Saat ini di lorong hanya tinggal Reza dan Melvin. Tinggi badan mereka berdua tidak terlalu jauh, dan juga mereka sama-sama memiliki paras serta perangai yang mencolok dibandingkan orang kebanyakan. Atmosfer di sana pun jadi menegang dan seolah pancaran cahaya jadi meredup.“Sonia itu beneran keponakan kamu? Kenapa marganya bukan Herdian?” tanya Melvin dengan tatapan matanya yang tajam seperti seekor rubah itu.“Terserah marganya dia apa, yang jelas dia manggil aku ‘Om’.”“Oh, begitu? Kirain cuma ngaku-ngaku!”“Aku nggak segabut itu sampai harus ngaku-ngaku dia sebagai keponakanku, apalagi ngaku-ngaku orang lain sebagai pacar!” kata Reza.“Kemarin malam Sonia setuju untuk jadi pacarku, itu bukan cuma sementara saja.”“Kalau begitu, berarti kamu juga harus manggil aku ‘Om’!”“.…”Sekembalinya mereka berdua ke ruang makan, Melvin merasa dirinya masih kalah jauh dibandingkan Reza. Pemikiran yang berkecamuk di kepalanya ini membuat dia uring-uringan dan jadi sensitif terhadap segala hal. Ak
Sonia jelas mengerti apa yang dirasakan oleh Ranty, hanya saja Sonia merasa bersimpati kepadanya. Tak lama kemudian, Matias pun tiba di restoran dan langsung menghubungi Ranty untuk menanyakan di ruangan mana dia berada.Karena tidak ingin mengganggu temannya, Sonia bangkit dari kursinya dan berkata, “Kalian ngobrol saja berdua, aku pulang duluan.”“Kan aku yang ngajak kamu, jadi aku juga yang harus antar kamu pulang. Lagian kamu kan juga kenal sama Matias, kenapa malah pergi?”“Terus aku jadi kambing congek saja, gitu?” balas Sonia bergurau, “Lagian kamu juga sudah minum banyak, gimana mau nyetir? Aku pulang naik taksi saja.”“Ya sudah. Sampai rumah nanti langsung kabari aku.”“Oke!”Ranty mengantar Sonia sampai ke depan restoran, tapi siapa yang menduga mereka malah berpapasan dengan Matias di lorong. Matias tampak mengenakan jas dan mengeluarkan aroma alkohol dari tubuhnya, seolah dia baru saja menghadiri perjamuan dengan orang lain. Dengan matanya yang berkilauan dan sikap yang han
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Sonia tiba di rumahnya. Setelah mandi, Sonia bersantai di sofa sambil memberi tahu Ranty kalau dia sudah sampai di rumah dengan selamat. Sekalian dia juga ingin menanyai apakah hubungan Ranty dengan Matias berjalan baik-baik saja.Telepon terus berdering dan baru diangkat ketika nada dering hampir berakhir, dan dari telepon itu Sonia mendengar suara Matias yang berkata, “Ranty lagi nggak bisa nerima telepon, ada yang perlu aku sampaikan?”Lalu dari telepon itu juga Sonia mendengar suara Ranty yang berbicara disertai dengan isak tangis, “Matias!”Sonia langsung menutup panggilan ketika mendengar suara itu, dan rona wajahnya pun memerah. Dasar … si Ranty ini memang paling tidak tahan menghadapi rayuan orang lain!***Keesokan siangnya, Sonia menerima sebuah paket berupa kotak besar. ketika dia baru pulang dari rumahnya keluarga Herdian. Di dalam kotak itu berisi perhiasan dan baju-baju yang Ranty berikan kemarin. Sonia memilih sepasang a
Tandy mengira Sonia akan menggunakan kesempatan ini untuk menceramahi dirinya, misalnya seperti mengatakan kalau murid yang baik tidak boleh berkelahi atau semacamnya.“Iya. Kamu bantuin teman kamu yang di-bully, bukannya itu berani kamu anak yang pemberani?”Tatapan mata Tandy yang polos langsung bercahaya, tapi kemudian dia dengan nada sedih berkata, “Tapi aku bikin kepala mereka bocor. Orang tua mereka sampai datang ke sekolah nyari aku, makanya guruku minta aku panggil orang tuaku juga ke sekolah.”“Gurumu nggak tahu kalau kamu dari keluarga Herdian?” tanya Sonia.“Di sekolah yang marganya Herdian nggak cuma satu. Lagian, di yang aku tulis cuma nama depan orang tuaku. Mereka kan orangnya nggak suka kelihatan mencolok.”“Jadi kamu mau aku berlagak jadi orang tua kamu?”“Tepat sekali!” sahut Tandy tersenyum menunjukkan gigi serinya.“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Pertama, aku bukan orang tuamu. Kalau sampai om kamu tahu, aku bisa kehilangan pekerjaan! Kedua, gimanapun juga, aku ini gurumu.
