Suara lelaki itu terdengar sangat ringan dan juga hangat seperti mentari di musim semi. Terasa begitu sejuk dan juga nyaman. Sonia berbalik dan memandangi lelaki asing itu dengan tatapan tidak mengerti.Lelaki itu maju dua langkah sambil menatap Sonia. Sebersit sorot cahaya melintas di mata lelaki itu.“Meski nggak harus bayar dengan sesuatu yang berharga, setidaknya traktir makan juga nggak masalah, bukan?”Setelah mengatakan kalimat itu, dia mengulurkan tangannya dan berkata, “Kenalan dulu, namaku Melvin.”Sonia memandangi telapak tangan di hadapannya tanpa membalasnya, kemudian dia berbalik pergi begitu saja. Melvin melongo terkejut di tempatnya dan bergegas mengejar langkah perempuan itu.“Hei! Kamu nggak ngerti apa yang aku katakan?”Langkah Sonia berhenti dan menatapnya sambil menjawab, “Ngerti, tapi kamu nggak butuh traktiran aku. Tanpamu aku juga bisa membereskan masalah tadi seorang diri. Nggak perlu saling kenalan juga, aku harus segera masuk kelas.”Setelah mengatakan kalima
Sonia berjalan lurus ke arah mobil Melvin. Akan tetapi dia tidak mengambil bunga-bunga mawar segar itu, melainkan langsung membuka pintu di posisi kemudi dan menekan tombol kunci. Setelah itu dia menghidupkan mesin dan melajukan mobil tersebut ke arah jalan raya.Gerakan tersebut membuat seluruh orang yang melihatnya tampak tercengang di tempat termasuk Melvin. Senyuman di wajah lelaki itu perlahan-lahan berubah kaku. Dia tidak menyangka bahwa Sonia tidak mengambil bunganya, tetapi dia membawa bunga beserta mobilnya juga.Saat ini dia berdiri di tengah kerumunan dengan tangan yang masih menggenggam satu tangkai bunga dan menjadi pusat perhatian semua orang. Wajahnya menggelap dan terlihat sangat emosi. Untuk sekarang dia ingin sekali mencekik leher Sonia hingga perempuan itu kehabisan napas.Sebenarnya orang seperti apa yang Hana minta dirinya taklukin? Pantas saja perempuan itu rela kehilangan uang ratusan triliun. Apakah Hana sengaja mempermainkan dirinya?Semua orang yang ada di san
Keesokan harinya, Melvin sudah menebak waktu Sonia keluar dari toko mie. Dia memberikan kode pada beberapa orang anak buah yang ada di belakangnya dan memberikan perintah, “Lakukan dengan maksimal dan terlihat asli.”Beberapa anak buahnya yang sedang menyamar menjadi preman biasa tampak mengangguk mengerti dan berjalan menuju toko mie. Melvin bersandar pada tiang beton sambil merokok. Sekitar sepuluh menit kemudian, dia mematikan puntung rokoknya dan berjalan masuk dengan gerakan santai.Sekarang merupakan jam makan para mahasiswi kampus, oleh karena itu anak buahnya membawa Sonia ke tempat yang lebih terpencil. Setelah melewati beberapa tembok tinggi, suara ribut mereka nantinya akan tersamarkan.Melvin bisa membayangkan keadaan Sonia dengan baju yang berantakan dan tengah tergeletak tidak berdaya di tanah. Di saat perempuan itu tengah merasa putus asa, dia akan muncul bagaikan seorang pahlawan. Sonia akan memandangnya dengan mata berbinar dan penuh harus serta rasa terima kasih.Untu
