"Aku takkan jatuh dalam perangkapku, Hehee ... " ucap Eileen dalam hati.
Selagi Karina kebingungan, Eileen memasukkan tangan kirinya ke laci, mengambil surat yang diperlukan Karina untuk mengesahkan pembelian skala besar lalu meremasnya sampai rusak. Dengan santainya kertas itu jatuh dari tangannya ke tong sampah. "Benarkah kamu sedang hamil? Biar kuperiksa perutmu. Kalau ternyata yang kamu katakan itu benar, itu bisa jadi senjata itu melawan suamimu." Kejujuran Karina membuat Eileen terkejut. "Jika suamimu segitu tidak sayangnya padamu, aku bisa membantumu mendapatkan cintanya kembali." Eileen semakin mati kata. Karina lebih hebat dari perkiraannya. Sekarang posisi mereka mulai terbalik. Eileen menunjukkan perutnya. Dia tidak bisa mengelak karena sedang terakting sebagai istri yang tersakiti. Jika tiba-tiba dia melawan maka akan menegaskan sebuah dusta. "Sebagai sesama wanita dan juga sama-sama sedang hamil, aku yakin bisa membantumu." Berakhirlah sudah. Saat Karina tahu dia tidak sedang hamil, Karina akan kembali membahas soal pembelian perhiasan. Sebenarnya Eileen berencana berbincang dengan suaminya sebelum memutuskan akan menjual Royal Roches atau tidak. Tapi kalau Karina membongkar kebohongannya, tidak akan ada alasan untuk menolaknya lagi. Dan ternyata, "Kamu tidak hamil kan. Kamu berbohong. Tapi aku bisa merasakan ketulusan di suaramu. Pangeran keempat benar-benar tidak memperdulikanmu, dan aku bisa membantu memperbaiki hal itu." "Apa??" Karina menatap Eileen lulus dan dalam. Dari matanya terpancar kehangatan layaknya seorang ibu yang sedang menasihati anak perempuannya. Tutur bahasanya yang sopan dan lembut mengingatkan Eileen pada sosok ibu kandungnya. Seorang Madam baik hati dan sangat cantik. Wanita yang menginspirasi Eileen. Cahaya hidup yang sekarang terkurai lemas di tempat tidur dengan Eileen sebagai harapan terakhirnya. Bahkan seorang wanita kuat dapat meneteskan air mata saat hatinya tersentuh. "Kamu serius mau membantuku? Tapi tadi kamu bilang akan menggunakan fakta ini untuk menyerang suamiku." Karina terdiam, hati-hati dia bertanya, "Apa kamu nyaman bersama pria yang membuatmu tidak nyaman?" "itu—" Eileen tidak bisa berpikir jernih. Hatinya tentu saja sakit ketika melihat suaminya bermesraan dengan selir baru lagi. Tapi sebagai wanita yang menggantungkan hidup suaminya, dia tidak bisa apa-apa selain menerima keadaannya seperti istri pertama. "Aku kira pangeran keempat benar-benar mencintaiku. Dia bahkan rela menduakan istri pertamanya demi aku. Tapi ternyata ... dia mengambil istri baru lagi, dia playboy dan aku tidak menyukai!" Eileen mencurahkan kegusaran hatinya pada Karina. Dalam sekejap negosiasi mereka berubah jadi curhat antara wanita terluka dengan wanita bahagia. Karina mengontrol ekspresinya dengan cukup baik. Lalu berkata saat Eileen sudah cukup tenang, "Memang begitulah para pria. Mereka tidak cukup dengan satu wanita saja. Jangankan pangeran, ayahku yang orang kecil saja masih kepikiran untuk poligami." "Hah! Ayahmu juga berpoligami?" "Iya. Akan kuberitahu sebuah rahasia—" Karina sudah menang. Eileen bisa ditipu kapan saja sekarang. Sudah saatnya untuk Karina pergi dari tempat itu karena sebentar lagi asisten Eileen akan datang Menyadari hal itu Karina segera melancarkan serangan ultimate, "Kalau kamu menjual semua produk Royal Roches padaku hari ini, suamimu pasti sangat bangga. Kalaupun