Keesokan harinya, Melvin sudah menebak waktu Sonia keluar dari toko mie. Dia memberikan kode pada beberapa orang anak buah yang ada di belakangnya dan memberikan perintah, “Lakukan dengan maksimal dan terlihat asli.”Beberapa anak buahnya yang sedang menyamar menjadi preman biasa tampak mengangguk mengerti dan berjalan menuju toko mie. Melvin bersandar pada tiang beton sambil merokok. Sekitar sepuluh menit kemudian, dia mematikan puntung rokoknya dan berjalan masuk dengan gerakan santai.Sekarang merupakan jam makan para mahasiswi kampus, oleh karena itu anak buahnya membawa Sonia ke tempat yang lebih terpencil. Setelah melewati beberapa tembok tinggi, suara ribut mereka nantinya akan tersamarkan.Melvin bisa membayangkan keadaan Sonia dengan baju yang berantakan dan tengah tergeletak tidak berdaya di tanah. Di saat perempuan itu tengah merasa putus asa, dia akan muncul bagaikan seorang pahlawan. Sonia akan memandangnya dengan mata berbinar dan penuh harus serta rasa terima kasih.Untu
Kebetulan Reza juga ada urusan sewaktu Sonia pergi, jadi Reza sekalian mengantar Sonia ke pusat kota. Sonia masih merasa tidak nyaman harus berduaan dengan Reza di tempat yang sempit dan tertutup, makanya dia sering kali buang muka berpura-pura melihat pemandangan.Begitu mobil memasuki jalan raya beraspal, Reza fokus melihat ke depan sambil membuka pembicaraan dengan Sonia, “Melvin lagi dekatin kamu, ya?”“Eh?”Spontan Sonia langsung menoleh ke arah Reza karena dia terkejut bahwa ternyata Reza juga sudah tahu.“Waktu itu aku lihat dia ngasih kamu bunga di depan Jembara University.”“Ooh, iya!”“Sebelum kamu pertimbangkan mau sama dia atau nggak, aku masih kasih tahu satu hal. Dia itu sepupunya Hana. Mamanya Hana itu tantenya Melvin,” tutur Reza lirih.Ternyata … seperti itu ceritanya!“Aku nggak tahu si Melvin itu beneran suka sama kamu atau nggak, tapi aku rasa aku punya tanggung jawab untuk kasih tahu hal ini ke kamu. Tapi, soal kamu masih mau sama dia atau nggak, itu keputusan kamu
Ucapan temannya itu sangat frontal sampai membuat Siska merasa malu. Jujur saja, awalnya Siska masih ingin mengelak, tapi dia berubah pikiran dan hanya tersenyum menjawabnya, “Aku juga nggak tahu kenapa dia bisa suka sama aku.”Sonia spontan menoleh ke arah wanita yang dipanggil dengan nama Siska itu. Dari tadi Sonia memang merasa dia agak familier, dan setelah diingat-ingat kembali, Siska itu memang pernah memerankan seorang karakter utama di salah satu drama yang dulu Yeni tonton. Drama itu memang tidak tayang terlalu lama, tapi setiap episodenya sangat seru. Yeni juga bilang sangat disayangkan drama tersebut tidak laku di pasaran.Selain itu, Sonia juga ingat dengan wanita yang mengenakan gaun biru itu, dia adalah seorang aktris baru bernama Tiara.“Asal ada Reza, kamu bisa dapat apa pun yang kamu mau. Kalau nanti kamu sudah terkenal, jangan lupa bantu aku juga, ya,” kata Tiara.“Buat apa aku bantuin lagi, bukannya kamu sudah punya Matias?”“Aku sudah mati-matian ngedapetin hatinya