Kebetulan Reza juga ada urusan sewaktu Sonia pergi, jadi Reza sekalian mengantar Sonia ke pusat kota. Sonia masih merasa tidak nyaman harus berduaan dengan Reza di tempat yang sempit dan tertutup, makanya dia sering kali buang muka berpura-pura melihat pemandangan.Begitu mobil memasuki jalan raya beraspal, Reza fokus melihat ke depan sambil membuka pembicaraan dengan Sonia, “Melvin lagi dekatin kamu, ya?”“Eh?”Spontan Sonia langsung menoleh ke arah Reza karena dia terkejut bahwa ternyata Reza juga sudah tahu.“Waktu itu aku lihat dia ngasih kamu bunga di depan Jembara University.”“Ooh, iya!”“Sebelum kamu pertimbangkan mau sama dia atau nggak, aku masih kasih tahu satu hal. Dia itu sepupunya Hana. Mamanya Hana itu tantenya Melvin,” tutur Reza lirih.Ternyata … seperti itu ceritanya!“Aku nggak tahu si Melvin itu beneran suka sama kamu atau nggak, tapi aku rasa aku punya tanggung jawab untuk kasih tahu hal ini ke kamu. Tapi, soal kamu masih mau sama dia atau nggak, itu keputusan kamu
Ucapan temannya itu sangat frontal sampai membuat Siska merasa malu. Jujur saja, awalnya Siska masih ingin mengelak, tapi dia berubah pikiran dan hanya tersenyum menjawabnya, “Aku juga nggak tahu kenapa dia bisa suka sama aku.”Sonia spontan menoleh ke arah wanita yang dipanggil dengan nama Siska itu. Dari tadi Sonia memang merasa dia agak familier, dan setelah diingat-ingat kembali, Siska itu memang pernah memerankan seorang karakter utama di salah satu drama yang dulu Yeni tonton. Drama itu memang tidak tayang terlalu lama, tapi setiap episodenya sangat seru. Yeni juga bilang sangat disayangkan drama tersebut tidak laku di pasaran.Selain itu, Sonia juga ingat dengan wanita yang mengenakan gaun biru itu, dia adalah seorang aktris baru bernama Tiara.“Asal ada Reza, kamu bisa dapat apa pun yang kamu mau. Kalau nanti kamu sudah terkenal, jangan lupa bantu aku juga, ya,” kata Tiara.“Buat apa aku bantuin lagi, bukannya kamu sudah punya Matias?”“Aku sudah mati-matian ngedapetin hatinya
Kerumunan orang yang hanya datang untuk melihat semuanya sudah diusir pergi oleh Daniela, dan sekarang hanya ada petugas keamanan saja yang masih berjaga di sana. Ketika Reza sampai, secara spontan semua orang langsung minggir ke samping, menyisakan jalan yang luas di tengah untuk Reza lewati.“Maaf acara makan-makan Pak Reza jadi terganggu,” kata Devi sembari memapah Siska.“Kenapa ini?” tanya Reza. Akan tetapi kedua matanya langsung menyipit ketika dia menyadari Sonia juga ada di sana.Raut wajah Daniela langsung berubah dan melindungi Sonia di belakangnya. Dia tidak mengira kalau yang datang ternyata adalah Reza Herdian, tak heran dari tadi Siska sama sekali tidak takut.Devi menjelaskan semua yang terjadi dengan rinci kepada Reza, tentunya ditambah bumbu-bumbu penyedap seperti perbuatan Sonia yang membenturkan Siska ke tembok, membuat kakinya yang baru saja membaik lagi-lagi terluka.Sebenarnya Sonia sendiri santai saja ketika melihat Reza datang. Hanya saja … dia masih tidak habi
Reza juga melirik Melvin dengan gayanya yang santai tanpa bicara sedikit pun, seakan-akan memang sedang menunggu Melvin memanggilnya.“Kapan-kapan aku dan Sonia bakal datang berkunjung!” kata Melvin.Ekspresi wajah Siska juga langsung berubah dari yang awalnya penuh dengan kebencian kini menjadi sangat ramah. Dia mendekati Sonia dan berkata dengan senyum, “Oh, ternyata kamu keponakannya Pak Reza. Yang tadi itu cuma salah paham! Temperamennya Devi memang jelek, kadang ngomong suka nggak mikir dulu, jadi jangan dimasukkin ke hati, ya.”Devi juga segera meminta maaf, “Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu keponakannya Pak Reza. Ini semua salahku.”Begitu pula dengan Tiara yang segera mendatangi Sonia dan meminta maaf dengan tulus, “Sonia, aku benar-benar minta maaf!”Hanya karena sebutan “Om”, dalam sekejap sikap semua orang langsung berubah 180 derajat.“Untuk Tiara, jangan panggil aku Sonia. Kamu harus manggil aku Non Sonia!”Wajah Tiara langsung memucat. Tadinya dia mengira Reza akan m
