Share

Bab 11

Penulis: Musim Gugur
Dosen pelajaran bahasa asing kali ini berasal dari luar negeri dengan wajah yang tampan. Chenny kerap bilang padanya kalau dosennya yang ini merupakan sosok idamannya yang sempurna.

Saat masuk ke dalam kelas, banyak mata yang memandang Sonia. Sepertinya mereka semua sudah melihat atau mendengar apa yang baru saja terjadi di lantai bawah. Tatapan semua orang terlihat ada yang kagum, menertawakan bahkan ada yang meremehkan sikap Sonia.

Tidak ada perubahan ekspresi yang berarti di wajah perempuan itu. Dia dan Chenny memilih tempat duduk dan mengeluarkan peralatan kuliahnya sambil fokus mendengarkan pelajaran.

Setelah jam kuliah tersebut telah selesai, Chenny memanfaatkan kesempatan untuk bertanya pada sang dosen agar bisa mendekatkan dirinya dengan lelaki itu. Sedangkan Sonia hanya duduk di tempatnya sambil menunggu perempuan itu.

Sekitar sepuluh menit kemudian, tidak ada tanda-tanda Chenny yang akan menyudahi kegiatannya. Sonia memutuskan untuk berdiri dan pergi ke toilet dulu. Ketika dia baru keluar dari toilet dan hendak kembali ke kelas, Melia dan teman-temannya sedang berjalan ke arahnya dari depan.

Melia memandangi Sonia dengan tajam dan wajah berapi-api. Ketika jarak keduanya sudah dekat, perempuan itu menggunakan tubuhnya untuk menghalangi jalan yang akan dilewati oleh Sonia. Setelah itu dia memberikan peringatan, “Lain kali jauhi Andre!”

“Kamu bilang saja pada Andre,” balas Sonia dengan tenang.

Raut wajah Melia seketika berubah kaku. “Songong, ya, kamu?!”

Perempuan itu sudah terbiasa bersikap angkuh dan ingin membalaskan dendam beberapa hari yang lalu pada Sonia. Dia memanfaatkan kesempatan kali ini untuk melayangkan tamparan pada wajah Sonia dengan alasan untuk membela Andre.

Namun sebelum telapak tangan perempuan itu mendarat di wajahnya, Sonia sudah mengangkat kakinya dan melayangkan tendangannya di kaki kiri Melia hingga patah. Wajah polos Sonia membuat orang salah sangka dan mengira dia memiliki sifat yang lembut dan mudah ditindas.

Pada kenyataannya, caranya untuk menyelesaikan masalah sangat tidak basa-basi dan tidak banyak bicara.

Satu jam kemudian, Sonia terlihat sedang berdiri di depan ruang Pak Santo, Melia sudah dibawa ke rumah sakit. Saat ini, ayahnya Melia yang bernama Doni tengah marah besar di ruang kerjanya Pak Santo.

Bagian konseling mengatakan bahwa Sonia tidak bersalah karena dia hanya mencoba melindungi dirinya. Melia yang lebih dulu ingin menyerangnya dengan tamparan di wajah perempuan itu. Dengan emosi memuncak, Doni menunjuk lelaki itu dan berkata,

“Kenapa kamu begitu membela orang licik ini?! Dia yang merayu kekasihnya Melia! Jelas sekali dia bukan orang yang baik! Jangan-jangan kalian ada hubungan apa-apa lagi?!”

Kalimat tersebut membuat emosi sang petugas konseling memuncak dan berkata dengan nada tinggi, “Bapak jangan menyebar fitnah!"

“Pak, ucapan Bapak sepertinya sedikit keterlaluan. Bapak sudah menyebar berita fitnah, dan kami berhak untuk menggugat Bapak!” kata Santo dengan wajah menegang kaku.

Mendengar kalimat tersebut membuat Doni merasa malu dan juga marah. “Saya nggak peduli dengan urusan kalian, tapi kalian wajib kasih pertanggungjawaban buat Melia! Kalau nggak keluarkan gadis ini, saya akan tarik sumbangan 20 miliar yang sudah saya berikan!”

Keluarga Melia memang merupakan keluarga kaya raya. Tahun lalu Doni menyumbangkan uang ketika kampus mereka tengah membangun sebuah perpustakaan yang baru.