Sore harinya, Sonia mengajukan cuti setengah hari dan pergi bersama Tandy ke sekolahnya. Setibanya di sana, mereka berdua langsung menuju ke ruang kantor kepala sekolah. Mereka terus mengetuk pintu, tapi tak kunjung mendapatkan jawaban karena kepala sekolah sedang tidak ada di tempat. Guru yang lain tahu kalau Sonia datang untuk membicarakan masalah yang terjadi sebelumnya. Dia pun menawarkan segelas air untuk Sonia dan memintanya untuk menunggu sebentar.Secara tak disengaja, Sonia juga mendengar perbincangan dua orang guru yang ada di sana.“Siapa itu?”“Orang tua murid.”“Semuda itu? Dia kelihatan kayak masih mahasiswi!”Tandy yang menyadari kedua gurunya sedang membicarakan Sonia pun berkata, “Tenang saja. Nanti aku bakal kasih tahu mereka kalau omku memang suka sama cewek-cewek muda.”“.…”Sonia hanya ingin mengatakan bahwa … sebenarnya tanpa harus dijelaskan sekalipun, yang namanya pria pasti suka dengan gadis muda!Satu per satu setiap guru berdatangan ke ruang guru. Beberapa da
“Aku sudah dewasa, apalagi aku ini guru. Nggak sepantasnya aku terima sogokan. Ini salahku!”“Bagus!”Tiba-tiba Reza bersuara dan menatap mereka berdua melalui kaca spion tengah, “Setia kawan banget, ya? Gimana kalau sekarang kalian berdua bersumpah jadi saudara kandung saja?”Baik Sonia maupun Tandy tidak berani bicara apa-apa lagi. Reza pun terdiam sejenak dan berkata kepada Tandy, “Nggak ada salahnya membela yang lebih lemah selama kamu bisa menjamin keselamatan diri sendiri. Tapi kamu juga nggak perlu sekasar itu sama teman sekolah sendiri.”Tandy hanya menyahut perkataan Reza secara singkat.“Masalah ini memang bukan kamu yang salah, jadi aku juga nggak bakal marahin kamu!”“Makasih, Om!” seru Tandy gembira.“Tapi gimana kamu jelasin soal Sonia yang kamu suruh jadi orang tua murid?”Tadinya Sonia ingin menyampaikan pendapatnya, tapi dia langsung menutup mulut ketika melihat tatapan mata Reza melalui kaca spion tengah.Tandy pun menundukkan kepala dan berkata, “Iya, aku salah. Ngga
Sonia merasa Reza pasti sengaja mengatakan ini untuk menghancurkan harapannya sebagai bentuk pelajaran. Namun jika dipikir-pikir kembali, semua ini memang salah Sonia. Reza memutuskan untuk tidak memecat Sonia saja sudah bagus. Reza sampai bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa yang ada di pikiran Sonia ketika melihat ekspresi Sonia yang semula panik perlahan-lahan kembali tenang, bahkan tampak seperti lega.“Aku antar kamu balik ke sekolah?” tanya Reza sembari menyalakan mesin mobilnya.“Boleh,” jawab Sonia. ***Setengah jam kemudian, Bentley Mulsanne yang Reza kemudikan berhenti tepat di depan pintu masuk sekolah tempat Sonia bekerja. Sonia pun turun dari mobilnya dan berkata sambil tersenyum, “Makasih, ya, Pak Reza.”“Nggak perlu terima kasih! Justru aku yang harusnya berterima kasih karena kamu sudah mau pura-pura jadi istriku, bukan mamaku!”“Kamu juga nggak perlu berterima kasih!” balas Sonia.Sebenarnya, bukan Sonia yang tidak mau berpura-pura menjadi ibunya Reza, tapi Tandy-l