dia tidak senang, tidak ada alasan untuk memarahimu atau kecewa padamu. Ini win win solution untukmu." Cerahlah wajah Eileen. Sayangnya kertas pembelian sudah hancur, memaksa Eileen mem-print kertas baru. Karina sempat mengangkat telepon dari pangeran Daniel, kemudian kembali duduk di kursi depan Eileen. Akhirnya, Karina mendapat apa yang dia inginkan. "Senang berbisnis denganmu, Permaisuri Karina." Eileen menjabat tangan Karina. Tanpa disangka Eileen memeluk Karina dan Karina membalasnya dengan hangat. "Kamu pebisnis yang pintar, Eileen. Aku doakan suamimu lekas sadar dan berhenti menambah istri." Karina menepuk bahu Eileen, senyum tak pernah luntur dari wajahnya. Mobil pengangkut sudah tiba dan satu persatu perhiasan di pindahkan ke dalam mobil pengangkut. Semua perhiasan kecuali yang sudah di tangan pembeli lain diangkut ke dalam mobil. Karina sangat puas. Walaupun tidak bisa mendapat kalung cantik milik Eileen, hasil ini sudah lebih dari yang diharapkan pangeran Daniel. Tidak ada pertengkaran, tidak ada perkelahian, negosiasi yang damai. *** Malam harinya di rumah pangeran mahkota. Pasutri muda menyandarkan punggung ke satu sama lain, melepas lelah usai seharian bekerja. Setelah membujuk Eileen, lanjut mengawasi pekerjaan buruh pemindahan. Hari ini Karina hanya punya waktu dua jam untuk beristirahat sebelum suaminya pulang jam 8 malam. "Kamu lelah?" tanya pangeran Daniel. "Iya. Sudah lama aku enggak bekerja jadi psikolog, rasanya lelah sekali." "Apa yang Cleo Eileen katakan padamu?" "Katanya pangeran keempat berhenti menafkahinya, raga maupun batin, sejak menemukan istri ketiganya." "Oh ya?" Karina mengangguk. Membalikkan badannya lalu memeluk punggung suaminya dengan sayang. "Sebenarnya ada cerita apa antara Eileen dan pangeran Adam?" "Sepertinya kamu tidak mendengarkan cerita dengan benar kemarin," "Hehehehee ... terlalu banyak informasi yang masuk ke kepalaku, membuatku jadi pusing." Daniel bercerita. Pertemuan pertama pangeran Adam dan Cleo Eileen terjadi di depan matanya. "Pangeram Garam juga ada disana pas itu. Kami terkejut melihat aksi Adam. Dia melindungi putri pasukan pemberontak. Membiarkan punggungnya di hujani tembakan. Aku, pangeran Garam dan tim medis harus berusaha keras menyelamatkan nyawanya waktu itu." Pangeran Daniel tersenyum-senyum mengingat kejadian itu. "Setelah itu, mereka berdua berkencan. Atas dasar kasihan, Adam menikahi Eileen yang baru saja menyaksikan eksekusi mati ayahnya. Awalnya, ayah dan ibu tidak setuju dengan pernikahan itu dan keinginan Adam berpoligami. Namun akhirnya, Adam berhasil meyakinkan ayah dan ibu, lalu membagi perhatian kepada kedua istrinya." Karina merasa kasihan pada Eileen. Betapa kelam masa lalu wanita itu. Daniel melanjutkan, "Dia tahun berlalu, Eileen belum juga melahirkan keturunan untuk Adam. Keluarga mulai curiga, Eileen mandul, atau mungkin Adam tidak mencintainya." "Pangeran Adam awalnya menikahinya karena kasihan kan? Seharusnya cinta bisa bertumbuh setelah tinggal bersama selama dua tahun." "Sepertinya tidak. Buktinya Adam semakin jauh darinya." Belum selesai Karina bicara Daniel menyelanya. Karina menghela nafas panjang. Rasa kasihannya pada Eileen itu nyata. "Sayang, aku ingin menolong Eileen," kata Karina. Terdengar keraguan di suaranya. Daniel tidak banyak melarang, dia meminta Karina untuk berhati-hati dan mendahulukan kepentingan bersama. "Boleh