“Saya merupakan orang yang sudah berjasa bagi universitas ini! Sekarang kalian memperlakukan saya seperti ini demi seorang mahasiswi miskin?! Kembalikan uangnya sekarang!” kata Doni sambil berkacak pinggang dan mendongak angkuh.

“Kalau begitu mohon kelonggarannya untuk beberapa hari ke depan,” ujar Santo. Dia tidak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Akan tetapi, dia memiliki harga diri sehingga Santo memilih untuk mengabulkan permintaan Doni.

“Nggak ada tawar menawar! Kembalikan sekarang!” seru Doni tidak mau mengalah.

“Biar saya yang kembalikan!” sahut sebuah suara dingin dari arah sofa. Detik selanjutnya lelaki itu bangkit berdiri dan melangkahkan kaki jenjangnya ke arah Doni.

Ekspresi lelaki itu seketika berubah kaku. Doni menatap lelaki tersebut dengan raut tercengang dan tidak percaya.

“Pa-Pak Reza?”

Sonia yang berdiri di belakang langsung mengangkat wajahnya dengan cepat.

Saat mereka sedang ribut, masih ada seseorang yang duduk di sofa. Hanya saja orang tersebut duduk membelakangi mereka, sehingga tidak ada yang melihat wajahnya dengan jelas.

Sebelumnya Sonia masih terlihat tenang, tetapi sekarang perasaannya berubah ragu dan gusar. Dia tidak menyangka bisa bertemu dengan Reza di tempat ini dan di situasi seperti ini. Ucapan Doni tadi sudah pasti telah didengar semuanya oleh lelaki itu.

Doni sudah kehilangan keangkuhannya beberapa saat lalu. Bisnisnya selama ini selalu lancar dengan kekayaan yang mencapai puluhan triliun. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan keluarga Herdian, dia tidak ada apa-apanya.

Santo maju dan dengan tenang berkata, “Ini urusan kampus dengan orang tua murid. Reza, kamu jangan ikut campur.”

Dia dan ayahnya Reza memiliki hubungan yang cukup dekat. Lelaki itu mengundang Reza karena ada acara tahunan universitas. Oleh karena itu, Santo merasa tidak enak jika harus menerima bantuan dari lelaki itu.

Doni tidak menyangka kalau Santo ada hubungan dekat dengan Reza. Dengan cepat raut wajahnya berubah dan memasang senyum lebar sambil berkata, “Saya benar-benar nggak tahu kalau Pak Reza ada di sini. Uangnya nggak perlu kembali, saya hanya bercanda.”

Reza merupakan orang yang selalu memegang omongannya. Dia mengabaikan ucapan Doni dan mengeluarkan ponselnya untuk memerintah sekretaris di kantornya agar mengirimkan uang sebanyak empat miliar ke universitas. Setelah sambungan terputus, dia menoleh ke arah Santo dan berkata,

“Kembalikan uangnya pada dia beserta dengan bunganya!”

Wajah Doni tampak pucat pasi. Reza baru saja kembali tanpa sempat dia temui untuk mengambil hatinya, dirinya justru telah membuat lelaki itu tersinggung. Sampai pada tahap seperti ini, Santo juga tidak banyak berbicara lagi.

Tidak butuh waktu yang lama bagi pihak universitas menerima uang tersebut. Setelah itu, uang yang dikirim oleh sekretaris Reza langsung dikirim lagi ke rekening Doni. Lelaki itu pergi meninggalkan tempat tersebut dengan pikiran bagaimana cara mendapatkan kesan baik lagi dari Reza.

Santo dan petugas konseling mengantarkan Doni keluar hingga ruang kerja tersebut hanya tersisa Reza dan Sonia saja. Perempuan itu terlihat bingung dan serba salah. Dirinya saat ini memiliki status sebagai guru les keluarga Herdian, tepatnya sebagai guru les Tandy.

Namun sekarang dirinya justru berada di sini karena kasus berantem dan dibantu oleh Reza dengan mengeluarkan uang yang jumlahnya luar biasa banyak!