Komputer dan layar yang ada di depan menyala. Sonia mengklik gambar logo kepala elang yang ada di desktop dan langsung di-redirect menuju ke window untuk memasukkan password. Dengan secepat kilat Sonia mengetik password sebanyak enam digit dan muncullah sebuah 3D file yang terisi oleh sebuah gambar.Sonia membaca sepintas isi yang terkandung di file tersebut sambil berkata, “Setengah bulan yang lalu, keluarga Hadiman menang lelang artefak burung berkepala manusia di London. Sewaktu barangnya dibawa pulang, pesawat yang ngangkut artefak itu mendarat di perbatasan Mongolia. Keberadaan artefak itu sekarang nggak jelas. Keluarga Hadiman minta bantuan kami untuk nyari artefak itu, dengan imbalan sebesar 24 miliar! Mau sikat?” tanya Sonia.“Sikat. Kebetulan aku lagi ada di sekitar sini. Aku sudah dapat beberapa petunjuk,” ujar suara yang berasal dari monitor itu.“Oke, aku kirim foto dan informasi tentang orang terkait ke kamu. Ariel, bantu Eka,” seru Sonia.“Siap!” sahut Ariel.Mereka berti
Ketika mendengar nada bicara Jason, hati Kelly spontan gemetar. Dia membalas dengan suara rendah, “Oh!”Kelly meletakkan dokumen di tangan, lalu meminum setengah gelas air berusaha untuk menenangkan dirinya. Kemudian, dia baru berjalan ke luar.Setibanya di bawah gedung perusahaan, ternyata mobil Jason memang sedang diparkirkan di sana.Baru saja Kelly membuka pintu mobil baris belakang, tiba-tiba terdengar suara pria dari bangku pengemudi. “Duduk depan!”Kelly sungguh tidak menyangka Jason akan mengendarai mobilnya sendiri. Kelly pun duduk di bangku samping pengemudi.Setelah Jason mabuk malam hari itu, ini adalah pertama kalinya mereka berjumpa lagi. Ketika melihat Jason, Kelly spontan kepikiran dengan ucapannya malam hari itu. Raut wajahnya kelihatan tidak alami, dia bahkan tidak berani untuk mengangkat kepalanya.Suasana di dalam mobil sangat hening. Jason tidak berbicara, hanya menunjukkan ekspresi muramnya saja. Kelly juga tidak berbicara.Setelah terdiam beberapa saat, Jason ber
Dulu, Kelly pasti akan langsung menolak. Namun sekarang, Kelly malah merasa ragu.Kelly mesti membayar utang Yerin dan mesti merawat ayahnya. Dia sangat membutuhkan uang!Ketika menyadari Kelly tidak berbicara, Kenneth pun melanjutkan, “Hubungan kerja di perusahaanmu sangat rumit. Susah untuk bisa naik jabatan. Kamu juga mesti menghadapi banyak jenis klien. Kalau kamu ke perusahaanku, aku jamin kamu bisa mendapatkan berkali-kali lipat lebih banyak daripada perusahaanmu yang sekarang!”Kelly terdiam sejenak. Dia sedang merenung. “Kamu beri aku waktu untuk pertimbangkan masalah ini dulu!”Waktu itu, Kelly langsung menolak. Kali ini, dia mengatakan dirinya perlu waktu untuk mempertimbangkannya. Jadi, Kenneth seolah-olah melihat adanya secercah cahaya. Dia segera berkata dengan tersenyum, “Nggak masalah. Kamu pertimbangkan dulu dengan baik. Aku akan sambut kedatanganmu kapan saja!”…Jason membawa Howard pergi menemui seorang klien. Baru saja dia menuruni mobil berjalan ke dalam restoran,
Kening Kelly berkerut. Dia tidak tahu ada masalah seperti ini.“Tadi perusahaan kami juga membuka rapat khusus membahas persoalan ini. Kami memutuskan Pak Iwan tidak perlu melakukan kompensasi apa pun. Kemudian, semua biaya pengobatan dan pemulihan Pak Iwan akan ditanggung oleh perusahaan!”Kelly sungguh merasa syok. “Ayahku memang sudah membantu mengurangi kerugian perusahaan, tapi dia juga bertanggung jawab atas insiden kebakaran. Aku nggak bisa tinggal diam saja!”