Kerumunan orang yang hanya datang untuk melihat semuanya sudah diusir pergi oleh Daniela, dan sekarang hanya ada petugas keamanan saja yang masih berjaga di sana. Ketika Reza sampai, secara spontan semua orang langsung minggir ke samping, menyisakan jalan yang luas di tengah untuk Reza lewati.“Maaf acara makan-makan Pak Reza jadi terganggu,” kata Devi sembari memapah Siska.“Kenapa ini?” tanya Reza. Akan tetapi kedua matanya langsung menyipit ketika dia menyadari Sonia juga ada di sana.Raut wajah Daniela langsung berubah dan melindungi Sonia di belakangnya. Dia tidak mengira kalau yang datang ternyata adalah Reza Herdian, tak heran dari tadi Siska sama sekali tidak takut.Devi menjelaskan semua yang terjadi dengan rinci kepada Reza, tentunya ditambah bumbu-bumbu penyedap seperti perbuatan Sonia yang membenturkan Siska ke tembok, membuat kakinya yang baru saja membaik lagi-lagi terluka.Sebenarnya Sonia sendiri santai saja ketika melihat Reza datang. Hanya saja … dia masih tidak habi
Reza juga melirik Melvin dengan gayanya yang santai tanpa bicara sedikit pun, seakan-akan memang sedang menunggu Melvin memanggilnya.“Kapan-kapan aku dan Sonia bakal datang berkunjung!” kata Melvin.Ekspresi wajah Siska juga langsung berubah dari yang awalnya penuh dengan kebencian kini menjadi sangat ramah. Dia mendekati Sonia dan berkata dengan senyum, “Oh, ternyata kamu keponakannya Pak Reza. Yang tadi itu cuma salah paham! Temperamennya Devi memang jelek, kadang ngomong suka nggak mikir dulu, jadi jangan dimasukkin ke hati, ya.”Devi juga segera meminta maaf, “Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu keponakannya Pak Reza. Ini semua salahku.”Begitu pula dengan Tiara yang segera mendatangi Sonia dan meminta maaf dengan tulus, “Sonia, aku benar-benar minta maaf!”Hanya karena sebutan “Om”, dalam sekejap sikap semua orang langsung berubah 180 derajat.“Untuk Tiara, jangan panggil aku Sonia. Kamu harus manggil aku Non Sonia!”Wajah Tiara langsung memucat. Tadinya dia mengira Reza akan m
Saat ini di lorong hanya tinggal Reza dan Melvin. Tinggi badan mereka berdua tidak terlalu jauh, dan juga mereka sama-sama memiliki paras serta perangai yang mencolok dibandingkan orang kebanyakan. Atmosfer di sana pun jadi menegang dan seolah pancaran cahaya jadi meredup.“Sonia itu beneran keponakan kamu? Kenapa marganya bukan Herdian?” tanya Melvin dengan tatapan matanya yang tajam seperti seekor rubah itu.“Terserah marganya dia apa, yang jelas dia manggil aku ‘Om’.”“Oh, begitu? Kirain cuma ngaku-ngaku!”“Aku nggak segabut itu sampai harus ngaku-ngaku dia sebagai keponakanku, apalagi ngaku-ngaku orang lain sebagai pacar!” kata Reza.“Kemarin malam Sonia setuju untuk jadi pacarku, itu bukan cuma sementara saja.”“Kalau begitu, berarti kamu juga harus manggil aku ‘Om’!”“.…”Sekembalinya mereka berdua ke ruang makan, Melvin merasa dirinya masih kalah jauh dibandingkan Reza. Pemikiran yang berkecamuk di kepalanya ini membuat dia uring-uringan dan jadi sensitif terhadap segala hal. Ak
Sonia jelas mengerti apa yang dirasakan oleh Ranty, hanya saja Sonia merasa bersimpati kepadanya. Tak lama kemudian, Matias pun tiba di restoran dan langsung menghubungi Ranty untuk menanyakan di ruangan mana dia berada.Karena tidak ingin mengganggu temannya, Sonia bangkit dari kursinya dan berkata, “Kalian ngobrol saja berdua, aku pulang duluan.”“Kan aku yang ngajak kamu, jadi aku juga yang harus antar kamu pulang. Lagian kamu kan juga kenal sama Matias, kenapa malah pergi?”“Terus aku jadi kambing congek saja, gitu?” balas Sonia bergurau, “Lagian kamu juga sudah minum banyak, gimana mau nyetir? Aku pulang naik taksi saja.”“Ya sudah. Sampai rumah nanti langsung kabari aku.”“Oke!”Ranty mengantar Sonia sampai ke depan restoran, tapi siapa yang menduga mereka malah berpapasan dengan Matias di lorong. Matias tampak mengenakan jas dan mengeluarkan aroma alkohol dari tubuhnya, seolah dia baru saja menghadiri perjamuan dengan orang lain. Dengan matanya yang berkilauan dan sikap yang han