Sonia merasa dirinya harus berkata dan menjelaskan sesuatu. Dia menatap lelaki itu dan hendak membuka mulutnya. Tetapi ucapannya terhenti karena lelaki itu yang berkata, “Nggak perlu berterima kasih, aku melakukannya bukan demi kamu.”

Ucapan perempuan itu tertahan di ujung lidahnya dan tidak jadi dikeluarkan. Dia sedari awal sudah menyadari betapa tajamnya ucapan lelaki itu. Dengan suara datar dia berkata, “Aku juga nggak berniat berterima kasih denganmu.”

Lelaki yang jauh lebih tinggi dari Sonia itu tampak menunduk dan menatapnya dalam, “Melihat caramu menendang Melia tadi, sepertinya kamu pernah berlatih?”

CCTV yang ada di koridor sudah diambil dan sudah dilihat oleh Reza. Kala itu Melia terlihat begitu berapi-api dan gerakannya ketika hendak memukul Sonia juga sangat cepat dan kuat. Akan tetapi, Sonia justru bisa menendang perempuan itu tanpa perlu mengedipkan matanya sedikit pun.

Selain itu, seorang perempuan normal seperti itu tidak mungkin bisa mematahkan kaki orang lain hanya dalam satu tendangan, bukan? Sebersit sorot cahaya gelap melintas di mata Sonia. Dengan tenang perempuan itu berkata, “Waktu kecil pernah belajar ilmu bela diri.”

Reza mengangguk dan berkata, “Tenang saja, aku orangnya berpikiran terbuka. Nggak akan memecatmu karena hal sepele seperti ini.”

Sonia yang baru saja hendak berbicara kembali mengurungkan niatnya ketika mendengar langkah kaki. Reza nyaris menyemburkan tawanya saat melihat sikap perempuan itu yang tiba-tiba berubah menjadi sok alim.

Santo masuk dan melihat Sonia dengan sorot seperti akan mengatakan sesuatu. Lelaki itu menarik napas dan berkata, “Sonia, saya percaya kamu adalah mahasiswi yang baik. Tetapi apa pun itu alasannya, seharusnya kamu nggak boleh main tangan dan mempengaruhi masa depanmu.”

Perempuan itu menunduk dan mengangguk dengan patuh sambil menjawab, “Baik. Terima kasih, Pak.”

“Nggak perlu terima kasih dengan saya. Seharusnya kamu berterima kasih dengan Pak Reza, beliau yang membantumu,” ujar Santo sambil tersenyum hangat.

Sonia menarik napas dalam-dalam dengan sangat jelas kemudian maju sebanyak dua langkah. Kepalanya terangkat dan bibir merah mudanya bergerak berkata, “Terima kasih, Pak Reza!”

Ekspresi Reza tidak berubah, mata hitam gelapnya seperti menyimpan sesuatu. Lelaki itu seakan tengah menertawakan Sonia yang baru beberapa waktu lalu berkata bahwa dirinya tidak akan mengucapkan terima kasih pada Reza.

“Nggak perlu terima kasih. Tetapi ….” Reza menggantung ucapannya beberapa detik dan lanjut berkata, “Sebagai seorang mahasiswi, sebaiknya kamu lebih jaga sikap. Jangan karena hal-hal nggak jelas seperti ini justru merusak nama baik universitas.”

Wajah Sonia tampak memucat. Dia menggigit bibirnya tanpa berbicara. Santo buru-buru menengahi dan mengalihkan pembicaraan dengan berkata, “Maaf sekali membuatmu menghabiskan uang empat miliar begitu saja. Uang-uang itu akan dibayar oleh pihak universitas.”

Reza melirik Sonia sekilas dan berkata, “Biarkan dia yang membayarnya!”

Sonia hanya bisa menahan napasnya dan menatap lelaki itu dengan sorot terkejut. Santo pikir Reza sedang bercanda saja, dia berkata pada Sonia sambil tertawa kecil, “Sudah sore, kamu juga harus pulang. Kamu nggak perlu mengurusi urusan Melia, pihak kampus akan bertanggung jawab.”

Dia mengucapkan terima kasih sekali lagi pada Santo dan langsung keluar dari ruang tersebut tanpa menatap Reza lagi. Setelah Sonia keluar, barulah Santo mempersilakan Reza untuk duduk.