saja, tapi jangan lupa dengan tugas utama kamu. Besok kamu harus mengawasi pembangunan toko. Dan aku tidak bisa menemanimu karena harus memutus jaringan kerja sama pangeran keempat dengan pemasok berlian dari pedalaman. Aku ingin kamu tidak pernah meletakkan Smartphone. Kita sedang memulai perang besar dengan pangeran keempat. Jadi, aku tidak ingin kamu pergi sendiri." Daniel mengeluarkan sebuah kartu nama dari dompetnya. Kartu nama itu milik seorang tentara bayaran tingkat tinggi rahasia bernama Abigail Stormbreak. Codename : Storm. "Aku harus pergi bersama X-Men ini?" tanya Karina bergurau.Karina terlihat lebih cantik hari ini. Sebagai calon permaisuri masa depan, Karina harus tampil semenawan mungkin dan tidak boleh menunjukkan kecacatan di mata publik. Di hadapan ratusan pasang mata dan kamera Karina menunjukkan senyum terbaiknya. Seorang wanita lulusan jurusan psikologi bisa menampilkan senyum natural yang tidak dicurigai oleh siapapun. "Nyonya Karina Roches, mohon berikan pendapat anda soal produk-produk Royal Roches." Pinta seorang wartawan wanita berwajah blasteran. "Kenapa anda tiba-tiba memborong produk-produk itu kemudian menjualnya kembali di tempat anda?" timpal Wartawan pria di sebelahnya. Sebentar saja para wartawan melemparkan berbagai pertanyaan, mereka terdiam saat mendengar suara tawa lembut yang menggetarkan hati. Karina akhirnya mulai menjawab pertanyaan satu persatu. Intonasinya halus bercampur tegas. Membuat orang yang mendengarnya merasa terhipnotis. Suara Karina sangat unik dan khas sehingga
Karina pulang jam 8 malam. Sebentar lagi suaminya akan pulang dan Karina belum bersiap-siap. "Aku harus secepatnya ganti baju ke mode istri seksi. Sebaiknya aku pakai lingerie warna apa malam ini?" Karina ingin bertanya ke Storm. Si bodyguard itu katanya pandai memuaskan laki-laki, tapi Karina terlalu malu untuk mengatakannya. Storm melihat tingkah tidak biasa Karina, berpikir majikannya itu sedang mengalami Morning Sickness. Storm pun dengan sigap mengantar Karina ke kamar mandi. "Muntahlah sepuas anda. Saya akan berjaga disini. Tidak perlu buru-buru, saya pernah berada di posisi anda." kata Storm sambil mendorong punggung Karina perlahan. "I—iya, terima kasih Storm." Karina tidak menyadari keberadaan mobil permaisuri Lydia di halaman rumahnya. Malam itu langit seolah tidak menurunkan cahaya seperti malam-malam sebelumnya dan lampu halaman pecah akibat terlalu tua. Ditambah mobil permaisuri Lydia berwar
Dalam pernikahan selalu ada pahit dan manisnya. Pangeran Daniel tidak pernah menyangka ibu yang selama ini membesarkannya akan bertindak begitu kejam pada wanita nomor dua paling dia cintai dalam hidupnya. Pangeran Garam tidak bisa berkata-kata. Ini adalah pernyataan perang secara terbuka. Ibu mereka mungkin sudah angkat tangan perkara pangeran Daniel dan memilih mendukung putranya yang lain. "Beraninya ibu memukuli kamu!! Dia pikir dia siapa?!" "Sudahlah mas, biar bagaimanapun dia itu ibumu." Karina tidak sanggup membendung air matanya. Daniel tidak habis pikir. Setan apa yang merasuki ibunya sampai bertindak sedemikian kejam? "Malam ini juga kita ke rumah ibu! Tidak akan kubiarkan dia beristirahat dengan tenang setelah apa yang dia lakukan padamu! Akan kukembalikan setiap serangannya padamu!" Karina terkejut dan gesit memeluk suaminya. Dia sudah hilang akal. Memukul permaisuri sama saja dengan bunuh diri.