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Sonia tiba di rumahnya. Setelah mandi, Sonia bersantai di sofa sambil memberi tahu Ranty kalau dia sudah sampai di rumah dengan selamat. Sekalian dia juga ingin menanyai apakah hubungan Ranty dengan Matias berjalan baik-baik saja.Telepon terus berdering dan baru diangkat ketika nada dering hampir berakhir, dan dari telepon itu Sonia mendengar suara Matias yang berkata, “Ranty lagi nggak bisa nerima telepon, ada yang perlu aku sampaikan?”Lalu dari telepon itu juga Sonia mendengar suara Ranty yang berbicara disertai dengan isak tangis, “Matias!”Sonia langsung menutup panggilan ketika mendengar suara itu, dan rona wajahnya pun memerah. Dasar … si Ranty ini memang paling tidak tahan menghadapi rayuan orang lain!***Keesokan siangnya, Sonia menerima sebuah paket berupa kotak besar. ketika dia baru pulang dari rumahnya keluarga Herdian. Di dalam kotak itu berisi perhiasan dan baju-baju yang Ranty berikan kemarin. Sonia memilih sepasang a
Morgan berkata, “Maksudmu, Tuan Kase sudah melukai Sonia? Aku rasa mungkin ada salah paham dalam masalah ini. Semalam Kase membawa pengawalnya membantu kami untuk melawan anggota Tritop. Dia juga bawa Sonia untuk berobat di sini. Dia tidak akan melukai Sonia!”Kase menurunkan kepalanya dan tidak berdalih. Dia tidak berbicara sama sekali.“Iya, Kak Reza!” Johan juga membujuknya, “Untung saja dokter di sini bisa melakukan pengobatan dengan segera, makanya Bos baru baik-baik saja. Mungkin benar ada salah paham. Kita bicarakan lagi setelah Bos siuman!”Hallie juga berlari kemari. Dia membantu Kase untuk menjelaskan, “Apa yang Tuan Reza maksud itu masalah Sonia dibawa pergi Rayden waktu itu? Waktu itu, aku memang nggak tahu kenapa Sonia ditangkap, tapi pada akhirnya Tuan Kase yang menyelamatkan Sonia. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Meskipun Tuan Kase bersalah, berhubung dia sudah menyelamatkan Sonia, aku harap kamu jangan membunuhnya!”Hallie sudah lama kenal dengan Sonia dan Kas
“Kamu jangan emosional!” ujar Yandi dengan datar, “Aku tidak menyalahkannya. Aku menyadari kalau dia bermurah hati terhadap Sonia! Aku juga punya kesalahan dan kekurangan dalam masalah waktu itu. Jadi, sudah seharusnya dia membenciku!”Tatapan Yandi berubah muram. Sebelum dia datang ke Hondura, dia pernah menyelidiki tempat yang ditempati Rayden. Jadi, sebelum datang ke Istana Fers, dia bisa memastikan bahwa Rayden adalah Serigala!Bagaimanapun, mereka bertujuh sudah berhubungan dekat, Yandi lebih memahami Serigala dibandingkan dengan Morgan!Sebelum Yandi datang, dia merasa sangat marah. Dia tidak mengerti kenapa Serigala berpihak terhadap Tritop, juga menentang Morgan!Setelah dipikir-pikir sekarang, seandainya waktu itu Morgan tidak begitu emosional, mungkin saat mereka bertiga bertemu kembali pada tujuh tahun kemudian, mereka tidak akan begitu tergesa-gesa dan juga saling bertentangan.Mungkin Serigala juga tidak akan mati! Serigala bisa bertahan hidup setelah mengalami begitu bany
