudi menginjak rem dengan kuat, menyebabkan

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1888

    Sonia menopang dagu dengan satu tangannya. “Kakek takut aku kedinginan. Dia buka penghangat di dalam rumah. Jadi, aku kepanasan, lebih enakan di luar.”Mereka berbincang-bincang sejenak. Sonia memberi tahu Reza bahwa Jemmy mencarinya. Dia pun mengakhiri panggilan.Reza mengesampingkan ponselnya untuk pergi membasuh tubuh. Saat melepaskan pakaiannya, dia mengambil ponselnya untuk melihat cuaca di Kota Atria. Sekarang memang sedang hujan. Reza pun tersenyum, lalu menutup layar ponselnya. Dia berjalan ke dalam kamar mandi.Keesokan harinya.Saat Sonia berjalan keluar bandara Hondura, waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Matahari terik sudah menggantung di atas langit. Baru saja Sonia keluar bandara, rasa pengap pun menyerang dirinya. Perbedaan cuaca di Hondura dan Atria berbeda drastis. Sonia menurunkan topinya, lalu berjalan keluar bandara dengan perlahan. Dia berjalan ke sisi pangkalan taksi di pinggir jalan, kemudian bertanya-tanya dengan bahasa asing.Sopir melambaikan tangannya. “

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1887

    “Tenang saja!” balas Sonia dengan tenang.Jemmy mengambilkan sayuran untuk Sonia. “Jangan ungkit masalah dia lagi. Meski tidak ada dia, aku juga akan melewatkan Tahun Baru dengan sangat gembira. Dia hanya perlu jaga dirinya dengan baik saja.”Sonia tidak berbicara lagi. Dia menyantap sayuran yang diambil Jemmy, lalu memuji dengan berlagak santai, “Enak! Masakan koki semakin enak saja?”“Oh, ya?” Jemmy tersenyum. “Dia tahu makanan kesukaanmu. Bisa jadi dia diam-diam belajar demi kamu!”“Kalau begitu, Kakek mesti kasih bonus yang lebih banyak buat dia!”“Baik! Baik!”Mereka berdua makan sembari mengobrol santai. Makan siang sangatlah menyenangkan.Selesai makan, Sonia menemani Jemmy untuk minum teh. Setelah itu, dia kembali ke kamar untuk membereskan barang bawaannya. Dia meletakkan tablet yang diberikan Frida di atas meja baca, lalu berpamitan dengan Jemmy.Saat keluar kamar, Indra sedang menunggu di depan pintu. Dia berpesan, “Nona, cuaca sangat dingin. Kamu mesti berpakaian lebih teba

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1886

    Malam harinya, Reza melakukan panggilan video dengan Sonia.Tadi baru saja turun hujan lebat di Kota Atria. Selesai makan malam, Sonia menemani Jemmy untuk mengobrol di dekat api unggun. Saat Sonia sedang berjalan kembali ke rumah, dia pun menerima panggilan video dari Reza.Reza baru saja menyelesaikan mandinya keluar dari kamar mandi. Ketika melihat mantel yang dikenakan Sonia di dalam layar, keningnya seketika berkerut. Dia pun berkata, “Sepertinya kita tidak berada di satu dimensi saja.”Sonia tertegun sejenak, lalu memahaminya. Dia mengusap bordiran di mantelnya, kemudian berkata dengan tersenyum hangat, “Setiap tahunnya Kakek akan bikinin beberapa potong mantel buat aku. Katanya buat hangatin badan.”“Kalau begitu, tiap tahun aku juga akan buatkan mantel buat kamu!” ujar Reza.Sonia tersenyum. Saat melihat latar di belakang Reza adalah Imperial Garden, Sonia mengernyitkan keningnya. “Bukannya aku suruh kamu tinggal di Kediaman Keluarga Herdian?”“Ada aromamu di sini.” Reza tersen

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1885

    Reza bertanya, “Kenapa anak perempuannya Tuan Aska tidak pulang?”Raut wajah Jemmy berubah serius. “Dia salah paham dengan Aska. Sewaktu muda dulu, dia suka dengan teman sekolahnya yang agak miskin. Aska tidak setuju, lalu bertengkar hebat dengannya.”“Kemudian, Chiara mengandung dan diam-diam melahirkan anak itu. Aska merasa marah langsung putus hubungan dengan putrinya.”“Pada akhirnya, pria yang dicintai Chiara mendapat beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Demi pendidikan dan masa depannya, pria itu memilih untuk melepaskan Chiara. Chiara merasa sangat sedih. Dia pun membawa anaknya meninggalkan Kota Jembara.” “Sekitar tiga tahun kemudian, Aska masih sangat merindukan Chiara, juga khawatir dia akan hidup menderita karena mesti membesarkan anak sendirian di luar sana. Jadi, dia mengutus orang untuk membawa Chiara pulang.”“Chiara melahirkan anak perempuan. Anak itu sangat cantik, mirip sekali dengan Chiara. Perlahan-lahan, Aska juga sudah mulai membuka simpul di hati. Dia sangat m

