Karina hampir terlelap saat menyandarkan pipinya di bahu pangeran Daniel. Terbayang pertemuan pertama mereka yang baru seumur jagung. Sekitar dua bulan yang lalu, di cafe kecil tempat Karina membanting tulang, Karina bertemu dengan pangeran Daniel yang sedang menyamar menjadi pembeli biasa.
Karina memiliki ilmu psikologi yang mumpuni. Dia menyadari kesedihan dan keletihan sang pangeran dari sorot matanya. Karena itu, Karina pun duduk di depan pria itu. Menawarkan diri menjadi teman curhatnya selama semalam, tanpa tahu kalau yang dia ajak bicara itu sebenarnya pangeran Daniel. Daniel merasakan kehangatan dari setiap kata-kata dan gestur tubuh Karina. Dari sanalah benih-benih cinta perlahan tumbuh. Sang pangeran membuka identitasnya, membuat kegaduhan, lalu kabur sambil menggandeng Karina. Untuk pertama kalinya, Karina naik sebuah limosin. Daniel memutuskan mengajaknya jalan-jalan menyusuri keindahan kota Wina. Cerita bergulir kembali ke pernikahan Karina dan Daniel. Di kejauhan terlihat seorang pria dengan setelan serba merah sedang memobilisasi gerakan pasukan penjaga pangeran. "Periksa semua tempat! Jangan pesta pernikahan junjungan kita terganggu." Perintah pria bersetelan merah di walkie talkie. Untunglah sampai pesta itu selesai 3 jam kemudian, tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Para tamu undangan bernafas lega. Mereka tahu seburuk apa hukuman yang akan menimpa para pangeran jika berani membuat kekacauan di Royal Rumbling. Sebelum pesta benar-benar berakhir dan tamu undangan akan pulang ke rumahnya masing-masing, secara tidak terduga, muncul seorang perwakilan para pangeran. "Laros .... Kenapa kau baru datang?" Pangeran Laros memiliki fisik atletis. Tubuhnya tinggi, besar, penuh otot, dan berkulit coklat. Pangeran Laros merupakan satu-satunya pangeran yang bukan anak biologis baginda Alphonse. Statusnya sebagai anak angkat inilah yang membuatnya tidak bisa menyentuh tahta pangeran mahkota sama sekali, yang kemudian menimbulkan rasa iri dan kebencian kepada pangeran mahkota, Daniel. "Apa kau tidak senang dengan kehadiranku? Kenapa nada bicaramu menusuk hatiku?" Karina melangkah ke belakang pangeran Daniel. Pangeran Daniel dengan lembut berkata. " Tentu saja aku senang dengan kehadiranmu. Tapi kenapa kau baru datang sekarang? Apa sesuatu terjadi padamu selama perjalanan?" "Heh, aku bukan pecundang yang bisa disibukkan oleh rakyat jelata. Aku terpaksa datang karena ayah." Pangeran Laros melirik ke ayahnya yang menatapnya tajam dari bangku VVIP. Pangeran Daniel ikut melirik ke ayahnya. "Rupanya begitu." Batin Daniel. Penonton semakin heboh saat pangeran ketiga naik ke atas pelaminan dan berdiri di sebelah pangeran kedua. Pangeran kedua memiliki wajah super tampan dan berkharisma. Dia adalah idola kaum hawa dari berbagai kasta sosial, kaya maupun miskin, tua maupun muda, semua mengelu-elukan keelokan wajahnya. Meskipun begitu, pangeran Hendrik Roches terkenal sangat setia kepada istrinya. Tidak lama berselang menyusul pangeran keempat dan pangeran kelima ikut datang. Pangeran ketiga kelihatan seperti orang terpelajar namun di dalam hati dia penuh kedengkian. Dengki kepada pencapaian pangeran Daniel. Pangeran ketiga bernama Adam Roches. Pangeran kelima sedikit unik. Dia terkenal sebagai yang ototnya keluarga Roches. Kemampuannya dalam militer sangat luar biasa. Garam Roches namanya. Penampilannya seperti artis korea di usia muda mereka. Pangeran pertama, Daniel Roches. Pangeran kedua (anak angkat), Laros Roches. Pangeran ketiga, Hendrik Roches. Pangeran keempat, Adam Roches. Pangeran kelima, Garam Roches. Para pangeran secara bergantian menyapa Karina. Semuanya memasang senyum terbaik yang mewakilkan kepribadian mereka. Pangeran Garam adalah yang paling unik menurut Karina. Pangeran termuda itu memiliki wajah babyface dengan rambut pirang dan lensa kontak berwarna hijau, membuatnya kelihatan teduh. Hadiah dari pangeran Garam juga yang terbaik diantara ketiga saudaranya. "Selamat Daniel, aku tidak menyangka kau akan memilih gadis dari kalangan bawah sebagai istrimu." Kata Pangeran Garam tanpa memperhatikan perasaan Karina. "Jodoh memang misterius. Mungkin saja kau akan mendapatkan cinta dengan cara yang sama sepertiku." Pangeran Daniel menyahut. Tertawalah pangeran Garam. "Kau berharap aku depresi berat lalu pergi ke cafe sepertimu?" "Tidak, tidak, bukan begitu maksudku." Pangeran Garam tersenyum puas. Puas mengejek kakaknya dengan halus. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan para kakaknya adalah mengejek kakak tertua mereka secara halus. Pangeran Daniel menatap ketiga pangeran bergantian sementara pangeran Garam sudah pergi untuk menyantap hidangan. Memang diantara semua pangeran, pangeran Garam adalah yang paling santai menanggapi kompetisi ini. Setelah menyerahkan hadiah dan menyalami pengantin dengan tidak ikhlas, para pangeran berlalu. Hanya pangeran Garam yang berada disama cukup lama. Karina akhirnya dapat bernafas lega. Pangeran Daniel dan istrinya, Karina, akhirnya meninggalkan aula mansion dan naik ke lantai 5 mansion Royal Rumbling. "Berapa lama kita tinggal di tempat ini sayang? Aku tidak sabar tinggal di rumah kita sendiri," tanya Karina. Pangeran Daniel tidak langsung menjawab. "Mungkin sekitar 2 bulan, kakak ipar." Karina tersentak melihat pangeran Garam tiba-tiba muncul di lantai 5 mansion Royal Rumbling. Pangeran Garam tersenyum ramah. Kemudian memberi kode pada pangeran Daniel. Pangeran Daniel mengangguk lalu bicara pada Karina. "Sayang, kamu tunggulah di ruangan ini. Ada yang harus aku bicarakan dengan Garam. Ini menyangkut keselamatan kita." Karina menelan saliva. Kedua pangeran itu, lalu berbincang-bincang di ruangan lain sementara Karina menunggu di kamar khusus pengantin yang mewah. "Pangeran Daniel, semoga janji manismu semasa di pelaminan bukan janji kosong belaka. Jangan mati, sayangku." *** Karina bangun dengan sekujur badan pegal-pegal. Entah kapan dia naik ke ranjang penuh kelopak bunga mawar itu. Di dalam kamar yang harum penuh warna merah dan emas, Karina duduk termenung di pinggir ranjang. "Kapan kamu akan pulang pangeran Daniel? Aku rindu padamu," Karina mulai terisak. Takut dan gelisah tanpa kehadiran suaminya di sampingnya. Tidak berselang lama, pintu depan terbuka. Karina menatap siapa yang berdiri di depan pintu itu. Hanya ada dua orang yang bisa membuka pintu itu dari luar. Pangeran Daniel dan pemilik mansion. Tapi wanita itu bukan salah satu dari mereka. Siapa wanita glamor ini? "Kamu sudah bangun pemalas?" "eh ...?" "Kamu tidur sepanjang hari seperti koala. Heh! Apa yang dilihat putraku dari gembel ini? Dia hanya seorang pemalas!" Meskipun awalnya Karina berusaha menguatkan hati tapi akhirnya sakit hati juga. Siapa wanita yang berani menghina istri dari pangeran mahkota selain permaisuri itu sendiri. "I—ibu Suri .... " Karina terlambat mengenali ibu mertuanya dan membuat si mertua marah besar. "Kamu ini ya! Masa mertua sendiri tidak dilayani dengan baik! Apa begini tata krama gelandangan?" Makian ibu mertua menusuk hati Karina. "Maafkan aku ibu ... Maafkan aku karena bangun kesiangan dan maaf karena tidak berperilaku baik ... " "Tidak perlu minta maaf! Ibu sudah terlanjur kecewa padamu! Kalau bukan karena ibu menghormati pilihan Daniel, mana sudi aku dipanggil ibu oleh gelandangan sepertimu!" Brak! Permaisuri Lydia Roches juga menendang kursi di samping meja rias sampai terjatuh. Senyum jahat terbentuk di wajah wanita tua itu saat Karina tidak berani menatapnya. Permaisuri Lydia berlalu, meninggalkan Karina yang gemetar ketakutan.Tidak terasa dua bulan sudah Karina tinggal di Mansion Royal Rumbling. Dalam waktu dekat mereka akan pindah ke rumah baru yang terletak jauh di luar kota. Lokasi itu dipilih oleh Daniel karena suasananya cocok untuk merawat ibu hamil.Setelah dua bulan menikah, Karina akhirnya mengandung anak pertama pangeran Daniel. Kabar ini disambut baik oleh pengikut pangeran Daniel tapi tidak disambut dengan baik di kalangan keluarga besar Roches.Mereka menduga kehamilan Karina yang terlalu cepat sebagai pertanda kalau Karina sudah 'berisi' sejak sebelum menikahi pangeran Daniel. Tentu saja semua itu tidak benar.Namun yang paling mengejutkan Karina adalah perubahan sikap pangeran Daniel yang perlahan-lahan. Awalnya pangeran Daniel selalu bahagia saat Karina memasak untuknya tapi sekarang sikapnya tidak sebahagia dulu lagi. Tidak hanya itu, selama tinggal berdua di rumah baru. Karina beberapa kali diteror oleh sepucuk surat berisi ancaman pembunuhan.Seolah