Ruang tamu kembali terasa hening. Kase terus berdiri di depan jendela sembari memandang pemandangan malam di luar sana. Dia tidak berbicara sama sekali, entah apa yang sedang dia pikirkan.Sekitar satu jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka. Mereka semua serempak berdiri dan melihat ke arah pintu.Dokter berjalan keluar. Ketika melihat mereka semua tidak berbicara dan kelihatan gugup, dokter pun segera berkata dengan tersenyum, “Kalian semua tidak usah khawatir. Nona dan Tuan di dalam baik-baik saja. Serpihan bom sudah dikeluarkan dan tidak melukai organ vital. Hanya saja, pasien kehilangan banyak darah, perlu istirahat sebentar!”Reza berjalan ke dalam ruang operasi.Sonia sudah dibaringkan di ranjang sebelah dan sedang diinfus. Setelah dia siuman besok, dia baru akan dipindahkan ke kamar lain.Sonia sedang tidur dengan tenang. Air mata masih menggantung di sudut matanya. Sepertinya dia juga merasa sangat sedih ketika sedang bermimpi.Reza menopang ranjang dengan kedua tangannya. D
“Sonia!” Suara Reza gemetar karena ketakutan.“Sayang!”“Bos!”“Suki!”Semua orang datang mengerumuni Sonia. Yandi menahan rasa sakit, lalu mengoyak pakaiannya untuk membaluti pundak Sonia. Dia berkata dengan suara serak, “Tadi dia terkena serpihan bom dan mengalir banyak darah. Serpihan mesti segera dikeluarkan!”Raut wajah Morgan juga berubah. “Ke tempatku saja, lebih dekat!”Reza menggendong Sonia dengan dan berdiri dengan terhuyung. Kemudian, dia bergegas berjalan ke atas helikopter.“Jangan pergi ke Barkia, terlalu jauh, ke tempatku saja!” Kase menghalangi Reza dengan buru-buru.“Minggir!” Raut wajah Reza sangat sinis.“Di dalam istanaku ada fasilitas medis yang lengkap dan juga ada dokter. Kalau kamu ingin menyelamatkannya, kamu bawa dia ke tempatku!” Kedua mata Kase memerah. Dia sama sekali tidak bersedia mengalah untuk berhadapan dengan Reza.“Reza, kamu yang tenang!” Morgan menahan pundak Reza. “Sekarang Sonia perlu segera diselamatkan. Bawa dia ke istana Kase dulu.”Tatapan R
Sosok orang bertubuh tinggi berjalan kemari. Serigala menatap kedatangan orang itu dengan tatapan kosong, lalu berkata dengan susah payah, “Morgan!”Morgan berjongkok di hadapan Serigala, lalu berkata dengan suara seraknya, “Mengenai masalah waktu itu, aku tidak mengetahuinya sebelumnya. Orang yang memata-matai Rara memiliki konflik dengan T-rex, jadi dia sengaja menyembunyikan informasi yang didengarnya dariku, alhasil menunda waktu dalam upaya penyelamatan. Justru karena itu ... akhirnya aku juga membunuhnya!”Serigala tertegun sejenak. Ekspresi wajahnya perlahan berubah menjadi lega. Dia mengangguk pelan. “Aku percaya sama kamu!”Tubuhnya mulai kejang, seperti cahaya senja terakhir di langit yang perlahan tenggelam ke dalam kegelapan, sesuatu yang tidak bisa dicegah siapa pun.Sonia menekan suara tangisnya. Rasa sakit membaluti hatinya. Angin dingin bagai pisau yang menyayat tubuhnya.Serigala kembali melihat Sonia, lalu berkata dengan suara rendah, “Hati-hati dengan … anggota Kelua
Orang yang berada di atas atap bergulir untuk mengelak. Sonia diempaskan oleh kekuatan ledakan itu, lalu terhantam keras di atas lantai.“Sonia!”“Suki!”Rayden dan Yandi sama-sama berlari kencang ke sisi Sonia.Tritop mengganti senjatanya. Dia mencari kesempatan tepat untuk menembak ke sisi Sonia yang terluka dan bergerak lambat.“Suki!” Rayden menyerbu ke atas untuk mengadang di hadapan Sonia. Peluru menembak ke belakang punggung Rayden. Dia pun jatuh ke tubuh Sonia dengan memuncratkan darah.Di atas langit, helikopter Morgan dan Yandi mengepung di sekeliling. Mereka melakukan ledakan terhadap pesawatnya Tritop. Sementara itu, di dalam Istana Fers, pelindung andal Keluarga Milana menyerbu masuk, menghujani benteng dengan serangan gencar.Asap dan ledakan memenuhi Istana Fers menciptakan kekacauan di mana-mana. Suara tembakan dan dentuman meriam menggema di seluruh penjuru. Orang-orang berlarian dengan panik dari segala arah dan juga ada yang berusaha melarikan diri dengan kacau.Di a