“Jangan takuti dia, dia masih anak kecil!” ujar lelaki itu sambil tertawa kecil.

Reza juga ikut tertawa dan berkata, “Aku lihat dia nggak ada takutnya sama sekali.” 

Bab terkait

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 12

    Chenny menunggu Sonia di lantai bawah ruangan Santo. Melihat perempuan itu keluar, dia langsung bergegas menghampirinya dan bertanya, “Gimana? Petugas konseling ada bilang mau menghukum kamu, nggak?”Sonia yang mengenakan tas sandang hanya memegang dua tali tas yang menggantung di samping tubuhnya sambil menjawab dengan nada santai, “Kenapa harus menghukumku? Aku hanya sedang melindungi diri!”Chenny menatapnya dengan tidak percaya dan berkata, “Melia patah tulang dan papanya datang dengan emosi yang begitu membludak. Memangnya dia bisa diam saja?”“Pokoknya sudah beres!” sahut Sonia sambil tertawa lebar.Walaupun Chenny masih merasa ragu dan curiga, dia juga merasa lega. Perempuan itu mengikuti langkah Sonia keluar dari area universitas sambil berceloteh ria.“Salah aku juga, coba kalau aku nggak nempelin pangeranku, kita sudah balik dari tadi! Nggak akan ada kejadian seperti ini.”Dengan santai Sonia berkata, “Melia sudah mempersiapkan semuanya. Siapa tahu dia menungguku di suatu tem

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 13

    Akhirnya Sonia tahu alasan dibalik berhentinya para guru les bocah lelaki itu. Anak keluarga orang kaya tidak bisa diajar dengan menggunakan kekerasan. Jika dengan ucapan nasihat, maka mereka akan protes kita cerewet. Kalau membujuknya dengan ucapan manis, maka akan dikatakan kekanakan. Rasa tidak berdaya seperti itu membuat siapa pun akan menyerah.Sonia bangkit dan melihat anak panah yang tergeletak di atas meja. Dia melirik papan panah kemudian melayangkan anak panah dalam satu gerakan dan mendarat tepat di bagian tengah!Ketika anak panah ketiga masih mengenai bagian tengah papan panah, Tandy mengangkat wajahnya dan menatap dia dengan raut terkejut. Sonia mengambil anak panah dengan kedua tangannya, setelah itu dia melayangkan anak panah tanpa melihatnya di waktu yang bersamaan.Kedua anak panah tersebut melayang dengan kecepatan yang sama. Dua buah anak panah tersebut menjatuhkan anak panah yang sebelumnya tertancap dan menggantikannya berada di posisi bagian tengah papan.Tandy b

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 14

    ”Hmmm? Aku nggak ketawa,” ujar Sonia dengan ekspresi bingung.Reza mengangkat alisnya dan bertanya, “Kamu takut sekali denganku? Kamu itu temannya Tasya dan guru lesnya Tandy. Kamu boleh ikut mereka panggil aku Om. Biasanya aku selalu penuh toleransi terhadap orang yang menjadi juniorku.”Sonia semakin ingin terbahak, tetapi dia berusaha tetap bersikap tenang dan mengangguk berkata, “Ok.”Mata Reza menatap wajah perempuan di sampingnya sekilas, kemudian mengarah ke depan dan berkata lagi, “Lain kali kalau ketemu Hana lagi, kamu nggak perlu peduliin dia.”“Dia menutupi jalanku,” jawab Sonia membela diri.“Bukannya kamu pintar menendang orang?” balas Reza.Sonia mengangkat alisnya dan bertanya balik, “Hana juga boleh ditendang?”“Tentu saja! Kamu tendang saja sesuka hatimu, biar aku yang urus,” jawab Reza dengan nada datar.Kedua alis Sonia terangkat lagi ke atas. Kalimat tersebut menunjukkan sikap dan karakter lelaki itu dalam menyelesaikan sebuah masalah. Mungkin Reza menyadarinya dan