Saat ini di lorong hanya tinggal Reza dan Melvin. Tinggi badan mereka berdua tidak terlalu jauh, dan juga mereka sama-sama memiliki paras serta perangai yang mencolok dibandingkan orang kebanyakan. Atmosfer di sana pun jadi menegang dan seolah pancaran cahaya jadi meredup.“Sonia itu beneran keponakan kamu? Kenapa marganya bukan Herdian?” tanya Melvin dengan tatapan matanya yang tajam seperti seekor rubah itu.“Terserah marganya dia apa, yang jelas dia manggil aku ‘Om’.”“Oh, begitu? Kirain cuma ngaku-ngaku!”“Aku nggak segabut itu sampai harus ngaku-ngaku dia sebagai keponakanku, apalagi ngaku-ngaku orang lain sebagai pacar!” kata Reza.“Kemarin malam Sonia setuju untuk jadi pacarku, itu bukan cuma sementara saja.”“Kalau begitu, berarti kamu juga harus manggil aku ‘Om’!”“.…”Sekembalinya mereka berdua ke ruang makan, Melvin merasa dirinya masih kalah jauh dibandingkan Reza. Pemikiran yang berkecamuk di kepalanya ini membuat dia uring-uringan dan jadi sensitif terhadap segala hal. Ak
Felix mengira Hendri ingin mencairkan aset dan mengira Welly memang sengaja dimasukkan ke perusahaan olehnya, jadi Felix pun tidak berani ikut campur dalam urusan itu.Akibatnya, Welly menjadi semakin semena-mena saja. Dia diam-diam menerima suap dari klien dan menyalahgunakan dana pembayaran barang, membuat produk menjadi kacau balas. Hendri malah tidak mengetahui masalah ini sama sekali.Hari ini, saat menemukan masalah dalam laporan keuangan, Hendri memanggil Felix dan staf keuangan. Saat itu, Hendri baru mengetahui bahwa Welly telah meraup keuntungan sebesar itu.Tentu saja, semua itu tidak terlepas dari bantuan Stella. Jika dugaannya tidak salah, Stella bahkan membantu Welly diam-diam mencap stempel resmi perusahaan.Saat perjalanan pulang, Hendri sudah emosi tinggi!Stella sungguh merasa syok dan tidak berhenti melangkah mundur. “Aku nggak tahu. Aku nggak tahu apa-apa.”“Welly apaan?” tanya Reviana dengan kaget.Hendri menceritakan secara ringkas kondisi perusahaan, lalu bertanya
Stella benar-benar tidak habis pikir. Jelas-jelas Sonia telah diinjak mati-matian. Kenapa dia masih bisa bangkit kembali?Cucu perempuan dari Keluarga Bina, Bos dari GK Jewelry, istri dari Presdir Herdian Group … bagaimana Sonia bisa melakukannya!Selama ini, Sonia tidak pernah kembali dan merespons. Apakah dia sedang menunggu untuk menghancurkan mereka di saat paling bahagia mereka?Pasti seperti itu. Sonia memang licik.Panggilan Keluarga Tamara tidak terhubung, sepertinya mereka tidak bisa diandalkan lagi. Keluarga Dikara telah celaka. Reza dan Keluarga Bina tidak akan melepaskan Keluarga Dikara!Ketika melihat Reviana yang semakin emosi, Stella membalikkan tubuhnya berjalan ke lantai atas dengan tatapan datar. Dia kembali ke kamarnya sendiri, lalu menelepon, “Kamu lagi di mana?”Welly membalas, “Kak, apa sudah terjadi sesuatu dengan Keluarga Dikara?”“Iya!”“Kalau begitu, kamu cepat pergi, jangan tunda waktu lagi!” Welly merendahkan suaranya. “Lagi pula, aku sudah mendapatkan uang.