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1884

    Sonia berkata dengan tersenyum, “Makan bersama Kelly.”Suara Reza terdengar lembut. “Di mana? Aku pergi jemput kamu!”Sonia memberi tahu alamat.Setelah panggilan diakhiri, Sonia berkata dengan tersenyum, “Yana lagi di rumahnya Jason. Aku nggak berpamitan sama dia lagi, ya. Nanti tolong kabari Yana.”Kelly berbicara dengan nada bercanda, “Dia pasti sedih banget karena kehilangan teman makan permennya.”“Tunggu kepulanganku. Aku akan beliin permen paling banyak buat dia.”Mereka berdua mengobrol beberapa saat. Reza pun menelepon mengatakan bahwa dia sudah tiba.Sonia berdiri. “Aku pamit dulu. Kamu pergi bekerja sana!”Kelly mengangguk. “Jangan sampai kehilangan kontak, ya. Aku tunggu kepulanganmu.”“Oke!”Mereka berdua berjalan keluar restoran. Reza menuruni mobil, lalu membukakan pintu untuk Sonia.Sonia berpamitan dengan Kelly, lalu berjalan ke sisi mobil.Kelly masih berdiri di tempat hingga mobil melaju pergi. Kemudian, dia baru berjalan ke dalam gedung sembari minum teh susu. Saat

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1883

    Sonia tersenyum datar. “Ini bukan pertama kalinya aku menjalankan misi. Aku tahu apa yang seharusnya aku lakukan!”“Setiap misi itu berbeda. Kamu juga sudah lama tidak ke sana. Intinya, kamu mesti lebih waspada!” Suara Johan terdengar sesak. Dia menarik napas dalam-dalam. “Kalau kamu butuh bantuan, kamu mesti segera beri tahu aku. Aku akan langsung ke sana!”Frida mengulurkan tangannya. “Aku harap kali ini kita bertiga ada kesempatan untuk menjalankan misi bersama. Aku doakan kamu bisa kembali dengan selamat!”Sonia dan Johan juga menempelkan tangannya di atas punggung tangan Frida. Ketiga tangan saling bergenggaman dengan erat, seperti hubungan pertemanan mereka yang tidak bisa dihancurkan!…Setelah Johan dan Frida pergi, Sonia membereskan barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pergi. Pakaian ganti tadi malam ditaruh di kamar mandi. Pelayan akan mencucinya.Namun, kostum yang Sonia pesan secara mendadak itu agak merepotkan. Sonia memutuskan untuk mencucinya sendiri, mengeringkannya,

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1882

    Keesokan harinya, Reza dan Sonia telah janjian di saat sarapan. Reza pergi ke perusahaan untuk mengurus sedikit pekerjaan. Dia akan kembali sebelum makan siang untuk mengantar Sonia ke rumah Aska. Kemudian, dia baru mengantar mereka berdua ke bandara.Sonia memberi tahu Reza. Pagi harinya dia kembali ke Gedung Anggrek untuk membereskan barang-barangnya. Dia juga berpesan kepada Reza untuk tidak mengkhawatirkannya dan bekerja dengan tenang!Sebelum berangkat kerja, Reza memeluk Sonia. “Setelah kamu kembali nanti, kita tinggal di sini saja!”Terdapat lebih banyak kenangan kebersamaan mereka di Imperial Garden. Kali ini, Sonia tidak bisa membantah, melainkan mengangguk dengan patuh. “Oke, aku dengar apa katamu!”“Kenapa kamu sepatuh ini?” Reza mencium telinganya. “Saking patuhnya, aku jadi tidak tega untuk melepaskanmu!”Sonia memeluk Reza sejenak. “Pergi kerja sana!”“Emm!” Reza menunduk, lalu mencium keningnya. Setelah itu, Reza pun meninggalkan rumah.Sonia terbengong melihat pintu ya

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1881

    Sonia menggenggam erat tangan Reza. “Malam ini kita ke Imperial Garden saja!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia melirik Sonia sekilas. “Apa kamu ingin mengenang kembali?”Sonia berlagak tenang. “Iya, sejak aku kembali, aku belum pernah ke Imperial Garden!”Reza bertanya, “Bagaimana dengan kostum yang kamu pesan?”Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia malah melupakannya!“Kamu lupa?” Reza menatap Sonia dengan tatapan tidak berdaya dan manja. “Biar aku saja?”“Nggak usah. Aku pesan sekarang!” Sonia segera mengeluarkan ponselnya. Lebih baik Sonia pesan sendiri saja. Jika Reza yang memesan pakaian itu, bisa jadi bos toko akan mengira Reza membuka toko grosir!Saat Sonia sedang membuka foto, dia pun semakin syok hingga kedua mata terbelalak lebar.Reza mengintip sekilas, lalu menunjuk salah satu foto di atas. “Yang ini!”“Nggak mau!” Sonia langsung menolak. Kostum yang dipilih Reza malah lebih kekurangan bahan daripada yang diberikan Ranty.“Bukannya kamu bilang kamu akan turuti kemauanku?

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status