Malam yang sangat seru. Bulan bersinar terang di akhir perjalanannya menyusuri malam. Di sisi lain dunia, matahari mengintip dari kaki langit. Dua kubu yang berselisih dipimpin oleh pangeran Daniel dan Pangeran Garam melawan orang tuanya sendiri, Yang Mulia Raja dan Permaisuri Lydia. Pangeran Daniel sangat puas bisa melihat wajah ibunya hari ini. Dia berkata, "Ibu, jangan salahkan aku semua ini terjadi. Ibulah yang menyerang kami lebih dulu." Mata pangeran Daniel melotot tajam, jantungnya berdebar kuat, amarahnya memuncak. Yang Mulia Raja memberi kesempatan istrinya untuk menjelaskan sementara dia mengawasi dari belakang. "Kamu masih menganggap wanita tidak tahu diri itu istrimu! Astaga Daniel. Kena sihir apa kamu sebenarnya?" "Aku tidak sedang kena sihir. Justru ibulah yang tersihir oleh setan! Kenapa ibu memukuli Karina? Dia itu sedang mengandung anakku bu! Cucu ibu juga!!" tutur Daniel dengan hati tercabik-cabik. S
Karina mengingat setiap bait kata yang terucap dari mulut suaminya. Sebesar itukah cinta Daniel kepadanya? Sampai bersumpah akan mengembalikan pukulan yang diterima Karina. Karina tahu pangeran Daniel berangkat pagi-pagi sekali bersama belasan orang. Yang tidak Karina ketahui adalah ... Belasan orang itu masing-masing membawa 50 orang, siap menyerang kediaman Yang Mulia Raja. "Hatiku sangat gelisah. Sekarang pangeran Daniel pasti sudah sampai di rumah Raja dan bertengkar dengan ibunya." Sepintar-pintarnya Karina dia tetaplah mantan rakyat jelata yang tidak pernah bersenggolan dengan keluarga kerajaan. Sederhananya, Karina tidak tahu CARA MAIN anggota kerajaan.Karina mengambil ponselnya. Mengetuk ikon WhatsApp, membaca beberapa pesan dari ibunya lalu memastikan apakah Storm masih aktif.[Karina : Storm, kalau kau ada di depan pintuku, tolong beri kode tiga kali ketukan. Aku akan membukakan pintu.]Storm memang sedang berjaga d
"Aduh!" Permaisuri Sylvana memukul punggung suaminya. "Kamu marah aku membantu kakak ipar?" "Tidak." jawab Sylvana singkat dan lembut, tangannya sibuk mengurus luka sayatan benda tajam di punggung Pangeran Garam. Berbeda dengan Pangeran Daniel yang menyembunyikan luka tembaknya dari istrinya, Pangeran Garam justru tidak mau diobati orang selain istrinya. Dengan cekatan, Sylvana menjahit luka lalu menutupnya dengan perban. Sylvana pun menasihati Pangeran Garam, "Aku tahu kamu kuat. Tapi kamu juga tidak abadi. Kalau situasi berubah berbahaya, pulanglah! Lebih baik kita mempertahankan rumah dan mati bersama daripada tubuhmu di lempar ke lubang dan hilang selamanya." Saat mengatakan itu Sylvana mengusap matanya beberapa kali. Pangeran Garam terdiam sebelum berkata, "Maaf. Lain kali tidak akan seperti ini lagi." lalu menarik tubuh Sylvana ke dalam pelukan hangatnya.Dipeluk oleh tubuh sixpack sang pangeran membuat
[Karina Roches : Selamat siang semuanya, aku Karina Roches, senang berkenalan dengan kalian yang membalas chat ku.] Hanya dengan begitu banyak perempuan yang ingin berkenalan dengan Permaisuri Karina, dan menjalin pertemanan dengannya. "Bagus, banyak juga yang tertarik padaku." gumam Karina. Storm kebetulan mendengarnya. Storm tersenyum saja di belakang majikannya. Tangannya selalu terlipat ke belakang, siap menarik karambit jikalau musuh menyerang. "Aku takkan membuat kesalahan yang sama lagi." batin Storm. Sambil scroll ruang obrolan, Karina menetapkan plan berikutnya. Darina Fallen City didirikan dengan uang suaminya. Satu minggu kemudian, setengah dari perhiasan yang dibeli dari toko Royal Roches terjual habis. Jadi, rencana Karina berikutnya adalah menetapkan strategi promosi. "Bagaimanapun caranya sisa perhiasan harus terjual. Kami berhasil menjual produk-produk kelas menengah den
Kedua orang itu sudah berpelukan di atas ranjang yang hangat. Karina kegelian saat jari jemari Pangeran Daniel yang nakal menelusuri setiap lekukan tubuhnya. Rasa nyaman ini tidak bisa digantikan oleh apapun. Memiliki suami yang tampan, kaya raya, dan berkuasa adalah impian semua wanita. Ditambah lagi, Pangeran Daniel sangat setia pada pasangan. Pernah suatu malam saat Pangeran Daniel mabuk dia tidak sengaja masuk ke kamar yang salah dan berakhir difitnah oleh seorang model. Namun yang terjadi selanjutnya sungguh diluar dugaan. Pangeran Daniel bertaruh dengan model wanita itu, jika dia terbukti tidak bersalah maka si model harus mempertanggungjawabkan ucapannya di pengadilan. Akhirnya, model itu bertekuk lutut di hadapan Daniel dan Karina. Meminta maaf dengan mata merah menahan tangis. "Beruntungnya aku dapat suami yang setia." Karina terenyuh mendengar suara hatinya. "Ngomong-ngomong kenapa kamu pakai baju saat membe