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 15

    Suara lelaki itu terdengar sangat ringan dan juga hangat seperti mentari di musim semi. Terasa begitu sejuk dan juga nyaman. Sonia berbalik dan memandangi lelaki asing itu dengan tatapan tidak mengerti.Lelaki itu maju dua langkah sambil menatap Sonia. Sebersit sorot cahaya melintas di mata lelaki itu.“Meski nggak harus bayar dengan sesuatu yang berharga, setidaknya traktir makan juga nggak masalah, bukan?”Setelah mengatakan kalimat itu, dia mengulurkan tangannya dan berkata, “Kenalan dulu, namaku Melvin.”Sonia memandangi telapak tangan di hadapannya tanpa membalasnya, kemudian dia berbalik pergi begitu saja. Melvin melongo terkejut di tempatnya dan bergegas mengejar langkah perempuan itu.“Hei! Kamu nggak ngerti apa yang aku katakan?”Langkah Sonia berhenti dan menatapnya sambil menjawab, “Ngerti, tapi kamu nggak butuh traktiran aku. Tanpamu aku juga bisa membereskan masalah tadi seorang diri. Nggak perlu saling kenalan juga, aku harus segera masuk kelas.”Setelah mengatakan kalima

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 16

    Sonia berjalan lurus ke arah mobil Melvin. Akan tetapi dia tidak mengambil bunga-bunga mawar segar itu, melainkan langsung membuka pintu di posisi kemudi dan menekan tombol kunci. Setelah itu dia menghidupkan mesin dan melajukan mobil tersebut ke arah jalan raya.Gerakan tersebut membuat seluruh orang yang melihatnya tampak tercengang di tempat termasuk Melvin. Senyuman di wajah lelaki itu perlahan-lahan berubah kaku. Dia tidak menyangka bahwa Sonia tidak mengambil bunganya, tetapi dia membawa bunga beserta mobilnya juga.Saat ini dia berdiri di tengah kerumunan dengan tangan yang masih menggenggam satu tangkai bunga dan menjadi pusat perhatian semua orang. Wajahnya menggelap dan terlihat sangat emosi. Untuk sekarang dia ingin sekali mencekik leher Sonia hingga perempuan itu kehabisan napas.Sebenarnya orang seperti apa yang Hana minta dirinya taklukin? Pantas saja perempuan itu rela kehilangan uang ratusan triliun. Apakah Hana sengaja mempermainkan dirinya?Semua orang yang ada di san

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 17

    Keesokan harinya, Melvin sudah menebak waktu Sonia keluar dari toko mie. Dia memberikan kode pada beberapa orang anak buah yang ada di belakangnya dan memberikan perintah, “Lakukan dengan maksimal dan terlihat asli.”Beberapa anak buahnya yang sedang menyamar menjadi preman biasa tampak mengangguk mengerti dan berjalan menuju toko mie. Melvin bersandar pada tiang beton sambil merokok. Sekitar sepuluh menit kemudian, dia mematikan puntung rokoknya dan berjalan masuk dengan gerakan santai.Sekarang merupakan jam makan para mahasiswi kampus, oleh karena itu anak buahnya membawa Sonia ke tempat yang lebih terpencil. Setelah melewati beberapa tembok tinggi, suara ribut mereka nantinya akan tersamarkan.Melvin bisa membayangkan keadaan Sonia dengan baju yang berantakan dan tengah tergeletak tidak berdaya di tanah. Di saat perempuan itu tengah merasa putus asa, dia akan muncul bagaikan seorang pahlawan. Sonia akan memandangnya dengan mata berbinar dan penuh harus serta rasa terima kasih.Untu

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 18

    Kebetulan Reza juga ada urusan sewaktu Sonia pergi, jadi Reza sekalian mengantar Sonia ke pusat kota. Sonia masih merasa tidak nyaman harus berduaan dengan Reza di tempat yang sempit dan tertutup, makanya dia sering kali buang muka berpura-pura melihat pemandangan.Begitu mobil memasuki jalan raya beraspal, Reza fokus melihat ke depan sambil membuka pembicaraan dengan Sonia, “Melvin lagi dekatin kamu, ya?”“Eh?”Spontan Sonia langsung menoleh ke arah Reza karena dia terkejut bahwa ternyata Reza juga sudah tahu.“Waktu itu aku lihat dia ngasih kamu bunga di depan Jembara University.”“Ooh, iya!”“Sebelum kamu pertimbangkan mau sama dia atau nggak, aku masih kasih tahu satu hal. Dia itu sepupunya Hana. Mamanya Hana itu tantenya Melvin,” tutur Reza lirih.Ternyata … seperti itu ceritanya!“Aku nggak tahu si Melvin itu beneran suka sama kamu atau nggak, tapi aku rasa aku punya tanggung jawab untuk kasih tahu hal ini ke kamu. Tapi, soal kamu masih mau sama dia atau nggak, itu keputusan kamu