Setelah itu, mereka berjalan menuju bagian perhiasan. Daniel meminta Karina untuk memilih sebuah kalung yang paling istimewa di hatinya. Karina memilih sebuah kalung berlian yang bersinar dengan kilauan yang hampir seperti bintang di langit malam. Daniel mengeluarkan kartu Black Diamond-nya dan membayar kalung itu secara kontan.Setelah berbelanja, Daniel membawa Karina ke restoran bintang lima di atap pusat perbelanjaan tersebut. Mereka duduk di meja dengan pemandangan kota yang menakjubkan di bawah mereka. Makan malam mewah disajikan dengan anggur terbaik, dan untuk sesaat, masalah yang mereka hadapi tampak seperti sesuatu yang jauh."Sekarang, mari kita nikmati malam ini dan lupakan semua kekhawatiran kita," kata Daniel sambil menggenggam tangan Karina. "Kita bisa menghadapi semua masalah itu besok, bersama-sama."Karina mengangguk dan tersenyum, merasa sedikit lebih ringan. Malam itu, mereka menikmati makanan lezat, tertawa bersama, dan berba
Niat Daniel mendamaikan istri dan ibunya ternyata mendapat pertentangan dari baginda raja Alphonse Roches yang sudah terpengaruh mulut beracun istrinya.Baginda raja mempertanyakan kelayakan Karina sebagai permaisuri putri atau istri dari pangeran mahkota. Seperti yang kita semua tahu, seorang menantu memiliki kewajibannya masing-masing tidak terkecuali Karina."Selama ini istrimu sudah merasakan manfaat menjadi menantu raja. Tapi sudahkah dia memberi manfaat untuk kita?" Tanya sang raja dengan lugas sambil melirik ke kalung baru Karina."Ayah .... Istriku sedang hamil, apakah melahirkan pewaris tidak cukup untuk ayah?" Daniel membela Karina."Melahirkan pewaris itu nanti, kalau dia berhasil melahirkannya dengan sehat."Pangeran Daniel ingin mendebat tapi bibirnya kalah cepat melawan ayahnya. "Begini saja Daniel. Istrimu tidak bisa diharapkan meringankan bebanmu. Ayah sarankan, ceraikan saja dia setelah melahirkan anaknya. Lalu, kamu meni
"Karina ... "Daniel menyentuh rambut Karina dengan lembut. Semerbak parfum seketika tercium dari leher wanita yang baru berusia 24 tahun itu.Karina tidak menjawab. Mulutnya masih berat untuk berkata-kata.Daniel menaruh tangannya di tempat yang dirasanya tepat, kemudian merangkul istrinya. Lagi-lagi aroma memabukkan memenuhi hidungnya.Daniel tidak pernah mengendus istrinya sedekat ini. Sebenarnya, dia pria yang buruk di ranjang. Daniel tidak pernah menyisakan cukup tenaga untuk memuaskan Karina.Untungnya Karina adalah wanita polos yang sampai menikah masih menjaga keperawanan. Jadinya ketidakbecusan Daniel di ranjang tidak terlalu mengganggunya."Katakan sesuatu. Apa kamu serius ingin membuktikan diri?"Karina membuka bibirnya. Pertanyaan Daniel menyulut semangatnya."Iya. Katakan saja apa yang bisa kubantu.""Maaf. Karena akulah kamu diremehkan. Sejujurnya, aku tidak menyangka ibu akan menentang sa
"Aku tidak akan menunjukkan wajah sampai berhasil mengambil alih kepemilikan toko Royal Roches. Sebagai langkah awal dari pembuktian diriku, aku berjanji tidak akan gagal," kata Karina dengan mantap."Ya, semoga berhasil, Karina." Daniel mengecup dahi Karina untuk terakhir kalinya.Dengan penuh percaya diri, Karina melangkah memasuki pelataran toko Royal Roches. Toko itu berdiri megah dengan arsitektur bergaya Eropa klasik, jendela-jendelanya besar dengan kaca patri yang berwarna-warni, memantulkan sinar matahari menjadi kilauan indah. Pintu masuknya besar dan berat, terbuat dari kaca dengan ukiran rumit, menunjukkan kemewahan dan prestise."Selamat datang, tamu yang terhormat. Saya lihat suami Anda tidak datang bersama Anda," sapa seorang wanita penjaga pintu dengan ramah."Oh, kamu melihat suamiku. Berarti kamu sudah tahu aku siapa, kan?""Tentu saja, Nyonya Roches.""Bagus. Aku butuh pemandu untuk melihat-lihat tempat ini."