Sejak lahir, Sonia sudah berjalan berlawanan arah dengan Keluarga Dikara. Sekarang dia sudah memiliki begitu banyak, tidak mungkin baginya untuk kembali dan mencari kembali kekurangan dari Keluarga Dikara.Selama belasan tahun hidup di luar, setiap harinya dia hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup, sedangkan setiap harinya Stella berpikir bagaimana menikmati hidupnya di Keluarga Dikara. Stella yang seperti itu lebih cocok dengan Reviana. Sonia pun merupakan satu-satunya yang tidak cocok di antara mereka!Jadi, saat bertemu waktu itu, mereka pun sudah ditakdirkan untuk memiliki akhir seperti ini.“Boleh serakah!” Reza menatap wajah indah Sonia. “Aku akan memberimu semua yang kamu inginkan!”“Jangan bohongi aku! Kamu bahkan nggak kasih aku makan es krim!” Sonia tersenyum lebar.“Kamu boleh coba minta yang lain!” Terdengar nada hasutan dari suara Reza.Sonia memutar bola matanya. “Bagaimana dengan kasih seorang ibu?”Reza langsung menunjukkan ekspresi canggung. Tatapanny
Mata Sonia berkilauan. Dia pun menggigit bibirnya sembari tersenyum tipis.Reza menggenggam tangan Sonia. “Kalau kamu ingin ngobrol sama Sonia, lain hari saja, ya? Dia sudah capek seharian, berhadapan dengan banyak reporter. Kamu biarkan dia istirahat dulu baru temani kamu mengobrol!”Lysa segera berkata, “Semua salahku. Kalau begitu, kamu segera bawa Sonia ke lantai atas.”Reza menggandeng Sonia ke lantai atas. Sonia menoleh, lalu mengucapkan selamat malam kepada Lysa.Di belokan, Tandy melihat Tasya yang berada di belakangnya sekilas. Dia berkata dengan nada bicara sedikit provokasi, “Apa kamu mau cari Bibi Sonia lagi?”Tasya sungguh kehabisan kata-kata. “Paman Reza menjaganya dengan sangat ketat. Sonia pasti sangat membencinya. Seharusnya kita pergi menyelamatkan Sonia!”Tandy menoleh berjalan ke sisi kamarnya sembari mendengus dingin. “Kalau mau pergi, kamu pergi sendiri saja, jangan bawa-bawa aku. Aku masih berharap Paman Reza bisa ajari aku tinju di saat liburan musim dingin nant
Waktu itu Devin benar-benar sempat tergerak. Dia hampir saja menyetujui Keluarga Tamara.Kemudian, setelah menenangkan diri dan memikirkan orang-orang di belakang Sonia, seperti Aska, Jemmy, Devin juga pernah mendengar masalah pernikahan Sonia dan Reza, alhasil Devin pun tidak berani sembarangan berpihak.Sekarang setelah dipikir-pikir, ternyata langkah yang diambilnya itu benar!Mungkin karena Devin terlalu terburu-buru dalam membela diri, meskipun bicaranya terlihat tenang, tetap saja telah menunjukkan celah. Jemmy mengangkat mata menatap Devin tatapan yang dalam, lalu menoleh untuk mengambil teh.Reza memandangnya dengan tenang, lalu berkata dengan tersenyum tipis, “Kalau begitu, terima kasih, Tuan Devin!”“Tuan Reza tidak usah sungkan. Hubungan Rose dan Sonia sangat akrab. Kita itu juga teman!” ucap Devin dengan lembut.Reza sedikit mengangguk. Kebetulan ada panggilan masuk. Topik pembicaraan pun berhenti sampai di sini.Rose meninggalkan Devin untuk mengobrol dengan Reza dan yang
“Sebenarnya aku nggak bersedia melihat Keluarga Dikara menjadi seperti ini, tapi semua ini juga akibat dari perbuatan mereka!” Cindy mendengus. “Oh, ya, itu … ketua asosiasi desain … keluar untuk minta maaf sama kamu. Respons mereka sangat cepat. Apa kamu sudah melihatnya?”“Instagram dan beberapa platform lainnya mengalami gangguan, sampai sekarang masih nggak bisa diakses!” Cindy berkata dengan nada meremehkan, “Orang-orang yang sebelumnya memakimu beralih untuk memaki Paman Hendri, Bibi Reviana, dan Stella.”“Aku sudah nggak ada perasaan sama mereka. Tapi, penggemarmu baik sekali. Bahkan saat kamu diserang habis-habisan di internet, mereka masih saja membelamu. Sekarang setelah identitasmu terekspos, mereka juga nggak memamerkannya, hanya diam-diam merasa gembira saja!” Rasanya dilindungi membuat hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih. Terima kasih, ya!”“Nggak usah bersikap sungkan. Aku tahu kamu pasti akan kembali dan menampar semua orang yang sudah memfitnahmu. Aku lagi menungg