“Aku tahu Nona Kelly itu orang yang bertanggung jawab. Hasil akhir ini adalah hasil dari diskusi para petinggi. Jadi, Nona Kelly tidak perlu merasa bersalah. Kami melakukan keputusan seperti ini pasti ada alasannya.”Kelly sungguh tidak menyangka Tito akan bersikap sangat lapang dada. Dia berdiri, lalu membungkukkan tubuhnya ke hadapan Tito demi menunjukkan rasa bersalahnya. “Aku mewakili ayahku untuk minta maaf terhadap perusahaan. Aku benar-benar minta maaf!”“Jangan bersikap seperti ini!” Tito merasa panik langsung berd
Sonia menjinjit ujung kakinya, lalu mencium bibir Reza.Reza tertegun sejenak. Tatapannya mulai mendalam. Reza menggendong Sonia, lalu menciumnya sembari membawanya ke dalam kamar mandi.Di dalam bathtub yang berisi air hangat. Sonia bersandar di depan dada Reza. Kemudian, dia menceritakan semua kejadian keluarganya Kelly kepada Reza.Reza setengah bersandar di dalam bathtub. Dia membengkokkan sedikit kaki panjangnya. Sesekali dia membelai rambut panjang Sonia. Reza berkata dengan suara rendah, “Perusahaan Teknologi Yorna memang adalah milik Jason. Aku tahu masalah ayahnya Kelly bekerja di sana. Kamu tidak usah khawatir. Ada Jason yang akan mengatasi masalah ini.”Sonia mengangguk, lalu tersenyum menyindir. “Sekarang Kelly sudah putus hubungan sama keluarganya. Mengenai hal ini, aku merasa kami cukup mirip!”Gerakan Reza semakin lembut lagi. “Putus hubungan belum tentu hal buruk. Sudah terlanjur ada jarak di antara mereka. Daripada terjadi semakin banyak masalah, lebih baik diakhiri sa
“Jadi, tadi aku suruh anak buahku untuk menyelidiki Perusahaan Teknologi Yorna. Ternyata perusahaan itu anak perusahaan Gunawan Group!” Ranty tersenyum lebar. “Apa kamu sudah mengerti?”Sonia merasa agak syok, seolah-olah semua itu juga sangat masuk akal. Dia mengangguk, lalu berkata, “Pantas saja!”Pantas saja sebelumnya Iwan bisa menemukan pekerjaan dengan begitu cepat. Ternyata semua itu diatur oleh Jason. “Kita nggak usah ikut campur dulu. Jason pasti sudah mengatur semuanya!” ujar Ranty.Sonia mengangguk. “Oke!”Saat mereka berdua sedang berbicara, Matias terus mengirim pesan kepada Ranty.Sonia berkata, “Kamu pulang dulu sana. Ada aku yang menemani Kelly!”“Emm!” Ranty menyimpan ponselnya. “Kalau begitu, aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa, ingat telepon aku. Sekalian beri tahu Kelly, dia seharusnya gembira untuk memutuskan hubungan dengan keluarganya. Jangan galau lagi!”“Kelly akan mencerna masalahnya sendiri!” balas Sonia, lalu menyerahkan kunci mobilnya kepada Ranty. “Kamu se
“Kalau begitu, kita bicarakan lagi di kemudian hari. Kamu tidak usah khawatir!” Tito berusaha menenangkannya.Kelly menyadari manajer perusahaan begitu gampang diajak kompromi. Dia pun semakin merasa bersalah. “Biasanya aku mesti bekerja. Jadi, aku hanya bisa menjaga ayahku di malam hari.”“Dengar-dengar kamu punya seorang putri. Kamu cukup jaga putrimu saja. Kami akan mempekerjakan perawat untuk menjaga ayahmu selama 24 jam. Kamu tidak perlu mencemaskan apa pun. Pak Iwan terluka di perusahaan kita. Kita juga mesti tanggung jawab!”Sikap pihak Perusahaan Teknologi Yorna sungguh bagus.Kedua mata Ranty berkilauan. Dia memalingkan kepalanya bertatapan dengan Sonia, lalu menunjukkan senyuman bandel di wajahnya.Setelah memastikan ada perawat yang menjaga Iwan, Sonia pun mengantar Kelly pulang ke rumah.Saat mereka berjalan keluar rumah sakit, langit pun sudah gelap. Sonia pergi mengendarai mobil, kemudian mengantar mereka berdua pulang.Tak lama setelah Sonia pergi, mobil Rolls Royce yang