"Aku takkan jatuh dalam perangkapku, Hehee ... " ucap Eileen dalam hati. Selagi Karina kebingungan, Eileen memasukkan tangan kirinya ke laci, mengambil surat yang diperlukan Karina untuk mengesahkan pembelian skala besar lalu meremasnya sampai rusak. Dengan santainya kertas itu jatuh dari tangannya ke tong sampah. "Benarkah kamu sedang hamil? Biar kuperiksa perutmu. Kalau ternyata yang kamu katakan itu benar, itu bisa jadi senjata itu melawan suamimu." Kejujuran Karina membuat Eileen terkejut. "Jika suamimu segitu tidak sayangnya padamu, aku bisa membantumu mendapatkan cintanya kembali." Eileen semakin mati kata. Karina lebih hebat dari perkiraannya. Sekarang posisi mereka mulai terbalik. Eileen menunjukkan perutnya. Dia tidak bisa mengelak karena sedang terakting sebagai istri yang tersakiti. Jika tiba-tiba dia melawan maka akan menegaskan sebuah dusta. "Sebagai sesama wanita dan juga sama-sama sedang hami
Karina terlihat lebih cantik hari ini. Sebagai calon permaisuri masa depan, Karina harus tampil semenawan mungkin dan tidak boleh menunjukkan kecacatan di mata publik. Di hadapan ratusan pasang mata dan kamera Karina menunjukkan senyum terbaiknya. Seorang wanita lulusan jurusan psikologi bisa menampilkan senyum natural yang tidak dicurigai oleh siapapun. "Nyonya Karina Roches, mohon berikan pendapat anda soal produk-produk Royal Roches." Pinta seorang wartawan wanita berwajah blasteran. "Kenapa anda tiba-tiba memborong produk-produk itu kemudian menjualnya kembali di tempat anda?" timpal Wartawan pria di sebelahnya. Sebentar saja para wartawan melemparkan berbagai pertanyaan, mereka terdiam saat mendengar suara tawa lembut yang menggetarkan hati. Karina akhirnya mulai menjawab pertanyaan satu persatu. Intonasinya halus bercampur tegas. Membuat orang yang mendengarnya merasa terhipnotis. Suara Karina sangat unik dan khas sehingga
Karina pulang jam 8 malam. Sebentar lagi suaminya akan pulang dan Karina belum bersiap-siap. "Aku harus secepatnya ganti baju ke mode istri seksi. Sebaiknya aku pakai lingerie warna apa malam ini?" Karina ingin bertanya ke Storm. Si bodyguard itu katanya pandai memuaskan laki-laki, tapi Karina terlalu malu untuk mengatakannya. Storm melihat tingkah tidak biasa Karina, berpikir majikannya itu sedang mengalami Morning Sickness. Storm pun dengan sigap mengantar Karina ke kamar mandi. "Muntahlah sepuas anda. Saya akan berjaga disini. Tidak perlu buru-buru, saya pernah berada di posisi anda." kata Storm sambil mendorong punggung Karina perlahan. "I—iya, terima kasih Storm." Karina tidak menyadari keberadaan mobil permaisuri Lydia di halaman rumahnya. Malam itu langit seolah tidak menurunkan cahaya seperti malam-malam sebelumnya dan lampu halaman pecah akibat terlalu tua. Ditambah mobil permaisuri Lydia berwar