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 19

    Ucapan temannya itu sangat frontal sampai membuat Siska merasa malu. Jujur saja, awalnya Siska masih ingin mengelak, tapi dia berubah pikiran dan hanya tersenyum menjawabnya, “Aku juga nggak tahu kenapa dia bisa suka sama aku.”Sonia spontan menoleh ke arah wanita yang dipanggil dengan nama Siska itu. Dari tadi Sonia memang merasa dia agak familier, dan setelah diingat-ingat kembali, Siska itu memang pernah memerankan seorang karakter utama di salah satu drama yang dulu Yeni tonton. Drama itu memang tidak tayang terlalu lama, tapi setiap episodenya sangat seru. Yeni juga bilang sangat disayangkan drama tersebut tidak laku di pasaran.Selain itu, Sonia juga ingat dengan wanita yang mengenakan gaun biru itu, dia adalah seorang aktris baru bernama Tiara.“Asal ada Reza, kamu bisa dapat apa pun yang kamu mau. Kalau nanti kamu sudah terkenal, jangan lupa bantu aku juga, ya,” kata Tiara.“Buat apa aku bantuin lagi, bukannya kamu sudah punya Matias?”“Aku sudah mati-matian ngedapetin hatinya

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1960

    Kaki panjang Reza menindih Sonia. Lengannya menopang di samping wajah si wanita. Dia memberi ciuman hangat dan membara kepada Sonia. Saking lamanya ciuman yang diberikan Reza, sekujur tubuh Sonia terasa lemas. Dia mengangkat tangannya untuk menahan wajah Reza, menggigit bibirnya dengan perlahan dengan mata berlinang air mata.“Reza, pergilah! Tinggalkan Istana Fers! Kamu bisa tunggu aku di Hondura. Setelah misiku selesai, aku akan pergi mencarimu.”Lantai B12 itu bukanlah tempat yang sederhana. Demi menghalangi kepergian Tensiro, Rayden pasti bukan hanya mengandalkan bujukan dan iming-iming.Begitu senjata gelombang mikro diaktifkan, seluruh Istana Fers akan berubah menjadi puing-puing.Sonia memiliki firasat kuat jika Rayden benar-benar diprovokasi, dia akan melakukan tindakan yang sangat gila. Ini adalah misi yang dijalankan Sonia. Dia juga tidak berharap gara-gara dirinya, semuanya akan terjebak dalam bahaya.Reza menyandarkan dagunya di atas kening Sonia, seolah-olah dia tahu apa

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1959

    Tidak lama kemudian, Rayden menyadari Bondala sedang menatapnya. Dia segera mengalihkan pandangannya, lalu menyuruh Winston untuk mempersiapkan data energi terbarukan.Tatapan Reza menjadi suram, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.…Saat kembali ke vila tempat tinggal sementara Reza, Theresia menutupi pintu. Nada bicaranya seketika menjadi santai. “Mau minum apa? Gimana kalau alkohol?”“Tidak usah, cukup air saja!” ucap Sonia dengan suara lembut.“Kalau begitu, kopi saja, deh. Rayden suruh anggotanya untuk antar biji kopi berkualitas tinggi. Aromanya cukup wangi!” Theresia berjalan ke depan meja, lalu mulai membuatkan kopi untuk Sonia.Sonia duduk di kursi tinggi depan meja bar sembari menatap Theresia yang sedang menimbang biji kopi dan menggilingnya. Gerakannya kelihatan sangat santai dan elegan.Saat pertama kali bertemu, kesan Sonia terhadap Theresia sangat bagus. Pada saat itu, dia kira Theresia adalah temannya Ranty.Saat bertemu kali ini, dia baru menyadari sebenarnya semua

