Share

Kabar Mengenai Arman

Pikiran negatif berkelebat di otakku. Mas Feri akan menikahiku karena ia melaksanakan amanah istrinya. Akankah ia mencintaiku kelak?

"Lita, mengapa kamu terdiam?" tanya Ayah.

"Nggak apa-apa, Yah. Maaf," jawabku sembari menyunggingkan segurat senyum padanya.

"Ya sudah, kalau begitu. Mas Feri makan dulu, yuk. Tapi alakadarnya saja ya. Maaf tak bisa menjamu dengan baik." Suara ibu mencairkan hatiku.

"Baik, Bu." Mas Feri beranjak dari duduknya. Ia mengekor ibu ke ruang makan.

Kami makan bersama. Aku jadi nggak enak makan karena kami duduk berhadapan.

"Bu, aku boleh ke kamar? Kok rasanya pusing ya?"

"Kenapa? Ada lagi yang dirasa?" tanya ibu khawatir.

"Nggak ada. Hanya pusing aja, Bu,"kataku. Lalu aku mengalihkan pandangan ke Mas Feri. "Mas, aku ke dalam dulu, ya!"

"Iya, Lita. Kamu istirahat aja ya!" ucap Mas Feri.

"Ya, Mas. Terima kasih."

Aku masuk kamar. Dan memang benar aku merasa lelah. Kemudian aku tertidur.

***

"Bu, kok udah sepi. Mas Feri sudah pulang?" tanyaku.

"Sudah, Lita!"

"Oh .
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status