“Nggak!” Tatapan Sonia kelihatan dingin. Dia menggeleng dengan tegas. “Morgan bukan orang seperti itu. Dia nggak akan bersikap egois hingga mengorbankan anak buahnya!”Yandi berkata, “Aku juga percaya sama Tuan Morgan!”“Itu karena kalian berdua adalah pihak yang mendapatkan keuntungan!” Rayden tersenyum dingin. “Sniper, kamu bisa hidup juga karena beruntung. Tuan Morgan mengantarmu ke Kota Jembara juga demi menyuruhmu untuk lanjut melindungi Suki. Apa kalian masih berani mengatakan kalau dia nggak punya maksud tersembunyi?”“Melindungi Suki?” Yandi mengangkat-angkat alisnya. “Apa kamu tahu kapan aku bertemu sama Suki? Sebelum aku bertemu sama dia, aku sama sepertimu, sama-sama membencinya … sampai ….”Suara Yandi terdengar rendah. “Sampai aku menyadari apa yang dilakukan Suki di belakang demi kita, aku baru melepaskan simpul di hati. Aku menyadari Suki berbeda dengan yang kita pikirkan.”Dulu mereka semua mengira Suki adalah orang berhati dingin. Dia tidak memiliki perasaan terhadap s
Rayden mendengus dingin. “Jangan gunakan ucapan itu untuk membohongi semua orang! Sebelumnya kamu menyalahkan Tensiro telah mengkhianati rekan setimnya, tapi bagaimana denganmu?”“Serigala ….”“Jangan panggil aku ‘Serigala’!” Radyen menatap Sonia dengan murka, lalu menyela omongannya, “Serigala sudah mati. Kamu juga nggak pantas untuk memanggil dengan sebutan ini!”Yandi menjerit dengan sinis, “Dia itu Suki, kita itu satu tim, selamanya kita itu rekan satu tim. Kenapa dia tidak pantas?”“Kamu jangan tanya aku!” Raut wajah Rayden langsung berubah drastis. Dia berkata dengan gusar, “Kamu seharusnya pergi tanya T-rex, tanya Kalong dan juga Phantom. Tanya mereka, apa mereka bisa memaafkannya?”“Masalah waktu itu bukan salahnya!” ujar Yandi dengan suara berat, “Dia tidak tahu apa-apa!”“Tidak tahu?” Rayden tersenyum sinis. “Jadi, bagaimana ceritanya dia bisa hidup? Kenapa dia bisa meninggalkan organisasi, bisa berubah menjadi putri dari Keluarga Bina, bisa menjadi keluarga konglomerat baru
Raut wajah Rayden menjadi muram. Dia berkata dengan mengerutkan keningnya, “Apa kamu tidak rela? Tidak merelakan material dan cinta di dunia ini? Jadi, kamu juga ingin mengkhianati rekan satu timmu?”“Bukan!” Sonia menggeleng dengan ketakutan. “Bukan!”“Semua yang ada di sini palsu, hanya khayalan saja, yang sudah mengelabuimu!” ucap Rayden dengan sangat cepat, “Semua ini ulah iblis di dalam hatimu. Kamu mesti berhasil menahan godaan, segera kembali ke sisi rekan setimmu.”Sonia mengangguk dengan terisak-isak. “Aku akan kembali. Aku akan segera kembali!”Sonia menunduk melihat pistol di tangannya. Dia mengangkatnya dengan perlahan, lalu mengarahkannya ke dadanya sendiri.‘Sayang!’‘Doamu juga adalah janjimu padaku. Jangan tinggalkan aku untuk selamanya!’‘Aku mencintaimu!’Suara rendah si pria tidak berhenti bergema di dalam benak Sonia. Sonia menunjukkan ekspresi sakitnya. Lantaran hatinya terasa menyayat, tangan yang menggenggam pistol samar-samar gemetar.Tidak boleh meninggalkan Re