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1958

    Langit biru jernih membentang luas. Sungai kecil mengalir deras. Rerumputan hijau tumbuh lebat di tepiannya. Bayangan pohon willow keemasan terpantul di permukaan air, mengikuti aliran sungai. Sementara di seberang sungai sana, pegunungan menjulang dengan lanskap yang begitu luas dan megah.Theresia berjalan ke tepi sungai. Airnya kelihatan sungguh nyata. Saking jernihnya, terlihat batu-batu kerikil yang indah di bawah sana. Bahkan, beberapa ekor ikan kecil dan udang juga kelihatan sedang berenang di dalamnya.Apakah mereka benar-benar sedang berada di lantai 12 bawah tanah?Wanita berambut pirang duduk di bawah tenda. Di atas taplak meja yang bersih itu diletakkan berbagai jenis buah-buahan dan juga camilan. Ada juga ayunan dengan dua tempat duduk di sebelah. Sepertinya biasanya wanita berambut pirang dan Tensiro sering bersantai di sini.Setelah duduk beberapa saat di sini, wanita berambut pirang membawa Sonia dan Theresia kembali ke koridor. Pintu yang satu lagi dibuka, terlihat pa

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1957

    Rayden membawa orang-orang untuk berjalan melewati koridor. Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat amat luas. Di dalamnya terdapat ruang baca, ruang tamu, ruang makan, dan juga kamar.Saat ini, ada seorang pria berusia sekitar 40-an berpakaian putih dan bermasker sedang duduk di ruang tamu. Dia berdiri di depan komputernya. “Tuan Rayden.”Rayden memperkenalkan kepada mereka, “Dia adalah penanggung jawab di sini, Profesor Tensiro!”Tensiro kelihatan sangat waspada ketika melihat kedatangan banyak orang. Dia mengamati mereka sejenak, lalu mengangguk dengan perlahan.Sonia spontan menurunkan tangannya. Pria itu memang mengenakan masker, tetapi Sonia bisa mengenali pria itu dari sepasang matanya. Pantas saja Sonia tidak bisa menemukannya selama ini!Ketika melihat lingkungan sekitar, sepertinya pria ini akan selalu tinggal di tempat ini. Kedua mata Sonia berkilauan. Dia menatap bayangan punggung Reza. Tiba-tiba dia bisa mengajukan untuk berkunjung ke laboratorium gelomba

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1956

    Himawan datang untuk menyapa, “Tuan Kase, Nona Ruila, Tuan Rayden tahu kalian akan ke sini. Dia sudah menunggu kalian dari tadi!”Kase pun berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, ayo kita ke atas!”“Silakan, Tuan Kase!” Himawan sedikit menunduk. Rambut ikal cokelat keemasan yang agak panjang tergerai di sisi telinganya, membuatnya kelihatan sangat tegas dan serius.Semua orang berjalan bersama menuju lantai atas dan masuk ke kantor Rayden. Saat ini, Rayden dan Winston langsung melangkah maju untuk menyambut mereka.Setelah berbasa-basi, mereka duduk di tempat. Kali ini, Rayden berkata dengan serius, “Pertama-tama, aku ucapkan selamat datang kepada Raja Bondala dan Tuan Kase ke Istana Fers. Kalau jamuanku kurang memuaskan, aku harap kalian bisa memakluminya.”“Anggota Istana Fers, sudah mengerahkan tenaga dan uang banyak dalam pengembangan energi terbarukan. Sekarang kami butuh kalian berdua sebagai mitra kerja sama untuk mengembangkannya ke pasaran. Kalau kalian punya persyaratan atau

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1955

    Sonia yang sedang duduk di depan meja makan merasa tidak sanggup untuk menelan lagi. Dia segera meminum sup, lalu berdiri. “Semuanya, aku ambil barang sebentar di atas!”Kase juga ikut berdiri. “Aku juga pergi ganti pakaian dulu. Mohon Raja Bondala tunggu sebentar!”Kase pun berjalan pergi.Kening Reza semakin berkerut ketika menatap bayangan punggung Kase. Betapa inginnya dia menggebuki pria di hadapannya ini. Theresia spontan tertawa.Reza meliriknya. “Apa lucu?”“Nggak!” Theresia menggeleng. “Aku hanya merasa Sonia bahagia sekali!”Reza menurunkan kelopak matanya. Raut wajahnya masih kelihatan muram, hanya saja tatapannya sudah berubah melembut.…Sonia memasuki kamar. Kase juga mengikutinya, lalu berpesan, “Nanti saat kita pergi menemui Rayden, kamu naik bersamaku. Kamu jangan beraksi sendiri. Kamu mesti berhati-hati dengan Rayden dan juga Raja Bondala.”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Ada apa dengan Raja Bondala?”“Aku juga tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi aku merasa di