“Kamu saja belum menikah. Kenapa kamu malah mengurusku?” Yandi melirik Morgan sekilas. “Kalau mau menikah, seharusnya kamu menikah duluan!”Terlihat rasa acuh tak acuh di atas wajah tampan Morgan. “Aku tidak pernah kepikiran soal menikah!”Yandi tersenyum lebar. “Aku sama sepertimu!”“Mengenai hal ini, lebih baik kamu jangan ikuti aku. Lagi pula, bukan hal bagus juga!” Morgan mendengus dingin.Yandi tidak berbicara, hanya tersenyum saja.Tasya kembali ke sisi Sonia. Dia masih kelihatan tidak fokus. Ketika melihat sup ayam yang diterlantarkan di atas meja tamu, hatinya semakin penat lagi.Tatapan Tasya tertuju pada bayangan tubuh tinggi di luar jendela. Dia bertanya pada Sonia, “Ada apa dengan Bos Yandi? Kulihat raut wajahnya nggak terlalu bagus.”Sonia berkata, “Dia terluka!”“Hah?” Tasya hampir saja menjerit lantaran merasa kaget. Dia pun melihat sekeliling dengan gugup, lalu merendahkan nada bicaranya dan bertanya dengan khawatir, “Apa serius?”“Serius, tapi mungkin itu bukan apa-apa
Di sisi lain, Lysa menggandeng tangan Sonia sembari berbicara. Dia sungguh merasa sakit hati ketika melihat Sonia. “Kenapa kamu semakin kurus lagi? Kamu tidak usah peduli dengan apa yang dikatakan di internet, biarkan Reza saja yang menyelesaikannya!”Sonia mengusap wajahnya sendiri. “Nggak, kok. Mungkin karena kelamaan nggak melihatku, makanya kamu merasa aku kurusan!”“Selama beberapa hari ini, kamu tinggal di rumah saja. Aku akan suruh pelayan untuk bikin makanan bergizi buat kamu!”Ranty memutar bola matanya, kemudian berkata dengan tersenyum, “Bibi Lysa, Sonia baru saja kembali, masih belum melepas rindu sama kami, kamu serahkan Sonia beberapa hari kepada kami, ya? Nanti kami akan kembalikan kepadamu, oke?”Lysa berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, malam ini kamu mesti tinggal di rumah, ya. Selama di luar, kalian ingat untuk jaga dia dengan baik!”“Kamu tenang saja. Aku juga berharap bisa kasih lemak yang kutimbun selama beberapa hari ini kepada Sonia!”Lysa pun tertawa terbah
Bondan melihat Tiffany bermaksud ingin mengalahkannya. Dia pun tidak membantah, melainkan berkata dengan mengangguk, “Benar apa katamu!”Tiffany tidak menghiraukan sikap acuh tak acuh pria itu. Dia hanya berkata, “Setelah identitas sehebat ini terekspos, aku ingin lihat nasib Keluarga Dikara!”Bondan mengangkat-angkat alisnya. “Aku merasa Kak Reza juga cukup serbasalah. Bagaimanapun, mereka adalah orang tua kandung Sonia, ada hubungan darah!”Tiffany tersenyum dingin. “Saat mereka mencelakai Sonia, mereka nggak kepikiran Sonia itu anak kandung mereka. Jadi, nggak usah berbelas kasihan sama orang seperti mereka!”Bondan menatapnya. Terlihat sedikit senyuman di atas wajah tampannya. “Aku cukup kagum dengan sikap tegasmu!”Dari masalah kali ini, Tiffany merasa Bondan juga cukup baik. Setidaknya, dia bukan anak orang kaya yang hanya tahu bersenang-senang dan berfoya-foya saja.Tiffany berkata dengan lantang, “Kelak setelah pertunangan kita dibatalkan, kita juga bisa menjadi teman!”Bondan