Perjanjian dibuat dalam dua salinan. Di atasnya tertera jelas bahwa mulai hari ini, ibu mereka, Sandora, akan dirawat oleh Kenzo, sedangkan ayah mereka, Iwan, akan dirawat oleh Kelly. Ke depannya, urusan hidup, mati, sakit, atau lainnya, tidak akan ada kaitan antara kedua pihak!Wilona menambahkan satu poin lagi, rumah yang mereka tempati sekarang juga tidak ada hubungannya dengan Kelly maupun Iwan.Kelly tidak berkomentar lain dan membiarkan Ranty menambahkannya ke dalam perjanjian.Kedua belah pihak kemudian menandatangani dan membubuhkan sidik jari mereka. Perjanjian tersebut resmi berlaku.“Kelly!” Kenzo menatap Kelly dengan tatapan lara. Dia sungguh tidak menyangka keluarganya akan berubah menjadi seperti ini!Wilona menarik Kenzo pergi. Betapa inginnya dia segera memutuskan hubungan dengan Kelly. Alangkah baiknya mereka tidak akan bertemu lagi untuk selamanya.Mereka bertiga sudah pergi. Suasana di dalam koridor menjadi hening dalam seketika. Hati Kelly terasa hampa. Konon katany
“Hari ini kamu malah suruh aku bayar ganti rugi 20 miliar. Apa kamu kira tubuhku ini setara dengan 20 miliar?”“Aku selalu mengalah karena aku tahu betapa menderitanya hidupmu. Aku tahu nggak gampang untuk kamu membesarkanku dan Kak Kenzo. Tapi, kamu malah nggak kasihan sama aku. Yang ada kamu malah selalu berpikir untuk mencampakkanku!”Ucapan Kelly telah mempermalukan Sandora. Tiba-tiba dia menutup wajahnya sembari menangis dengan kuat. “Kelly, aku juga tidak berdaya. Aku benar-benar tidak berdaya. Kamu itu anak perempuan. Setidaknya akan ada pria yang menikahimu. Kalau aku tidak membantu kakakmu, siapa lagi yang bisa diandalkan kakakmu?”Kelly sungguh merasa sedih. Dia mengangguk dengan perlahan. “Kalau begitu, kita katakan semuanya dengan jelas hari ini. Aku akan ganti rugi dalam perkara Ayah. Anggap saja aku sudah membalas jerih payahmu dalam membesarkanku. Ke depannya kita nggak usah saling berhubungan lagi. Kamu hanya perlu mengurus Kak Kenzo saja!”Setelah Sandora mendengar uca
Sandora tertegun di tempat. Terlihat ekspresi tidak percaya dan takut di wajahnya. Dia segera memalingkan kepalanya untuk menatap Tito. “Apa … apa benar seperti itu?”Tito membalas dengan serius, “Pak Iwan lagi dalam proses penyelamatan. Tadinya aku mau menunggu hasil operasi, baru membahas persoalan ini. Mengenai berapa jumlah ganti ruginya, semuanya perlu diperhitungkan oleh tim perusahaan.”Saat ini, Sandora tidak bersikap searogan tadi lagi, dia malah terasa gugup. Nada bicaranya juga terdengar bergetar. “Emm … kira-kira berapa?”Pria lainnya berkata, “Benar apa kata Nona Kelly. Jika dihitung secara kasar, setidaknya mencapai 20 miliar.”Pandangan Sandora seketika menjadi gelap. Dia langsung jatuh pingsan di tempat.Wilona yang berdiri di samping segera memapahnya. “Ibu! Ibu!”Ranty yang berdiri di samping berkata dengan tersenyum dingin, “Ketika disuruh ganti rugi, malah mulai pura-pura mati!”Sandora melebarkan matanya dengan perlahan, kemudian mulai menangis dengan histeris. “Da