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1954

    Lantai tangga dan ruang tamu memang dilapisi karpet, tetapi tubuh Kase tetap terasa pegal. Dia berdiri dengan merintih kesakitan. Pada saat ini, dia kebetulan bertatapan dengan Bondala, raut wajahnya semakin muram lagi!Kase menepuk-nepuk pakaiannya, lalu tersenyum berlagak tidak terjadi apa-apa. “Aku tidak sengaja tergelincir. Tidak apa-apa, aku tidak merasa sakit sama sekali!”Theresia takut dirinya tidak bisa menahan tawanya. Dia segera memalingkan kepalanya ke sisi jendela menatap ke halaman di luar.Reza selalu bersikap tenang. “Aku kira begini cara Keluarga Milana memberi hormat kepada tamu!”Kali ini, Theresia benar-benar tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia keceplosan dan segera menutup mulutnya.…Sonia baru saja selesai mandi. Saat dia mengambil pakaiannya, dia melihat obat yang diletakkan Kase di atas nakas. Terlihat cairan di dalam botol kaca berwarna cokelat transparan. Sonia spontan kepikiran dengan celotehan Kase tadi.Namun, apa yang dikatakan Kase memang benar. Sekaran

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1953

    Setelah tiba di luar kamar Sonia, Kase juga tidak mengetuk pintu, sebab dia tahu Sonia masih belum bangun.Sekarang asalkan Sonia tidur, dia pun tidak bisa bangun dengan sendirinya, mesti ada yang membangunkannya.Kase berjalan ke dalam, lalu duduk di samping ranjang. Ketika menatap ekspresi kesakitan di wajah Sonia, hati Kase terasa bagai sedang diremuk saja.Entah apa yang sedang dimimpikan Sonia hingga dia begitu ketakutan?Kase sudah mengutus anggotanya untuk mencari obat untuk menetralisir racun di dalam tubuh Sonia, tetapi semua obat yang ditemukannya tidak berkhasiat sama sekali. Sonia masih saja terjebak dalam mimpinya.Biasanya Sonia sangat suka tidur. Namun sekarang, tidur sudah menjadi siksaan baginya.Hati Kase semakin penat lagi, juga semakin menyesal. Dia spontan berkata dengan lembut, “Ruila, bangunlah!”“Sayangku, sudah pagi, sudah saatnya untuk bangun!”“Matahari sudah terbit!”…Pada akhirnya, Kase terpaksa menggoyang lengan Sonia. Sonia pun baru terbangun dengan kage

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 1952

    Sonia menatap Reza yang berada di dalam layar mulai memejamkan matanya. Bulu mata lentiknya mulai menutup bola mata indahnya. Reza benar-benar sudah kecapekan!Sonia tahu betapa Reza mencemaskannya selama beberapa hari ini. Dia juga mengerti betapa bersabarnya Reza selama beberapa saat ini! Sonia juga tahu betapa Reza mencintainya.Sonia menatap wajah Reza yang sedang tidur. Rasa gembira dan pilu meluap di dalam hatinya. Matanya spontan menjadi basah. Kemudian, Sonia bergumam, “Suamiku, aku mencintaimu!”Kebersamaan selama dua hari dua malam di ruang rahasia bawah tanah membuat Sonia merasakan gejolak dalam hatinya, sebuah perasaan yang berbeda dari persahabatan di medan perang. Itulah sebabnya Sonia memutuskan untuk pergi ke Jembara untuk mencari jawaban atas perasaan aneh itu.Namun, saat benar-benar bertemu dengan Reza dan menghabiskan waktu bersama, Sonia baru menyadari betapa luar biasanya pria itu. Saat itulah Sonia benar-benar memahami apa yang dinamakan cinta.Perasaan itu baga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status